NovelToon NovelToon

Karena Warisan, Anakku Mati Di Tanganku

episode 1

Di kampung Setia Budi, pemandangan yang masih terlihat begitu asri. Pohon pohon hijau masih berjejer dengan teduhnya di pinggir pinggir jalan beraspal.

Kehidupan warga sekitar masih banyak yang bercocok tanam, sebagai petani dan juga memiliki tambak ikan.

Keluarga Pak Wardoyo terkenal keluarga paling kaya di kampung tersebut.

Memiliki tiga orang anak, dua laki laki dan satu perempuan.

Boni, anak sulung pak Wardoyo terkenal sombong dan memiliki sifat temperamental, dia memiliki usaha showroom mobil dan omsetnya juga sudah fantastis, sehingga sifat sombong dan tamaknya semakin menggila.

Geri, adalah anak kedua pak Wardoyo, masih kuliah semester akhir. Geri memiliki sikap pendiam dan tak banyak bicara, tak banyak tingkah dan seperti mahasiswa pada umumnya.

Anita, anak bungsu pak Wardoyo.

Anak perempuan satu satunya, sangat dimanja dan begitu disayangi di keluarganya.

Anita masih duduk di bangku tiga SMU.

"Nita! Kapan kamu jadi berangkat ke Bali?" tanya pak Wardoyo saat mereka sedang duduk di ruang keluarga sambil menonton telivisi.

"Masih seminggu lagi, yah! ada apa?" tanya Anita dengan menatap ayahnya penuh tanya.

"Kamu sudah siapin semua kebutuhan kamu selama di sana belum?

Jangan lupa bawa mukena dan juga sajadahnya. Senang senang boleh, tapi jangan sampai ibadah di lupakan." sahut pak Wardoyo dengan menatap tegas ke arah putrinya.

"Siap, ayah!

Nita akan selalu ingat nasehat ayah kok, ayah tenang saja. Insyaallah semua sudah siap, lagian cuma tiga hari kok liburannya." sahut Anita dengan memamerkan gigi putihnya.

"Ayah cuma gak mau, kalau anak Ayah salah jalan apa lagi sampai lupa dengan kewajibannya. Kamu ini anak perempuan satu satunya ayah dan bunda, harus pintar jaga diri, dan menjaga kehormatan keluarga. Paham ya, nak?" balas pak Wardoyo penuh kasih sayang dan Bu Dini hanya tersenyum bahagia melihat kedekatan suami dan putrinya.

"Asalamualaikum." terdengar suara Geri memasuki rumah dan langkahnya terdengar begitu dekat.

Geri menyalimi ayah dan bundanya, tak lupa juga Anita yang langsung mengambil tangan kakaknya dan menyalaminya sopan.

"Kok kak Geri jam segini baru pulang?

Hayo, habis pacaran ya?" ledek Anita membuat Geri bersungut kesal.

"Apaan sih kamu dek, nggak lah. Mikir pelajaran saja bikin pusing, kok pacaran!" sungut Geri yang langsung masuk ke dalam kamarnya.

"Kamu itu loh, Nit! kok suka banget godain mas mu!" sahut Bu Dini sambil menggelengkan kepalanya.

"Bund, Boni kok sekarang jarang mampir kesini, apa dia sedang sangat sibuk?" tanya pak Wardoyo pada istrinya, karena anak sulungnya sudah sangat jarang sekali mampir kerumahnya, semenjak Boni memiliki hunian sendiri.

"Mungkin dia ingin mandiri dan ya itu, lagi banyak kerjaan. Biar nanti bunda telpon ke Boni." sahut Bu Dini lembut sambil mengulas senyum tipis. Meskipun hatinya mendadak cemas, takut kalau suaminya tau seperti apa kelakuan Boni di luar sana.

"Akhir akhir ini, ayah gak sengaja dengar desas desus soal Boni dari para pekerja di kebun.

Katanya Boni sering membawa wanita kerumahnya dan juga sering mabuk mabukan. Apa bunda sudah tau kabar tersebut?

Ayah jadi kepikiran." sahut pak Wardoyo sambil membuang nafasnya kasar.

"Baiknya kita langsung tanyakan saja sama Boni, yah!

Gak baik menduga duga begitu." balas Bu Dini, yang mulai merasa cemas dengan kelakuan anak sulungnya dan khawatir kalau sampai suaminya tau, pasti akan ada masalah besar dalam keluarganya, karena pak Wardoyo sangat tegas dalam mendidik anak anaknya.

"Aku akan menyelidiki sendiri, karena tidak mungkin ada asap kalau tidak ada api.

Aku akan membuat Boni menyesal kalau sampai berita itu benar." pak Wardoyo bicara sangat tegas dengan nada yang ditekan, membuat Bu Dini semakin cemas. Sedangkan Anita hanya diam menyimak obrolan ayah bundanya, meskipun Anita sudah tau seperti apa kelakuan kakaknya di luar sana. Anita lebih memilih diam, karena tidak mau ikut campur dan terjadi masalah antara dirinya dan Boni.

☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️

Keesokan harinya, pukul sepuluh pagi Bu Dini pergi menemui Boni dirumahnya.

"Boni! Buka pintunya!

Boni!" Bu Dini menggedor gedor pintu rumah anak sulungnya, Bu dini yakin Boni ada di dalam, karena mobilnya masih terlihat ada di garasi.

"Apaan sih, bund! pagi pagi bunda sudah teriak teriak." sungut Boni sambil membuka pintu rumahnya.

Bu Dini tercengang dengan mata melotot, melihat rumah Boni yang berantakan. Dan lebih parahnya ada seorang wanita dengan pakaian yang tidak sopan tengah tertidur di sofa.

"Astagfirullah, Boni!

Kamu benar benar gila ya, astagfirullah!

Bunda harus bagaimana membuat kamu sadar, nak? Ini dosa, ya Alloh!" Bu Dini mengusap wajahnya kasar dan menggelengkan kepalanya, makin hari tingkah Boni makin ngawur.

"Bunda kayak gak tau anak muda saja.

Sudah lah Bund, Boni tau apa yang harus Boni lakukan." sungut Boni tak suka melihat ekspresi bundanya yang dinilai berlebihan.

"Kamu harus akhiri sikap kamu ini, Bon!

Ayah kamu sudah mulai curiga, warga sering ngomongin kelakuanmu ini. Kamu tau sendiri seperti apa kalau ayahmu sudah marah. Tolong berhenti berbuat semau kamu. Lebih baik kamu menikah, biar ada yang urus kamu, dan kamu tidak semakin salah arah seperti ini." sahut Bu dini emosi dengan sikap anaknya.

Lalu dengan kasar membangunkan gadis yang tengah tertidur pulas di sofa.

"Bangun! Bangun kamu!" Bu Dini mengguncang tubuh Amira kasar, hingga membuat gadis cantik dengan tubuh mulus itu terbangun.

Melihat Bu Dini bersedekap dada di hadapannya, Amira langsung mengubah posisinya, membenahi rok pendeknya dan duduk dengan wajah menunduk.

"Apa kamu tidak di cari orang tuamu, saat tidak pulang kerumah?

Dan apa kamu gak malu berpakaian seperti ini, hmm?" tanya Bu Dini dengan nada dingin dan tatapan tajamnya. Membuat Amira tak bisa berkata apa apa.

"Sudahlah, bunda!

Amira itu pacarku, aku yang minta dia tidur disini.

Lagian aku juga ingin menikahinya." sahut Boni dengan yakinnya, membuat Bu Dini memijat pelipisnya, kepalanya pusing memikirkan kelakuan sang anak.

"Apa kamu sudah pikir matang matang, mau menikahi perempuan ini?

Lihat, pakaian nya saja seperti ini, apa kata ayahmu nanti?

Bunda gak habis pikir, kenapa seleramu perempuan yang gak punya malu begini!" sungut Bu Dini, tak terima anaknya mau menikahi perempuan yang kini ada dihadapannya.

"Amira cantik bund, dia juga seksi.

Dan dia juga dari keluarga baik baik. Papanya seorang PNS kok." bela Boni dengan bangganya, sedangkan Amira memilih diam namun batinnya terus mencaci calon ibu mertuanya.

"Awas saja, kalau aku sudah jadi istri mas Boni, akan aku buat dia lupa keluarganya. Dasar wanita tua sombong!" batin Amira kesal namun pura pura lemah dan takut di hadapan ibu kekasihnya.

☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️

jangan lupa mampir juga di karya aku yang lain.

#Tekanan Dari Mantan Suami (Tamat)

#Cinta dalam ikatan Takdir (ongoing)

#Coretan pena Hawa (ongoing)

#Cinta suamiku untuk wanita lain (ongoing)

#Sekar Arumi (ongoing)

#Wanita kedua (Tamat)

#Kasih sayang yang salah (Tamat)

#Cinta berbalut Nafsu ( ongoing )

New karya :

#Karena warisan Anakku mati di tanganku

#Ayahku lebih memilih wanita Lain

Peluk sayang dari jauh, semoga kita senantiasa diberikan kesehatan dan keberkahan dalam setiap langkah yang kita jalani.

Haturnuhun sudah baca karya karya Hawa dan jangan lupa tinggalkan jejak dengan like, komentar dan love nya ya say ❤️

episode 2

"Amira cantik bund, dia juga seksi.

Dan dia juga dari keluarga baik baik. Papanya seorang PNS kok." bela Boni dengan bangganya, sedangkan Amira memilih diam namun batinnya terus mencaci calon ibu mertuanya.

"Awas saja, kalau aku sudah jadi istri mas Boni, akan aku buat dia lupa keluarganya. Dasar wanita tua sombong!" batin Amira kesal namun pura pura lemah dan takut di hadapan ibu kekasihnya.

"Bunda hanya mau yang terbaik buat kamu, anaknya bunda.

Kalau dia memang mencintai kamu, dan kalian sama sama saling cinta, rubah penampilan yang pamer tubuh seperti itu.

Berpenampilan yang sopan jauh lebih di hargai orang lain. Paham kan maksud, bunda?" sahut Bu Dini menatap lekat pada kedua pasangan di hadapannya.

"Boni, kamu itu anak paling tua diantara saudara kamu, jadi tolong, bersikaplah yang baik dan jadi contoh buat adik adik kamu. Jangan sampai ayahmu tau dengan kelakuan kamu yang seperti ini. Bunda gak mau ada keributan dalam keluarga.

Kamu paham maksud bunda?" sambung Bu Dini sekali lagi dengan menarik nafasnya kasar.

"Maksudnya apa, ini?

Dan siapa wanita ini?" tiba tiba pak Wardoyo sudah berdiri tak jauh dari mereka dengan wajah mengeras.Menatap satu persatu wajah anak dan istrinya yang terlihat pias seketika.

"Jadi ini kelakuan kamu selama ini, Bon?

Apa yang ayah dengar dari orang orang itu fakta?

Astagfirullah!" pak Wardoyo mengusap wajahnya kasar, dadanya bergemuruh menahan gejolak amarah yang seketika membuncah.

"Dan kaku, bund!

Kamu tau kelakuan anak kamu, tapi kamu diam saja. Keterlaluan!" sambung pak Wardoyo menatap tajam istrinya yang menunduk.

"Siapa perempuan ini?" tanya pak Wardoyo sambil memasang wajah tak sukanya melihat penampilan Amira yang kelewat seksi.

"Saya, Amira, om!" sahut Amora sambil meremas kedua tangannya. Batinnya merutuk karena kedua orang tua Boni ternyata begitu ketus padanya.

"Lalu apa yang kalian perbuat di rumah ini dengan pakaian yang memalukan seperti itu?

Dan kamu Boni, apa kamu sudah lupa dengan semua nasehat nasehat yang ayah berikan?

Astagfirullah!" pak Wardoyo terlihat geram dengan kenyataan yang ada di hadapannya. Anak yang dibanggakan ternyata mampu membuatnya sesak nafas dengan semua kelakuannya.

"Boni akan menikahi Amira secepatnya, Boni mohon, ayah dan bunda merestui kami." sahut Boni tanpa rasa bersalah sedikitpun, sedangkan Amira terlihat tersenyum tipis dengan batin bersorak senang, karena Boni benar benar serius dan ingin menjadikannya istri, hidupnya akan terjamin, Karen Boni adalah laki laki yang sukses di usia muda.

"Apa kamu sudah yakin dengan pilihan kamu ini?" balas pak Wardoyo dengan tatapan tajam di arahkan pada anak sulungnya.

"Sangat yakin, ayah percaya saja sama pilihan Boni. Amira dari keluarga baik baik kok, yah!

Ayahnya PNS dan kedua adiknya masih kuliah. Sedangkan Amira sendiri lulusan sarjana. Dulu satu kampus sama Boni." tanpa diminta Boni sudah menjelaskan siapa kekasihnya, namun pak Wardoyo hanya menanggapi dengan sikap dinginnya.

"Apa kamu gak risih, punya istri yang tubuhnya di ekspos seperti itu?" tanya pak Wardoyo dengan mengangkat sebelah bibirnya, tanda tak suka dengan penampilan calon istri anaknya.

'Ini jaman modern, ayah jangan kuno dan kolot seperti itu.

Justru Boni bangga punya istri seksi kayak dia. Karena akan banyak laki laki yang iri, punya istri cantik itu prestasi loh, yah!

Iya gak, bund?" sahut Boni dengan bangganya dan membuat Bu Dini dan pak Wardoyo pusing seketika.

"Prestasi itu tidak hanya cantik, tapi shalihah dan tau bagaimana menjaga kehormatan suami.

Kalau cuma cantik, banyak diluaran sana!" sahut Bu Dini dengan menghembuskan nafasnya dalam.

"Astagfirullah!

Kamu memang sudah dibuatkan nafsu, ayah tak lagi mau tau, silahkan urus hidupmu sendiri." pak Wardoyo beranjak pergi meminggalKan rumah Boni dengan perasaan marah sekaligus sedih.

Dan tak lama setelahnya, Bu Dini juga ikut menyusul dan ikut pergi bersama suaminya dengan perasaan cemas.

"Boni, bunda harap kamu pikirkan baik baik keputusan kamu menikahi Amira, kecuali dia mau merubah cara berpakaiannya itu." sungut Bu dini sebelum pergi menyusul suaminya yang terlebih dulu keluar.

"Mas, bagaimana ini, orang tua kamu gak setuju sama hubungan kita?

Aku gak mau tau ya, mas!

Kamu sudah meniduri aku berkali kali, aku mau kamu tanggung jawab, titik!" sungut Amira dengan wajah cemberut, pura pura merajuk, jangan sampai Boni lepas dari incarannya.

"Kamu tanang saja sayang, orang tuaku pasti akan merestui hubungan kita kok. Mereka itu sangat sayang sama aku. Terutama bunda, aku anak yang paling dia sayangi.

Tapi kamu juga harus mau bantu aku ya, kamu jangan lagi pakai baju yang seksi seksi begini pas di luar, cukup di depan ku saja, oke?" sahut Boni dengan tatapan penuh cintanya, harinya sudah benar benar dibutakan oleh pesona Amira.

"Tapi bajuku, hampir semuanya begini loh, mas!

Aku harus gimana dong, mau beli lagi, kan kamu tau aku gak kerja." sahut Akira dengan memajukan bibirnya manja, mulai memainkan triknya untuk mendapatkan uang dari Boni.

"Nanti kita belanja, kamu bisa beli baju baju baru yang lebih tertutup, oke?" balas Boni tanpa beban dan begitu ingin memanjakan wanita yang dia cintai itu.

"Beneran, mas?

Aduuuh makasih banget ya sayang, aku beruntung punya kamu, mas!" jerit Amira senang dan membayangkan akan memborong baju baju mahal tanpa harus memikirkan uang.

"Ini yang membuatku tak mau melepaskan kamu, begitu saja, mas! Kamu itu baik tapi bodoh!" batin Amira menyeringai dengan pikiran liciknya.

"Kalau begitu kita mandi dulu, habis itu jalan.

Tapi aku mau mampir dulu ke kantor. Gak papa kan?" sambung Boni serius dan berjalan ke kamarnya lalu membersihkan diri ke kamar mandi.

☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️

"Kenapa kamu diam saja, tidak pernah bilang kalau Boni sudah bersikap diluar batas?

Aku tau kamu sangat menyayangi anak itu, tapi harusnya kamu bisa bijak dalam meluruskan sikap anakmu yang keliru." pak Wardoyo kecewa dengan sikap istrinya, seolah membiarkan dan terkesan melindungi kesalahan anaknya dengan diam tanpa mau mengatakan semua padanya.

"Maafkan aku, mas! Maaf!

Aku pikir, aku bisa mengatasi kenakalan Boni, aku sudah berkali kali menegurnya , tapi sepertinya dia samasekali tak menghiraukan nya." sahut Bu Dini dengan wajah bersalah nya.

"Apa kamu sadar, jika sikap Boni sudah mencoreng nama baik keluarga kita?

Apa lagi dia harus memiliki teman wanita yang seperti itu, jujur aku sangat kecewa. Entahlah, aku punya feeling tidak baik dengan perempuan itu!" sahut pak Wardoyo d Ngan tatapan menerawang jauh. Dan Bu Dini juga membenarkan apa yang dikatakan suaminya, feeling nya menangkap sesuatu yang buruk dari sorot mata gadis itu.

☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️

jangan lupa mampir juga di karya aku yang lain.

#Tekanan Dari Mantan Suami (Tamat)

#Cinta dalam ikatan Takdir (ongoing)

#Coretan pena Hawa (ongoing)

#Cinta suamiku untuk wanita lain (ongoing)

#Sekar Arumi (ongoing)

#Wanita kedua (Tamat)

#Kasih sayang yang salah (Tamat)

#Cinta berbalut Nafsu ( ongoing )

New karya :

#Karena warisan Anakku mati di tanganku

#Ayahku lebih memilih wanita Lain

Peluk sayang dari jauh, semoga kita senantiasa diberikan kesehatan dan keberkahan dalam setiap langkah yang kita jalani.

Haturnuhun sudah baca karya karya Hawa dan jangan lupa tinggalkan jejak dengan like, komentar dan love nya ya say ❤️

episode 3

"Apa kamu sadar, jika sikap Boni sudah mencoreng nama baik keluarga kita?

Apa lagi dia harus memiliki teman wanita yang seperti itu, jujur aku sangat kecewa. Entahlah, aku punya feeling tidak baik dengan perempuan itu!" sahut pak Wardoyo dengan tatapan menerawang jauh. Dan Bu Dini juga membenarkan apa yang dikatakan suaminya, feeling nya menangkap sesuatu yang buruk dari sorot mata gadis itu.

"Telpon Boni untuk menemuiku nanti di rumah.

Kita harus membicarakan ini, bilang aku tunggu nanti sore, setelah aku pulang dari kebun." sambung pak Wardoyo dengan mimik tegas.

"Iya, mas.

Biar aku telpon Boni sekarang." sahut Bu Dini dengan sangat patuh akan perintah suaminya.

Bu Dini mengambil ponsel dari dalam tasnya.

Lalu mencari nama Boni dalam kontak.

"Hallo, Asalamualaikum." sapa Bu Dini setelah sambungan teleponnya diangkat oleh anak lelakinya.

"Waalaikumsallm, iya Bund, ada apa?" sahut Boni dengan tangannya yang masih fokus mengendari mobilnya. Boni sedang ada di jalan menuju tempat kerjanya.

"Ayah memintamu untuk menemuinya nanti sore, datanglah kerumah. Kita harus bicara." sahut Bu Dini lembut, bagaimanapun Boni ada anak kesayangannya.

"Iya bund, nanti Boni pulang dari kerja akan mampir dulu kerumah ayah. Sekarang bibi sedang di jalan menuju kantor." sahut Boni jujur menjawab ucapan bundanya.

"Iya, nak! hati hati. Bunda tutup teleponnya ya! Assalamualaikum!"

"Waalaikumsallm." Boni menutup panggilan teleponnya, dan menatap ke arah Amira, melihat calon istrinya dengan wajah ditekuk.

"Ada apa?" tanya Boni lembut sambil menggenggam jemari Amira penuh cinta.

"Pasti kedua orang tuamu tidak merestui hubungan kita.

Apa aku bisa percaya kalau kamu akan memperjuangkan cinta kita, Mas?" tanya Amira memasang wajah sedihnya. Air matanya jatuh menetes di pipi putihnya.

"Meskipun keluargaku nanti menentang, aku akan tetap menikahi kamu, Amira!

Percayalah, kamu adakah cinta sejatiku.

Aku akan meyakinkan ayah dan bundaku. Kamu yang tenang ya." sahut Boni meyakinkan kekasihnya untuk mempercayai kata katanya.

Amira tersenyum dalam hati bersorak riang, karena sebentar lagi akan menjadi istri pengusaha muda, selain tampan, Boni sangat kaya.

"Iya, mas! aku percaya. Aku mohon jangan patahkan kepercayaan yang aku berikan. Aku tidak ingin kehilangan kamu. Aku sangat mencintaimu. Buktinya aku sampai rela menyerahkan milikku yang paling berharga untukmu." balas Amira dengan mimik sendu, berusaha mengambil hati Boni agar percaya kalau dirinya benar benar jatuh cinta dan takut kehilangan.

"Aku janji!

Sudah ya jangan sedih!" sahut Boni dengan membelai lembut rambut Amira dengan mata yang masih fokus pada jalan di hadapannya.

"Nanti jangan lama lama ya mas, di kantornya.

Aku ingin segera jalan jalan sama kamu." Amira melabuhkan kepalanya di bahu Boni dengan manja, tak sabar untuk segera pergi belanja dan membeli apapun yang dia inginkan.

"Iya sayang, jamu yang sabar ya.

Aku akan segera menyelesaikan pekerjaan ku di kantor, agar kita cepat berangkat untuk belanja." sahut Boni dengan senyuman manisnya.

Pukul satu siang Boni sudah menyelesaikan pekerjaannya dan mengajak Amira untuk segera berangkat.

"Kita cari makan dulu, habis itu pergi belanja. oke sayang?"

"Siap sayang, terimakasih, kamu sudah membuatku selalu merasa paling dicintai." sahut Amira memeluk Boni begitu eratnya. Dan Boni mendaratkan kecupan di pucuk kepala sang kekasih. "Iya sayang, aku akan selalu berusaha memberikan yang terbaik buat kamu." sahut Boni dengan tatapan mesranya.

"Yuk berangkat!" Amira menggandeng lengan Boni dan memasang wajah angkuh saat melewati para karyawan Boni.

☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️

Setelah mengantar Amira pulang kerumahnya, Boni langsung menuju rumah kedua orang tuanya.

Pukul enam petang, Boni sampai di pelataran rumah pak Wardoyo yang luas dan terlihat begitu asri, karena banyak tanaman tanaman cantik yang menghiasi di sepanjang halaman.

"Asalamualaikum." Boni mengucapkan salam dan melangkah masuk ke dalam rumah yang menjadi tempat berteduhnya selama ini.

"Waalaikumsallm.

Mas Boni, tumben !

Mana oleh olehnya?" sambut Anita d Ngan wajah cerianya, Anita selalu manja dengan semua kakak kakaknya.

"Kamu ya, kakak datang bukannya di tanyain kabarnya, eeh nanya oleh oleh, dasar gadis nakal!" sahut Boni tertawa dan menyerahkan bungkusan martabak juga brownies kesukaan adik perempuannya.

"Kan kabar mas Boni baik, tuh sehat sehat dan makin keren saja. Iya kan?" balas Anita dengan tawa renyahnya, Boni menanggapi celoteh adiknya dengan gemas.

"Mana ayah sama bunda?"

"Ayah masih di mushola, bunda masih sholat di kamarnya. Mas Geri belum pulang." jawab Anita sambil meletakkan martabak di atas piring.

"Kalau begitu, mas mau mandi dulu." Boni melangkahkan kakinya ke dalam kamarnya dulu, membersihkan diri karena tubuhnya sudah sangat lengket.

"Ada apa ayah meminta Boni pulang?

Apa ada yang serius?" tanya Boni cuek sambil mengunyah martabak manis yang tadi di belinya.

"Apa kamu yakin dengan pilihan kamu itu?

Apa tidak ada perempuan yang lain selain perempuan itu?

Terus terang ayah dan bunda kurang setuju dengan pilihan kamu!" sahut pak Wardoyo langsung pada pokok masalahnya.

Boni menghembuskan nafasnya kasar. Tak suka dengan cara berpikir kedua orang tuanya yang masih kolot dalam memandang perempuan.

"Boni mencinta Amira, Boni akan menikahinya.

Dan keputusan Boni sudah bulat, maaf!" sahut Boni tegas dan tak mau lagi mendengar ketidak setujuan orang tuanya pada wanita pilihannya.

☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️

jangan lupa mampir juga di karya aku yang lain.

#Tekanan Dari Mantan Suami (Tamat)

#Cinta dalam ikatan Takdir (ongoing)

#Coretan pena Hawa (ongoing)

#Cinta suamiku untuk wanita lain (ongoing)

#Sekar Arumi (ongoing)

#Wanita kedua (Tamat)

#Kasih sayang yang salah (Tamat)

#Cinta berbalut Nafsu ( ongoing )

New karya :

#Karena warisan Anakku mati di tanganku

#Ayahku lebih memilih wanita Lain

Peluk sayang dari jauh, semoga kita senantiasa diberikan kesehatan dan keberkahan dalam setiap langkah yang kita jalani.

Haturnuhun sudah baca karya karya Hawa dan jangan lupa tinggalkan jejak dengan like, komentar dan love nya ya say ❤️

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!