NovelToon NovelToon

40 Days With You

Bab 1. Penggemar Misterius

"Pemenang nominasi artis terpopuler jatuh kepada ...."

Suara pembawa acara tampak menggema. Beberapa artis yang termasuk ke dalam nominasi pun ikut gugup. Mereka berharap nama selanjutnya yang akan di sebut adalah nama mereka.

Tampaknya sang pembawa acara sengaja menjeda kalimatnya, melemparkan semua pandangannya pada semua orang yang tengah memenuhi ruangan tersebut.

"Pemenang nominasi artis terpopuler jatuh kepada ... Zeline Daniela. Kami ucapkan selamat kepada Zeline dan kami harapkan untuk segera naik ke atas panggung." Sang pembawa acara pun akhirnya melanjutkan ucapannya yang sempat terjeda.

Sorot lampu mengarah pada seorang gadis yang tengah duduk diantara orang yang ada di sana. Mendengar namanya di panggil, gadis itu pun langsung bangkit dari tempat duduknya, menyunggingkan senyum dengan penuh bangga karena lagi-lagi ia mendapatkan penghargaan untuk yang kesekian kalinya.

Gadis yang menggunakan gaun berwarna putih, yang mengekspos punggung mulusnya berjalan ke atas panggung. Bersamaan dengan itu, riuh tepuk tangan pun tampak memenuhi ruangan tersebut.

Dengan penuh percaya diri, ia menerima trofi yang diberikan oleh pembawa acara. Dan berjalan menuju ke podium untuk memberikan beberapa patah kata ungkapan rasa syukurnya.

"Saya ucapkan terima kasih pada para penggemar yang selalu mendukung saya. Hadiah ini saya persembahkan untuk mendiang kedua orang tua saya, kepada para penggemar, dan juga orang-orang yang ada di sekitar saya. Turut serta mendorong saya hingga bisa mencapai di titik ini."

Setelah mengucapkan beberapa kalimat tersebut, Zeline pun mengulas tersenyum sembari menundukkan kepalanya. Gadis itu kembali ke tempat duduknya, sembari membawa trofi yang ia menangkan menuju ke kursinya.

"Wah, selamat ya Zeline. Kali ini kamu lagi yang berhasil memenangkannya," ujar Casey, salah satu artis senior. Namanya juga sempat bersinar pada masanya. Dan kali ini, posisinya tergeser karena kedatangan Zeline, artis pendatang baru yang wajahnya selalu terpampang di berbagai macam produk kecantikan.

"Terima kasih, Kak." Zeline mengulas senyumnya. Ia memeluk trofi itu dengan sangat bangga. Bagaimana tidak? Sedari dulu, ia selalu memimpikan hal ini. Menjadi seorang artis dan membuat namanya bersinar di bidang entertainment.

Zeline pun mengikuti serangkaian acara. Dan hingga di akhir acara, semua orang langsung bubar dari ruangan tersebut. Begitu pula dengan Zeline yang juga ikut beranjak dari tempat duduknya.

Setelah acara selesai, banyak teman artis yang memberikan ucapan selamat pada Zeline. Hingga ia bertemu dengan salah satu artis senior yang memang tidak menyukainya sedari awal. Wanita dengan rambut pendek itu membuang muka saat berpapasan dengan Zeline.

Namanya Dira, artis senior yang dulunya menjadi brand ambassador sebuah produk kecantikan, akan tetapi kini telah digeser oleh Zeline. Karena produk yang dibintangi oleh Zeline lebih banyak peminatnya dibandingkan dengan Dira.

Sebenarnya Zeline merasa tak enak dengan semua itu. Namun, tidak mungkin baginya juga harus menolak tawaran yang nilainya cukup fantastis tersebut. Toh, lagi pula bukankah rejeki sudah ada yang mengatur?

Salah seorang wanita dengan rambut sebahu, langsung bergegas menghampiri Zeline dan membawakan trofi tersebut.

"Akhirnya ... kesayanganku lagi-lagi memenangkan nominasi ini. Selamat ya ...." Wanita tersebut mencium pipi Zeline dengan gemas.

"Ayo lah Ver! Air liurmu itu membasahi pipiku," gerutu Zeline mendorong sedikit managernya.

Vera menjadi manager Zeline sedari ia merintis karir , hingga nama Zeline menjadi besar. Kini bahkan Vera juga disibukkan dengan mengatur kontrak kerja serta beberapa tawaran lainnya. Mengatur jadwal artisnya itu agar tidak bentrok.

"Apakah kirimanku sudah datang?" tanya Zeline.

Mendengar kalimat tersebut, Vera langsung memutar bola matanya dengan malas. " Ya ... ya ... ya ... buket bunganya sudah sampai dan aku taruh benda itu di dalam mobil. Buket bunga dari pria misterius itu hampir memenuhi kamarmu," gerutu Vera.

"Asal kamu tahu. Meskipun si pengirim selalu menyembunyikan identitasnya, tetapi menurutku dia adalah penggemar terbaik diantara yang lainnya. Jika penggemar yang lain berlomba-lomba minta di-notice, akan tetapi yang ini sedikit berbeda," jelas Zeline setengah berbisik.

"Tetapi, ku harap kamu tidak membuat heboh sosial media lagi. Gara-gara buket bunga itu, kamu hampir saja tersandung skandal. Namamu saat ini sudah besar, Zeline. Bahkan banyak yang mengenalmu sebagai artis papan atas. Ku harap, kamu bisa mengendalikan dirimu sendiri."

"Ada baiknya kamu lebih berhati-hati lagi!" tegas Vera berbicara panjang lebar menasehati Zeline.

"Iya Vera, iya. Sekarang ayo kita masuk ke dalam mobil karena aku penasaran kata-kata manis apa lagi yang akan dia tuliskan. Ayolah!" Zeline menarik tangan managernya itu.

Vera menghela napasnya. Zeline memang tipe yang sangat sulit diatur. Tak heran jika dirinya terkadang kewalahan saat menghadapi media tentang beberapa skandal yang bermunculan. Dan menghadapinya dengan begitu cepat.

Mereka menuju ke parkiran. Mobil Zeline terparkir bersebelahan dengan mobil milik Dira, wanita yang selalu saja menatapnya dengan sinis. Terlihat Dira tengah membicarakan sesuatu dengan managernya. Namun, setelah melihat kedatangan Zeline dan juga Vera. Kedua orang itu langsung bungkam, seolah Zeline dan Vera lah yang menjadi bahan pembicaraan mereka.

Manager Dira tak jauh beda dengan Dira. Mereka seolah tak menyukai keberadaan Zeline dan acap kali memandang keduanya dengan sinis.

Vera menatap ke arah Dira sekilas, lalu kemudian wanita dengan rambut sebahu itu pun mengarahkan pandangannya pada Zeline sembari mencebikkan bibirnya.

"Masuklah!" ujar Vera membukakan pintu Zeline.

Zeline pun langsung masuk ke dalam mobil Van berwarna hitam tersebut. Begitu pula dengan Vera. Sang manager pun langsung membawa kendaraan tersebut menuju ke jalanan.

"Lihatlah mereka berdua? Ckckck! Setelah ada kita, mereka berhenti bersuara seolah kita lah yang menjadi bahan pembicaraan mereka," gerutu Vera mengendarai mobil tersebut.

"Dia pasti membicarakan kamu yang berhasil memenangkan nominasi sementara artis yang satu itu, tak satu pun membawa pulang trofi," cecar Vera seraya terkekeh, menertawakan Diara.

"Aku tidak masalah jika kamu bersikap sopan pada artis senior lainnya. Namun, sebaiknya kamu tidak usah menundukkan kepalamu pada wanita itu. Wanita yang memiliki hati iri dengki," tukas Vera yang sedari tadi asyik membicarakan keburukan Diara.

Sementara Zeline, gadis itu sibuk menghirup bunga pemberian dari si penggemar misterius itu. Ia membuka catatan yang tertulis di buket tersebut.

Bersinar lah bagai bintang. Kamu pantas mendapatkannya!

Zeline tersenyum membaca kalimat sederhana yang tertulis di kartu ucapan tersebut. Mungkin orang lain menganggap kalimat itu merupakan kalimat yang tak memiliki maknanya sama sekali. Akan tetapi Zeline selalu menyukainya. Seolah jatuh cinta dengan tulisan tangan si penggemar misterius itu.

"Apakah kamu mendengarkan ku?" tanya Vera yang sedari tadi berbicara sendiri. Ia melihat Zeline dari spion tengah, lalu kemudian menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Kepalaku serasa ingin pecah menghadapimu, Zelin!" gerutu Vera yang tak digubris sama sekali oleh artis tersebut.

Bersambung ....

Bab 2. Cara Jitu

Mobil Van yang dikendarai oleh Vera pun tiba di kediaman Zeline. Sang manager langsung turun untuk membukakan pintu. Zeline turun dari mobil, dengan membawa buket bunga yang berada di tangan kanannya, dan trofi penghargaan di tangan kirinya.

"Terkadang aku ingin sekali mengutuk si Gery. Di saat sibuk seperti ini, dia memilih untuk mengambil libur. Saat pekerjaan tidak terlalu banyak, ia justru datang," gerutu Vera membicarakan supir yang sering mengantar jemput mereka.

"Besok, jam 11 siang kita akan ada pemotretan. Aku akan menemuimu sekitar jam 9 pagi," ucap Vera.

"Hah? Jam 9?! Kenapa pagi-pagi sekali. Pemotretannya kan jam 11," ujar Zeline.

"Apa kamu tidak sadar? Bagaimana susahnya membangunkan kamu yang sedang tidur. Mengetuk pintu kamarmu saja sampai tanganku sakit. Rasanya ingin ku robohkan pintu kamarmu itu," gerutu Vera.

"Yayaya ... baiklah Bu manager," ucap Zeline yang tampak malas menimpali ucapan Vera.

"Kalau begitu tidurlah! Jangan sampai begadang, karena jika kamu memiliki kantung mata seperti panda, maka dirimu tidak akan laris lagi," ujar Vera yang sengaja melebih-lebihkan ucapannya.

Zeline mengangguk patuh. Baginya, Vera sama seperti kakaknya sendiri. Sejak orang tuanya tiada, Vera lah yang mengurus Zeline, karena dulunya gadis tersebut terlalu manja. Sehingga, saat kedua orang tuanya kecelakaan dalam sebuah pesawat, membuat dunia Zeline runtuh.

Zeline masuk ke dalam rumahnya. Sementara Vera, masih setia melihat Zeline hingga gadis itu benar-benar masuk ke dalam rumah. Setelah memastikan Zeline masuk, Vera pun kembali masuk ke dalam mobilnya. Melajukan kendaraan roda empat tersebut menuju ke jalanan.

Zeline memasuki rumahnya dengan perasaan senang. Moodnya kembali bagus setelah mendapatkan kata-kata manis yang ditulis oleh penggemar rahasianya itu.

Gadis tersebut merogoh ponselnya di dalam saku . Mengambil ancang-ancang untuk mengambil potret dirinya yang tengah memegang bunga mawar serta trofi. Setelah selesai mengambil beberapa jepretan, Zeline pun meletakkan trofi di susunan lemari. Beberapa trofi hasil dari kerja kerasnya selama di dunia entertainment, berhasil terpajang di sana. Namun, sayangnya semua hasil kerja keras itu, ia raih setelah kedua orang tuanya telah tiada.

Zeline berjalan menuju ke vas bunga, mengganti bunga yang kemarin dengan bunga yang baru saja ia dapatkan. Gadis itu memposting story di laman sosial medianya.

Terima kasih atas cinta dan dukungan kalian

Kalimat itu lah yang menjadi caption dari postingan tersebut.

Zeline berjalan menuju ke dapur. Membuka lemari pendingin, lalu kemudian mengambil salah satu botol kemasan air mineral. Gadis itu pun langsung menenggak botol minuman tersebut.

Suasana di rumah Zeline begitu sunyi. Terkadang, gadis tersebut merasa kesepian berada di rumah sendirian. Di rumah sebesar itu, ia tidak memiliki ART. Hanya di saat waktu senggang saja, ia akan memanggil wanita yang biasa membersihkan rumahnya dan setelah selesai, wanita itu pun pulang.

"Terkadang aku sangat malas berada di rumah," ujar Zeline yang melangkahkan kakinya menuju ke kamar.

Gadis tersebut melepaskan gaunnya, menggantinya dengan baju piyama. Ia duduk di meja rias, menghapus make up yang hingga saat ini masih melekat di wajahnya.

Setelah make up terhapus sempurna, Zeline mencuci wajahnya lalu kemudian kembali ke meja rias menggunakan serum wajah sebelum ia tidur. Beginilah serangkaian perawatan yang Zeline lakukan di rumah sebelum ia tidur.

"Besok harus siap jam 11 siang, sebaiknya aku menyetel alarmku saja sebelum tidur. Supaya alarm manualku tidak terlalu berisik," ujar Zeline yang menyebut Vera dengan sebutan alarm manual.

Bagaimana tidak? Vera tidak akan berhenti berteriak sebelum Zeline benar-benar bangun. Dan hal itu, tentu saj mengganggu mimpi indah Zeline.

Setelah mengaktifkan alarmnya, Zeline pun langsung memejamkan mata. Gadis tersebut mengangkat kedua sudut bibirnya, karena ia merasa sangat senang hari ini. Bisa mendapatkan penghargaan serta kata-kata semangat dari para penggemarnya yang selalu memenuhi media sosial.

Apalagi mendapatkan sebuah semangat baru dari si pengirim bunga misterius. Bisa dikatakan jika dia adalah secret admirer, yang entah bagaimana rupanya, Zeline tak mengetahuinya.

.....

Keesokan harinya, Zeline masih meringkuk di bawah selimutnya. Suara alarm dari ponselnya berbunyi, Zeline pun terbangun dari tidurnya, lalu kemudian mematikan alarm tersebut.

Namun, gadis itu tak langsung beranjak dari tempat duduknya. Setelah kembali menguap, ia pun lanjut menarik selimutnya lagi.

Setengah jam telah berlalu, mobil Van yang sering digunakan untuk antar jemput Zeline pun terparkir di depan rumahnya. Vera keluar dengan seorang pria yang memiliki perawakan tubuh yang tinggi kurus. Pria itu adalah Gery, yang selalu mengemudikan mobil Van tersebut.

"Ku rasa dia masih bergelung di bawah selimutnya," ujar Vera menatap ke arah bangunan dua tingkat yang ada di hadapannya.

"Ya ... seperti biasa," celetuk pria tersebut.

Keduanya berjalan menuju ke depan pintu. Vera menekan bel rumah beberapa kali, dan tidak ada sahutan dari dalam . Wanita tersebut mengarahkan pandangannya sembari menatap pria yang ada di sebelahnya, lalu kemudian tersenyum dengan perasaan yang dongkol.

"Sudah ku duga, dia pasti belum bangun juga," ucap wanita itu.

"Lagi pula kenapa harus menekan bel segala. Kamu kan tahu sandi pintu ini. Atau bila perlu, kita dobrak saja sekalian," celetuk Gery.

Pria itu langsung dihadiahi sebuah pukulan di lengannya. Vera mendengkus menatap Gery yang berkata demikian.

"Kamu juga, bisakah aku ikut mendobrak isi kepalamu yang meminta libur di jam sibuk kemarin?" sindir Vera.

Wanita tersebut memasukkan sandi di pintu itu. Hingga akhirnya, pintu pun berhasil di buka. Ia melihat ada mawar yang berserakan tergantikan oleh mawar yang baru, membuat Vera pun menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Lihatlah! Dia menghamburkannya saja setelah mendapat mawar yang baru. Terkadang aku bingung, apa fungsi kotak sampah di rumah ini," ketus Vera.

"Biarkan aku saja yang membereskan semua ini. Kamu segeralah ke atas membangunkan si tuan putri. Butuh waktu setengah jam lamanya hanya untuk membangunkan gadis yang satu itu," ucap Gery yang mulai mengambil mawar-mawar yang berserakan .

"Pemikiran yang bagus!" Vera tersenyum sembari menepuk-nepuk pelan belakang Gery.

Wanita tersebut berjalan menaiki anak tangga. Ia pun langsung mengetuk pintu Zeline beberapa kali.

"Zeline ... Zeline bangunlah! Bukankah hari ini akan ada pemotretan?"

Tak ada jawaban dari dalam, membuat Vera kembali mengetuk pintu tersebut.

"Zeline ... Zeline ... ayo bangunlah!" seru Vera yang sedikit meninggikan intonasi bicaranya.

Lagi-lagi tak ada sahutan dari dalam kamar itu. Vera terkekeh geli, hatinya sangat dongkol menghadapi Zeline yang seperti ini. Ia menghirup napasnya dalam-dalam, lalu kemudian mengeluarkannya secara perlahan. Kali ini, ia akan menggunakan cara jitu, agar wanita yang sedang terlelap dari tidurnya itu langsung segera bangun.

"ZELINE! ADA KIRIMAN MAWAR!!

Bersambung ....

Bab 3. Pemotretan

"ZELINE! ADA KIRIMAN MAWAR!!

Mendengar hal tersebut, tentu saja membuat Zeline langsung terbangun. Gadis itu mengusap matanya sejenak, lalu kemudian beranjak dari kasurnya, membukakan pintu untuk Vera yang sedari tadi sudah berada di luar.

Ceklekk ...

Pintu pun terbuka, memperlihatkan seorang gadis dengan mengenakan piyama berwarna coklat, mengusap-usap matanya.

"Bukankah sudah aku katakan, untuk tidak mengunci pintu kamarmu supaya aku mudah masuk ke dalam," ujar Vera yang langsung memberikan ocehan manis pada artisnya itu.

Zeline menadahkan tangannya, membuat kening Vera berkerut.

"Apa?" tanya Vera

"Mana bunganya?" Zeline menagih bunga yang dikatakan oleh Vera tadi.

Vera menekuk bibirnya ke dalam, lalu kemudian menerobos masuk ke dalam kamar Zeline. Ia pun menjatuhkan bokongnya tepat di sisi ranjang Zeline.

"Sebaiknya kamu bersiap-siap lah! Hari ini kita akan melakukan pemotretan!" tukas Vera.

"Cuci wajahmu terlebih dahulu, lalu kemudian turun untuk melakukan sarapan," lanjut Vera memberikan titah.

"Sekarang?" tanya Zeline dengan suara seraknya.

"Iya, sekarang. Memangnya mau kapan lagi?!" Vera kembali meninggikan suaranya, membuat Zeline pun langsung menutup telinganya.

"Baiklah ... baiklah," ujar Zeline yang langsung menuju ke kamar mandi. Sementara Vera memilih untuk merapikan tempat tidur Zeline. Setelah selesai, wanita itu pun memilih untuk pergi dari tempat tersebut.

Vera melihat Gery yang baru saja selesai membereskan mawar-mawar tersebut, lalu kemudian membuangnya ke tempat sampah.

"Kamu sudah sarapan?" tanya Vera pada Gery.

"Sudah, sebelum menuju ke sini, aku memilih sarapan terlebih dahulu," ujar Gery.

Vera pun menganggukkan kepalanya, menuju ke dapur. Gery menatap Vera yang mulai menjauh, lalu kemudian bergumam pelan. "Setidaknya, jika aku di rumah, aku serasa manusia yang memang makan-makanan manusia," gumam Gery.

Zeline menuruni anak tangga. Gadis tersebut melihat Gery yang tengah duduk di atas sofa sembari memainkan game yang ada di ponselnya.

"Ah! Sial!" ujar pria tersebut berbicara sendiri.

"Mana Vera?" tanya Zeline.

"Itu di dapur," ujar Gery menimpali Zeline tanpa menatap lawan bicaranya.

Tak lama kemudian, Vera pun datang dengan nampan yang berisikan jus berwarna hijau. Zeline lagi-lagi memberengut karena harus sarapan dengan jus tersebut.

"Ayolah! Apakah uang yang ku miliki tidak cukup untuk membeli daging? Sehingga kamu terus mencekoki ku dengan jus ini?" gerutu Zeline.

"Hei! Ini sangat baik untuk kesehatan tubuhmu. Green juice ini terdiri dari bayam, apel, peterseli, lemon, mentimun, dan seledri. Selain untuk menambah energi, ini juga sangat bagus untuk pencernaanmu, serta membuat dirimu tetap cantik dan awet muda," jelas Vera.

"Sebaiknya minum saja, tidak usah banyak protes. Kapan-kapan aku akan memberikanmu daging," lanjut Vera memberikan gelas tersebut pada Zeline.

Zeline mengambil gelas tersebut dari tangan Vera. Mau tak mau, ia pun terpaksa meminum jus tersebut meskipun hal itu sedikit menyiksa indera penciumannya. Karena jus buatan Vera memiliki aroma yang sedikit aneh.

Vera duduk di salah satu sofa yang ada di sana. Ia membuka Ipad-nya, melihat jadwal yang akan dilakukan oleh artisnya hari ini.

"Jam 11 siang kita ada jadwal pemotretan, sore harinya syuting iklan. Ya ... hari ini jadwalmu agak longgar, karena aku masih memilih tawaran syuting film yang cocok untukmu," ujar Vera sembari menggeser layar iPad tersebut.

Zeline mengernyitkan keningnya, setelah selesai menghabiskan jus di dalam gelas tersebut. Ia langsung berlari ke belakang, mengambil air minum dan langsung menenggaknya.

"Rasanya benar-benar aneh, sama seperti Vera," gumam wanita tersebut membanding-bandingkan rasa jus itu pada managernya sendiri.

....

Siang itu, Zeline dan yang lainnya sudah tiba di lokasi pemotretan. Seorang pria dengan kepala botak, yang merupakan make up artist pun berjalan menghampiri Zeline.

"Si cantik barbara sudah datang? Kalau begitu ayo! Ikut bersamaku, akan ku poles kamu layaknya seorang Dewi," ujar pria tersebut berjalan terlebih dahulu, melenggang masuk ke dalam salah satu ruang khusus untuk make up.

Zeline duduk di kursi. Si botak gemulai itu pun mulai mengaplikasikan beberapa make up ke wajah Zeline. "Aku akan meriasmu sesuai dengan konsep pemotretannya," ujar pria tersebut.

Setelah cukup lama, pria itu pun selesai merias Zeline. Tak diragukan, tangan gemulainya itu dapat mengubah wajah Zeline menjadi sangat cantik. Zeline pun beranjak dari tempat duduknya, menuju ke lokasi pemotretan, yang hari ini akan di lakukan di dalam ruangan.

Sebuah layar serta pencahayaan pun telah di atur sedemikian rupa. Saat Zeline dan juga Vera berjalan masuk ke dalam lokasi tersebut, ia bertemu dengan seorang direktur yang memiliki produk tersebut, menatap Zeline dengan penuh rasa kagum.

"Hari ini Zeline sangat cantik. Gaun yang kami keluarkan kali ini, sangat terlihat lebih bernilai dikenakan oleh Zeline," puji pria itu sembari menatap Zeline dari atas hingga bawah.

Sebenarnya Zeline sangat malas sekali mendapati tatapan yang penuh minat seperti itu. Namun, mau bagaimana lagi? Jika ia menolak bekerja sama dengan pria yang satu ini, maka akan dianggap sombong oleh artis senior. Bagaimana pun juga, mereka berlomba-lomba berharap agar bisa meneken kontrak untuk menjadi brand ambassador dari perusahaan tersebut.

"Modelnya sudah siap?" tanya fotografer.

"Iya," ucap Zeline.

Gadis itu mengulas senyumnya sebelum meninggalkan orang-orang yang ada di sana, lalu kemudian berjalan menuju ke lokasi tempat pengambilan foto tersebut.

"Oke, satu ... dua ... tiga ... action!"

Jepret ....

Jepret ...

Jepret ...

"Menghadap ke sini," ujar si fotografer tersebut memberikan arahan, Zeline pun mengikuti arahan itu.

Ia mengatur pose sebisa mungkin. Terkadang sang fotografer juga membantu Zeline untuk menentukan pose yang pas pada modelnya.

Pria itu mengulas senyumnya sembari memegangi dagu. Melihat Zeline yang tampak sangat cantik jelita, membuat pria itu pun langsung merasa tertarik pada Zeline.

"Apakah rumor tentang Zeline berkencan itu benar adanya?" tanya pria tersebut.

"Itu tidaklah benar, Pak Arman. Rumor itu hanya dibuat-buat saja oleh beberapa oknum yang memanfaatkan ketenaran Zeline," jelas Vera. Ia cukup takut menjelaskan hal tersebut. Karena takut, jika kerja samanya akan dicabut begitu saja.

"Oh ...." Pria bernama Arman tersebut mengangguk-anggukan kepalanya paham.

Matanya kembali menatap Zeline yang masih berpose dengan gaya yang berbeda. Hingga akhirnya, ada arahan untuk membuat gadis tersebut turun dan berganti kostum untuk di iklankan.

"Masalah bunga itu ...." Seketika mata Vera pun membesar mendengar ucapan Arman yang membahas masalah bunga khusus yang sekali di terima oleh Vera, yang tak lain ditujukan untuk artisnya itu.

"A-ada apa dengan bunga itu, Pak?" tanya Vera. Jujur saja, ia juga merasa penasaran karena hampir setiap hari bunga tersebut di kirimkan untuk Zeline.

"Bunga itu ... bagaimana jika bunga tersebut dari aku?"

Bersambung ....

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!