Arshaka adalah seorang duda beranak satu. Dia menikah begitu lulus SMA karena mengalami kecelakaan. Kekasihnya hamil dan dia harus mempertanggungjawabkan perbuatannya.
Sayangnya pernikahan dini itu tidak berlangsung lama. Setelah anak itu lahir, mereka memutuskan bercerai. Hak asuh anak jatuh pada Arshaka, sedangkan mantan istri Arshaka langsung meninggalkan Indonesia begitu hakim mengetuk palu perceraiannya.
Shaila adalah anak bungsu dari dua bersaudara. Gadis itu memiliki paras ayu dan otak yang cerdas. Banyak laki-laki yang menyukainya, tetapi tidak satu pun yang ditanggapi olehnya.
Sampai saat ini, Shaila selalu menjadi pusat perhatian karena wajah ayunya. Tidak hanya mahasiswa yang tertarik pada gadis itu, Arshaka si dosen muda itu juga menaruh hati padanya. Berbagai cara dilakukan untuk bisa berdekatan dan berhubungan dengan gadis itu, tetapi selalu gagal. Namun, Arshaka tidak menyerah begitu saja.
Terdengar suara meja digebrak dari sebuah kelas. Tampak seorang dosen laki-laki sedang memarahi seorang mahasiswa perempuan.
"Kalau kamu tidak suka dengan mata kuliah saya, silakan tinggalkan kelas ini!" ucap Arshaka, dosen yang mengajar mata kuliah perpajakan.
Shaila, nama mahasiswa yang saat ini terkena amukan sang dosen killer. Semua berawal dari tugas yang lupa tertinggal di kos-kosan karena bangun kesiangan. Gadis itu sudah menjelaskan jika dia sudah mengerjakan, tetapi sang dosen tidak mempercayainya.
"Saya tidak bohong, Pak. Saya minta izin untuk mengambil tugas itu sekarang. Jika Bapak tidak percaya, kita bisa mengambilnya bersama saat mata kuliah ini selesai," ujar Shaila dengan berani.
Gadis itu sudah terbiasa dengan sikap sang dosen yang selalu saja membuat kepalanya ingin meledak. Tak jarang sang dosen memarahi atas kesalahan yang tidak dilakukannya sama sekali. Jangan lupakan sikap pak dosen yang selalu semaunya sendiri!
Mendapat tawaran untuk datang ke kos-kosan, tidak dibuang begitu saja oleh laki-laki muda tetapi berstatus duda itu. Dia langsung mengiyakan tawaran Shaila untuk mengambil tugas itu di kosnya.
"Baiklah! Nanti setelah mata kuliah ini selesai, kita langsung ke kos kamu. Tanpa singgah atau pun alasan lainnya untuk mengulur waktu."
"Oh, ya! Ponsel kamu bawa ke sini! Takutnya kamu minta bantuan teman kos kamu buat ngerjain tugas itu sekarang," pinta dosen muda itu tiba-tiba.
Ingin rasanya Shaila protes tetapi diurungkan. Dia tidak ingin menambah masalah lagi. Sudah cukup drama pagi ini, membuat dosennya murka.
Tidak hanya kali ini saja Arshaka memarahi dan membentak mahasiswa cantiknya itu. Setiap kali ada kesempatan selalu digunakan untuk mengerjai gadis cantik yang telah mengetuk hatinya setelah tiga tahun menduda.
Setelah sembilan puluh menit, akhirnya mata kuliah yang diampu oleh Arshaka selesai. Sebelum semua mahasiswa keluar kelas, dosen itu memanggil Shaila untuk membantu membawakan makalah yang tadi dikumpul oleh teman-temannya ke ruangan Arshaka.
Dengan patuh, Shaila mendekati sang dosen lalu mengambil tumpukan makalah di atas meja. Gadis itu berjalan mengikuti langkah pak dosen menuju ruangannya dengan gontai.
Arshaka benar-benar mengantar mahasiswanya ke kos untuk mengambil tugas yang diberikan Minggu lalu. Laki-laki berstatus duda itu sengaja mengambil tugas itu ke kos, hanya sebagai alibi agar bisa tahu dimana gadis yang menarik hatinya itu tinggal.
Wajah Arshaka tampak berbinar begitu sampai di kos Shaila. Apalagi Shaila tidak keberatan saat dia ikut masuk ke rumah itu. Walaupun dia harus menunggu di ruang tamu, sudah cukup bahagia karena sudah tahu kemana tujuannya malam Minggu nanti.
Setelah menerima makalah dari Shaila, Arshaka tidak langsung pamit. Dia malah mengajak anak didiknya itu ngobrol. Membicarakan hal umum juga tentang mata kuliah perpajakan.
Shaila yang humble dan cerdas membuat obrolan itu nyambung dan terlihat sangat asik. Mereka tidak merasa waktu berlalu begitu cepat sehingga tidak terasa sudah satu jam lebih dua insan itu bercengkrama dan bertukar wawasan.
Arshaka meninggalkan kos Shaila ketika adzan ashar berkumandang. Dia harus segera menunaikan kewajibannya sebagai umat Islam.
Satu Minggu berlalu, selama ini Shaila mengikuti kuliah seperti biasa. Hari ini, gadis itu tiba-tiba malas masuk kuliah karena mengingat mata kuliah itu diampu oleh dosen yang menyebalkan menurutnya. Akhirnya, gadis cantik bernama lengkap Shaila Ghaliba itu memutuskan untuk absen saja.
Shaila sengaja tidak menghubungi teman dekatnya. Dia malas jika harus menjawab pertanyaan kenapa tidak masuk kuliah. Gadis itu memilih tidur alih-alih memberi kabar pada temannya.
Seperti biasa, sebelum memulai perkuliahan Arshaka akan memanggil satu persatu mahasiswanya seperti anak TK. Sudah sering mendapatkan protes dari anak didiknya, tetapi tidak pernah digubris.
"Untuk mata kuliah saya, bagi yang absen tiga kali atau tidak mengikuti pertemuan tiga kali selama satu semester. Saya pastikan akan bertemu lagi dengan mata kuliah yang sama di tahun depan. Karena apa?"
Hening tak ada yang berani menjawab pertanyaan dari dosen yang terlihat santai tetapi sadis itu.
"Karena mata kuliah perpajakan hanya ada di semester ganjil, tidak pernah ada sejarahnya mata kuliah saya ada di semester pendek. Jadi, bagi siapa saja yang sudah dua kali tidak hadir, maka bersiap-siaplah untuk mengikuti mata kuliah ini di tahun depan. Kalian bisa teruskan informasi ini pada teman kalian yang tidak hadir pada hari ini!" Arshaka menjelaskan peraturan selama dia mengajar.
Adiba teman dekat Shaila merasa khawatir dengan nasib temannya itu. Shaila sudah dua kali tidak menghadiri perkuliahan ini. Bisa saja dia mengulang lagi mata kuliah ini di tahun depan bersama anak baru.
Nomor Shaila sejak tadi tidak bisa dihubungi sehingga Adiba merasa geram dan gemas. Tidak biasanya gadis itu absen tanpa kabar seperti ini. Adiba memutuskan untuk pergi ke kos Shaila begitu kuliah kelar.
"Lo kenapa nggak kuliah hari ini? Si ganteng mengamuk tadi. Dia bilang kalau kita bolong tiga kali selama satu semester ini, kita tidak bisa lulus mata kuliah ini. Berarti harus mengulang lagi tahun depan," ujar Adiba, menyampaikan apa yang dia dapat di kelas saat kuliah tadi.
"Biarin aja, gue nggak takut! Ngulang, ya ngulang nggak apa-apa dari pada ketemu sama dosen sinting itu. Males banget!" sahut Shaila dengan santainya.
"Ngulang nggak apa-apa gimana, sih? Tahun depan ya tetap dia dosennya dudul! Kalau bisa, semester-semester berikutnya jangan sampai ketemu lagi sama dia," protes Adiba kesal.
Tanpa mereka tahu, jika perbincangan mereka didengar oleh Arshaka yang kebetulan datang ke kos itu.
"Hari ini kamu boleh benci aku, tapi besok dan seterusnya kamu akan mencintaiku. Aku akan buat kamu masuk dalam jerat cintaku!"
Shaila memasuki kelas lima detik sebelum dosen masuk. Napasnya terengah sehabis berlari dari kos sampai di kampus. Dia terpaksa berlari karena waktunya mepet setelah menyelesaikan piket kebersihan di kos-kosan.
Dosen yang masuk ke kelas hari ini adalah dosen pengganti, karena dosen yang biasanya sedang sakit. Dosen pengganti itu adalah Arshaka. Dia dulunya seorang asisten dosen sebelum menjadi dosen.
Semua mahasiswa langsung mengaduh karena harus bertemu dengan dosen yang terlalu disiplin perfeksionis. Telat masuk kelas satu menit saja harus rela mengerjakan tugas segunung. Dikarenakan tidak ada yang tahu jika yang masuk dosen pengganti, banyak mahasiswa yang masuk terlambat, diantaranya Shaila dan Adiba.
Semua mahasiswa yang datang terlambat diberi tugas merangkum materi kuliah selama satu semester. Tugas itu dikumpulkan paling lambat minggu depan di jam yang sama dengan saat ini. Tidak ada satupun yang protes karena percuma protes, tugas bukan berkurang tetapi bertambah banyak dan berat dilakukan.
Sembilan puluh menit kemudian kuliah selesai. Shaila mengajak Adiba ke kantin karena cacing dalam perutnya sudah demo. Adiba menyetujui, lalu keduanya berjalan ke kantin.
Mereka langsung memesan makanan favorit mereka, yaitu bakso dan jus jeruk. Kedua gadis itu membawa pesanannya ke meja yang masih kosong. Setelah duduk ternyata sambelnya sudah habis sehingga Shaila kembali berdiri.
Nahas, dia tidak tahu jika dibelakangnya adalah si dosen super perfeksionis yang sedang membawa jus alpukat. Shaila menabrak gelas yang dipegang Arshaka. Kini, baju keduanya terkena tumpahan jus itu.
Baju Shaila hanya terkena sedikit saja sedangkan baju dan si dosen super perfeksionis itu tersiram lumayan banyak. Hampir setengah isi gelas pindah ke dada sampai bawah perut. Wajah Arshaka sudah merah padam menahan amarah.
"Maaf, Pak. Saya tidak sengaja! Tadi saya buru-buru," ucap Shaila mengiba.
Pandangan Arshaka ternyata tidak tertuju pada wajah gadis yang menabraknya. Tatapan mata itu berhenti pada dada Shaila yang terkena jus tadi. Baju putih itu memperlihatkan dengan jelas teletubbies Shaila.
Shaila tersadar saat ucapannya tidak digubris oleh sang dosen. Gadis itu mengikuti arah pandangan Arshaka. Tiba-tiba....
Brugh!
Shaila dengan berani memukul dada Arshaka menggunakan tas yang tadi dia letakkan di kursi yang tepat di sebelahnya. Gadis itu merasa ditelanjangi oleh dosen muda di depannya. Ternyata sikap sang dosen tidak hanya menyebalkan tetapi juga me sum.
"Kamu!" teriak Arshaka kesal, baru kali ini ada mahasiswa yang berani padanya.
"Apa? Saya kenapa?" tantang Shaila tidak takut sama sekali.
Adiba langsung mendekati Shaila dan membawanya menjauh dari dosen galak itu. Dia tidak ingin teman baiknya itu terkena masalah lagi karena sudah berani melawan dosen.
"Sudah, Shai! Kamu minta maaf, walau bagaimanapun tetap kamu yang salah. Mahasiswa dilarang melawan dosen di kampus ini," bisik Adiba.
Shaila pun meminta maaf karena takut terkena skorsing. Setiap mahasiswa yang bermasalah akan mendapatkan skorsing dengan lama sesuai berat ringannya tingkat kesalahan.
"Kamu ke ruangan saya setelah ini!" titah Arshaka setelah Shaila meminta maaf padanya.
Dosen itu segera berlalu dari hadapan Shaila dan Adiba begitu selesai memberikan titahnya. Wajah tampannya tampak menyeramkan sehingga membuat mahasiswa yang melihat langsung menepi. Tidak mau berurusan dengan dosen galak itu.
"Gawat, Dib! Pasti hukuman gue nambah lagi. Duuhh, yang tadi aja belum dikerjain malah nambah lagi," ucap Shaila ketar-ketir, hukuman apalagi yang akan dia dapat.
"Sudah, nanti gue bantuin yang bisa. Sekarang Lo cepetan susul beliau ke ruangannya. Takut makin ngamuk kalau telat!"
"Temenin ya!"
Akhirnya kedua gadis itu meninggalkan makanan mereka begitu saja, hanya minum saja sebelum berlalu. Mereka berjalan cepat menuju ruang dosen yang berada di lantai dua. Sesampainya di depan ruang sang dosen, Shaila mengatur napasnya terlebih dahulu baru kemudian mengetuk pintu.
"Masuk!"
Shaila pun masuk diikuti oleh Adiba di belakangnya. Kedua gadis itu berdiri di depan meja kerja Arshaka. Tampak dosen itu sudah berganti pakaian sedang menatap layar laptopnya.
Arshaka mengalihkan pandangannya dari laptop ke arah dua mahasiswa di depannya. Laki-laki itu menarik sudut bibirnya tipis, meremehkan.
"Kalian anak TK apa anak SD? Tidak dengar tadi, siapa yang saya suruh ke sini? Atau kalian berdua sama-sama ingin mendapat hukuman dari saya?" cerca sang dosen sambil bangkit dari kursi yang didudukinya.
"Kamu itu bodoh atau bagaimana? Jiwa korsa itu bukan untuk melakukan kesalahan, tapi untuk melakukan jiwa kebaikan!" ejek Arshaka seraya menunjuk dahi Adiba kemudian mendorongnya pelan. "Pakai otakmu!"
Setiap ucapan yang keluar dari mulut sang dosen itu bak cabe setan, pedas. Sehingga banyak mahasiswa yang tidak menyukainya. Walaupun begitu, tak jarang para cewek centil malah tertarik menaklukkan gunung es itu.
"Bapak keterlaluan banget! Dia tidak bodoh, Pak! Dia hanya ingin membantu saya, sebagai rasa setia kaw...."
"Saya tidak peduli! Saya hanya ingin orang yang melakukan kesalahan yang mendapat hukuman. Bukan orang lain!" potong Arshaka cepat, dia tidak suka dibantah.
Adiba tidak berani mengeluarkan suaranya, berbeda dengan Shaila yang terus melawan sang dosen. Gadis bungsu itu tidak mau tahu, pokoknya hukuman yang diterima harus sesuai dengan kesalahan yang tidak disengaja. Dia akan melayangkan protes sampai hukuman menjadi ringan.
"Tapi, Pak. Saya tidak sengaja menabrak Bapak. Seingat saya tidak ada orang di belakang saya, kenapa Bapak bisa tiba-tiba di belakang saya?"
Arshaka gelagapan mendengar kecurigaan Shaila. Tentu saja Shaila tidak tahu, karena dia tadi sengaja berdiri di belakang gadis itu ketika mengeluh sambal di meja telah habis. Arshaka yang kebetulan duduk di belakang Shaila, sengaja berdiri tepat di balik punggung gadis itu.
Ternyata apa yang diharapkan terkabul. Mereka tabrakan sehingga ada waktu untuk keduanya berbicara. Namun, sayangnya gadis itu membawa temannya ikut masuk ke ruangan.
Arshaka langsung pura-pura tidak tahu. Dalam otaknya kembali menyusun rencana agar bisa duduk berdua saja tanpa adanya orang lain. Dia harus bisa menggunakan kekuasaannya untuk menaklukkan mahasiswa cantik itu.
"Saya juga tidak tahu kalau kamu akan berbalik tadi. Saya hanya berdiri hendak meminta tambahan es batu karena jusnya terlalu kental," ucap Shaka mengarang agar alibinya bisa dipercaya.
Shaila memutar bola matanya jengah. Dia tahu dosen itu hanya mencari-cari alasan saja. Gadis itu merasa yakin jika sang dosen sedang mencari alasan untuk menghukum dirinya.
Shaila berbisik pada Adiba agar meninggalkan dirinya dan sang dosen. Dia ingin mengorek informasi kenapa sang dosen selalu saja mencari masalah padanya. Sungguh dia sangat penasaran dengan itu.
"Sebenarnya Bapak ada dendam apa sama saya?"
"Apa salah saya sama Bapak, sampai segitunya Bapak sama saya?" cerca Shaila kesal, matanya menatap nyalang pertanda kemarahannya tidak bisa dibendung lagi.
"Tidak ada!" jawab Shaka singkat dan jelas.
"Sekarang bersihkan baju kamu! Itu kamar mandinya. Di dalam kamar mandi ada baju ganti yang bisa kamu pakai sementara waktu, menunggu bajumu kering," lanjut Arshaka seraya menunjuk pintu kamar mandi yang ada di ruangannya.
Shaila berjalan sambil menghentakkan kakinya kesal menuju kamar mandi. Walau bagaimanapun juga dia tidak akan bisa melawan dosen itu. Selalu saja ada cara agar gadis itu tidak bisa berkutik.
"Ambil aja kaos di dalam lemari kecil itu! Ada yang masih terbungkus plastik belum pernah aku pakai," teriak Arshaka ketika pintu kamar mandi ditutup oleh Shaila.
Di dalam kamar mandi itu terdapat almari kecil yang berada ditempelkan di dinding sebagai tempat menyimpan baju Arshaka. Shaila membukanya dan menemukan dua baju yang masih terbungkus plastik. Warna baju kaos itu sama, hanya saja ukurannya berbeda.
Shaila mengambil kaos yang berukuran kecil, lalu memakainya. Tidak pas juga tidak terlalu besar, longgar dan nyaman dipakai. Gadis itu lalu mengucek baju kemeja yang tadi terkena tumpahan jus alpukat.
Di dalam kamar mandi itu terdapat peralatan mandi lengkap. Berhubung tidak ada sabun cuci pakaian, Shaila menggunakan sabun mandi untuk menghilangkan noda di bajunya itu. Selesai mengucek dan membilas, dia menggantungkan baju itu di hanger yang ada di balik pintu.
"Cepat sedikit! Kamu terlalu lama di kamar mandi," perintah Arshaka tidak sabar, begitu pintu kamar mandi terbuka.
"Astaga, belum juga keluar dari kamar mandi. Bapak ini jangan ngadi-ngadi, mentang-mentang jadi dosen," pekik Shaila dengan bibir mengerucut karena kesal.
Arshaka masih menatap mahasiswanya sampai gadis itu duduk di sofa yang ada di ruangan itu. Melihat bibir sang mahasiswa, dosen itu pun bermaksud menjahili.
"Kenapa bibir kamu? Minta dicium? Sini, mendekat! Dengan senang hati aku akan meluruskan bibir kamu itu," tanya Arshaka dengan wajah datar untuk menyembunyikan tawanya.
Mendengar pertanyaan dari sang dosen, terang saja Shaila langsung misuh-misuh tak jelas. Suara Shaila ternyata terlalu merdu menurut Arshaka, karena laki-laki itu tersenyum sambil menatap wajah sang gadis dengan intens.
"Sudah? Kalau sudah segera kerjakan ini! Kamu masukkan nilai ini di tabel nilai mahasiswa." Arshaka menyerahkan setumpuk kertas hasil dayli test para mahasiswa di kampus ini dan juga laptopnya.
"Ingat lihat no induknya! Jangan sampai nilai mereka tertukar! Nanti kamu kerja dua kali," ucap Arshaka mengingatkan agar anak didiknya itu tidak ceroboh.
"Siap, Pak! Dijamin beres pokoknya," janji sang mahasiswa.
Shaila mengerjakan tugas yang diberikan Arshaka dengan serius. Sementara laki-laki itu sibuk mengerjakan tesisnya. Dia saat ini masih menempuh pendidikan magister akuntansi.
Wajah dosen mudah tapi duda itu tampak serius membaca, lalu menuliskan sesuatu di atas buku agendanya. Arshaka sebenarnya lebih suka mengetuk langsung di laptop. Berhubung laptopnya sedang dipakai Shaila untuk memasukkan nilai para anak didiknya, Arshaka menulisnya di sebuah buku agar nanti tinggal memindahkan saja.
Mereka berdua tampak kushuk dengan aktivitas masing-masing. Sampai akhirnya suara adzan ashar berkumandang, Arshaka menghentikan pekerjaannya. Laki-laki itu meregangkan otot-otot tubuhnya yang terasa kaku karena berjam-jam menghadapi buku.
"Save aja lalu matikan laptopnya. Waktunya ibadah, istirahat dulu," ucap Shaka sembari bangkit dari kursi yang didudukinya.
Laki-laki itu berjalan mendekati Shaila yang masih asik memasukan nilai. Gadis itu terlalu fokus pada pekerjaannya sehingga tidak mendengar ajakan istirahat dari sang dosen. Dia tetap melanjutkan pekerjaan itu sampai selesai.
"Kamu muslimah, 'kan? Ayo kita sholat dulu, nanti dilanjut lagi kerjanya," tanya Arshaka yang tiba-tiba sudah berdiri di samping Shaila.
Shaila terkejut karena tiba-tiba ada suara di sampingnya. Gadis itu langsung reflek berdiri saking terkejutnya. Tanpa sengaja kepalanya mengenai dagu Shaka.
"Awww... sshhh... kamu itu bisa nggak sih nggak ceroboh?" jerit Arshaka menahan sakit pada dagunya. Tangan laki-laki itu langsung mengusap bagian yang sakit.
"Maaf, Pak. Saya tidak sengaja," ucap Shaila sambil ikut mengusap dagu yang tampak memerah itu.
Arshaka bergegas menghempaskan tubuhnya ke sofa dan diikuti oleh Shaila. Gadis itu masih mengusap dagu sang dosen seraya sesekali meniupnya agar berkurang rasa sakitnya (itu maksud Shaila). Dosen muda itu memanfaatkan kesempatan itu untuk menatap wajah Shaila dengan intens.
Shaila akhirnya tersadar dengan apa yang dilakukannya. Dia gegas menurunkan tangannya dan salah tingkah. Berbeda dengan sang mahasiswa, Arshaka malah tersenyum bahagia.
"Sudah? Sekarang kita laporan dulu ke mushola. Nanti ngelusnya disambung lagi," bisik Arshaka tepat di belakang telinga Shaila.
Shaila yang masih tampak malu, hanya menunduk saja tanpa banyak bergerak. Melihat hal itu, Arshaka berinisiatif untuk menarik tangan Shaila perlahan. Laki-laki itu mengajak si perempuan ke mushola kampus.
Lima belas menit kemudian mereka kembali menuju ruangan Arshaka. Dosen muda itu mulai mengemasi berkas yang tadi digunakannya. Begitu juga Shaila, dia membereskan berkas kira-kira ya masih berhubungan nik
"Ayo, saya antar kamu! Pekerjaan kalau dipikirin gak ada habisnya," ucap sang dosen.
Shaila ternyata melupakan baju yang tergantung di kamar mandi. Dia hanya ingat segera pulang untuk mengerjakan pekerjaan rumah. Gadis itu langsung melenggang pergi begitu saja tanpa menunggu sang dosen.
"Tunggu, Shai! Kamu pulangnya saya antar, terima kasih atas bantuan kamu hari ini. Jangan lupa besok ke sini lagi!" oceh Arshaka sambil mempercepat langkah kakinya mendekati.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!