Matahari sudah menampakan dirinya, Cahaya nya masuk melewati jendela kamar perempuan cantik yang masih tertidur pulas di ranjang nya.
Dering alarm tidak mengusik tidur nya yang sangat pulas. Annisa dea putri perempuan cantik dan juga mandiri.
Dering alarm seakan tidak bosan untuk berbunyi, untuk membangunkan sang empu yang masih sangat nyaman dibawah selimut tebalnya.
Tidak lama Annisa menggeliat dari tidurnya yang nyenyak, Annisa mengambil ponsel yang sejak tadi berdering.
"Sudah jam berapa yah???"
Annisa mencoba membuka mata nya yang masih sangat berat untuk terbuka. Nisa menatap layar ponsel yang tadi dia ambil untuk mematikan dering alarm.
Mata Nisa melotot saat melihat jam yang ada dilayar ponsel nya. "Astaga"
Nisa melempar ponsel nya sembarang arah, Nisa bangun dari tidur nya beranjak masuk kedalam kamar mandi yang ada di dalam kamar nya.
Setelah 30 menit Nisa keluar kamar mandi dengan setelah kerja nya. Nisa menatap diri nya di pantulan cermin yang ada dikamar nya.
Nisa perlahan memoleskan make up tipis, yang membuat penampilan Nisa sangat terlihat cantik. Rambut yang digerai, make up tipis, dengan setelan kerja nya.
Nisa yang merasa cukup dengan penampilannya, mengambil tas dan ponsel nya, lalu melangka keluar dari kamar nya.
Nisa melangka keluar menuju gang yang ada didepan rumah nya, Nisa menunggu angkutan umum di halte sebrang jalan.
Tidak lama menunggu Nisa naik ke angkutan umum menuju perusahan dimana dia akan berkerja.
Setelah 30 menit Nisa sampai didepan kantor yang akan menjadi tempat nya berkerja. Nisa melangka masuk kedalam.
"Permisi"
"Iyah mbak, ada yang bisa saya bantu???"
"Sayang Annisa putri mbak, karyawan baru yang baru masuk hari ini"
"Sebentar yang mbak saya telpon kan bagian HRD"
"Iyah mbak, terima kasih"
Avika resepsionis yang ada di lobby menelpon bagian HRD, untuk memastikan Nisa benar benar karyawan baru hari ini.
"Hello"
.........
"Maaf bu, ada Annisa putri yang baru masuk hari ini. Apa benar bu???
........
" Baik bu, terima kasih"
Avika mematikan sambungan telpon dengan bagian HRD. "Mbak Annisa"
"Ah iyah mbak bagaimana???"
"Silahkan mbak langsung naik ke lantai lima, dimana ruang HRD berada"
"Baik terima kasih mbak"
Annisa melangka ke arah lift yang ada di lobby bawa, Nisa masuk kedalam lift menuju lantai dimana tempat HRD.
Nisa keluar dari dalam lift mencari ruangan HRD. Nisa melibat ada karyawan yang ingin masuk kedalam lift.
"Maaf mbak"
"Iya, kenapa???"
"Ruang HRD dimana yah???"
"Mari saya antar ke ruangan HRD"
"Terima kasih mbak"
Sinta karyawan yang sudah lama berkerja di sana, orang nya terkenal dengan sikap nya yang rama. Sinta hanya tersenyum, menanggapi ucapan terima kasih dari Nisa.
"Mbak nya pegawai baru???"
"Iyah mbak, baru masuk hari ini"
"Nama saya Sinta, kamu siapa???"
"Saya Nisa"
"Nah itu ruangan HRD nya mbak, saya tinggal dulu yah. Karena masih banyak pekerjaaan saya"
"Ah iya sekali lagi terima kasih"
Sinta melangka meninggal kan Nisa yang berada tidak jauh dari ruangan HRD. Nisa mendekat ke arah ruangan HRD.
Tok.. Tok ... Tok
Ceklek...
"Mbak Annisa putri yah???"
"Iyah bu"
"Saya Melis, kamu bisa memanggil aku bu Melis"
"Mari saya antar keruangan kamu"
"Terima kasih bu"
"Sama sama"
Melis mengantar Nisa untuk ke ruangan nya yang ada dilantai 10, dimana di sana juga ada ruangan CEO.
Melis melangka masuk kedalam lif di ikuti dengan Nisa. Melis menatap Nisa yang sedang menghadap ke pintu lift.
Melis dan Nisa keluar dari dalam lift, melangka ke arah ruangan yang akan Nisa gunakan. Melis membuka ruangan Nisa.
Mereka berdua masuk kedalam ruangan yang akan ditempati Nisa. "Ini ruangan kamu Nis"
"Ah iya bu"
"Semoga kamu betah disini"
"Iya bu, Terima kasih"
Melis meninggalkan Nisa berada di ruangannya. Nisa menatap sekeliling, lalu mulai duduk di kursi yang ada dibelakang meja kerja nya.
Nisa mulai menghidupkan komputer yang ada di meja kerja nya. Nisa yang terlalu fokus ke komputer didepan nya.
Tok ... Tok.. Tok
Ceklek..
Nisa mendongak menatap siapa yang datang keruangan nya, seorang perempuan berjalan mendekat ke arah Nisa.
"Selamat Pagi mbak"
"Pagi, ada yang bisa saya bantu mbak???"
"Tolong kamu salin yang ada disini, lalu buat berkas tiga bulan kemarin"
"Kalau sudah selesai dikasih siapa mbak??"
"Kasih saja ke ruang CEO, yang ada tulisan nya Dion Alexander di pintu ruangan nya. " Baik mbak"
"Nama kamu siapa ??? Aku Evi"
"Aku Nisa mbak"
"Jangan panggil mbak, panggil nama saja"
"haha iya, kamu juga panggil aku nama saja"
"hemm, yah udah aku keluar dulu yah. Selesaikan sebelum jam makan siang.
Evi keluar dari ruangan Nisa. Nisa mulai mengerjakan apa yang Evi suru kerjakan. Dengan semangat Nisa mengerjakan pekerjaan nya.
Nisa yang sudah selesai mengerjakan tugas nya beranjak dari duduk nya, membereskan semua berkas berkas yang tadi dia buat.
Setelah selesai Nisa membawa keluar berkas yang sudah dia kerjakan, Nisa melangka ke arah pintu yang ada tulisan CEO.
Tok ... Tok... Tok..
Ceklek...
Nisa masuk kedalam ruangan CEO, dengan langka pelan. Nisa berdiri didepan meja Dion, Dion sama sekali tidak menatap Nisa.
" Maaf Pak ini laporan keuangan tiga bulan kemarin"
"Hemmm"
Dion mendongak setelah mendengar suara Nisa yang seakan dia mengenali suara Nisa. "Siapa nama kamu???"
"Nama saya Annisa putri pak"
Deg
Dion terkejut mendengar nama perempuan yang ada didepan nya, Nama yang sukses membuat hati nya bergemuruh hebat.
"Nanti jam 4 kamu datang kesini lagi"
"Hah, iya pak"
"Kalau begitu silahkan kamu keluar dari ruangan saya"
"Hah???"
"Apa kamu tidak mendengar apa yang saya katakan???"
"Ah iy-a iy-a pak"
Nisa keluar dari ruangan Dion, dengan menggerutu. Nisa membuka pintu ruangan Dion dengan menggerutu.
"Nisa"
"Ah iya kenapa???"
"Kenapa, kamu menggerutu di situ"
"Ah tidak Vi"
Nisa melangka meninggalkan Evi dengan kebingungan nya, Nisa masuk kedalam ruangan nya dengan menggerutu.
"Enak yah jadi bos, tinggal nyuruh nyuruh seenak jidat nya" Lirih Nisa
Nisa mulai mengerjakan pekerjaan nya yang lain, tidak terasa waktu sudah sore, Nisa baru menyelesaikan pekerjaan nya.
Nisa merenggangkan otot otot nya yang terasa kaku karena harus mengotak atik keyboard komputer.
Kriing.. Kring.. Kring..
Suara telpon mengejutkan Nisa yang sedang meregangkan otot otot nya. "Astaga"
"Siapa yang menelpon??? Mengejutkan saja"
Nisa mengangkat telpon nya. "Hell-"
Suara Nisa terputus saat mendengar suara dingin dan tegas dari sebrang telpon. "Kamu lupa atau kamu pura pura lupa"
"Hah??? Maksud nya apa yah pak???"
"Kamu kam saya suru datang keruangan saya jam 4 kenapa sampai jam 4 lebih belum datang???"
"Ah iya pak saya segera kesana"
Sambungan telpon berakhir, Dion yang mengakhiri sambungan telpon secara sepihak. Nisa yang ada di ruangan nya sudah sangat kesal dengan bos nya.
"Sialan memang, seenak nya saja menyuruh ku datang kesana. Ini kan jam pulang kerja"
Dengan rasa kesal nya Nisa mengambil tas nya yang ada dimeja kerja nya, lalu memasukan telpon nya kedalam tas nya.
Nisa melangka meninggalkan ruangannya dengan perasaan yang sangat kesal dan dongkol kepada bos nya.
Nisa yang sudah ada didepan pintu ruangan Dion menarik napas berulang kali, Nisa tidak langsung mengetuk ruangan Dion.
Setelah merasa dirinya tenang Nisa mengetuk pintu yang bertulisan CEO lalu dibawah nya ada mana Dion Alexander.
Tok... Tok... Tok...
Ceklek..
Nisa masuk kedalam ruangan Dion, Dion yang sedang fokus menatap berkas yang ada dimeja nya. Nisa berjalan mendekat ke arah meja Dion.
"Pak maaf ada apa yah???"
Dion mendongak menatap Nisa yang sudah berdiri didepan meja nya. Dion menatap Nisa dengan tajam.
"Kamu ikut saya dan harus membantu saya"
"Emmm kalau saya boleh tau membantu apa yah pak??"
"Sudah ikut dan lakukan apa yang saya minta nanti"
"Baik pak"
Dion bangkit dari duduk nya, berjalan keluar dari ruangan nya, dengan diikuti Nisa dari belakang nya.
Dion melangkah ke arah lift khusus untuk para petinggi, dengan Nisa yang masih mengikuti Dion dibelakang nya.
Dion masuk ke dalam life begitu pun dengan Nisa, Dion tidak mengatakan apa pun selain diam didalam lift.
Mereka berdua keluar dari dalam lift, banyak pasang mata yang memperhatikan mereka berdua.
Pasal nya Nisa bisa keluar dari lift khusus petinggi bersama dengan Dion. Banyak orang yang juga membicarakan mereka berdua.
"Siapa perempuan itu yah???"
"Tidak tau, karena aku tidak perna melihat nya di kantor"
"Dia anak baru yang tadi pagi baru masuk"
"Kamu tau dari mana???"
"Kan aku yang jaga disini, tamu laporan dulu sama aku"
"ohh benar juga apa yang kamu bilang, tapi kenapa bisa dekat dengan pak Dion yah???"
"Apa dia saudaranya, atau apa kok jalan mereka gitu perempuan nya dibelakang yah"
Dan masih banyak lagi omongan lain yang Nisa dan Dion dengar, mereka seakan tuli saat banyak yang membicarakan mereka berdua.
Dion dan Nisa sudah sampai di parkiran dimana mobil Dion berada, dengan Nisa yang masih setia mengikuti Dion dibelakang.
Dion masuk kedalam mobil tapi Nisa tidak masuk kedalam, Nisa masih berdiri disamping mobil. Dion membuka kaca mobil nya.
"Masuk"
"Hah, kita mau kemana pak???"
"Masuk atau aku seret kamu??"
Akhir nya Nisa masuk kedalam mobil Dion, Dion menghidupkan mesin mobil nya. Melajukan mobil meninggalkan parkiran kantor.
"Maaf pak kita mau kemana???"
"Bertemu dengan seseorang"
"Kenapa harus mengajak saya pak??"
"Karena kamu harua membatu saya"
"Apa yang bisa saya bantu pak???"
"Kamu harus menjadi kekasih saya pura pura"
"Hah, Apa???" Pekik Nisa tanpa Sadar
"Kamu mau merusak gendang telinga saya???"
"Maaf pak saya hanya terkejut dengan apa yang bapak katakan"
Dion diam tanpa minat untuk menyahut ucapan Princess, Dion fokus pada jalan yang sedang padat. Sedangkan Nisa memilih membuang muka keluar jendela mobil.
Setelah 45 menit Dion memarkirkan mobil nya di depan cafe, Dimana Dion menemui perempuan yang ibu nya atur jadwal nya.
Nisa yang belum sadar kalau mobil berhenti pun tidak bergerak dari duduk nya. Dion yang menyadari Nisa tidak ada tanda tanda keluar pun memanggil Nisa.
"Nisa"
"Niss"
Dion mengguncang pelan bahu Nisa, barulah Nisa tersadar jika mobil sudah berhenti. Nisa menengok ke kanan kiri.
"Annisa"
Nisa menoleh ke arah Dion yang sudah menatap nya tajam. "Kenapa pak"
"Turun"
"Hah iya pak"
Dion pun turun dari dalam mobil setelah itu membuka pintu sisi mobil, Nisa keluar dari dalam mobil Dion.
"Kamu harus diam jangan banyak protes"
"Baik pak"
Dion menggandeng tangan Nisa masuk kedalam Cafe, dimana perempuan itu menunggu Dion. Nisa hanya mengikuti Dion.
"Maaf Ser aku terlambat"
"Tidak apa apa Ion, aku mengerti kesibukan kamu"
"Kalau kamu tau kenapa kamu mau mengajak aku bertemu???"
"Aku rindu dengan kamu Dion"
"Sayang kamu duduk pasti kamu capek berdiri terus"
Serly perempuan yang dijadwalkan ibu Dion untuk nya bertemu hari ini di cafe cempaka. Serly menatap perempuan yang baru saja duduk didepan nya.
"Siapa dia Dion???"
"Dia kekasih ku Ser"
"Apa??? Bukan nya selama ini tidak memiliki kekasih"
"Aku punya kekasih selama ini dan sengaja tidak aku publikasikan"
"Kalau kamu tidak percaya yah sudah ini memang menyatakan nya"
"Dion kamu lagi bercanda dengan aku kan???"
"Aku tidak bercanda Serly, aku tegas kan jangan mengejar aku lagi, kenapa aku enggak perna lihat kamu dari dulu karena aku sudah ada yang memiliki"
"Ion aku sudah lama mengenal kamu, sebelum dia masuk ke kehidupan kamu"
"Maaf Ser, dan iyah kenalkan dia Annisa. Dan sayang dia teman masa kecil aku Serly"
Nisa mengulurkan tangan nya kepada Serly tapi Serly hanya menatap uluran tangan Nisa. Nisa yang merasa tidak ada respon menurunkan tangannya.
"Kamu jahat Dion, Aku menyukai kamu tapi kamu malah memilih dia" Serly menunjuk Nisa
Perdebatan mereka disaksikan dua pasang mata yang tidak jauh dari tempat mereka bertiga. Kiya dan Vino adik kandung dari Dion.
Kiya dan Vino yang tidak sengaja melihat kakak nya keluar mobil bersama dengan perempuan, Kakak beradik yang penasaran akhir nya membututi Dion.
Kedua adik Dion mendengar apa saja yang mereka bicarakan, Kiya dan Vino pun terkejut mendengar bawa kakak nya memiliki kekasih.
"Kak, apa aku tidak salah dengar dari tadi???"
"Tidak aku juga mendengar kalau kak Dion punya kekasih"
"Sudah ayo kita pulang, beri tahu daddy dan mommy kalau kak Dion sudah punya kekasih"
Vino dan Kiya beranjak dari duduk nya melangka keluar cafe, mereka berdua berjalan ke arah motor spot yang terparkir rapi di parkiran cafe
Vino memasangkan helm kepada Kiya sebelum Vino memasangkan helm nya sendiri, Kiya naik ke atas motor Vino. Vino menghidupkan mesin motor nya meninggalkan cafe.
Sedangkan Dion, Nisa dan Serly masih berdebat. Serly yang tidak terima Dion memiliki kekasih pun menangis dan memaki Dion.
Serly menatap tajam Nisa, Nisa yang ditatap hanya terkesan santai dan cuek. Karena memang Nisa tipe perempuan cuek terhadap orang yang tidak menyukai nya.
Nisa juga akan bersikap rama dengan orang lain. Nisa merasa kalau bos nya tidak perempuan yang ada didepan nya.
"Aku rasa cukup pertemuan hari ini ser dan jangan lagi meminta bertemu denganku lagi kepada mommy"
"Dion, aku mencintai kamu"
"Aku mencintai orang lain"
Dion beranjak dari duduk nya, lalu menggandeng tangan Nisa melangka keluar cafe. Nisa Diam tanpa bersuara.
Sedangkan Serly sudah mengumpat Nisa dan Dion yang seakan mempermainkan nya. "perempuan sialan, aku akan membuat kamu hilang dari hidup Dion"
Serly terus menatap kepergian Nisa dan Dion dari Cafe. Setelah Dion menghilang dari pandangan Serly, Serly beranjak dari duduk nya meninggal kan Cafe setelah membayar tagihan nya.
Dion mengantar Nisa pulang ke rumah nya, Dion tidak mengatakan apa pun kepada Nisa saat dalam perjalanan pulang.
Mereka sampai di depan gang rumah Nisa, Sebelum Nisa turun Dion mengehentikan pergerakan Nisa.
"Terima kasih"
"Sama sama pak, saya pulang dulu. Dan terima kasih tumpangan nya"
Nisa keluar dari dalam mobil berjalan masuk kedalam gang kecil. Gang dimana setelah gang itu rumah Nisa.
Dion menatap gang yang ada disebelah mobil nya, dengan pandangan yang sulit Di artikan. Dion melajukan mobilnya meninggalkan gang Rumah Nisa.
Kedatangan Kiya dan Vino ke mansion menggemparkan mansion. Bagaimana tidak suara Kiya yang melengking memenuhi mansion.
"Kiya apa apa kamu pulang bukan nya salam malah berteriak"
"Mommy kalau denger berita yang kami bawa tidak akan mengomel lagi"
Dyah ibu dari Dion Alexander dan kedua adiknya Vino Alexander dan Adzkia Alexander. Dyah mengerutkan kening nya mendengar putri ucapan putrinya.
"Apa???"
"Kiya menceritakan apa yang dilihat di cafe tadi dengan Vino"
"Apa kalian tidak salah lihat nak???"
"Ya ampun mom kedua mata kita itu tidak buram dan kedua telinga kita tidak tuli mom"
"Kakak kalian mengajak seorang perempuan???"
"Iyah Mom"
Dyah masih tidak percaya dengan apa yang ke dua anak nya katakan, karena selama ini Dion tidak perna dekat dengan perempuan.
"Apa dia kembali" Batin Dyah
"Mom mana lagi perempuan nya cantik mom, kelihatan kalau dia kalem"
"Iyah mom sangat berbeda dengan mak lampir"
"Siapa mak lampir nak???"
"Serly mom"
"Hus jangan begitu sayang tidak baik"
Vino tidak menghiraukan apa yang Dyah katakan, karena memang Vino tidak menyukai Serly, Entah apa yang membuat Vino tidak menyukai Serly.
"malem semua"
"Malem nak, malem"
"Hiak yang baru pulang kencan"
Dion tidak menghiraukan ucapan kedua adik nya, Dion diam berjalan mendekat ke arah orang tua nya untuk mencium tangan orang tua nya.
"Bagaimana tadi bertemu dengan Serly nak??"
"Tidak bagaimana bagaimana mom"
"Apa dia senang bertemu dengan kamu???"
"Dia marah mom" Kiya menyela saat Dion ingin menjawab pertanyaan mommy nya
"Kenapa marah???"
"Tidak mom, Dia tidak marah"
"Siapa perempuan yang kamu bawah bertemu dengan Serly???"
Deg
Dion tidak menyangka kalau mommy yang tau kalau dia membawa perempuan ke cafe untuk bertemu dengan Serly.
"Apa Serly mengadu sama mommy???" Batin Dion
"Kenapa diam nak???"
"Tidak ada yang Dion ajak ke cafe mom"
"Kami melihat nya kak"
"Kami juga mendengar kata pacar"
Deg
Untuk yang kedua kalinya Dion terkejut bawa kedua adik nya ada di cafe di mana aku dan Serly bertemu.
"Apa yang kalian lihat, kalian membuntuti kakak???"
"Tidak"
"Lalu apa yang kalian lakukan di cafe"
"Nongkrong kak"
Dion sekarang tau siapa yang memberi tahu mommy nya tentang pertemuan nya dengan Serly tadi mengajak perempuan.
"Siapa dia Nak???"
"Dia kembali mom"
Deg
Seketika Erick dan Dyah terkejut dengan apa yang putra sulung nya katakan, masa lalu yang merubah putra nya kembali.
"Di berkerja di kantor hari ini mom, Dia kembali setelah sekian lama mom"
"Kamu tau dari mana nak???"
"Dari biodata dan dari Fani mom"
"Aku menyuruh Fani mencari tau tentang Dia mom, dan aku juga menanyakan sendiri nama nya"
"Sorot mata nya, suara nya, nama nya semua yang dulu hilang kembali dan tidak berubah"
"Jika dia orang lain kamu akan kembali terluka nak"
"Aku sangat yakin dia mom"
"Fani tidak akan salah mencari informasi untuk Dion mom"
"Kita lanjut setelah makan saja"
Erick menyalah ibu dan anak yang sekarang sedang berbicara masa lalu Dion yang kelam karena pari kecil nya pergi.
Erick beranjak dari duduknya, menggandeng tangan Dyah melangka meninggalkan ruang tamu.
Dion, Kiya, dan Vino ikut meninggalkan ruang tamu mengikuti kedua orang tua nya. mereka melangka masuk kedalam ruang makan.
Erick duduk berdampingan dengan Dyah karena Erick tidak bisa jauh dari Dyah. Erick terlalu bucin dengan Dyah.
Dion, Kiya dan Vino berjalan ke arah wastafel yang ada di dapur mereka mencuci tangan mereka sebelum ikut makan malam.
Keluarga Erick makan malam tanpa ada celotehan kedua anak nya yang biasanya berisik, entah kenapa mereka berdua anteng.
Mereka menyelesaikan makan malam mereka, Dion beranjak dari duduk nya tapi suara Erick menghentikan pergerakan Dion.
"Boy"
Dion menoleh ke arah daddy nya yang sedang menatap nya, Dion tidak jadi beranjak. Dion duduk kembali di kursi nya.
"Siapa Dia???"
"Peri kecil dad"
"Kamu tau dari mana nak???"
"Dion menyuruh Fani mencari tau semua tentang dia"
"Apa kamu yakin itu dia"
"Aku sangat yakin dad, nama nya saja sama"
"Kalau dia memang kembali, apa yang akan kamu lakukan??? Nama bisa saja sama tapi jika berbeda orang bagaimana????"
"Aku yakin dad, dari matanya"
"Daddy tidak mau kamu sampai terluka kembali dan menghancurkan perusahaan yang daddy dirikan bersama mommy kamu"
"Cari tahu semua tentang dia, jika dia memang kembali daddy tidak melarang"
"Jadi benar, kamu bertemu dengan Serly membawa pegawai kamu???"
"Iya mom"
"Pegawai yang kamu yakini dia peri kecil kamu???"
"Iyah mom"
"Dan kamu mengenalkan kepada Serly kalau dia pacar kamu???"
"Iyah mom"
Hufff
Dyah sangat lelah berbicara dengan putra nya yang menuruni sifat daddy nya bertambah dengan luka lama semakin membuat nya dingin
"Kalau dia tau kakak masa lalu nya apa dia mau dekat dengan kakak???"
Semua orang menoleh ke arah Kiya yang bersuara dengan memakan ikan bakar kesukaan nya.
"Maksud kamu gimana sayang???"
"Lihat lah kak Dion, wajah nya sangat dingin, datar, aku yakin tadi kakak saat mengajaknya dengan paksa"
Dion menatap adik nya dengan pandangan bertanya. "Kenapa kak???"
"Kamu tau dari mana kakak memaksa dia???"
"Aku hanya menebak nya saja kak"
Ditempat lain jika di mansion Alexander berdebat masalah tadi sore berbeda dengan Nisa yang sekarang sedang memikirkan kejadian tadi sore.
"Kalau aku bertemu dengan dia lagi gimana yah???
" Apa aku akan dijambak, di maki saat tau kalau aku pacar pura pura"
Nisa memikirkan nasib nya jika bertemu lagi dengan Serly orang yang mencintai bos nya tapi tidak dengan bos nya.
"Kasihan juga perempuan tadi yang tidak terima dengan penolakan pak Dion"
"Baru kali ini aku menjadi pacar pura pura oran rasa nya aneh dan juga kasihan.
Kembali ke Dion yang sekarang sudah ada didalam kamar nya, menatap photo masa kecil nya bersama dengan seorang gadis kecil yang lucu.
Pipi cabi, rambut hitam panjang, dan bola mata yang indah. Dion selalu melihat bola mata milik gadis kecil yang ada di photo.
" Sekarang hanya menjadi pacar pura pura nanti aku akan menjadikan istri ku, dan tidak akan perna aku lepaskan lagi kamu"
Dion dengan menatap berkas yang ada ditangan nya, berkas yang dikasih Fani tadi siang, Dion membaca nya dengan teliti. Seakan tidak mau sampai ada yang terlewatkan oleh Dion.
"Kamu membuat aku menunggu selama ini, sekarang kamu kembali. Aku tidak membiarkan kamu pergi lagi, Sudah cukup aku menunggu kamu selama ini" Lirih Dion yang sudah selesai membaca berkas yang ada di tangan nya
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!