NovelToon NovelToon

Ayahku Lebih Memilih Wanita Lain

Bab 1

Alisia Rininta, gadis kecil yang lahir berbeda.

Memiliki kemampuan yang tak dimiliki pada anak umumnya. Alisia kecil sudah mengalami banyak tekanan perihal kelakuan ayahnya yang tak memiliki nurani.

Alicia yang hampir tak pernah mendapat sentuhan kasih sayang dari ayahnya, menjadi terbiasa hidup tanpa kasih sayang sang ayah.

Dia hanya ditemani sang ibu melewati masa masa sulitnya.

Hanum Safitri wanita tangguh yang tengah berjuang untuk membahagiakan sang anak yang memang terlahir berbeda.

Hanum menekan rasa sakit hatinya demi menjaga mental sang anak. Meskipun luka batinnya tak lagi bisa disembuhkan oleh sikap semena mena sang suami yang memiliki wanita lain dalam hubungan pernikahan mereka.

Hanum masih bertahan bukan karena bodoh, tapi karena tau, jika Alisia masih membutuhkan sang ayah, Alicia begitu menginginkan kasih sayang ayahnya meskipun itu tidak pernah ia dapatkan.

"Alisia mau minum susu nak?" Alisia yang masih berusia lima tahun pun mengangguk senang, di usianya yang sudah lima tahun, Alisia masih belum bisa bicara lancar, hanya bisa mengucapkan satu dua patah kalimat saja. Meskipun demikian Hanum sangat menyayangi Alisia dan selalu menjaga dan mendampingi sang anak dengan penuh cinta.

"Ibu mik cucu, Bu." sahut Alisia ceria dengan mata yang berbinar indah. Alisia memiliki kulit yang putih bersih, hidung mancung, dengan bola mata yang bulat. Wajahnya sangat cantik dan menggemaskan. Bahkan dia anak yang selalu ceria dan lincah. Meskipun belum bisa lancar berbicara, Alisia sangatlah cerdas dan sangat pintar membuat orang lain tertawa dan menyukainya.

"Habis minum susu, Alisia tidur ya nak. Ibu mau nulis dulu. Nanti kalau udah gajian, kita jalan jalan lagi ya, Alisia mau kemana kalau bunda udah punya uang?" Hanum selalu mengajak Alisia ngobrol selayaknya anak normal lainnya, Alisia hanya belum lancar bicara, tapi dia sangat paham bila diajak bicara.

"Mau ihat Atun".

(mau lihat kartun)

jawabnya polos dan selalu membuat Hanum merasa terharu. Hanum tidak tega meninggalkan Alisia bekerja ke luar rumah, dengan kemampuan menulisnya, Hanum memilih menulis novel di salah satu platform untuk mencari rejeki buat sang anak. Dan Alhamdulillah meskipun gaji yang didapat tidak seberapa setidaknya cukup untuk menutupi kebutuhannya dengan Alisia.

Sejak Hanum menjadi penulis novel, kini tak lagi kekurangan, Hanum bisa menutupi kebutuhannya dari penghasilan menulisnya. Hanum tidak pernah bercerita pada suaminya soal dirinya yang menulis dan dapat uang dari sana. Menyimpan uangnya di rekening, dan mengambilnya sebagian saja sesuai kebutuhannya dengan Alisia. Baginya, asal Alisia tidak kekurangan seperti dulu.

Ali adalah sosok suami yang dzalim, menikah lagi tanpa persetujuan dari Hanum

Menikahi janda pemilik warung yang ada di tempat dia bekerja. Hanum bukannya terima, tapi sedang berusaha untuk menguatkan Alisia terlebih dahulu.

Agar saat dirinya benar benar memilih pergi dan bercerai, Alisia tidak terluka hatinya.

Setelah menghabiskan susu dalam botolnya.

Alisia terlelap dengan senyuman lugunya.

Hanum kembali melanjutkan menulis di aplikasi yang dia ikuti. Penghasilan nya sudah lumayan, dan tabungannya juga sudah memiliki angka yang dibilang cukup. Namun Hanum harus bertahan sedikit lagi, mencari celah agar anaknya benar benar siap dengan keputusannya Berpisah.

Hanum ikut berbaring disamping Alisia yang masih terlelap di jam empat sore. Hanum berpikir kalau Ali tidak akan pulang lagi seperti kemarin.

Ali memang jarang sekali pulang. Dia hanya datang sesukanya, itupun dengan marah marah gak jelas, selalu mengeluh gak punya uang tiap kali bertemu dengan Hanum.

Tok tok tok

Terdengar pintu diketuk, Hanum yang hampir terlelap langsung bangun dan membetulkan rambutnya yang acak acakan.

"Mas!" Ternyata Ali sudah ada di depan pintu dengan tatapan nyalang dan mulut terkatup rapat.

Hanum sudah tidak kaget lagi, karena setiap pulang Ali selalu seperti itu.

"Kerjaan kamu cuma tidur dan males malesan. Sudah jelek, males lagi." omel Ali saat memasuki rumah sederhana peninggalan orangtuanya Hanum.

Hanum tidak menyahuti amarah Ali.

Memilih diam dan membiarkan suaminya mengomel gak jelas, karena ujungnya sudah bisa di tebak, kalau akan mengeluh dan tak punya uang. Agar Hanum tidak menanyakan uang belanja darinya.

"Kamu masak apa, Num?" tanya Ali dengan nada yang tak ramah dan mendaratkan bokongnya di kursi ruang tamu.

"Gak masak, uang dari mana, kamu aja gak kasih uang sudah seminggu ini." sahut Hanum memberanikan diri untuk melawan kearoganan suaminya. Sudah lelah jika terus mendiamkannya.

"Terus bagaimana sama Alisia, kalau kamu gak masak? dasar perempuan malas dan bodoh kamu!

Bisanya cuma menunggu uang dariku saja. Kerja sana!

kerja! kalau pingin punya uang!" teriak Ali penuh caci dan amarah.

"Jangan teriak teriak, Alisia sedang tidur. Biasa saja, dan berkaca untuk melihat kekurangan dan kesalahan kamu.

Emang kamu mencukupi kebutuhan kami?

Sama kebutuhan Alisia saja kamu abai kok.

Tidak perlu marah marah, kalau memang niat kamu hanya menghindari untuk tidak dimintai jatah belanja, kasih saja uang kamu sama pelacurmu itu." kini Hanum mulai membantah dan berani berteriak melawan kekejaman Ali yang selalu bersikap semena mena.

"Kurang ajar kamu!"

Plak! plak!

Ali menampar Hanum dan bahkan menendangnya tanpa ampun, membuat Hanum menangis histeris dan mengundang tetangganya untuk melihat apa yang terjadi.

"Mbak Hanum, mbak Hanum! ada apa mbak?

mbak Hanum gak papakan?" teriak Bu Endang sambil menggedor pintu Hanum dari luar dan diikuti tetangganya yang lain yang juga penasaran dengan teriakan Hanum yang terdengar kesakitan.

"Tolong saya, Bu! Tolong!" teriak Hanum yang memang sengaja untuk meminta tolong dan membuka masalahnya di hadapan orang lain. Sudah lelah dengan perlakuan Ali yang tak punya nurani.

Mendengar Hanum meminta tolong dan merintih, membuat Bu Endang dan beberapa warga membuka pintu rumah Hanum yang tidak terkunci.

Mereka semua dibuat kaget dengan kondisi Hanum yang tersungkur dengan memegangi perutnya karena akibat ditendang oleh suaminya.

"Astagfirullah, mbak Hanum kenapa?" Bu Endang langsung berlari menghampiri Hanum yang kesakitan, dan membantunya berdiri lalu memapahnya untuk duduk di kursi dengan dibantu ibu ibu yang ikut datang.

"Keterlaluan, pak Rahmat tolong panggilkan pak RT, ini sudah masuk KDRT namanya." pak Jamal terlihat kesal dan meminta pak Rahmat untuk memanggil pak RT agar masalah KDRT tidak disepelekan oleh Ali.

"Siapa kalian, kenapa suka sekali ikut campur urusanku. Dia istriku, aku berhak melakukan apapun sama dia, perempuan miskin dan bodoh kayak dia, pantas untuk di hajar biar tidak lancang sama suami." teriak Ali tak terima, karena para tetangga ikut campur urusannya. Dan semua itu semakin membuat sebagian warga yang hadir menyayangkan sikapnya itu, dan justru membuatnya semakin di benci oleh warga karena ulahnya.

☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️

jangan lupa mampir juga di karya aku yang lain.

#Tekanan Dari Mantan Suami (Tamat)

#Cinta dalam ikatan Takdir (ongoing)

#Coretan pena Hawa (ongoing)

#Cinta suamiku untuk wanita lain (ongoing)

#Sekar Arumi (ongoing)

#Wanita kedua (Tamat)

#Kasih sayang yang salah (Tamat)

#Cinta berbalut Nafsu ( ongoing )

New karya :

#Karena warisan Anakku mati di tanganku

#Ayahku lebih memilih wanita Lain

Peluk sayang dari jauh, semoga kita senantiasa diberikan kesehatan dan keberkahan dalam setiap langkah yang kita jalani.

Haturnuhun sudah baca karya karya Hawa dan jangan lupa tinggalkan jejak dengan like, komentar dan love nya ya say ❤️

Bab 2

"Keterlaluan, pak Rahmat tolong panggilkan pak RT, ini sudah masuk KDRT namanya." pak Jamal terlihat kesal dan meminta pak Rahmat untuk memanggil pak RT agar masalah KDRT tidak disepelekan oleh Ali.

"Siapa kalian, kenapa suka sekali ikut campur urusanku. Dia istriku, aku berhak melakukan apapun sama dia, perempuan miskin dan bodoh kayak dia, pantas untuk di hajar biar tidak lancang sama suami." teriak Ali tak terima, karena para tetangga ikut campur urusannya. Dan semua itu semakin membuat sebagian warga yang hadir menyayangkan sikapnya itu, dan justru membuatnya semakin di benci oleh warga karena ulahnya.

Pak Burhan selaku RT dengan sigap langsung datang kerumah Hanum.

Ali yang memang sudah hilang rasa malunya tak lagi perduli dengan bisik bisik tetangganya.

"Apa yang terjadi, kenapa mbak Hanum bisa sampai menangis histeris begini?" Pak Burhan langsung masuk dan melihat Hanum tengah menangis sesenggukan. Sedangkan Alisia sudah digendong oleh salah satu tetangga untuk dijauhkan dari pertengkaran orang tuanya. Karena anak sekecil Alisia tidak pantas melihat perdebatan orang tuanya.

"Mas Ali sudah menikah lagi dan memiliki anak dari selingkuhan nya, setiap pulang kemari selalu mengeluhkan kalau gak punya uang. Sudah hampir satu tahun, dia tidak memberikan nafkah yang layak untuk kami.

Dua ratus ribu satu bulan. Tapi setiap pulang selalu marah dan menuntut ini itu." Sahut Hanum sambil terisak karena rasa sakit di tubuh dan hatinya.

Tak perduli aib rumah tangganya diketahui banyak orang, karena Ali sudah sangat keterlaluan.

Pak RT dan yang lain hanya bisa beristigfar, menatap iba pada Hanum yang terlihat sangat kecewa.

"Apa benar, Pak Ali sudah menikah lagi dan punya anak?" tanya pak RT tegas dan tatapan penuh intimidasi pada Ali yang bahkan terlihat sangat tenang, tidak merasa bersalah sama sekali.

"Iya, benar!

Memang salah dan merugikan kalian kalau aku mempunyai istri dua?" sahut Ali penuh dengan ketidak sukaan.

"Tidak merugikan kami, tapi merugikan anak dan istri sampean. Dengan tidak memberikan nafkah yang cukup padahal mampu, itu sudah dzalim pada istri, dan hukumnya dosa, karena mengabaikan yang seharusnya mas Ali jaga dengan rasa cinta dan limpahan kasih sayang." jawab pak Burhan tenang, meskipun hatinya mulai geram dengan sikap Ali yang sedikitpun tak merasa berdosa.

"Halah, orang bisanya cuma minta dan dikasih berapapun selalu habis, perempuan tak berguna dan jelek kayak dia, pantas hidup sengsara." sahut Ali dengan teganya, hingga membuat semua yang hadir mengumpat mulut tajamnya itu.

"Kalau memang aku begitu buruk dan sehina itu di mata kamu, talaq aku sekarang di hadapan warga.

Karena lebih baik aku hidup sendiri bersama anakku, dari pada berstatus istri tapi seperti janda yang ditinggal mati suaminya. Status kamu gak berguna sama sekali untukku!" balas Hanum penuh dengan penekanan. Tak ingin lagi bertahan pada laki laki yang tak punya hati, dari pada terus menerus makan hati.

"Baiklah kalau itu mau kamu." sahut Ali cepat tanpa mau berpikir akibat dari sikapnya itu.

Dengan lantang, Ali mengucapkan talaq yang disaksikan pak RT dan beberapa warga.

"Alhamdulillah." Hanum mengucap syukur, karena terlepas dari laki laki jahat seperti Ali.

"Banyak saksi yang melihat kamu mentalaq ku.

Jadi jangan pernah kamu kembali ke rumahku, apapun alasannya." sahut Hanum tegas dan matanya tersirat kebencian dan sumpah serapah darinya untuk Ali, yang kini sudah jadi mantan.

"Aku juga gak bakal kerumah kumuh kamu ini.

Kita sudah selesai, jangan pernah lagi menghubungi ku." balas Ali cepat dan segera pergi meninggalkan rumah Hanum.

Semua menatap iba pada Hanum.

Namun justru Hanum tersenyum, melepaskan rasa sakit dan beban hatinya, karena sudah lepas ikatan dari Ali yang kejam.

Semua warga pergi meninggalkan rumah sederhananya Hanum.

Dan Bu Dian yang tadi membawa Alisia, kembali datang dengan menggendong Alisia yang masih tertidur.

'Maaf mbak Hanum, tadi saya lancang membawa Alisia kerumah, karena kasihan kalau harus menyaksikan pertikaian mbak Hanum dengan suami.

"Iya Bu Dian, terimakasih banyak. Maaf kalau sudah merepotkan." sahut Hanum lemah dengan senyum yang dipaksakan.

"Gimana keadaan mbak Hanum?" Bu Dian menanyakan keadaan Hanum dan hawatir Hanum merasakan sakit.

"Alhamdulillah, sudah agak mendingan Bu!" sahut Hanum singkat sambil tersenyum ramah.

Hanum benar-benar lega, karena Ali sudah menceraikan nya, sudah tak ada lagi yang terus menghina dan menuntutnya.

☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️

jangan lupa mampir juga di karya aku yang lain.

#Tekanan Dari Mantan Suami (Tamat)

#Cinta dalam ikatan Takdir (ongoing)

#Coretan pena Hawa (ongoing)

#Cinta suamiku untuk wanita lain (ongoing)

#Sekar Arumi (ongoing)

#Wanita kedua (Tamat)

New karya Hawa

#Kasih sayang yang salah

#Cinta berbalut Nafsu

Peluk sayang dari jauh, semoga kita senantiasa diberikan kesehatan dan keberkahan dalam setiap langkah yang kita jalani.

Haturnuhun sudah baca karya karya Hawa dan jangan lupa tinggalkan jejak dengan like, komentar dan love nya ya say ❤️

Happy ending ❤️

bab 3

"Gimana keadaan mbak Hanum?" Bu Dian menanyakan keadaan Hanum dan hawatir Hanum merasakan sakit.

"Alhamdulillah, sudah agak mendingan Bu!" sahut Hanum singkat sambil tersenyum ramah.

Hanum benar-benar lega, karena Ali sudah menceraikan nya, sudah tak ada lagi yang terus menghina dan menuntutnya.

☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️

Waktu terus berjalan, saat ini usia Alicia sudah dua belas tahun, Alisia sudah duduk di bangku sekolah menengah pertama.

Alisia Rininta tumbuh jadi gadis yang sangat cantik, dengan tinggi semampai dan kulit putihnya.

Alisia tumbuh jadi gadis pendiam, tak banyak bicara tapi dia sangat cerdas. Dia memiliki keistimewaan yang anak lain tidak memilikinya.

"Anak bunda sudah pulang?

Kenapa kok lesu begitu?" Sambut Hanum saat putri cantiknya memasuki rumah dengan wajah di tekuk dan mata yang sudah berkaca kaca.

"Ada apa sayang?

Cerita sama bunda, jangan suka memendam masalah sendirian, gak baik!" sambung Hanum lembut dan penuh kasih sayang.

Sejak perpisahannya dengan Ali, hingga saat ini Hanum belum juga menikah, trauma dan tak lagi mau dekat dengan pria, menjadikan Hanum wanita yang dingin dengan setiap pria yang ingin mendekati dirinya.

Hanum sekarang bukan lagi Hanum yang dulu.

Saat ini Hanum sudah menghasilkan puluhan karya dan penghasilan dari menulisnya itu, Hanum buat untuk merenovasi rumahnya menjadi dua tingkat dan terlihat bagus, bahkan Hanum memiliki usaha toko baju muslimah yang cukup laris.

Alisia pun bersekolah di sekolahan favorit di kotanya. Hanum menjadi perempuan sukses yang penuh pesona dengan hijab lebarnya.

Dulu Hanum terlihat begitu dekil dan kusam, tapi sekarang, Hanum terlihat sangat anggun dan cantik.

Wajahnya mulus dan kulit tubuhnya putih seperti mutiara. Hidupnya benar benar berubah.

Dan selama bertahun tahun berpisah, Ali tidak pernah sama sekali datang untuk menjenguk anaknya, bahkan nafkahnya saja sudah lalai.

"Tadi Alisia pulang sekolah, mampir ke toko buku sama Andin, pas di jalan ketemu ayah sama istri barunya.

Dan ayah sama sekali tidak mengenali Alisia." cerita Alisia membuat Hanum mengerutkan wajahnya.

"Apa kamu yakin, itu ayah kamu, nak?" sahut Hanum memastikan, karena Alisia dan ayahnya sudah lama tidak bertemu, takutnya hanya mirip saja.

"Alisia tidak mungkin salah, Bund!

Itu ayah sama istri barunya. Mereka sedang jalan jalan ke mall, dengan kedua anaknya." balas Alisia dengan wajah sedih. Aku tau, dalam diamnya anakku, pasti ada rasa rindu akan kasih sayang ayahnya, yang selama ini sama sekali tidak pernah anakku terima.

"Alisia, rindu sama ayah?" tanyaku hati hati, jantung ini berdebar mendengar kalimat apa yang akan dia lontarkan untuk menjawab pertanyaanku.

"Gak, bund!

Alisia hanya sakit hati saja melihat ayah begitu bahagia dengan wanita jahat itu.

Alisia, terus berdoa untuk penderitaan mereka dan berharap Tuhan segera mengabulkannya.

Alisia benci, benci sekali dengan mereka!" sahut Alisia dengan lelehan air mata, namun sorot matanya mengibarkan api kebencian yang sulit di jelaskan.

"Sayang, apa Alisia tidak bahagia hanya hidup dengan bunda saja?

Alisia rindu sosok ayah?" tanyaku sekali lagi, pertanyaan itu sudah lama ada di benak ini, namun tak kunjung bisa terlontarkan demi menjaga perasaannya yang lembut.

"Alisia bahagia, sangat bahagia. Karena bunda ibu yang hebat dan baik buat Alisia.

Kenapa bunda tanya seperti itu?

Apa bunda khawatir Alisia terluka karena tidak punya ayah?" jawab anakku dengan tatapan sendunya, wajahnya begitu terlihat tertekan.

Banyak hal yang dia sembunyikan tanpa mau membagi nya padaku, oh anakku!

"Bunda takut kamu tidak bahagia, nak!

Maafkan bunda jika belum bisa menjadi orang tua yang baik untuk Alisia. Tapi bunda janji, akan terus berjuang demi kebahagiaan anak bunda. Bunda sayang banget sama kamu sayang." kupeluk erat tubuh kurus putriku, memberinya kehangatan dan kasih sayang yang begitu besar. Aku ingin dia merasa nyaman dan terlindungi, meskipun aku hanyalah seorang ibu yang harus berperan menjadi seorang ayah untuknya.

"Bunda sudah kasih semuanya untuk Alisia. Cinta, kasih sayang, tanggung jawab, dan harta. Bunda itu luar biasa. Aku bangga sama bunda!" sahutnya sambil memeluk erat tubuhku, mampu kurasakan tetesan air bening dari matanya yang kini mulai membasahi bajuku.

"Kamu harus kuat nak, kamu harus tegar dan menjadi orang sukses." batin ini terus menggunakan kalimat kalimat indah untuk permata hatiku, anakku, belahan jiwaku. Karenanya aku sanggup bertahan hingga sampai di titik ini, titik dimana semua terasa begitu ringan kujalani setelah begitu banyak air mata dan kesakitan yang kulalui.

Alloh, begitu baik takdirMU dalam perjalanan yang harus ku jalani bersama anak istimewaku ini. Masyaalloh.

"Alisia istirahat ya, bunda mau masak dulu. Nanti kalau sudah selesai bunda panggil, oke sayang?" waktu sudah menunjukkan pukul lima sore, sudah waktunya menyiapkan makan malam, biasanya ada bibi, tapi saat ini Bu Narmi sedang cuti karena anaknya melahirkan.

"Bunda gak usah masak, aku mau makan nasi goreng di tempat pak haji Romli, boleh kan?" sahut Alisia dengan wajah penuh harap, sejak kecil Alisia memang sangat menyukai nasi goreng di warungnya haji Romli, dan itu sampai sekarang saat gadis kecilku sudah tumbuh jadi gadis remaja.

"Boleh sayang, boleh banget.

Nanti kita makan di warungnya haji Romli sama sama ya, habis sholat magrib, gimana?" jawabku dengan senyuman sumringah, berharap anak gadisku segera melupakan kejadian siang tadi yang bertemu dengan ayahnya yang tak punya hati itu.

Ah kenapa setiap kali aku mengingat laki laki itu, darahku selalu saja mendidih.

☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️

jangan lupa mampir juga di karya aku yang lain.

#Tekanan Dari Mantan Suami (Tamat)

#Cinta dalam ikatan Takdir (ongoing)

#Coretan pena Hawa (ongoing)

#Cinta suamiku untuk wanita lain (ongoing)

#Sekar Arumi (ongoing)

#Wanita kedua (Tamat)

#Kasih sayang yang salah (Tamat)

#Cinta berbalut Nafsu ( ongoing )

New karya :

#Karena warisan Anakku mati di tanganku

#Ayahku lebih memilih wanita Lain

Peluk sayang dari jauh, semoga kita senantiasa diberikan kesehatan dan keberkahan dalam setiap langkah yang kita jalani.

Haturnuhun sudah baca karya karya Hawa dan jangan lupa tinggalkan jejak dengan like, komentar dan love nya ya say ❤️

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!