Happy reading..
☘️
☘️
Jonathan membelalakkan mata begitu mendengar kasir butik mengembalikan kartu yang diberikannya beberapa menit yang lalu.
"Maaf Pak, apa tidak ada kartu yang lain? Kartu ini tidak bisa digunakan," tanya wanita pegawai butik Butterfly, tetap dengan kata sopan.
Jonathan tak percaya bahwa kartu saktinya itu tidak bisa digunakan untuk alat pembayaran di kasir. Ia mengeluarkan kembali satu kartu sakti lagi dari dompetnya, lalu menyerahkan benda tipis itu pada petugas kasir butik Butterfly.
"Coba kartu ini, bisa nggak?" ucap Jonathan pada petugas kasir.
"Baik, Pak. Saya coba dulu, mohon ditunggu sebentar," sahut wanita yang berdiri di depan meja kasir.
Lantas memproses benda tipis yang diberikan oleh pria tampan yang membelanjakan wanitanya di butik butterfly.
Jonathan memutar badannya dari hadapan meja kasir, selama beberapa detik ia membiarkan otaknya mencari jawabannya. Kenapa benda tipis itu tidak bisa digunakan.
Beberapa saat kemudian, petugas kasir itu menyerahkan kembali kartu sakti milik pria tampan dan macho itu, dengan raut wajah yang suram.
"Mohon maaf, Pak. Kartu ini juga tidak bisa digunakan lagi. Karena kartu ini sudah diblokir," jelas petugas kasir dengan mimik wajah yang tetap tersenyum dan profesional.
"What? Diblokir? Mana bisa! Yang benar saja? Siapa yang berani blokir kartu ini?!" pekik Jonathan tak percaya. Ia meraup kasar wajahnya dan menggeser langkahnya sedikit menjauh dari meja kasir.
"Sayang, ada apa?" tanya Jessica menggelayut manja di lengan Jonathan.
"Sebentar, kamu tunggu di sini dulu," Jonathan melepaskan jemari Jessica yang menggenggam erat lengannya.
Jemari panjang Jonathan secepat kilat membuka akses layar sentuhnya, lalu menekan tombol panggilan pada nama seseorang yang penting.
Asher Edward.
Panggilan terhubung.
"Ada apa kamu hubungi Papa?!" pertanyaan yang penuh penekanan diucapkan oleh pria paruh baya di sebrang telepon.
"Kenapa bisa kartuku diblokir? Apa itu semua perintah dari Papa?" berondongan kata yang mengejar pria di sebrang telepon.
"Kenapa kalau Papa yang memblokir? Keberatan kamu!" hardik Papanya. "Keterlaluan kamu, Jonathan! Papa benar-benar kecewa sama kamu! Pulang dari London tidak langsung pulang ke rumah, malah membelanjakan pacar matre kamu itu! Seorang pengusaha muda yang sukses telah melupakan Papanya, hanya demi wanita penjilat seperti Jessica!
Papa menyekolahkan kamu menjadi seorang master bukan untuk menyenangkan wanita berhati iblis seperti dia! Apa Papamu ini tidak berarti di hidupmu, Jonathan Edward! Harus berapa digit lagi kamu akan menghabiskan isi kartumu itu, hanya untuk memenuhi keinginan wanita yang tak pernah mencintai mu dengan tulus?" Asher menyerang terus pada Putra semata wayangnya itu.
"Please, Papa. Jangan blokir kartu debitku. Aku bisa menjelaskan semuanya nanti di rumah. Kumohon jangan sekarang marahnya. Kalau Jonathan sudah sampai rumah, bolehlah Papa marah padaku," Jonathan berusaha membujuk Papanya untuk tidak memblokir kartu saktinya.
"Lucu sekali putraku ini! Di mana kau letakkan otak encermu, Jonathan Edward! Kau lebih memilih wanita itu daripada Papamu!" seru Asher penuh kekesalan.
"Ayo lah, Papa," Jonathan kekeh merayu Papanya.
Asher terkekeh sinis mendengar kekonyolan putranya.
"Pulang sekarang! Atau Papa cabut semua fasilitas kamu! Kamu benar-benar mengecewakan, Papa, Jonathan Edward!"
Tut....
Glek.
Sambungan telepon telah dimatikan dari sebrang.
Jonathan terkesiap. Ia sudah faham betul dengan watak pria yang berbicara dengan nya di sambungan telepon barusan. Jika sang Papa menyebutkan nama lengkap nya, itu berarti pria paruh baya tersebut telah murka padanya. Ucapannya pun akan menjadi nyata, bila Jonathan tidak mematuhi titahnya.
Mati!
Hanya pikiran itu yang tertulis di otaknya, saat ini. Jonathan memasukkan ponselnya ke dalam saku celana dan menghampiri Jessica dengan hati yang tak karuan.
Marah! Merajuk! Bahkan diputuskan hari itu juga, bisa saja.
Bayangan wajah Jessica yang merajuk bercampur murka, membuat Jonathan pusing seketika.
Tapi, suara lantang sang Papa yang terus menggema di rungunya. Semakin berkecamuk perasaan Jonathan. Kekecewaan sang Papa terjadi karena ulah yang diperbuatnya.
"Sayang, cepat bayar belanjaanku," suara manja kekasihnya memenuhi indra pendengarannya.
Jonathan mendekat pada Jessica, lalu berbisik. "Sayang, maafkan aku. Bisakah kamu membayar belanjaan kamu itu dengan uangmu terlebih dahulu? Besok pasti aku ganti, hari ini Papa sudah memblokir semua kartu sakti ku. Bagaimana, mau?" Jonathan memperhatikan ekspresi wajah kekasihnya.
"Diblokir? Gila, Papamu, ya! Tega-teganya melakukan itu pada putranya sendiri! Atau jangan-jangan kamu hanya seorang anak adopsi saja? Percuma punya pacar tajir kalau belanja masih harus bayar sendiri! Tidak berguna! Aku pulang saja, memalukan!" ketus Jessica sambil berlalu dari hadapan Jonathan begitu saja.
Tanpa merasa bersalah, apalagi sebuah dosa. Jessica meninggalkan Jonathan sendiri di butik butterfly itu dengan sejuta rasa malu di wajahnya.
Tak bisa berkata-kata yang lainnya. Jonathan hanya bisa mengucapkan mohon maaf sebesar-besarnya kepada pegawai butik butterfly atas kejadian yang tidak mengenakan barusan. Lalu dia mengejar Jessica yang sudah berada di tempat parkir.
Seperkian detik, ingatan Jonathan terputar kembali atas ucapan Papanya. Yang mengatakan bahwa kekasihnya itu adalah seorang wanita matre, penghisap isi brangkas Putra pewaris mahkota Keluarga Edward.
Ataukah Papanya salah menilai tentang seorang Jessica? Bisa jadi mata dan hati Jonathan telah tertutup oleh cinta palsu Jessica! Pasti!
"Sayang, berhenti dulu. Jangan ngambek begitu, dengarkan penjelasanku!" pinta Jonathan yang berhasil mengejar wanitanya dan meraih pergelangan tangan Jessica.
Tanpa mau membalikkan badannya. Jessica memberhentikan langkahnya.
Bagi Jonathan, wajar sang kekasih marah seperti itu padanya. Semua kesalahan terletak pada dirinya. Sebagai seorang laki-laki yang memberi harapan tinggi pada wanita nya lalu menghempaskannya dari ketinggian ke dalam jurang yang dalam.
Jonathan berusaha meminta maaf dan mencoba merayu kembali Jessica agar memberikan maaf padanya.
"Apalagi yang mau kamu jelaskan," ucap Jessica tetap tak mau menoleh ke belakang ke arah Jonathan berada.
"Aku beneran Putra kandung Papa dan Mamaku, bukan anak adopsi. Mungkin Papa lagi banyak masalah dalam pekerjaannya. Jadi aku yang terkena imbasnya," Jonathan menyakinkan Jessica.
"Anak kandung? Tega seperti itu, kau bilang anak kandung! Aku tidak percaya, Jonathan Edward! Papa kandungmu bisa mempermalukan kamu di hadapan umum! Maaf, lebih baik kita--," Jessica tidak melanjutkan ucapannya.
Jonathan Edward?
Jangan-jangan Jessica akan mengatakan sesuatu? Tidak-tidak!
Kening yang mulus milik Jonathan pun berkerut, menggambarkan ada sesuatu pertanyaan besar dalam kebingungannya.
"Putus! Lebih baik kita masing-masing saja!" tiba-tiba suara wanita itu mengagetkan Jonathan.
"Apa maksudnya, sayang?" tanya Jonathan masih dalam kebingungannya.
"Finish! Usai sudah cerita kita, semoga kamu segera menemukan pengganti ku sesuai keinginan Papamu. Bye bye, sampai jumpa lagi, anak adopsi Pak Asher Edward!" ucap Jessica serius tanpa ada keraguan lagi. Hanya senyuman sinis yang tersungging di bibir Jessica.
💖💖💖💖💖
Happy reading..
☘️
☘️
Gadis cantik berusia 22 tahun itu merogoh sesuatu ke dalam tas clutch nya, setelah mendengar omelan dari Alisa, sahabatnya. Ia menggulir layar sentuhnya, mencari satu nama seseorang di sana. Setelah berhasil menemukan nama Harvey di daftar kotaknya, Kia segera menekan tombol hijau lalu menempelkan benda pintar itu pada daun telinganya.
"Bagaimana, bisa dihubungi?" tanya Alisa dengan menggunakan isyarat mata.
Kia menggeleng menunjukkan ekspresi gelisah di wajah cantiknya. "Nggak diangkat," tapi Kia tidak menyerah begitu saja. Ia mencoba menghubungi nomor itu kembali. Dan hasilnya.
Tuuut Tuuut Tuuut
Lagi lagi panggilan dari Kia tak terjawab. Hatinya mulai meragu, tapi ia tetap mencoba menenangkan hati dan pikirannya saat ini.
'Di mana kamu Vey? Apakah aku tidak penting di hidupmu? Bersusah payah, aku meminta ijin sama Mama dan Papa. Agar bisa menemanimu di acara bersejarah di hidupmu.'
Raut wajah gelisah yang amat kentara di wajah Azkia, terlihat jelas di mata Alisa dan Delia, sahabatnya.
"Belum diangkat juga?" tanya Delia yang merasa khawatir dengan sahabatnya itu.
"Belum, Del. Apa sinyalnya yang nggak ada, ya. Coba aku hubungi di luar saja," Kia beranjak dari duduknya, bersikap tenang di hadapan kedua sahabatnya. Bahwa dia baik-baik saja.
Alisa dan Delia mengangguk, mengiyakan ucapan Kia. Mereka tahu apa yang dirasakan oleh Azkia, sekarang ini.
Banyak praduga yang tidak masuk akal terselip di pikiran sahabatnya itu.
Azkia berjalan keluar dari ruangan dengan rasa gugup sambil terus menghubungi nomor kekasihnya yang telah menjalin hubungan selama 2tahun ini. Berkali-kali ia memencet nomor yang sama, tapi berkali-kali ia tidak mendapatkan jawaban dari si empu nya. Kia tidak akan menghentikan panggilan itu, sebelum Harvey menjawabnya.
Hingga akhirnya Azkia merubah panggilan biasa ke panggilan video call. Dan apa yang Kia lihat di layar ponselnya sangat membuatnya down.
Azkia bergeming.
Terbesit tanya di benak Kia. Apa yang sedang dilakukan oleh dua anak manusia yang berlawanan jenis itu. Sayup-sayup terdengar ******* dan erangan dari layar ponselnya.
"Oh, No! Menjijikkan! Harvey..!" teriakan suara Azkia dari sebrang telepon mengagetkan fokus kedua anak manusia yang ada di layar ponselnya. Adengan yang menjijikkan di film-film dewasa, bisa dia lihat secara live, saat ini. Dan sebagai aktor prianya adalah Harvey, sang kekasih. Sedangkan pasangan wanitanya adalah Fia. Teman kampus sang kekasih.
Otak Kia memanas. Kenapa Harvey tega berselingkuh darinya? Kia yang awalnya berpikiran positif tentang sang kekasih, mendadak jijik menatap ke arah Harvey.
Tatapan Kia pun beralih ke arah wanita yang bersama kekasihnya. "Dasar ja l4ng! Kepala atas kau tutupi, tapi mulut bawahmu kau buka untuk umum! Kau sembunyikan sifat aslimu di selembar kain yang sangat dijunjung tinggi keberadaannya!"
Azkia mengambil napas dalam, lalu menghembuskan kasar.
Layar ponsel itu masih menyala. Dan kini terlihat jelas wajah Harvey yang dipenuhi oleh keringat. "Aku bisa jelaskan, Kia. Please jangan salah faham," suara Harvey membuat risih telinga Azkia.
"Berisik! Jangan salah faham gundulmu! Sudah terlihat jelas di mataku, apa yang kalian lakukan sekarang itu! Aku bukan anak PAUD yang dibujuk kasih permen terus diam! Bodoh!" Kia mematikan sambungan teleponnya dan menbantingnya hingga hancur berkeping-keping.
"Kia..," Alisan dan Delia mendekati Kia yang tengah berteriak lalu terisak sesenggukan.
"Harvey!" pekik Kia.
"Kenapa Harvey?" tanya Alisa dengan nada yang khawatir.
"Ada apa, Kia? Bicara pelan-pelan," Delia mengusap punggung Kia yang terguncang.
"Harvey! Dia penghianat! Dia pencundang! Dia.. Dia--," belum selesai Kia berkata. Tubuhnya sudah merosot ke lantai yang dingin.
"Astagfirullah, Kia," teriak sahabatnya berbarengan.
****
Sementara itu, di private room hotel yang sama. Terlihat ramai orang tengah berpesta, mereka merayakan hari pelepasan predikat jomblo untuk seseorang yang akan mengikat janji suci, beberapa hari lagi.
"Congratulation, bro! Nikmati hari terakhirmu sebelum datang hari yang penuh omelan bini!" kekeh Dave, memberikan selamat pada teman seperjuangannya, Delon.
Semua penghuni ruangan yang penuh lampu warna-warni dan juga musik yang memekatkan telinga. Bercampur dengan dentingan gelas yang beradu.
"Jonathan, hentikan! Kamu sudah terlalu banyak minum! Nggak bisa pulang kamu, nanti!"
Dave mencoba menyambar gelas kristal yang di genggam oleh Jonathan, sahabatnya. Pria tampan yang memiliki rahang tegas itu tampak tidak suka dengan apa yang diperbuat oleh Dave.
Pria berusia dua puluh sembilan tahun itu, menajamkan tatapannya ke netra Dave. "Kamu bukan Papaku! Jangan berani memerintahku! Pergi dari sini, kau!" usir Jonathan dengan nada suara tinggi.
Jonathan Edward, Putra tunggal dari orang terkaya di negara ini. Kerajaan bisnis keluarga Edward telah menunggu sang mahkota penerusnya. Kini, pewaris tunggal itu sedang patah hati, sejak hubungannya diputuskan sepihak oleh sang kekasih, Jessica.
"Om Asher, pasti sangat sedih melihat kondisimu seperti ini, Joe! Sangat mengenaskan! Ayo pulang, aku antar!" bujuk Dave, teman dari kecil Jonathan dan Delon.
Mereka bertiga, bersahabat sejak dari para orang tuanya. Orang tua mereka adalah sahabat sekaligus partner kerja, hingga sekarang.
Dave menyugar rambut frustasi, dia tak menyangka sahabatnya yang terlihat macho dan kuat itu, jatuh terpuruk juga. Hanya karena cinta. Cinta dari seorang Jessica, wanita iblis yang memakai topeng dalam bertutur kata dengan lembut di hadapan Jonathan, tapi tidak dengan yang lain.
****
Sudah beberapa jam Kia duduk di meja depan bartender yang sedang meracik minuman. Ia hanya memesan minuman berwarna orange untuk menemani meringankan masalahnya.
"Kamu menunggu siapa nona, sudah malam begini tidak pulang?" tanya bartender itu, setelah menyerahkan cairan orange di depan Azkia.
"Hemm.." jawab singkat Kia.
"Apa kau sendirian?" tanyanya lagi dengan melihat wajah sendu Azkia saat ini. "Apa kau sedang patah hati?" tebakan yang sangat tepat dilontarkan oleh sang bartender pada Kia.
Tanpa disadari di sudut ruangan ada seseorang yang sedang mengincar Azkia.
"Sedikit saranku, tempat ini bukan pilihan tepat untuk mendapatkan solusi terbaik masalahmu, sekarang ini. Di sini banyak sekali para lelaki yang tidak bertanggungjawab, mereka hanya menginginkan keuntungan saja dari para wanita yang lagi dirundung masalah. Dengan segala macam cara tipu daya mereka menjebak untuk one night stand! Tahu kan maksudku?" jelas bartender itu memberikan sarannya dari kejadian yang sudah-sudah di tempat itu.
Azkia memutar bola matanya, lalu berpamitan untuk ke kamar mandi.
Beberapa menit kemudian Azkia kembali ke meja bar. Dan langsung meminum cairan orange itu, tanpa mencurigai apapun.
Setelah itu, dia beranjak berpamitan pada sang bartender untuk pulang. Dan juga berterima kasih atas sarannya, barusan.
💖💖💖💖
Happy reading..
☘️
☘️
Azkia berjalan cepat untuk segera keluar hotel dengan perasaan yang semakin tidak nyaman. Hingga tiba-tiba seseorang menarik tangannya paksa ke dalam lift pintu nya terbuka.
"Si- siapa kamu?" tanya Kia terbata dan gugup.
Pria berwajah tampan dan bergaya macho itu tidak menjawab pertanyaannya Kia. Dia malah merapatkan tubuh Kia ke dinding.
"Hai, apa yang kamu lakukan padaku!" bentak Kia dengan int1 tubuhnya semakin terasa sangat gatal.
'Apa yang sedang terjadi di tubuhku? Apa ada seseorang yang ingin mencelakaiku?' gumam Azkia mulai kehilangan kontrol diri. Dia merasa bernafsu kali ini. Bahkan alam bawah sadarnya ingin segera menerkam pria asing di depannya itu.
Pria tampan yang ada di depannya pun, tidak jauh berbeda keadaannya dengan gadis yang tubuhnya menempel di dinding lift.
Azkia merasa kehausan dan semakin panas tubuhnya, hingga tanpa sadar dia mulai membuka mulutnya dengan nafas yang sedikit tersengal, menahan gelenjar aneh yang menggerayangi seluruh tubuhnya.
Pikiran Azkia akhirnya bisa nebak sendiri. 'Ya Alloh, mungkinkah minuman itu ada yang sengaja menaruh obat perangsang? Siapa yang menaruhnya?'
Di saat pikiran Kia sedang terbang tinggi.
Brugh..
Tak disangka pria yang berdiri di hadapan nya, tiba-tiba ambruk, dan membuat lamunannya buyar seketika. Kia menundukkan kepalanya melihat pria itu sudah terbaring di lantai lift.
'Astaga, apa dia mati?" gumam Azkia bingung.
Ia menurunkan tubuhnya pelan-pelan. Lalu memeriksa denyut nadi pria itu. Tapi, belum juga terlaksana. Pria itu membalikkan tubuhnya. Dan kini, posisi mereka seolah Kia mengungkung tubuh pria itu.
Spontan Kia menjauhkan tubuhnya, ketika bau aroma alkohol yang menguar dari bibir sang pria.
"Hai, apa kamu mabuk?" pekiknya.
Tangan pria asing itu melepas kunci dari genggamannya. Kunci kamar khusus yang tertera.
Dada Kia naik turun, tak bisa dipungkiri. Wajah pria asing itu sangat rupawan. Apalagi dua kancing teratas kemejanya terlepas entah kemana. Ingin Kia mengabaikan pria itu di dalam lift, tapi ketika dia melangkahkan kakinya. Tiba-tiba tangan pria itu mencekalnya. Dan mulai meracau.
"Tega kamu, Jessica! Dasar wanita jahat!"
Azkia memberhentikan langkahnya, lalu memutar kakinya. 'Apa dia sadboy? Masukan list sadboy urutan ke tiga dari Fajar dan Ali," gerutu absurd nya.
Kia menghela napas. Lalu menelan salivanya kasar. 'Ah, lebih baik aku segera pergi dari sini! Tubuhku sudah semakin menggila!'
Ketika tekad Kia sudah bulat untuk tidak peduli dengan pria asing itu, tapi pria itu bangkit dan langsung memeluk tubuh Kia dari belakang.
"Sayang, maafkan aku. Kamu datang untuk kembali padaku kan?"
Azkia membeku. Jemari lentiknya meremas dress selututnya itu. 'Benar-benar korban cinta mati ini namanya!' ucapan Kia random.
Kia memejamkan matanya sejenak. Berusaha menahan gejolak di tubuhnya yang semakin tak terkendali. N4fsunya semakin tak terkendali. Bendungan tanggul yang ia tahan ingin segera membeludak. Dengan sekuat tenaga Kia melepaskan pelukan pria asing itu, yang terjadi adalah pria itu malah membalikkan tubuhnya dan menyatukan daging tak bertulang mereka. Benda yang kenyal dan juga empuk. Membuat akal sehat keduanya hilang seketika.
****
Deg!
Jantung Jonathan berdebar makin kencang, bak di sirkuit MotoGP. Matanya menatap ke arah gadis asing yang tiba-tiba muncul di hadapannya.
Netra yang hitam teramat indah itu membuat hati dan pikiran Jonathan semakin buntu. Gadis asing itu memiliki pesona yang kuat, hingga indra penglihatan Jonathan enggan berpaling menatap keindahan bola mata sang gadis. Jonathan merasakan getaran aneh yang semakin kuat menggoyahkan hatinya.
Jantungnya kini memanas, terasa ingin meledak terlempar dari tempatnya. Bahkan pria macho itu juga bisa merasakan betapa kuat detakkan dari jantung si gadis. Siapa sebenarnya gadis cantik itu? pertanyaan yang terlintas di pikiran Jonathan, namun tidak ada jawaban yang dia dapatkan.
Tubuh Azkia rasanya gemetar, pria ini teramat tampan, suaranya yang khas, pantas dengan sosok yang tinggi tegap. Sentuhannya seolah ada listrik yang mampu menyengat tubuhnya. Kalah tiang listrik PLN.
Kedua pasang netra itu saling beradu tatap. Netra Jonathan yang berwarna biru bagaikan langit yang mencerahkan pikiran Kia dan menyejukkan hati bagaikan lautan. Lengannya yang berotot teramat kencang menandakan keperkasaannya.
Keduanya melanjutkan aksi sampai ke tahap menggali sumur, tanpa saling mengenal dekat mereka mulai bekerja sama saling bahu membahu melakukan pekerjaan yang melelahkan, tapi membawa rasa nano nano yupi empu dan kenyal.
Saat ini, Jonathan yang mengambil kendali di atas tubuh Kia. Pria asing itu mulai menggali sumur baru hingga dalam. Bergerak perlahan tapi pasti. Sesekali keringat di dahinya menetes ke tubuh Kia.
Azkia yang sedang berada di bawah pengaruh obat perangsang membiarkan tubuhnya digerayangi pria asing itu. Hingga kejadian yang tak seharusnya terjadi itu berakhir dengan rasa sakit bercampur nikmat di bawah sana. Kia hanya bisa menggigit bibir bawah dan memejamkan mata nya. Cengkeraman tangannya ke tubuh pria itu semakin erat, ketika penyatuan mereka telah usai.
"Terimakasih, sayang," lirih pria itu.
Setelah berolahraga yang tak pernah terpikir oleh keduanya. Pria asing itu membaringkan tubuh nya di samping tubuh Kia yang terasa remuk lelah tak bertenaga.
Kia hanya bisa merutuki malam tersialnya ini. Belasan tahun dia menjaga kesuciannya, bahkan Harvey sang kekasih meminta nya pun dia tolak mentah-mentah. Siapa pun yang menaruh obat itu di minumannya, dia mengutuknya akan sengsara seumur hidupnya. Gara-gara perbuatan kejinya, dia harus menerima dampak akibatnya.
***
Keesokan paginya, cahaya mentari memasuki kamar mewah itu, melalui jendela. Dengan susah payah Azkia meredam emosi di hati, sambil dia menggeser badan turun dari ranjang. Lalu memunguti pakaiannya yang tercecer di lantai kamar.
Ia memaki dirinya sendiri dengan air mata yang sesekali menetes di pipi. Bagaimana bisa dia menyerahkan kesuciannya pada pria yang tidak dikenalnya sama sekali. Tenggorokannya tercekat karena kehausan, ia masih teringat jelas, bagaimana pria asing itu menumbuk benda kenyalnya tak berhenti mende sah.
"Oke, tenangkan hatimu Azkia, semuanya pasti berlalu. Lupakan kejadian malam sialan itu!"
Azkia segera meninggalkan tempat kejadian naas itu.
Cahaya yang masuk menerpa ke wajah pria tampan itu. Ia menghalanginya dengan tangan kokohnya, perlahan si tampan mulai membuka mata.
Jonathan menatap sekitar, tak ada gadis yang tidur dengannya tadi malam. Dia langsung mengubah posisi, ia masih dibuat penasaran tentang siapa gadis yang bersamanya semalam. Apakah dia benar-benar Jessica? Ataukah gadis lain?
Ketika dia bangun dari baringnya, Jonathan dibuat kaget dengan bekas darah yang masih baru di sprei berwarna putih itu. Gadis itu masih perawan? Dan Jonathan adalah orang yang pertama melakukannya, mengambil mahkota milik gadis asing itu.
Perlahan Jonathan memegangi dadanya, degupan jantungnya masih tak stabil. "Siapa dirimu sebenarnya, gadis misterius? Aku pasti akan menemukanmu! Aku rasa aku telah jatuh cinta padamu! Jatuh cinta pada pandangan pertama, aku mau tahu siapa namamu, gadis pemilik hatiku!" gumamnya segera bangkit dari ranjang.
💖💖💖💖
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!