Seorang gadis berlarian di koridor kampus. Suara hentakan kakinya seirama dengan nafasnya yang memburu.
Begitu pun seorang pemuda tampan yang saat ini sedang berjalan perlahan menuju keruangan dekan karena baru saja selesai dengan tugas mengajar mahasiswa.
Mereka berdua berjalan tanpa melihat ke depan karena keduanya sedang berjalan sambil menunduk.
Bruukk..
"Se tan lo!"
Deg!
Pemuda tampan berkumis tipis itu terkejut dengan umpatan si gadis di depan nya.
"Maaf?"
"Apa lu? Elu buta ya? Huh? Masa iya umat segede gaban gini elu kagak lihat sih?" sungutnya tidak terima pada pemuda yang menabraknya baru saja.
Pemuda itu terdiam. Mata tajam nan sayu itu terus saja melirik gadis cantik berhijab tetapi menggenakan celana jeans yang lumayan ketat hingga membentuk bentuk tubuhnya yang proporsional.
"Astaghfirullah! Mata mu Syakir!" gumamnya dalam hati
Ia menoleh ke arah lain untuk tidak melihat pemandangan di hadapannya yang menggiurkan ini.
"Astaghfirullah.. Astaghfirullah.." ucapnya terus bergumam lirih.
Wanita cantik berparas ayu kesal mendengar gumaman lirihnya. "Elu pikir gue ini setan apa?! Sampai beristighfar begitu?" Sewotnya yang membuat Syakir mengatup mulutnya seketika.
"Mari saya bantu." Katanya pada wanita cantik itu
"Malas!" balasnya masih saja sewot
Wajahnya terlihat sekali begitu masam saat ini. Syakir hanya bisa menghela nafasnya. "Boleh saya tau? Kamu mau kemana?"
Gadis itu menoleh pada Syakir masih dengan wajah masamnya.
Deg!
Gadis itu sempat terkejut melihat Syakir di depannya. Pemuda tampan berkumis tipis, bibir tipis pink alami dan juga tubuhnya itu..
"Waooww.. Roti sobek euuyy! Eh? Astaghfirullah! Apaan sih lu Ra??" Batinnya bergejolak saat melihat tubuh Syakir.
Gadis itu melengos. Syakir menautkan alisnya bingung. "Bukan urusan elu! Emang elu siapa? Hingga sok sokan tanya kemana tujuan gue?? Minggir lu! Gara-gara elu gue telat masuk keruangan dekan. Ishhh..." gerutunya yang lagi dan lagi membuat Syakir menghela nafasnya.
"Maaf jika saya menabrak mu tadi. Mari saya tunjukkan dimana ruangan Dekan?" tawarnya pada gadis itu.
"Kagak perlu! Urus aja urusan elu sendiri!" ketusnya dengan segera mengumpulkan buku-buku yang berserakan di lantai kampus.
Syakir diam saja. Ia tidak berniat membantu gadis di depannya ini hingga membuat gadis itu semakin kesal kepadanya.
"Apa sih nih orang? Kalau nggak nabrak nggak enak apa? Mana udah telat lagi! OH God! Baru pertama kali masuk kampus udah buat masalah kayak gini. Untung aja tampan. Kalau nggak udah gue patahkan kakinya!"
Deg!
Syakir membulatkan matanya kemudian menggelengkan kepalanya.
"Awas ih! Kenapa sih elu halangin jalan gue??" katanya lagi pada Syakir masih dengan jutek
Syakir minggir sedikit memberi jalan. "Apes banget sih hidup gue? Baru pertama masuk udah bertabrakan begini?? Sial! Awas aja tuh orang! Kalau ketemu sekali lagi dan bertabrakan lagi kayak gini beneran gue patahin kakinya. Eh, tapi sayang. Wajahnya itu tampan euuy! Haishh.. Sadar Ra! Dia itu bukan tipe elu! Pusing gue! Haisshh..." gadis itu terus menggerutu sambil berjalan menuju keruang dekan diikuti Syakir di belakangnya.
Syakir yang mendengarnya hanya bisa menghela nafas panjang dan menggelengkan kepalanya. Baru sekali ini bertemu gadis tetapi galaknya minta ampun. Sama seperti adik bungsunya.
Syakir terkekeh saat mengenang Bella yang kini tinggal di Jakarta bersama suaminya.
Tidak terasa keduanya pun tiba diruangan dekan. "Loh? Kok barengan?" tegur salah satu dekan yang mengenal keduanya.
Syakir tersenyum saja sedangkan gadis itu mengernyitkan dahinya bingung. Spontan saja ia berbalik dan..
Dugh.
"Astaghfirullah! Ini tembok atau kulit kayu sih? Kok keras banget? Sakit ini jidat gue! Haishh... Tadi ditabrak sama orang nggak jelas sayangnya tampan! Ini lagi! Siapa sih? Hah?"
Ia terkejut saat melihat pemuda yang tadi menabraknya kini berada tepat dihadapannya.
"Jangan bilang, elu ngikutin gue??" tuduhnya pada Syakir
"Wooaahhh.. Udah saling kenal toh? Ayo Nak, masuk dulu. Kamu juga!" katanya pada Syakir
Syakir mengangguk dan melangkah masuk setelah gadis itu masuk keruangan dekan.
"Elu kok ikut duduk sih?"
"Lah.. Saya kan memang harus duduk disini?"
"Nggak! Minggir lu!"
"Hahaha.. Ini mah cocok jadi pasangan euuy!"
"Ogah!" sahut keduanya serempak.
Dekan itu tertawa keras.
💕💕💕💕💕
Assalamui'alaikum..
Selamat pagi!!!!
Othor kembali bawa cerita menarik Bang Syakir adik dari Kak Annisa ye?
Mana yang belum tau boleh mampir dulu di Mak ayahnya, kakak-kakak nya, abangnya dan juga adiknya.
Klik akun menulis othor semuanya ada disana. Cus kepoin!
Jangan lupa dukung karya othor yang baru ini ye?
Dengan cara like, komen, hadiah, vote dan juga nonton iklan.
Gratis kok. 😁
Semoga kalian suka ye?
Wasaalamu'alaikum wr. wb.
Syakir mengangguk dan melangkah masuk setelah gadis itu masuk keruangan dekan. Keduanya pun duduk berdampingan yang membuat Gadis itu meradang melihat Syakir duduk disampingnya.
"Elu kok ikut duduk sih?" kesalnya pada Syakir
"Lah.. Saya kan memang harus duduk disini? Bukan begitu Pak dekan??" balas syair sambil mencari bantuan dari Pak dekan.
"Betul itu!" timpal Pak dekan yang membuat gadis itu semakin kesal padanya.
"Nggak! Minggir lu! Gue nggak mau duduk sama elu!" ketusnya
Syakir memutar bola mata malas. "Siapa juga sih yang mau duduk sama cewek jutek kayak elu? Eh?" Syakir tiba-tiba salah bicara yang membuat Pak dekan itu tertawa karena Syakir pun iikut-ikut ngomong sama seperti gadis itu.
"Wooaahh.. Elu ngelunjak ya?"
"Nggak.. Mana ada ngelunjak. Yang ada tuh menanjak iya!" ketus Syakir pula kesal kepada gadis itu.
Karena sedari pertama bertemu sudah cari ribut dengannya.
"Ini anak! Awas lu! Berani lu sama gue??" tanya nya dengan wajah garangnya.
"Kenapa saya harus takut sama kamu? Memangnya kamu itu siapa? Nyai kunti?? Bukan kan? ngapain juga mesti takut!" balas Syakir lagi
Hingga lama kelamaan gadis itu semakin meradang dengan ulah Syakir.
"Elu-,"
"Apa!" potong Syakir pada ucapan gadis itu yang membuatnya semakin marah.
"Awas lu ya! Gue akan buat perhitungan sama elu!"
"Silahkan! Saya tunggu anda nona jutek!" ketus Syakir yang semakin kesal dengan gadis itu.
Pak Dekan tertawa melihat tingkah keduanya yang seperti tikus dan kucing. Baru bertemu tetapi sudah saling bermusuhan.
"Hahaha.. Ini mah cocok jadi pasangan euuy!" celutuknya karena tidak tahan melihat tingkah kedua orang itu yang menurutnya kocak.
"Nggak!"
"Nggak mau saya!" ucap gadis itu dan Syakir bersamaan.
"Hahaha... Kalian itu berdua cocok loh.. Sekarang saling benci. Pasti suatu saat saling rinduuuu.." godanya pada kedua orang itu hingga membuat Syakir dan gadis itu semakin kesal saja.
"Nggak akan!" sahut Syakir
"Ilih! Siapa juga yang mau jadian sama elu?!" ketus gadis itu lagi.
"Hahaha... Kayaknya kalian memang cocok menjadi pasangan ini! Pasangan suami istri!"
Keduanya memandang Pak dekan dengan tatapan tajamnya.
"Ogah!" sahut keduanya serempak.
Dekan itu tertawa keras.
Gelak tawa itu membahana diruangan itu. "Sudah Pak dekan. Biarkan Gadis ini dulu yang bicara dengan Anda. Baru setelahnya saya. Saya tunggu diluar!" katanya mendadak kesal dan segera keluar dari ruangan dekan itu.
"Pergi sono lu! Siapa juga yang mau duduk dan ngobrol bareng elu disini? Buat gue muak saja!" ketusnya tidak ada segannya di hadapan dekan itu.
Keduanya pun segera terlibat pembicaraan serius walau sesekali Dekan itu terus saja menggodanya.
"Stop Wak! Aku udah selesaikan?"
"Hahahaha.. Jutek amat sih Neng?" Goda dekan itu lagi yang ternyata Uwak gadis itu.
"Terserah Uwaklah!" ketusnya dengan segera keluar dari ruangan dekan itu dan menuju kelasnya.
Gantian Syakir yang masuk. Tak ada beda antara gadis itu dan Syakir. Syakir pun demikian dibuatnya.
Tetapi Syakir diam saja.
Setelah selesai, kini ia berjalan menuju ke kelas ekonomi. Karena waktunya untuk mengajar di kelas itu siang ini.
Di persimpangan antara kelas dan juga Musholla kembali ia berpapasan dengan gadis itu.
Aldo yang melihat Syakir segera memanggilnya.
"Syakir!" Panggil Aldo
"Ra!" panggil Ayu teman gadis itu.
Keduanya menoleh. Mereka berdua melambaikan tangan. Lagi, mereka berdua memanggilnya.
"Syakir!"
"Ra!" panggil kedua orang itu kepada Syakir dan gadis tadi.
Keduanya pun menoleh tetapi tertegun. Mereka melambaikan tangannya lagi. Sedang Syakir dan gadis itu masih tertegun mendengar panggilan dua orang itu.
"Syakir!"
"Ra!"
Lagi, kedua anak manusia bebeda jenis itu tertegun.
"Ini nama yang sama atau hanya kebetulan saja? Syakir dan Syakira?? Kok sama sih?" batin kedua orang yang bernama sama itu.
Hahaha.. Gimana? Mau tau kelanjutan kisah mereka? Pantengin terus ye?
"Syakir!"
"Ra!"
Lagi, kedua anak manusia bebeda jenis itu tertegun.
"Ini nama yang sama atau hanya kebetulan saja? Syakir dan Syakira?? Kok sama sih?" batin kedua orang yang bernama sama itu.
Keduanya saling tatapan satu sama lainnya. Karena merasa aneh dengan panggilan kedua orang itu.
Aldo yang lebih dulu mendekati Syakir dengan berlari-lar kecil menegurnya. "Kamu kenapa sih Kir? Kok nggak nyahut ketika aku panggil tadi?? salah kalau aku panggil nama kamu Syakir??" ucapnya pada Syakir yang kini masih menatap pada gadis di ujung sana yang juga sedang menatapnya.
Lagi, Aldo kesal. Tidak biasanya sahabatnya ini bertingkah seperti ini. "SYAKIR ABBAS SYAHPUTRA!" seru Aldo dengan suara luamyan memekak kan telinga.
Syakir yang terkejut memutus kontak matanya dengan gadis itu. Ia mengusap telinganya yang terasa pengang akibat teriakan Aldo.
"Apa sih Do?" katanya pada Aldo begitu kesal
"Aku tuh ya manggil kamu udah berulang kali tau! Tapi kamu nggak juga jawab aku! Salah ya aku manggil kamu dengan Syakir tanpa ada Asdosnya? Atau kamu lebih suka aku panggil kikir? Iya?"
Syakir menghela nafasnya. "Nggak ada Do. Hanya penasaran aja sama seseorang yang namanya sama denganku tetapi berbeda jenis kelamin." Jelasnya membuat Aldo mengernyit bingung.
"Maksudnya? Aku belum paham nih?" tanya Aldo lagi.
Sementara Ayu, teman gadis itu kini berlari-lari kecil mendekatinya. "Syakira!!"
Deg!
Lagi, kedua orang itu mematung.
Nah kan? Benar kan kataku? Kok bisa sama ya namanya?
"Sya! Ihhh.. Kamu itu kenapa sih? Dari tadi dipanggil kok nggak nyahut sih?!" gerutunya begitu kesal kepada gadis yang bernama sama seperti Syakir.
Apa ini hanya kebetulan belaka? Tapi kenapa jadi sama?
"Syakira Fadillah Siregar!!"
Deg!
"Ishhh.. Iya, iya! Elu apaan sih manggil-manggil nama lengkap gue lagi!" sungutnya sambil berlalu meninggalkan Ayu yang kini menganga melihat Syakira merengut padanya.
"Lah.. Kok kamu yang marah sih? Kan aku memang beneran loh manggil nama kamu?? Kok jadi kamu yang marah sama aku!" kesalnya sambil berlari-lari kecil mendekati Syakira yang sudah lebih dulu masuk kelas.
"Ya jelaslah aku marah. Jangan sekali-kali kamu memanggil nama lengkap aku dihadapan orang asing! Paham?"
"Orang asing? Maksudmu siapa? Aldo?? Atau Pak Asdos?" tanya Ayu karena bingung.
Ia belum paham kemana arah pembicaraan sahabat kecilnya ini.
"Nggak tau ah! Udah deh kamu diem dan duduk tenang! Bisa?!" ketusnya pada Ayu yang kini semakin tidak paham dengan perubahan raut wajah Syakira yang begitu masam entah kepada siapa.
Ayu keheranan melihat sikap Syakira. Tetapi ia tidak ingin bertanya kenapa. Karena Syakira akan marah jika terus di interogasi oleh nya.
Ayu memilih diam. Dan tidak bertanya lagi.
Tak lama setelahnya Asdos yang mereka tunggu pun masuk. Semuanya tersenyum manis dengan berbisik-bisik.
Syakira tidak peduli dengan itu. Ia masih kesal dengan pemuda yang namanya sama dengannya tadi.
"Masa iya sih aku harus satu kampus sama dia? Si Papa lagi! Kenapa pula aku di ungsikan ke kampus ini? Apa lebihnya disini sama di Jakarta coba? Kan sama-sama tempat kuliah?? Dan kenapa juga si Papa harus pulang lagi ke Medan sih?" Batinnya terus saja menggerutu.
Sementara seseorang di depan sana terus saja memulai mata kuliahnya.
"Baiklah. Sebelum saya mulai. saya ingin mengadakan kuis terlebih dahulu!"
Deg!
Deg!
"Dia lagi?? Kenapa dunia ini se sempit daun kelor sih? Mana ketemu dalam ruangan yang sama lagi! Eh tapi.. Tunggu dulu!"
Syakira mendongak dan...
Deg!
Deg!
\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*
Samblan nunggu Abang Syakir update, mampir yuk kesini 👇
Cus kepoin!
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!