NovelToon NovelToon

Kapten Tom

Pengawasan

"Eh.. guys kita nongkrong yuk!! menghilang kan penat ini, stress akibat kuis tadi." ucap Susanti.

"Benar - benar, mending kita nongkrong." ucap Tito.

"Gimana Axel? " tanya Susanti.

"Saya tergantung sama Maudy juga." jawab Axel.

"Boleh, yuk. Saya juga ingin nongkrong nih, menghilang kan stress." ucap Maudy.

"Ok kita lest go...!!! " ucap Susanti.

Mereka berempat pun, pergi ke tempat favorit mereka. Dengan berboncengan motor, secara berpasangan, mereka pergi ke cafe tempat ke empat nya menghabiskan waktu.

Dalam perjalanan, Susanti dan Maudy memeluk erat dari belakang tubuh pasangan nya. Hingga tepat berhenti di sebuah lampu merah, bersebelahan berhenti sebuah pria yang Maudy kenal.

Pria tersebut menoleh ke arah Maudy, namun bagi Maudy, melihat nya adalah bagai melihat seorang musuh.

"Mau kemana?" tanya pria berseragam loreng, diketahui bernama Tomi.

"Bukan urusan Om, saya mau kemana." jawab Maudy.

"Nanti Papah kamu cari."

"Papah akan cari, kalau Om itu bakalan kasih tahu dia."

"Apa kamu lupa, ponsel kamu itu di pasang GPS sama Papah kamu?"

Dengan rasa kesal, Maudy turun dari motor Axel, saat lampu merah masih menyala. Dan terpaksa berpindah, pada motor Tomi.

"Kok, kamu sama dia sih Maudy? " tanya Axel.

"Sorry Axel, saya tidak bisa ikut sama kalian." jawab Maudy, dan lampu berganti menjadi hijau, motor yang membawa Maudy langsung melaju kencang.

Axel dan Tito langsung menjalankan motor nya, dan menepi di tepi jalan setelah lampu merah. Axel, dengan kecewa harus menelan kesekian kali nya.

"Axel, cewek kamu kok, semakin kesini tambah di kekang gitu." ucap Tito.

"Saya kasihan sama Maudy, tidak bisa bebas." ucap Susanti.

"Saya juga bingung, kalau Maudy nya begitu sangat takut sama Papah nya. Mau saya paksa, tadi tidak enak nya nanti ribut di jalan." ucap Axel.

"Tapi tadi itu, bukan Papah nya kan?" ucap Susanti.

"Bukan, dia itu teman Papah nya." ucap Axel.

"Kamu kenapa tidak menahan Maudy, kalau dia itu adalah teman Papah nya. Gimana sih kamu? kita kira pria itu Papah nya. Secara hampir mirip postur tubuh nya." ucap Tito.

"Sudah yuk, kita lanjut saja." ucap Axel langsung menjalankan motor nya kembali.

Sedangkan Maudy turun dari motor Tomi, melangkah dengan cepat meninggalkan pria yang kini mengekor di belakang nya.

"Papah...!!! " ucap Maudy dengan suara kencang.

"Assalamu'alaikum." ucap Papah Hadi.

"Walaikumsalam." ucap Maudy langsung mencium punggung tangan Papah nya.

"Bisa nggak sih, di jalan itu tidak ketemu sama manusia itu." ucap Maudy sambil menunjuk ke arah Tomi.

"Nama nya Tomi sayang, dia itu akan mengawasi kamu, kalau Papah sedang tugas. Papah sudah aktifkan GPS kamu, memastikan kamu itu dimana."

"Papah itu aneh ya, anak sendiri ponsel nya di kasih GPS, dan Papah pantau dimana pun Papah berada, dan pria itu Papah bayar, untuk mengikuti saya."

"Saya tidak di bayar, dah tidak mengikuti kamu. Hanya kebetulan saja, dan mungkin takdir memang menyatukan kita."

"Ih... amit - amit saya, masih keren juga Axel, sedangkan Om sudah bau tanah, bau balsem lagi." ucap Maudy langsung masuk kedalam kamar nya.

Sedang kan Tomi, mencium ketiak nya yang wangi perfume, sedangkan Hadi hanya menggelengkan kepala nya.

"Tomi, Maudy itu putri satu - satu nya saya. Dia itu belum pernah, dapat kasih sayang dari seorang Mamah. Istri saya meninggal dunia saat melahirkan dia, kamu juga sudah tahu kan bagaimana saya merawat dan menjaga dua dari bayi. Saya itu takut, dia kan anak perempuan takut dengan pergaulan yang salah. Makan nya, dari dia masih kecil saya itu akan mencarikan pria yang terbaik, dan membuat hati saya tenang. "

"Maudy sudah punya pacar, Maudy tidak suka sama saya. Dia benci saya, saat tahu kamu menjodohkan saya dengan dia satu tahun yang lalu. " ucap Tomi.

"Saya hanya ingin kamu, menjadi suami nya."

"Tapi dis tidak suka saya."

"Tapi kamu suka dengan putri saya kan? saya ingat kamu pernah bilang, saat Maudy beranjak dewasa kamu pernah mengatakan kalau kamu jatuh cinta sama dia. Dan saat itu Maudy tahu, dan menjadi ilfil sama kamu."

"Iya, mungkin ilfil nya karena disukai pria tua seusia Papah nya."

*****

"Kamu itu, masih berhubungan sama Axel?"ucap Papah Hadi.

"Papah kan tahu, kalau saya itu pacaran sama Axel dari SMP, bahkan kita sampai satu universitas dan satu jurusan. Papah kan tahu juga, keluarga Axel itu siapa. Tapi malah Papah tidak setuju, dan malah menjodohkan dengan pria tua itu. "

"Tomi belum tua, wajah nya lihat. Seperti usia pria 30 tahun, dia mapan, dewasa, jelas masa depan nya. Sedang Axel, hanya cinta monyet, pria labil, Papah tidak pernah menganggap kamu sama dia serius, hanya menganggap sebagai cinta nya anak kecil. Tapi saat kamu mulai dewasa Papah sudah merasakan cemas, takut salah pilih."

"Salah pilih apa sih Pah, Axel itu pria yang bertanggung jawab. Sama Om Tomi, saya tidak suka. Apalagi yang utama, umur nya itu sama seperti Papah. Kalau saya jalan sama dia, bagai anak sama Ayah nya."

"Pokok nya kamu, harus menikah sama Tomi. Papah tidak mau tahu, dan kamu putus kan Axel."

"Tidak Pah, saya tidak akan putus kan Axel. Dan tolong, jangan kekang hidup saya. Ada waktu nya, saya ingin bersama mereka. Dan tolong, kasih saya waktu untuk bersenang - senang. Saya sudah dewasa bukan anak kecil lagi, saya bisa memilih mana yang baik dan mana yang salah." ucap Maudy langsung pergi meninggalkan Papah Hadi.

"Maudy...!! " panggil Papah Hadi.

"Maudy...!! panggil kembali Papah Hadi, tapi Maudy membanting pintu kamar nya dengan kasar.

*****

" Maudy..!!! "

Pletak...

Pletak...

"Maudy..!! "

Pletak...

Axel terus melempar batu kerikil, ke arah jendela kamar Maudy, yang berada di lantai 2. Lalu jendela kamar terbuka, Maudy tersenyum saat tahu Axel ada di bawah.

"Kamu ngapain? kenapa tidak telepon saja." ucap pelan Maudy.

"Saya kangen sama kamu." ucap Axel.

"Saya turun." ucap Maudy.

Dengan menoleh ke kanan dan kiri, mengecek keadaan aman dari Papah nya. Langsung berjalan keluar, dan langsung membuka pintu gerbang.

"Kamu kenapa tidak telepon saja, nanti Papah lihat gimana?"

"Tidak apa - apa, saya ini berniat serius sama kamu. Saya tidak takut sama Om Hadi, ini buat saya adalah sebuah tantangan."

"Ini yang semakin saya cinta, kamu itu benar -benar serius sama saya."

"Maudy, bagaimana kalau kita ini kawin lari saja?"

"Kawin lari!!

" Iya, mungkin dengan begini kita bisa dapat restu dari Papah kamu."

.

.

.

Gagal Nikah

"Kawin lari...!!! " ucap Maudy.

"Iya, kita kawin lari. Gimana, apa kamu mau?" ucap Axel.

"Ta - tapi, orang tua kita gimana?"

"Urusan itu belakangan, yang penting kita nikah dulu. Kalau sudah nikah, pasti orang tua kita tidak bisa berbuat apa - apa lagi. Terutama Papah kamu, dia tidak akan bisa berbuat apa - apa."

"Tapi saya di awasi Axel, dan kamu harus tahu juga, sampai ujung dunia pun dia akan tahu."

"Kamu itu lupa ya, kalau GPS kamu itu bisa hilang, kalau kamu hapus aplikasi nya. Dan kamu non aktifkan, ponsel nya beres kan. Atau jangan bawa ponsel kamu, Papah kamu tidak akan pernah tahu kamu dimana, udah buruan sekarang kita pergi,dan ponsel kamu di kamar kan? "ucap Axel, dan di anggukkan oleh Maudy.

"Tapi Axel, pakaian saya, masa beginian doang."

"Udah, gampang kamu saya modalin."

Maudy pun naik ke atas motor Axel, dengan segera pergi meninggalkan rumah Maudy. Sedang kan dari jauh, Tomi melihat nya, dengan tersenyum dan menggeleng kan kepala nya, Tomi langsung mengikuti nya.

****

" Loh, kalian disini?"ucap Maudy pada kedua sahabat nya.

"Iya Maudy, kita ini di minta sama Axel, buat jadi saksi pernikahan kalian." ucap Susanti.

"Benar, nanti penghulu nya akan segera tiba." ucap Tito.

"Axel, kamu serius?" ucap Maudy, pada Axel.

"Serius sayang, kalau tidak serius ngapain mengajak kamu kawin lari." ucap Axel.

"Tapi sayang, masa kita nikah pakaian nya begini. Kamu lihat, saya pakai kaos rumahan sama celana pendek saja."

"Tenang, pakaian sudah di siapkan." ucap Susanti.

"Axel."

"Iya sayang, sekarang kamu masuk kamar, Susanti akan make up kamu."

"Ok, untuk hari spesial, kamu Susanti harus make up saya yang cantik."

****

Tomi melihat, ada seorang pria turun dari motor, yang ditemani pria muda seumuran 30 tahun. Tomi pun langsung berjalan mendekati, pria yang kemungkinan akan menikah kan Maudy dan Axel.

"Maaf Pak, bisa minta waktu nya?" tanya Tomi.

"Bisa, ada apa ya Pak?"

"Bapak mau masuk kedalam rumah itu kan?" tanya Tomi.

"Iya, kenapa?" jawab nya kembali bertanya.

"Maaf Pak, seperti nya Bapak itu tidak bisa menikah kan mereka." ucap Tomi.

"Kenapa tidak bisa?"

"Yang di dalam itu, adalah residivis."

"Jangan macam - macam kamu."

Tomi, langsung membuka dompet nya, dan menunjukkan bahkan dirinya seorang Tentara, dan kedua pria tersebut langsung saling bertatapan.

"Saya ini seorang mata - mata, kalau kalian mau bekerja sama, kalian akan bebas dan tidak akan ikut terlibat."

"Ba - baik Pak, saya tidak akan menikah kan mereka berdua. Lebih baik, kami pulang."

"Iya lebih baik kalian pulang, karena mereka itu buronan kawanan pencuri."

"Pencuri? "

"Iya pencuri Ayam dan bebek."

"Kita pergi sekarang." ucap nya, dan langsung pergi.

Sedang kan Tomi, tersenyum geli, dan langsung berjalan mendekat ke arah rumah, yang akan di jadikan saksi bisu pernikahan tanpa restu tersebut.

****

"Aduh, kok lama banget sih? padahal sudah janji jam segini datang." ucap Axel.

"Kamu hubungi lagi Tito." ucap Axel kembali.

"Sudah, tapi malah nomer nya tidak aktif." ucap Tito.

"Ah, tidak aktif..!!! tapi dia tahu kan kita disini?"

"Tahu, sudah saya sharelok."

"Axel, kita jadi nikah nggak sih?" tanya Maudy.

"Jadi sayang, tenang ya. Mungkin penghulu ya sedang di jalan."ucap Axel dengan membelai wajah Maudy, yang sudah di make up cantik.

Tok... Tok...

" Itu datang." ucap Tito, langsung berjalan ke arah pintu saat mendengar suara ketukan pintu.

Ceklek

Tito membuka lebar kedua matanya, saat melihat Tomi yang sudah berdiri tegap di depan nya.

"Tito, suruh langsung masuk saja."teriak Axel.

" Sudah siap pengantin nya?" tanya Tomi sambil melipat kedua tangan nya di dada.

"Si - siap." ucap Tito, dan Tomi langsung masuk ke dalam.

Ketiga nya kaget, saat Tomi masuk. Maudy pun, menelan ludah saat melihat Tomi menatap tajam ke arah nya, begitu juga Axel yang tidak bisa berkata apa - apa.

"Apa bisa kita mulai, katanya mau kawin lari? saya sudah siap kan stop watch nya. Mau di mulai dari mana?" ucap Tomi dengan tersenyum sambil memperlihatkan lesung kedua pipi nya.

"Om, kok bisa ada disini sih? Om itu seperti hantu, selalu ada di sekitar kita." ucap Maudy, yang sudah berganti pakaian dengan sebuah gaun pesta.

"Kemana kalian lari, saya akan menemukan kalian. Dan kamu, nama kamu siapa?" ucap Tomi, sambil jari nya menunjuk tepat di dada Axel.

"Axel Pak." ucap Axel.

"Punya modal apa? kamu nikahi Maudy. Kamu sudah pikirkan belum? setelah menikah itu gimana rasanya, tidak hanya makan cinta saja tapi materi kamu kuat tidak."

"Om, memang nya Om sudah menikah? Om saja belum menikah, ngapain sok mengajar kan tentang pernikahan." ucap Maudy.

"Kamu mau, papah kamu marah? melihat anak nya hidup sengsara, mana ada orang tua yang akan santai melihat anak nya sengsara. Apalagi menikah, asal nikah."

"Om cukup deh, lagian juga Om bukan Papah saya. Lagian, ngapain Om sibuk mengurus anak orang, benar nggak?" ucap Maudy dan di anggukkan ketiga teman nya.

"Mending urus jodoh Om, yang tidak datang - datang." ucap Maudy.

"Jodoh saya itu kamu." ucap Tomi dengan pede nya.

"Bapak bicara apa? ini calon istri saya. Bapak jangan enak saja, bicara begitu." ucap Axel.

"Om kira saya mau, sama pria bau balsem gini." ucap Maudy.

"Kamu mau pulang secara paksa, atau saya telepon Papah kamu, dan menceritakan kalau kamu akan kawin lari, mau pilih yang mana?" tanya Tomi.

"Ngadu aja sekalian, biar Papah menikahi kamu berdua." ucap Maudy, sambil memegang erat lengan Axel.

"Ok, saya akan hubungi Papah kamu."

"Silahkan, dia nggak akan percaya. Karena ponsel saya di rumah, dan dia mengira Om itu bohong."

"Kali ini, saya akan melakukan panggilan video." ucap Tomi menunjukkan panggilan video.

Maudy langsung merebut nya, dan mematikan ponsel nya. Dengan menatap tajam, dan Tomi tersenyum dengan penuh kemenangan.

"Kita pulang." bentak Maudy.

"Maudy, rencana kita bagaimana?" tanya Axel.

"Sorry Axel, saya tidak bisa. Sampai kira lari ke ujung dunia, pasti akan di temukan."

****

"Pegang yang kuat, nanti jatuh gimana." ucap Tomi saat kedua nya sudah berada di atas motor.

"Ogah, saya tidak mau dekat sama pria bau balsem. "

Tomi, tanpa aba - aba langsung tancap gas, otomatis tubuh Maudy terdorong ke depan, dengan reflek memeluk tubuh Tomi.

****

"Aduh, anak Papah cantik sekali. Kamu habis kemana sama Om Tomi, pakai gaun pesta begini?" tanya Papah Hadi.

"Tanya saja tuh, sama orang nya. " ucap Maudy langsung membanting pintu kamar nya.

"Dia buat ulah lagi?" ucap Papah Hadi.

"Tidak, dia kesal karena saya menolak menemani dia untuk berpura-pura jadi Papah nya."

.

.

.

Tendangan Maut

"Sayang."

"Eh Papah." ucap Maudy, langsung menurunkan kaki nya, saat sedang duduk di kursi sambil mengecat kuku nya.

"Kamu tadi minta bantuan Tomi, untuk pura - pura jadi Papah ya?" tanya Papah Hadi.

"Hah... apa..!!! kata siapa?" tanya Maudy kaget.

"Kata Tomi, memang nya acara apa? tadi ada pesta ya? kamu pakai gaun pesta."

"Wah, tuh benar - benar fitnah. Papah percaya?"

"Percaya lah, masa tidak percaya. Malah Papah lebih percaya Tomi, dari pada kamu."

"Kok gitu sih Pah, anak sendiri nggak di percaya."

"Kamu kenapa minta bantuan dia?"

"Wah, nih orang benar - benar fitnah." ucap Maudy dalam hati nya.

"Bantuan apa?" tanya kembali Papah Hadi.

"Anu Pah, mepet tadi di kampus kan ada acara pementasan, orang tua nya harus hadir. Coba hubungi Papah, susah banget. Terpaksa hubungi Om Tomi."

"Ponsel Papah aktif kok, tadi on terus."

"Mungkin sinyal Pah, jadi susah masuk."

"Mungkin juga kali ya."

****

Maudy mencari ketiga teman nya, dan langsung menghampiri saat melihat ketiga teman nya, yang sedang duduk di kantin kampus.

"Hi.. "sapa Maudy, namun ketiga nya diam tidak membalas sapaan Maudy.

Bahkan, Axel pun terlihat dingin pada Maudy, dan membuat Maudy merasakan sangat bingung pada ketiga teman nya.

" Kalian kenapa sih? kok pada diem gitu." ucap Maudy.

"Pria yang kamu panggil Om, melaporkan Axel ke pihak kampus. Kalau dia bawa lari kamu, dan mengajak kawin lari. parahnya dia, secara diam - diam, merekam pembicaraan kita semua." ucap Susanti.

"Hah... dia merekam dan melaporkan ke pihak kampus." ucap Maudy kaget.

"Iya, bahkan Axel di skors selama 1 bulan."

"Benar begitu Axel?" ucap Maudy pada Axel.

"Iya, saya di skors karena telah membawa lari kamu."

"Tapi kenapa pihak kampus, ikut - ikut aja sih? ini kan masalah pribadi. Kok sampai si tua itu , melaporkan ke kampus."

"Bukan hanya itu saja, si Bapak Tentara itu, memperlihatkan kalau Axel itu pernah ikut balapan liar, dan pernah terjaring polisi." ucap Susanti.

"Itu kan, dua tahun yang lalu." ucap Maudy.

"Ya mana tahu, kenapa dia bisa dapat kan photo saya waktu di kantor polisi. Bahkan di bawa ke pihak kampus, percaya saja di kira baru - baru ini. Pokok nya, Om Tentara itu cerita banyak, sampai saya di skors." ucap Axel.

"Benar - benar itu Om nya kamu." ucap Tito.

"Dia bukan Om nya saya." ucap Maudy dengan raut wajah nya yang kesal.

"Saya harus jelaskan pada pihak kampus." ucap Maudy, langsung bangun dari duduk nya.

"Percuma kamu bilang, mereka percaya sama dia. Apalagi dia memakai seragam, dan menunjukkan identitas nya sebagai Tentara, serta beberapa bukti lain nya." ucap Axel.

"Saya harus temui dia sekarang."

******

Maudy berjalan masuk ke area Batyalon, Anggota yang berjaga di pos tahu siapa Maudy, karena setahun yang lalu Papah Hadi bertugas di Batalyon 005,dan mengijinkan masuk untuk menemui Tomi.

"Mana tuh orang, sudah gatal tangan ini, ingin pukul." gerutu Maudy, sambil berjalan mencari Tomi.

Saat menemukan Tomi, dia sedang di lapangan, bersama anggota lain yang sedang latihan. Dimana Tomi, memimpin pasukan nya.

Maudy berkacak pinggang, di luar lapangan, Tomi langsung berlari menemui Maudy. Dengan santai Tomi, menyapa Maudy dengan sebuah senyuman.

Buuugghhhh

Awwwwww

Tepat sasaran Maudy, menendang bagian tengah Tomi. Bahkan Para Anggota melihatnya, dan ikut merasakan ngilu.

"Rasain tuh, tendangan maut." ucap Maudy penuh kemenangan.

Sedang kan Tomi, tersungkur dan merasakan sangat ngilu, namun Maudy dengan tanpa bersalah langsung pergi.

"Ma - Maudy, kamu ya...!! "

Aaaaawww

"Makan nya, jadi orang jangan suka ikut campur. Urus tuh, diri kamu sendiri."

*****

"Maudy...!!" panggil Papah Hadi.

"Maudy...!! " panggil Papah Hadi kembali.

Braakkkk

Papah Hadi membuka paksa pintu kamar Maudy, sedang kan putri satu - satu nya sedang menari dan bernyanyi sambil memakai headset.

"Maudy...!! " Papah Hadi, langsung mencopot paksa Headset yang di pakai nya.

"Papah..!! "

"Kamu apakan Tomi? "

"Nggak Maudy apa - apakan, hanya menendang punya dia. "

"Kamu itu, kurang sopan. Orang tua kamu perlakuan seperti itu, di depan Anggota nya lagi. Kenapa kamu tendang dia?"

"Oh jadi dia ngadu sama Papah? dia ngadu apa saja?"

"Benar, kemarin kamu mau kawin lari?"

"Iya , kenapa? ini semua gara - gara Papah. Yang tidak menyetujui hubungan saya dengan Axel."

"Papah seperti ini, demi kamu. Tomi itu menurut Papah terbaik buat kamu, dia dewasa. Sedangkan Axel, coba kamu lihat. Belum apa - apa, sudah ambil keputusan mengajak kamu kawin lari. Untung Tomi segera mencegah nya, kamu anak papah satu - satu nya, papah tidak ingin kamu itu hancur."

"Baik menurut Papah, tapi tidak menurut Maudy. Axel itu baik Pah, kita pacaran sejak SMP hingga sekarang. Dia anak dari keluarga baik - baik, Papah juga kenal kan? pokok nya, saya tetap nikah sama Axel."

"Sampai kapan pun, papah tidak akan setuju. Mau dibawa kemana hidup kamu sama Axel, kamu pikir nikah muda, dengan pria yang belum mapan, akan makan cinta terus. Dan kamu pikir, kemarin dengan kawin lari, hidup kalian hanya memikirkan asal bersama apa. Kalian butuh makan, suami kamu harus kerja, gimana kuliah kalian. Apa otak kamu sama Axel, tidak sampai kesana."

"Bisa berjalan Papah, kalau ada niat pasti bisa."

"Mulut mudah di ucap, tapi melaksanakan nya akan sulit." ucap Papah Hadi yang masih sabar, menghadapi putri satu - satu nya.

"Sekarang, kamu minta maaf sama Tomi." pinta Papah Hadi.

"Nggak mau, karena Om Tomi sudah buat Axel di skors selama 2 minggu, dan dan menunjukkan photo 2 tahun lalu, dari kepolisian saat Axel kena razia balap liar."

"Tuh lihat, balapan liar, dia aja masih main - main, uang masih minta sama orang tua, sok ngajak kamu kawin lari. Tetap saja, orang tua nanti kasih makan kalian."

"Papah itu, kalau ngomong enak saja. Orang itu belum tentu Papah, yang Papah katakan bisa saja berbanding terbalik."

"Kamu yakin, mau nikah sama Axel? silahkan tapi jangan merepotkan orang tua. Kamu saja, masih bergantung pada orang tua." ucap Papah Hadi langsung pergi meninggalkan Maudy yang masih berdiri mematung.

******

Sedang kan Tomi, masih berbaring di atas tempat tidur, dengan milik nya yang masih dia kompres. Sedang kan junior nya, yang melihat merasakan ikut ngilu.

"Bang, masih sakit ya?" tanya Fadil.

"Banget Fadil, tendangan nya lumayan. Dia kan atlet Taekwondo." jawab Tomi sambil meringis.

"Tapi masih bisa berdiri tegak kan Bang?"

"Nah, itu dia Fadil yang saya takutkan, takut tidak bisa berdiri tegak."

"Ngeri Bang."

"Bocah bar - bar harus tanggung jawab, kalau sampai ini si jojon tidak bisa berdiri lagi."

.

.

.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!