Hai perkenalkan namaku Anita Harem. Aku saat ini sedang berkuliah di universitas negeri yang ada di kota XXXX. Aku datang ke kota ini karena ingin melanjutkan kuliah dan menata perjalanan ku yang mungkin kurang beruntung ini.
Aku sudah tidak memiliki kedua orang tua, di saat aku berusia tujuh tahun. Mereka berdua meninggalkanku, di saat diri ini masih membutuhkan kasih sayang dari mereka. Namun, nyatanya? Mereka berdua memilih untuk pergi meninggalkan ku tepat di hari ulang tahunku yang ke tujuh tahun.
"Halo! Mama sudah ada di mana?" ucap seorang gadis kecil berusia tujuh tahun itu saat sedang asyik mengobrol dengan kedua orang tuanya lewat Videocall.
"Mama, sudah ada di jalan ini sama papa. Sebentar lagi, mama sampai kok sayang. Anita tunggu sebentar ya. Tunggu mama." ucap wanita yang di sebut dengan sebutan mama oleh anak kecil itu.
"Iya, sayang. Anaknya papa. Anita tunggu sebentar ya, nak. Papa dan mama akan segera sampai." kali ini suara laki-laki yang terdengar. Dan benar saja, Burhan suami dari Lastri yang ada di sebelahnya itu yang beralih alih ponsel yang di pegang oleh istrinya.
"Papa sama mama cepetan ya. Anita sudah tidak sabar pengen cepat-cepat tiup lilinnya sama kalian." ucap Anita kecil.
Kedua orang tuanya hanya melemparkan senyumannya dan mengangguk serempak. Ke arah ponselnya, dan saat sedang asyik mengobrol dengan sang anak di seberang sana. Tiba-tiba sebuah truk tangki dari arah persimpangan kiri jalan. Menghantam mobil yang di Kendarai oleh kedua orang tua dari gadis itu.
Anita kecil beserta beberapa mermaid yang berada di samping gadis itu di buat terkejut saat mendengar suara teriakan dari kedua majikannya. Dan sepersekian detik, bersamaan dengan teriakan tersebut terdengar kembali suara tabrakan beruntun yang terdengar dari balik ponsel gadis kecil itu.
"Nyonya!" ucap para mermaid yang berada di sana. Mereka mengambil alih ponsel yang ada di genggaman gadis itu dan terus melontarkan pertanyaan-pertanyaan untuk memastikan bahwa kedua tuan dan nyonya nya baik-baik saja.
Namun, tidak terdengar suara dari keduanya. Melainkan hanya suara sambungan telepon yang telah terputus. "Tuan! Nyonya!"
Dengan cepat mermaid yang juga berada di sana. Mengambil tubuh gadis kecil itu dan langsung menghamburkan gadis kecil itu ke dalam pelukannya. Nampak, Anita kecil juga hanya terdiam saat mermaid nya itu menggendongnya ke dalam pelukannya.
"Bibi.. papa sama mama kenapa? Kenapa terdengar suara mengerikan dari sana? Apa yang terjadi sama mereka berdua bibi?" tanya gadis itu dengan berbagai pertanyaan yang ia lontarkan.
"Nona.. Tuan dan nyonya baik-baik saja. Tidak ada yang perlu nona Anita khawatirkan ya. Sebaiknya, nona saya antar ke atas ya." ucap mermaid itu mencoba untuk tidak membuat nona mudanya khawatir.
Gadis kecil itu hanya diam dan menganggukkan kepalanya. "Iya, bibi."
"Anak pintar. Yasudah! Kita ke atas sekarang." ucap mermaid itu lagi. Dan segera membawa tubuh kecil itu ke atas menuju kamar gadis itu. Mermaid tersebut juga tidak ingin membuat gadis kecil tau apa yang terjadi kepada kedua orang tuanya.
'Tuan, Nyonya. Semoga kalian baik-baik saja. Dan semoga tidak terjadi apa-apa.' gumam mermaid itu dalam hatinya.
Setelah kejadian yang membuat kedua orang tua ku pergi meninggalkan dunia ini. Aku tumbuh menjadi anak remaja yang ceria. Itu awalnya saja! Karena setelah itu masa remaja ku yang ceria sebelumnya. Kini berubah seratus delapan puluh derajat menjadi gadis yang milih untuk menutup diri.
Aku hanya akan keluar dari sarang ku saat jam kuliah saja. Dan setelah itu, aku memilih untuk menghindari pandanganku dari orang-orang luar. Karena...
"Hahaha!! Kau itu pantas menjadi babi hutan yang luntang-lantung tanpa arah Anita." ucap salah satu temannya yang sudah membuatnya terjatuh ke lantai koridor.
Dan salah satu teman dari mereka mencengkram erat dagu gadis itu, sehingga membuat Anita meringis kesakitan saat kuku panjang itu menyentuh dagu Anita. "Apa yang dikatakan oleh Natasha benar. Kamu itu lebih pantas hidup di hutan dengan jelmaan babi yang sangat gendut."
Gadis itu melepaskan cengkeramannya dan tertawa puas dengan ketiga temannya yang berdiri mengelilingi Anita yang terduduk di lantai koridor dengan wajah yang menunduk. Dagunya juga terlihat memerah akibat cengkeraman temannya.
Setelah itu, ketiga orang gadis itu pergi meninggalkan Anita yang sudah meneteskan air matanya. Gadis itu menunduk menutup wajahnya yang sedang menangis dengan rambutnya, agar orang-orang yang melihatnya tidak mengetahui bahwa gadis itu tengah menangis.
"Hei!! Kau butuh bantuan?" ucap seseorang di depan gadis itu. Anita yang terduduk dengan wajah yang menunduk, mendongakkan kepalanya menatap seorang laki-laki itu berdiri di hadapannya tengah tersenyum.
"Ayo!" ucapnya lagi sembari mengulurkan tangannya pada gadis itu. Anita yang melihat uluran tangan laki-laki itu menggelengkan kepalanya.
"Tidak, terimakasih." tolak Anita. Sembari menghapus air matanya dengan kedua tangannya.
"Aku bukan seperti yang ketiga orang tadi kok. Aku hanya murni membantu kamu bangun saja. Lagipula tidak enak dilihat banyak orang, jika kamu terus duduk di sini sambil menangis." ucap laki-laki itu dengan terus mengulurkan tangannya pada gadis itu.
Anita mengedarkan pandangannya ke sekeliling. Dan benar saja, orang-orang melihatnya dengan pandangan yang berbeda-beda. Mungkin ada yang bertanya-tanya mengapa gadis malah duduk dengan rambut yang terurai berantakan, atau mungkin juga ada yang beranggapan bahwa gadis itu aneh atau lemah karena tidak bisa melawan orang-orang yang membully-nya. Karena tidak ingin terus-menerus dilihat oleh orang-orang. Anita pun akhirnya memilih menerima uluran tangan laki-laki itu.
Setelah gadis itu sudah berdiri. Tiba-tiba laki-laki itu langsung mendekatkan dirinya ke telinga gadis itu dengan senyuman smirknya dan spontan membuat gadis itu membulatkan matanya saat ucapan laki-laki itu membuatnya tidak bisa berkata-kata.
"Sekarang! Kau sudah menjadi milikku! Anita." bisik laki-laki itu dengan suara yang terdengar pelan di telinga gadis yang kini mematung di sampingnya.
Anita menatap ke arah laki-laki yang kini sudah berada tepat di hadapannya. Dengan senyumannya yang ditampilkan di bibirnya. Begitu indah. Begitulah pikir orang-orang yang melihatnya, termasuk Anita yang berada tepat beberapa senti itu dari hadapannya.
.
.
.
...Terimakasih buat kalian semua atas sempatnya sudah mampir ke novel aku yang amburadul ini. Maaf, Jika novel ini masih gak jelas ya! Mohon Dimaafkan, karena saya juga masih pemula untuk belajar membuat novel. Meskipun novelku sangatlah membosankan! Sekali lagi mohon dimaafkan ya....
... Untuk itu jangan lupa untuk tinggalkan like ya, bagi yang berbaik hati. Sekali lagi terimakasih banyak sudah mampir. 🙏...
Episode Sebelumnya..
"Aku bukan seperti yang ketiga orang tadi kok. Aku hanya murni membantu kamu bangun saja. Lagipula tidak enak dilihat banyak orang, jika kamu terus duduk di sini sambil menangis." ucap laki-laki itu dengan terus mengulurkan tangannya pada gadis itu.
Anita mengedarkan pandangannya ke sekeliling. Dan benar saja, orang-orang melihatnya dengan pandangan yang berbeda-beda. Mungkin ada yang bertanya-tanya mengapa gadis malah duduk dengan rambut yang terurai berantakan, atau mungkin juga ada yang beranggapan bahwa gadis itu aneh atau lemah karena tidak bisa melawan orang-orang yang membully-nya. Karena tidak ingin terus-menerus dilihat oleh orang-orang. Anita pun akhirnya memilih menerima uluran tangan laki-laki itu.
Setelah gadis itu sudah berdiri. Tiba-tiba laki-laki itu langsung mendekatkan dirinya ke telinga gadis itu dengan senyuman smirknya dan spontan membuat gadis itu membulatkan matanya saat ucapan laki-laki itu membuatnya tidak bisa berkata-kata.
"Sekarang! Kau sudah menjadi milikku! Anita." bisik laki-laki itu dengan suara yang terdengar pelan di telinga gadis yang kini mematung di sampingnya.
Anita menatap ke arah laki-laki yang kini sudah berada tepat di hadapannya. Dengan senyumannya yang ditampilkan di bibirnya. Begitu indah. Begitulah pikir orang-orang yang melihatnya, termasuk Anita yang berada tepat beberapa senti itu dari hadapannya.
...****...
Anita memasuki kelasnya dan duduk di tempatnya dengan tas selempang nya yang dia letakkan di belakang kursi. Lalu, menatap ke arah depan saat dosen nya telah masuk.
"Selamat pagi." sapa dosen tersebut dengan ramah.
"Selamat pagi pak." balas para mahasiswa di dalam kelas itu dengan serempak.
Setelah beberapa jam kemudian. Kelas pun berakhir dengan dosen yang mengajar di kelasnya keluar lebih dulu. Anita pun membereskan kembali buku-bukunya ke dalam tasnya dan hendak keluar.
Namun, tepat di depan pintu kelasnya sudah ada Natasha dan kedua temannya sedang tersenyum menyeringai melihat ke arah Anita. Anita yang menatap ke arah ketiga gadis yang berada di pintu kelasnya itu hanya mengeratkan genggamannya pada rok yang gadis itu pakai.
Rasa takut yang menjalar di seluruh tubuhnya. Takut jika ketiga gadis itu akan memperlakukannya seperti pagi tadi. Anita juga sudah mendapatkan lambaian tangan dari ketiga gadis itu.
'Tuhan tolong aku. Tolong jauhkan mereka dariku!' batin Anita.
"Anita, kamu sudah tidak ada kelas lagi kan hari ini? Bagaimana kalau kita pulang bareng. Aku akan mengantarmu pulang." ucap Natasha dengan lembut. Gadis itu tersenyum sembari memainkan rambutnya yang lurus.
Anita pun tak dapat berbuat apa-apa, selain mengangguk kecil. Ia juga mengambil tasnya dan hendak turun menghampiri ketiga gadis itu. Namun, suara laki-laki yang familiar di telinga Anita terdengar di belakang para ketiga gadis itu.
"Kenapa lama sekali, aku sudah menunggu kamu dibawah loh dari tadi." ucap laki-laki itu.
Otomatis ketiga gadis itu langsung membalikkan badannya melihat siapa yang baru saja bicara di belakangnya. Natasha, beserta kedua temannya itu langsung terpesona dengan ketampanan laki-laki yang ada di depan mereka.
"Kamu... bicara sama aku ya?" tanya Natasha dengan lembut. Gadis itu tersenyum manis pada laki-laki yang berdiri di hadapannya.
Sedangkan, laki-laki itu menunduk dan menggelengkan kepalanya. Setelah itu, ia pun melangkahkan kakinya menuju ke arah gadis itu dan berhenti tepat di hadapannya. Dan tentu saja hal itu membuat Natasha merona merah karena di tatap oleh laki-laki tampan itu.
"Kamu...."
"Maaf... bisakah kau minggir!" ucap laki-laki itu memotong ucapan Natasha yang hendak bicara.
Natasha beserta kedua temannya hanya mengernyitkan dahinya bingung. "Hah?! Maksud kamu?"
"Iya, aku bilang bisakah kalian minggir? Karena aku mau menghampiri kekasihku." ucapnya. Dan membuat ketiga gadis itu terdiam dan saling bertatapan satu sama lain.
Natasha yang kepedean tingkat tinggi itu hanya menyingkir untuk memberikan laki-laki itu jalan. Termasuk kedua temannya itu, dengan cepat menyingkir.
Laki-laki itu justru tersenyum dan langsung melangkahkan kakinya menuju ke arah gadis yang kini sudah berada di depannya dengan kedua mata mereka yang saling bertemu. Laki-laki itu tersenyum manis pada Anita. Sedangkan, gadis itu hanya menatapnya tanpa ekspresi.
"Hei, Anita!! Kamu juga menyingkir goblok! Dia bukan mau menghampirimu. Jadi... jangan sok memasang wajah sok cantik!" ucap Lia pada Anita. Dan mendapat anggukan kepala dari kedua teman lainnya.
Laki-laki itu menoleh sedikit dan kembali melihat ke arah Anita yang kini juga sudah menyingkirkan tubuhnya dengan kepalanya yang menunduk. Laki-laki itu menatapnya dengan lekat dan setelah itu ia langsung menarik tangan Anita dan langsung merangkul pundak gadis itu.
Dan tentu saja hal itu, membuat Natasha dan kedua temannya itu membulatkan matanya tak percaya dengan apa yang mereka lihat itu. Begitu juga dengan Anita, gadis itu terdiam saat laki-laki itu merangkulnya tepat di depan ketiga gadis itu.
"Maaf, sepertinya kalian salah. Dia Anita, kekasihku."
DEG!!!!
Anita menolehkan kepalanya pada laki-laki yang merangkulnya itu dengan tatapan bertanya. Namun, laki-laki itu hanya tersenyum pada ketiga gadis yang ada di depan keduanya.
"A-apa?! Kekasih? Kamu kekasihnya Anita?" ucap Lia sembari menunjuk ke arah gadis yang ada di rangkulan laki-laki itu.
Laki-laki itu pun langsung menganggukkan kepalanya dengan cepat. Dan menatap wajah gadis yang ia rangkul itu. "Iya, dia adalah kekasihku."
"Tu-tunggu! Tunggu dulu! Bagaimana bisa seseorang Anita memiliki seorang kekasih yang sepertimu?" ucap Natasha sembari menatap tak suka pada gadis itu.
"Tentu saja bisa, kenapa tidak! Buktinya kita sepasang kekasih. Iya, kan sayang?" ucap laki-laki itu dengan senyuman yang terpampang jelas di bibirnya yang menatap ke arah Anita.
Anita terdiam dan menatap ke arah ketiga gadis yang kini sudah menatapnya dengan tatapan tajamnya. Gadis itu terlihat menarik nafas dan menghembuskan nafasnya perlahan-lahan.
"Iya, dia kekasihku." ucapnya dengan nada yang sedikit bergetar. Gadis itu takut dengan apa yang ia ambil ini akan membuat ketiga gadis itu marah dan akan berbuat hal yang tidak-tidak kepadanya. Tapi, ia juga harus menghindari ketiganya saat ini.
Natasha yang menahan amarahnya hanya menggelengkan kepalanya sembari melirik ke arah kedua temannya. "Ayo, kita pergi!"
Setelah itu, ketiganya pun pergi meninggalkan laki-laki itu dan Anita yang sudah terlihat bergetar hebat. Ia dengan buru-buru melepaskan rangkulan laki-laki itu dan menatapnya dengan tatapan penuh tanya.
"Kenapa kamu melakukan ini? Kita tidak saling mengenal, tapi kenapa kamu bilang kepada mereka. Bahwa aku adalah kekasihmu?" berbagai pertanyaan yang dilontarkan Anita pada laki-laki yang dirinya sendiri tidak tahu siapa nama laki-laki di hadapannya itu.
"Bukankah, seharusnya kamu berterima kasih kepadaku. Karena aku telah menolong mu dari gangguan mereka." ucap laki-laki itu.
Anita terdiam saat mendengar perkataan laki-laki yang sudah menolongnya itu. Lalu Anita pun menundukkan kepalanya. "Maafkan aku."
Laki-laki itu menatapnya dengan alis yang menurun. "Kenapa, kamu malah meminta maaf?"
"Maaf karena tidak seharusnya aku mengatakan hal seperti barusan. Dan seharusnya aku berterima kasih kepadamu karena kamu sudah menolongku. Terimakasih banyak." ucap Anita. Kemudian, gadis itu langsung menundukkan kepalanya kepada laki-laki itu.
Laki-laki itu terdiam saat gadis itu membungkukkan badannya tepat di hadapannya. Laki-laki itu dengan cepat mengangkat kedua bahu gadis itu dan menggelengkan kepalanya. "Aku mohon jangan seperti ini."
.
.
.
...Terimakasih buat kalian semua atas sempatnya sudah mampir ke novel aku yang amburadul ini. Maaf, Jika novel ini masih gak jelas ya! Mohon Dimaafkan, karena saya juga masih pemula untuk belajar membuat novel. Meskipun novelku sangatlah membosankan! Sekali lagi mohon dimaafkan ya....
...Untuk itu jangan lupa untuk tinggalkan like ya, bagi yang berbaik hati. Sekali lagi terimakasih banyak sudah mampir. 🙏...
Episode Sebelumnya..
"Ayo, kita pergi!"
Setelah itu, ketiganya pun pergi meninggalkan laki-laki itu dan Anita yang sudah terlihat bergetar hebat. Ia dengan buru-buru melepaskan rangkulan laki-laki itu dan menatapnya dengan tatapan penuh tanya.
"Kenapa kamu melakukan ini? Kita tidak saling mengenal, tapi kenapa kamu bilang kepada mereka. Bahwa aku adalah kekasihmu?" berbagai pertanyaan yang dilontarkan Anita pada laki-laki yang dirinya sendiri tidak tahu siapa nama laki-laki di hadapannya itu.
"Bukankah, seharusnya kamu berterima kasih kepadaku. Karena aku telah menolong mu dari gangguan mereka." ucap laki-laki itu.
Anita terdiam saat mendengar perkataan laki-laki yang sudah menolongnya itu. Lalu Anita pun menundukkan kepalanya. "Maafkan aku."
Laki-laki itu menatapnya dengan alis yang menurun. "Kenapa, kamu malah meminta maaf?"
"Maaf karena tidak seharusnya aku mengatakan hal seperti barusan. Dan seharusnya aku berterima kasih kepadamu karena kamu sudah menolongku. Terimakasih banyak." ucap Anita. Kemudian, gadis itu langsung menundukkan kepalanya kepada laki-laki itu.
Laki-laki itu terdiam saat gadis itu membungkukkan badannya tepat di hadapannya. Laki-laki itu dengan cepat mengangkat kedua bahu gadis itu dan menggelengkan kepalanya. "Aku mohon jangan seperti ini."
...****...
"Maafkan aku, jika kata-kata aku barusan menyakitimu." ucap laki-laki itu dengan raut wajah bersalah.
Anita yang melihat itu, menggelengkan kepalanya. "Tidak! Kamu tidak salah! Apa yang dikatakan oleh kamu itu benar. Seharusnya aku yang tidak mengatakan hal itu padamu, maafkan aku."
Setelah kejadian itu, keduanya pun sampai di rumah kediaman Anita. Laki-laki itu yang mengantarkan gadis itu sampai di depan rumahnya. Anita pun turun dari dalam mobil yang di Kendarai oleh laki-laki itu dengan menundukkan kepalanya, guna dapat melihat laki-laki itu yang masih di dalam tidak ikut turun.
"Terimakasih sudah mengantarkan ku." ucap Anita pada laki-laki itu dengan merendahkan lututnya agar dapat melihat laki-laki itu lewat jendela mobilnya.
Terlihat laki-laki itu menganggukkan kepala. "Sama-sama. Kalau begitu, aku pergi."
Setelah mengucapkan selamat tinggal pada gadis itu. Laki-laki itu langsung menancapkan gasnya dan menghilang dari pandangan gadis itu. Anita yang masih di tempatnya dengan tas selempang nya menatap ke arah dimana laki-laki itu sudah menghilang.
"Laki-laki itu siapa ya? Dia bahkan tidak memberitahu siapa namanya." ucap Anita pada dirinya sendiri. Lalu, gadis itu pun memilih untuk masuk ke dalam rumahnya.
"Halo! Bagaimana, apakah sudah ketemu alamatnya?" ucap laki-laki itu berbicara dengan seseorang di dalam ponselnya.
"Bagus! Tolong kirimkan alamat itu sekarang juga." ucapnya lagi dan langsung mematikan ponsel miliknya dan meletakkannya ke sembarang tempat.
Laki-laki itu terus melaju dengan kecepatan tinggi setelah mendapat apa yang di carinya. Ia langsung ngegas mobilnya agar sampai di tempat tujuannya. Setelah menempuh perjalanan kurang lebih lima belas menit, laki-laki itu telah sampai di sebuah kafe yang bernuansa serba biru itu. Dan ia masuk dengan mengedarkan pandangannya mencari sosok yang di carinya itu.
Setelah menemukannya. Laki-laki itu langsung menghampiri ketiga gadis yang sedang asyik mengobrol cantik dengan beberapa dessert dan minuman yang mereka pesan di kafe itu.
Ketiga gadis yang sedang asyik itu, menoleh bersamaan saat laki-laki itu telah berada di depan mereka dengan senyuman khasnya. Para gadis itu langsung saling bertatapan satu sama lain dan dengan cepat gadis yang berambut pirang itu berdiri dengan berlagak cantik itu membalas senyuman laki-laki itu.
"Ada apa kamu tiba-tiba datang menghampiri kita? Bukankah, seharusnya kamu bersama dengan Anita kekasihmu itu, hm?" ucap gadis berambut pirang itu.
"Itu, benar. Aku baru saja mengantarkannya pulang ke rumahnya." balas laki-laki itu dengan senyuman yang masih terpampang jelas.
"Oh, begitu rupanya. Lalu... apa tujuanmu mendatangi kami bertiga di sini? Apakah, kau ingin bergabung bersama dengan kita menikmati beberapa dessert di kafe ini?" ucap gadis satunya lagi.
"Sudah Lia. Sepertinya, dia datang kesini bukan untuk bergabung bersama dengan kita. Jadi... apa yang membuatmu datang menemui kita di sini tampan?" ucap gadis berambut pirang itu dengan tersenyum manis.
Laki-laki itu melirik ke arah ketiga gadis yang ada di sana secara bergantian. Sehingga laki-laki itu memilih duduk di antara mereka. "Apa yang dikatakan oleh si rambut pirang ini benar. Aku datang kemari bukan untuk bergabung bersama dengan kalian, melainkan ada hal yang ingin aku katakan kepada kalian yang ada di sini."
Gadis yang dikatakan rambut pirang itu nampak membenarkan rambutnya ke belakang. Dan kedua teman lainnya hanya menahan tawa saat mendengar perkataan laki-laki itu yang mengejek temannya itu.
"Jadi.. apa yang ingin kamu katakan kepada kita? Dan bagaimana kamu bisa menemukan kami disini?" tanya gadis yang bernama Lia.
"Aku bisa tau kalian ada di sini atas bantuan asisten ku yang melacak keberadaan kalian. Dan di sinilah aku sekarang duduk bersama dengan kalian." ujar laki-laki jujur.
"Lalu, apa tujuanmu mendatangi kami kesini? Apakah kami telah melakukan kesalahan kepadamu?" tanya gadis cantik yang sejak tadi hanya diam saja di tempatnya.
Laki-laki itu melirik ke arah gadis itu dan menggelengkan kepalanya. "Tidak ada! Kalian tidak melakukan kesalahan apa-apa terhadapku. Tapi, kalian melakukan kesalahan kepada kekasihku."
"Kita melakukan kesalahan apa kepada kekasihmu itu, hah? Sampai-sampai kamu menuduh kami seperti itu!" ucap Lia yang langsung menggebrak meja. Dan langsung mendapatkan tatapan mata dari orang-orang yang ada di kafe itu.
"Lia duduk!"
"Tapi Natasha dia menuduh kita melakukan sesuatu kepada kekasihnya itu." ucap Lia yang sudah tidak bisa mengontrol emosinya.
"Aku bilang duduk!" ucap gadis berambut pirang itu yang di sebut dengan Natasha itu.
"Cih!" Lia berdecih lalu duduk di tempatnya saat temannya Natasha yang menyuruhnya untuk duduk kembali ke tempatnya.
"Apa maksudmu berkata seperti itu kepada kami? Apakah, Anita menceritakan sesuatu yang jelek tentang kami kepadamu, hm?" tanya Natasha dengan tenang. Gadis itu bahkan terlihat lebih tenang daripada Desi temannya yang berada di sebelah Lia itu.
Laki-laki itu menggeleng. "Tidak! Ini aku hanya insting saja. Dan melihat sifat emosi dia yang meledak-ledak, aku menjadi sangat yakin. Jika selama ini kalian selalu mengganggunya.
Natasha melirik ke arah Lia yang tampak diam saat tatapan tajam Natasha tertuju kepadanya. "Mungkin kamu salah paham terhadap kita. Kita sama sekali tidak menggangu ataupun melakukan sesuatu kepada Anita. Justru, kami berteman dengan baik sama dia."
Laki-laki itu hanya memajukan bibirnya. "Benarkah? Tapi... rasanya aku tidak percaya dengan semua ucapan mu."
Natasha mengeratkan genggamannya mencoba untuk tidak terpancing emosinya. "Siapa namamu? Dan apa tujuanmu itu?"
"Namaku? Oh, iya sepertinya kita belum berkenalan ya. Baiklah, jika kalian ingin tau namaku siapa." ucap laki-laki itu dengan mengulurkan tangannya kepada Natasha yang ada di depannya itu.
"Tommy Kurniawan. Anak dari Ferdi Kurniawan pemilik perusahaan Mall terbesar yang ada di kota ini." sambungnya lagi dengan menyebut nama dirinya. Dan itu langsung membuat ketiga gadis itu saling bertatapan.
"Aku datang menemui kalian kesini hanya ingin memberitahu kalian untuk jangan mengganggu Anita lagi. Karena jika sampai aku melihat kalian berseliweran di dekatnya. Maka aku pastikan kalian di keluarkan dari kampus dengan secara tidak menyenangkan." kali ini laki-laki yang ia sebut dengan nama Tommy itu menatap ke arah ketiga gadis itu dengan tatapan tajam.
Ketiga gadis itu juga melihat rahang laki-laki itu mengeras seakan siap mencabik-cabik mereka tanpa ampun. Lia yang sedari tadi memperlihatkan emosinya otomatis langsung menciut saat melihat tatapan tajam laki-laki itu depannya itu. Terlihat sangat menyeramkan, berbeda dengan saat laki-laki itu datang beberapa saat yang lalu.
"Baiklah, sepertinya aku harus pergi." ucap laki-laki itu untuk pamit.
Namun, saat hendak berdiri. Laki-laki kemudian berucap kembali, sehingga membuat ketiga gadis itu mendongakkan kepalanya menatap ke arah laki-laki itu. "Aku ingatkan lagi! Jangan pernah mengganggu kekasihku, jika kalian masih menyayangi kuliah kalian."
Setelah itu, Tommy pun benar-benar pergi meninggalkan ketiga gadis itu. Dengan Natasha yang sudah mencengkram kerah baju Lia dengan erat. "Gara-gara kamu yang tidak mengontrol emosimu itu. Lihat sekarang! Kita tidak bisa lagi membully Anita."
Lia yang mencoba melepaskan cengkraman sahabatnya memukul-mukul pelan tangan Natasha. " Natasha lepas! Sakit."
Desi yang masih duduk melihat kedua sahabatnya berargumen itu berdiri untuk melerai nya. "Sudah hentikan! Kalian tidak malu di lihat orang-orang di sini, hah? Kalian itu nyadar gak sih, di sini yang salah siapa? Otak goblok kok di pelihara. Dasar kekanak-kanakan."
Desi pun memilih untuk pergi meninggalkan keduanya yang masih di tempatnya masing-masing. Karena gadis itu juga pengen cepat-cepat pulang ke rumahnya. Karena seharian ini dirinya di buat sakit kepala oleh kedua sahabatnya itu.
.
.
.
...Terimakasih buat kalian semua atas sempatnya sudah mampir ke novel aku yang amburadul ini. Maaf, Jika novel ini masih gak jelas ya! Mohon Dimaafkan, karena saya juga masih pemula untuk belajar membuat novel. Meskipun novelku sangatlah membosankan! Sekali lagi mohon dimaafkan ya....
...Untuk itu jangan lupa untuk tinggalkan like ya, bagi yang berbaik hati. Sekali lagi terimakasih banyak sudah mampir. 🙏...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!