NovelToon NovelToon

Silvi (Jadilah Ibuku)

tempat yang tak terduga

Hari ini seorang wanita nekat mendatangi sebuah tempat yang semua pasangan mungkin berdoa untuk tidak pernah ke tempat itu.

Ya itu adalah sebuah pengadilan agama, siapa yang menyangka pernikahan yang sudah sudah patah dia perjuangkan.

Kini harus dia juga yang mengakhirinya, tujuh tahun lalu dia datang ke tempat ini sebagai seorang siswi sekolah menengah kejuruan yang sedang melakukan praktek kerja lapangan.

Tapi sekarang dia datang ke tempat ini untuk menggugat cerai suaminya yang lima tahun ini sudah bersamanya.

"Silvi, kamu di sini, mau apa?" tanya mas Khairi yang selama ini memang tetap berhubungan baik dengan wanita itu.

"Iya mas, aku mau memasukkan berkas tapi bingung," jawab Silvi menghapus air matanya.

"Ya Allah, ayo aku tunjukkan, kamu kenapa dek sampai datang kesini, kamu kan tau jika masih bisa di selesaikan jangan sampai ke sini," kata pria itu yang mengajak Silvi masuk kedalam sebuah ruangan untuk pendaftaran.

"Aku juga tidak mau mas, tapi aku sudah terlalu lelah, dan aku tak tahan lagi menjalaninya," jawabnya sebisa mungkin terlihat tegar.

Khairi melihat semua berkas Silvi, dia ingat betul siapa gadis di depannya itu.

Kini sudah berubah sepenuhnya, jika dulu gadis yang sangat ceria dan selalu tersenyum ramah.

Kini berubah seratus delapan puluh derajat, dan malah sekarang terlihat sangat murung.

Silviana Ayundani, seorang gadis yang tumbuh sebagai putri kedua di sebuah keluarga sederhana.

Dia menikahi seorang pria bernama Mulyadi, itupun atas keinginan dan keyakinan dari kedua orang tuanya.

Awal pernikahan mereka berjalan baik-baik saja, hingga sampai dia keguguran dua kali karena bekerja keras.

Ya dia bekerja keras untuk menghidupi keluarga suaminya, dia banting tulang untuk menyekolahkan adik suaminya.

Tapi apa yang dia terima penghianatan besar, dan yang paling buruk adalah, penghianatan itu di lakukan oleh teman dan suaminya.

Dan yang membuat hati Silvi makin hancur adalah, dukungan yang di berikan oleh kedua mertuanya.

Dengan ucapan, karena Silvi tak bisa melahirkan seorang anak, dan itulah yang mereka rasa pantas Silvi dapatkan.

Khairi memberikan minum pada Silvi, padahal dia tak seharusnya ada di tempat pendaftaran perkara.

Karena pria itu sudah mendapatkan kenaikan jabatan beberapa tahun ini, tapi melihat kondisi Silvi membuatnya sedih.

"Sudah tenang, sekarang kamu bisa ceritakan kenapa kamu menggugat cerai suamimu dek?"

"Dia menikah lagi tanpa persetujuan ku, aku juga mengalami kekerasan dalam rumah tangga mulai dari verbal dan fisik, aku melampirkan semua bukti di dokumen itu, aku tak bisa tahan lagi, dalam lima tahun pernikahan kami, aku jarang mendapatkan nafkah lahir dan batin," jawab Silvi yang nampak begitu sedih.

Mendengar itu, Khairi melihat bukti yang di maksud oleh Silvi, dia kaget melihat semua pesan singkat yang di terima wanita itu.

Belum lagi bukti foto dan juga bukti dari rumah sakit, karena beberapa luka, "apa... luka bakar di punggung?"

"Iya... dia menyiramkan air mendidih ke tubuhku saat dia merasa marah karena aku terlalu lama membuatkan kopi," jawab wanita itu lagi.

"Kita laporkan ke polisi, ini sudah tindak kejahatan berat dek, kamu jangan diam saja, ya Allah..."

"Tidak perlu mas, cukup aku bisa berpisah dengannya, dan mendapatkan hak ku," jawab Silvi.

"Baiklah, tolong sebutkan tuntutan mu, dan nanti aku akan mencoba memprosesnya lebih cepat ya," kata pria itu

Khairi benar tak bisa melihat hal ini, gadis yang sudah di anggapnya sebagai adik sendiri di perlakukan kejam seperti ini.

Akhirnya dokumen yang di ajukan Silvi di terima dan dia membayar uang administrasi untuk persidangan.

Setelah itu, Silvi pun memutuskan untuk pulang, hati panjang ini akan di mulai tapi dia tak boleh lemah karena dia harus kuat demi masa depannya.

Sebuah pesan masuk kedalam ponselnya, ternyata ada beberapa orang yang pesan salad buah dan risol mayo yang dia jual, kini dia berjuang sendiri untuk hidupnya.

Silvi pun mengarahkan motornya ke sebuah ATM, untungnya dia berhasil membawa dan mengambil ATM miliknya yang di rampas oleh suaminya itu.

Dia pun mengambil uang untuk modal besok, dia segera menuju ke rumah kos-kosan yang dia sewa.

Meski kecil tapi rumah itu saat ini menjadi tempat teraman yang dia miliki.

"Ya Allah... tolong kuatkan aku," lirihnya.

Dia masuk kedalam rumah kos-kosan itu,dan mulai memotong-motong buah.

Meski dia sudah seminggu keluar dari rumah, tak ada satu pun orang yang mencarinya.

Dia menyiapkan pesanan untuk besok, beruntung seminggu ini dia sudah bisa memenuhi kebutuhannya sendiri.

Meski awalnya dia di bantu teman-temannya untuk memasarkan semua jualannya.

Pukul delapan malam, dia baru selesai sholat setelah menyelesaikan semua pesanannya.

Sebuah telpon berdering dan memintanya pulang ke rumah, "assalamualaikum pak,"

"Waalaikum salam,besok pulang ke rumah, bapak ada hal penting yang ingin di bicarakan, ingat pulang!" suara pria itu meninggi.

"Inggeh pak," jawabnya

Silvi tau benar apa yang akan terjadi, kemungkinan besar dia akan di marahi habis-habisan.

terlebih atas apa yang dia pilih, yaitu berpisah dari Mulyadi, pria pilihan dan menantu yang terbaik menurut keluarganya.

dia memutuskan untuk tidur karena besok pagi dia harus bekerja lagi mengantarkan semua pesanan.

keesokan harinya, Silvi bangun pukul empat pagi, setelah menjalankan tugas bagi seorang Muslim.

dia pun langsung menyelesaikan semua pesanan yang sudah masuk kemarin.

hari ini ada tiga tempat untuknya mengantar pesanan, pukul enam pagi, dia menyiapkan motor miliknya dan menambahkan tas rengkek untuk membawa semua kotak pesanan itu.

"ya Allah mbak Silvi rajin amat, kami saja baru bangun," kata Diah yang memang jadi tetangga kamar Silvi.

"ya mau bagaimana lagi, saya ini bukan kalian yang bekerja di pabrik yang punya jam kerja, saya kan cuma catering kecil-kecilan," kata Silvi.

"tapi mbak itu tangguh loh, aku kadang sampai heran, ada orang kok gak ada capeknya," kata Alin.

"ya capek kadang-kadang, tapi ya mau bagaimana, sudah ya saya pamit dulu, para pelanggan sudah menunggu," kata Silvi yang sudah memakai helm dan jaket kulit miliknya.

dia pun langsung menuju ke para pelanggannya, dan dia selalu bersyukur dengan berapapun yang dia dapatkan hari ini, dan nanti siang dia akan berjualan kecil-kecilan di teras rumah kos-kosannya.

ya meski awalnya itu di marahi oleh pemiliknya, tapi saat dia berjanji akan membantu menyapu halaman agar tetap bersih, semuanya pun jadi tak keberatan.

toh wanita itu juga seperti penyelamat,karena berkat dia banyak anak-anak yang jadi lebih memilih main di sekitar sana satu pada di jalan.

bukan anak kami

Setelah mengantar semua pesanan, Silvi sudah sampai di rumah milik keluarganya.

Dia memang anak dari seorang petani yang sukses dan terkenal di kampungnya.

Tapi mereka selalu mengabaikan Silvi, entah apa yang sebenarnya, karena Silvi selaku merasa jika dia sangat tak di anggap di rumahnya sendiri.

Dia turun dari motor miliknya, batu juga akan mengetuk pintu, ternyata bapaknya sudah keluar dengan wajah marah.

"Kamu masih berani menunjukkan wajah ku, dasar anak tidak tau di Untung!!" marah pria itu.

Plak...

Tamparan keras bahkan melayang dan mengenai wajah Silvi hingga membuat wanita itu tersungkur hingga ke lantai.

Bahkan menyaksikan hal seperti itu, kakak dan ibunya hanya diam saja melihat Silvi yang di perlakukan seperti itu

Tak puas dengan itu, bapak dari Silvi menarik putrinya itu hingga masuk kedalam rumah.

"Bapak ... kenapa seperti ini, Silvi bisa jelaskan pak," mohon gadis itu dengan memohon.

"Jelaskan apa!! kamu itu buat malu Silvi, mertua mu bilang jika kamu itu kabur dari rumah membawa semua perhiasan, bahkan kamu melukai suamimu dengan memukulnya, apa ini yang bapak ajarkan, kamu itu jadi wanita yang sudah tak tau diri, dan terus keluyuran di luar!" bentaknya mendorong Silvi hingga tersungkur.

Silvi pun menahan rasa sakitnya yang dia rasakan, dia benar-benar tak bisa melakukan apapun saat ini.

"Jika Silvi tak keluyuran di jalan mereka tak akan bisa makan dan menyekolahkan anaknya yang paling kecil, terlebih suamiku yang bekerja malah di luar main judi dan perempuan, apa itu salah Silvi," katanya menjawab sang bapak

"Tapi bapak malu Silvi, mereka terus menghina ku di luaran sana, dan bilang kamu lari dengan pria lain," kata pak Sutrisno

"Pria apa pak, bagaimana bisa saya memiliki pria lain saat aku sendiri sibuk mencari uang, apa bapak tau jika mas Yadi punya istri lain dan seorang anak dari Yuyun teman ku! kenapa sekarang aku yang dihina seperti ini..." kata Silvi

Dia bangkit melihat sang bapak, dia melepaskan jaket yang dia kenakan.

"Apa bapak tau, aku seperti sapi perah di sana, dan sekarang orang tua ku sendiri tak membela ku malah menghajar ku karena aduan keluarga itu, aku ini putri mu atau bukan," kata Silvi yang tak bisa lagi menahan air matanya.

"Silvi!!" teriak pak Sutrisno yang mengangkat tangannya pada putrinya itu.

"Tampar pak, jika perlu bunuh aku dengan tangan mu sendiri, itu lebih baik aku mati di tangan bapak ku yang jelas membesarkan aku, dari pada aku mati di tangan mereka yang bahkan setiap hari mengutuk orang tua ku dengan hinaan buruk," kata Silvi menantang pak Sutrisno.

Pak Sutrisno pun menahan tangannya sendiri, bagaimana bisa dia bisa melakukan itu.

Terlebih dia melihat mata putrinya yang selama ini selalu saja menuruti dirinya.

Karena marah dia membanting meja kaca di ruang tamu itu hingga hancur.

Silvi pun hanya bisa menangis, "aku lelah, dia melukai ku dengan sangat buruk, aku masih mencoba diam, tapi saat mereka bilang jika orang tua ku tak punya otak karena membesarkan wanita tak berguna seperti ku, aku marah dan memilih pergi, bahkan luka yang di berikan menantu mu itu pak, tak sesakit kata-kata bapak yang bahkan tidak memeluk putrimu sendiri yang membutuhkan mu, tapi malah tamparan keras yang harus aku terima, aku berdoa semoga tak akan ada lagi gadis lain yang menerima perlakuan seperti ini dari ayah mereka..." kata Silvi yang berbalik badan.

Pak Sutrisno dan istrinya kaget melihat luka bakar yang ada di punggung putrinya yang begitu besar.

"Pak..." kata ibu dari Silvi yang gentar melihat itu.

"Tidak apa-apa, cukup sayangi putri pertama kalian dan putra kalian saja, karena aku kuat karena aku punya bapak di darah dan namaku, aku pergi... tenang saja... aku bukan gadis yang akan mengakhiri hidupku sendiri, kecuali jika bapak yang memintanya," kata Silvi yang kemudian pergi meninggalkan rumah yang selama ini menjadi tempatnya tumbuh besar.

Dengan tangis yang tak bisa terbendung lagi, dia meninggal rumah itu.

Kepalanya seperti mau pecah, bagaimana tidak ujian datang bertubi-tubi padanya.

Tapi dia tak boleh lemah, jadi dia melanjutkan motornya kembali ke tempat kos-kosannya.

Dan hari ini harinya sangat sakit mendapati orang tuanya yang bahkan lebih mempercayai besan mereka di banding menantu mereka.

Pak Sutrisno terdiam setelah kepergian putri keduanya itu, dia sendiri bingung kenapa harus seperti ini.

Sekarang dia merasa sangat bersalah, terlebih ucapan dari Silvi membuatnya seperti orang tua terburuk di dunia.

Silvia terus mengurung dirinya di kamar, bahkan dia mematikan telponnya.

Hingga tanpa sadar sudah seminggu berlalu, Alin dan Diah pun khawatir pada wanita itu.

Keduanya pun memutuskan untuk mengetuk pintu tempat gadis itu tinggal.

Tok... tok.. tok..

Tak lama pintu terbuka, dan dari balik pintu muncullah sosok Silvi yang terlihat sangat kurus dengan mata hitam.

"Mbak Silvi gak papa? ya Allah mbak..." kata Diah.

Silvi masih mencoba tersenyum,"aku tak apa-apa kok, terima kasih sudah menghawatirkan aku ya,"

"Mbak bisa membagi masalah mbak dengan kami," kata Alin yang juga merasa kasihan

"Aku tak masalah, terima kasih," kata Silvi.

Diah pun mengambilkan air minum dan membuka jendela kos Silvi, dan menyalakan lampu agar terlihat lebih terang.

Silvi pun sepertinya tak makan apapun, bahkan wanita itu tampak sangat kurus.

"Mbak sebenarnya ada apa,"

"Aku tak apa-apa, hanya sedang malas keluar," kata Silvi.

"Ini bukan mbak Silvi, biasanya mbak Silvi selalu ceria," kata Diah yang membuatkan bubur dengan tepung beras.

"Mbak makan dulu, mbak pasti tidak makan dengan benar, lihat tubuh mbak sangat kurus," kata wanita itu.

"Terima kasih ya, aku merasa ada saudara lagi..." kata Silvi yang malah meneteskan air matanya lagi.

Melihat itu Alin memeluk wanita itu dengar erat, setidaknya itu bisa meringankan beban yang di rasakan oleh wanita itu.

Akhirnya siang itu mereka semua duduk dan berbincang, bahkan anak-anak yang biasanya jajan pun datang bertanya kenapa Silvi libur begitu lama.

Akhirnya dia berjanji akan segera berjualan lagi, terlebih para pelanggannya juga sudah bertanya tentang dia yang akan berjualan atau tidak.

Dan sebuah pesan dari Khairi yang mengatakan jika surat panggilan untuknya.

Tapi dia belum mengirimkan karena tak tau alamatnya, Silvi pun membalas untuk mengirimkan ke kos-kosannya.

Khairi pun datang bersama putri kecilnya, tapi saat melihat sosok Silvi dia kaget karena kondisi Silvi sangat buruk.

jangan sedih

Khairi kaget melihat sosok Silvi yang makin kurus, "hei... belum juga seminggu nyonya, kenapa kamu jadi sekurus ini?"

"Tak ada kok kak, apa surat panggilan sudah turun," tanya Silvi yang penasaran.

"Iya, aku datang kesini ingin mengantarnya sendiri takutnya sat ini di antar ke rumah orang tua mu, atau rumah mertua mu, mereka bisa merobeknya," kata Khairi.

"Maaf ya mas jadi merepotkan, halo cantik namanya siapa?" tanya Silvi berjongkok di depan putri kecil pria itu.

"Silvia Tante," jawab bocah itu.

"Eh.. kok nama kita sana, salam kenal ya," kata Silvi memberikan coklat pada bocah itu.

"Baiklah kami tak bisa lama-lama, permisi ya," pamit Khairi yang langsung mengajak anaknya pergi.

Silvi pun benar-benar bertekad untuk lepas dari semua masalah yang ada, dan dia bisa hidup bebas.

Tak terasa, hari berganti dan sekarang dia sudah berada di tempat itu lagi, tepat sebulan setelah gugatan cerainya masuk.

Dia menunggu sendirian, tapi seorang Wanita muda datang menghampiri dirinyalah.

"Aku akan menjadi pengacara mu mbak, tenang saja," kata gadis itu.

"Eh saya tidak menandatangani kuasa," bingung Silvi.

"Kamu lupa, tapi pria kenalan mu itu memberikan surat kuasa yang sudah anda tanda tangani, dan jangan takut saya akan melindungi anda," kata gadis itu.

Tanpa dia duga suami dan mertuanya datang, dan yang makin membuatnya sakit adalah orang tuanya datang dan mendukung kubu suaminya.

Sedang Silvi hanya bisa duduk sambil menunggu nomor perkaranya di panggil.

Tak lama nomor perkara di panggil keduanya pun masuk, ternyata yang membuat Silvi terkejut adalah Khairi duduk di panitera.

Orang tua Silvi mengingat wajah Khairi, karena dia pernah menemukan foto pria itu saat terakhir putrinya itu melalui praktek kerja lapangan.

Hakim tidak memberikan waktu lagi untuk mediasi, karena kekerasan yang terjadi, semua orang ribut tak terima.

"Tolong hormati persidangan ini, jika tergugat tak ingin di polisikan, tergugat harus memenuhi semua yang di lampirkan sebagai syarat, apa setuju?"

"Baik pak hakim," jawab Mulyadi yang merasa senang karena bisa lepas dari wanita tak berguna seperti silvi.

Akhirnya mereka pun keluar ruang sidang, dan beruntung di luar sudah banyak orang yang mendukung Silvi.

Saat di luar, tiba-tiba mertua wanita dari Silvi menjambak rambut Silvi begitu saja.

"Apa anda gila!! ini pengadilan!!" bentak pengacara Silvi.

"Dia itu pantas karena wanita tak tau malu, sudah tak bisa memberikan anak, bodoh!!" makinya dengan suara keras.

"Tolong pergi, anda membuat keributan," kata satpam mengusir keluarga itu.

"Ya jika hidup dengan mertua seperti ku, mungkin aku tak hanya akan menggugat cerai, tapi akan ku berikan racun, dasar wanita tua tak tahu malu," kata Diah yang ikut terpancing emosi.

Ya dia baru pulang kerja shift malam jadi memutuskan mendukung gadis yang selama ini selalu membantunya.

Akhirnya mereka semua pulang dan dua Minggu lagi akan mengambil surat cerai itu.

Setelah itu Silvi sampai di rumah kos-kosan miliknya begitupun dengan Diah.

"Mbak Silvi perlu di temani?"

"Tak masalah mbak, aku akan baik-baik saja," jawab Silvi

Mereka berpisah dan memilih beristirahat, siang menjelang sore, Silvi baru membuka tempat jualan di teras rumahnya.

Tak lama para bocah-bocah berdatangan untuk membeli camilan.

Beruntung Silvi juga sudah lebih santai saat ini. dan tak memperdulikan siapapun lagi.

Dia hanya harus bangkit dan berjuang untuk bisa menghidupi dirinyalah.

Dan juga tak lupa dia harus mulai menabung untuk membeli rumah tak mungkin jika dia harus terus kos seperti ini .

Pesanan dari barang dagangan Silvi semakin banyak, hingga rumah kos itu sudah tak bisa di gunakan.

Kini tahun berganti,tak terasa sudah satu tahun Silvi menyandang status janda.

Meski awalnya sangat berat, tapi dia bisa membuktikan jika dia bisa berhasil tanpa bantuan siapapun.

Dia menjual apapun yang bisa dia masak, karena katering yang dia miliki juga semakin berkembang, dan karena dia irit akhirnya dia juga bisa membeli tanah dan membangun bangunan rumah sederhana.

Dan sekarang rumah itulah yang menjadi tempat catering dan juga tempat tinggalnya.

Silvi benar-benar berusaha untuk tak membuat semua pelanggannya kabur, dia juga ikut beberapa arisan yang di adakan di desa tempat tinggalnya sekarang.

"Mbak bahan untuk masak besok pagi sudah selesai, apa yang harus kami lakukan sekarang," tanya Ela yang bekerja untuk Silvi.

"Kamu yakin dek, udah semua?" tanya gadis itu.

"Sepertinya kamu salah hitung ya," kata Silvi.

"Benarkah?" kata Ela yang berbalik, dan ternyata masih ada dua karung kentang yang belum di bersihkan.

"He-he-he maaf gak lihat," kata gadis itu yang langsung melanjutkan untuk mengupas kentang-kentang itu.

Pasalnya besok ada yang pesan seribu lima ratus nasi kotak, dan sepuluh tumpeng, beruntung Silvi memiliki banyak orang yang membantu.

Bahkan dia sendiri sibuk untuk mengatur dan mengurus daging sapi yang besok harus di masak.

Semua bumbu sudah siap, dan tentu saja dia memastikan semuanya enak.

"Jadi kita bisa pulang dulu mbak?" tanya bu Ulfah.

"Baiklah Bu, silahkan pulang dulu, dan setelah pesanan ini, saya akan libur sehari kok tenang saja," kata Silvi.

"Yey... akhirnya aku bisa car free day!!" kata Ela dan Uci.

"Selesaikan dulu, jika tidak bisa repot loh ya," kata Silvi.

"Siap mbak," jawab keduanya yang langsung semangat empat lima.

Saat Silvi masih mengaduk sambal, Uci pun tak sengaja keceplosan bicara.

"Eh Ela, itu mulut pemilik warung itu pedes ya, masak tadi saat aku beli gorengan ya, dia bilang begini, eh Uci itu si Silvi jadi janda kok bisa sih beli tanah dan bangun rumah, pasti gak mungkin dari katering saja pasti dari dia jual diri ya, katanya gitu masak," kata Uci.

"Ya mau di uyap sambel ya tuh mulut lemes amat, sudah tau mbak Silvi kerja katering sampai sebanyak ini emang dia kira apa, dasar wanita tak jelas," kesal Ela.

"Sudahlah, itu pemikirannya dan kita tak berhak untuk berkomentar," kata Silvi yang membuat kedua pegawainya itu tidak menggubris perkataan warga desa

"Mbak itu terlalu baik, sekali-kali lawan dong, hajar kalau perlu," kata Ela yang begitu semangat.

Pasalnya siapapun dengan status seperti Silvi pasti akan di curigai karena apapun yang di lakukan tentu sangat salah.

Tak peduli itu pekerjaan yang halal, sebab mereka selalu memandang sebelah mata seorang wanita yang gagal dalam pernikahan.

Belum lagi fitnah yang di berikan oleh keluarga mantan suaminya, tapi tentu dia tak bisa membungkam mulut semua orang.

Jadi dia memilih menutup telinganya agar tak mendengar omongan yang buruk lagi.

Jadi sekarang dia fokus untuk bekerja, karena tadi pagi saja sudah membuat pesanan Lima ratus kotak, dan tiga tumpeng ulang tahun.

Tak berhenti di sana, belum lagi toko yang di miliki oleh Silvi, ya dia mengadaikan sepeda motornya dan mulai membuka toko Frozen food.

Dan meski dia sibuk di catering, tebtubsaja dia juga tak lupa mengawasi toko Frozen food miliknya itu.

Terlebih toko itu juga menyewa sebuah toko yang ada di dekat jalan besar dan itu menjadi keberuntungan untuk Silvi.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!