NovelToon NovelToon

LOVE FOR AMOR

HADIAH TAK TERDUGA

Alhamdulillah ketemu dengan cerita baru yanktie.

Dari SEDAYU ~ JOGJAKARTA, YANKTIE mengucapkan selamat membaca cerita sederhana ini.

JANGAN LUPA SUBSCRIBE YAAA

Rahdini Mustika Wonoyudo atau yang biasa dipanggil Dini tak menyangka, gadis manisnya hari ini berusia sweet seven teen atau tujuh belas tahun. Amora yang nama lengkapnya AMORA BERNADHETA PELLETIMU dan biasa dipanggil  Moya adalah satu-satunya anak perempuan yang dia miliki. 

Karena ketiga adiknya semua laki-laki. Arya yang saat ini berusia hampir 12 tahun. Abbhie yang berusia 10 tahun dan si bungsu Aqiel yang berusia hampir 6 tahun. 

Di usia 17 tahun Amora sudah kuliah di fakultas kedokteran hewan di UGM. 

Diulang tahun gadis kecilnya Prasetyanto Soekarso sang daddy tak bisa memberi kecup hangat seperti biasa, karena sejak kemarin pagi dia harus menghadiri seminar di Singapore.

Hadiah tak terduga datang dari ayah biologis atau ayah kandung Amora,  yang mengharap Amora bisa datang ke Jakarta karena sang opa sedang kritis di rumah sakit. 

“Mom, tadi ayah bilang opa sakit, apa aku boleh ke Jakarta sendirian bila Mommy atau daddy tak bisa menemaniku pergi?” tanya Moya ragu. Dia tak enak merengek saat mommynya tak bisa mengantarnya.

“Mommy dan daddy juga bingung saat pagi tadi ayahmu telepon Mommy. Daddy baru kemarin berangkat ke Singapore dan jadwal seminarnya lima hari, sedang Mommy tak mungkin pergi mengantarmu karena adik-adikmu sedang ulangan akhir semester.” 

“Papa Steve tak bisa mengantarmu karena Dwipa lusa akan di khitan.” 

Yang belum kenal dengan papa Steve dan mama Sari baca tulisan Yanktie yang berjudul KESANDUNG CINTA ANAK BAU KENCUR. Dan cerita cinta tentang mommy Dini, Daddy Anto dan ayah Harry ada di novell berjudul CINTA KECILNYA MAZ ya. 

Dini bingung. Dia dan Anto belum pernah melepas Amora pergi sendirian. Andai Harry mengabari kemarin, Amora bisa berangkat bareng Anto sampai bandara Jakarta, nanti di Jakarta dia akan minta anak-anak kak Kiran menjemput adiknya. 

Atau kalau Harry mengabari saat awal opa sakit, tentu Moya bisa berangkat bareng Leo -adik Harry- dan Risye serta kedua jagoannya. Buat Risye, Amora juga anak perempuannya, karena dia tak punya anak perempuan.

“Tunggu Daddy sempat telepon Mommy ya, jam istirahat Daddy pasti akan mencuri waktu telepon ke kita.” Dini tahu, Anto akan memberi solusi yang baik. 

Dini menunggu apa keputusan imamnya. Karena untuk hal seperti ini dia tak berani memutuskan sendiri.

\*\*\* 

“Bismillah aja Mom. Gadis kita cukup dewasa. Dia bukan balita yang selalu harus kita dampingi. Daddy yakin ini cara Allah untuk membuat kita mulai belajar melepas dia ke tingkat kedewasaan.” 

“Daddy tahu rasa was-was Mommy. Tapi semua orang tua pasti pernah merasakan mengalami tahap ini. Tahap awal melepas langkah kaki anak-anak kita. Bahkan banyak anak lain yang sebelum seusia Moya biasa pergi sendirian kemana pun.” 

“Pastikan saja ada yang mengantar ke bandara saat dia berangkat. Dan di bandara Jakarta ada yang menjemputnya. Hanya selama diatas pesawat dia sendirian ‘kan?” 

“Daddy akan pantau perkembangan kesehatan opa tiap hari. Nanti Daddy akan jemput Moya pulang ke Jogja bila kondisi opa membaik,” Anto memutuskan melepas anak gadisnya pergi ke Jakarta sendirian untuk pertama kalinya. 

“Mbak, kata Daddy kamu boleh pergi sendiri, nanti dari sini akan Mommy antar ke bandara, dan Mommy akan meminta kakak-kakakmu menjemput di bandara Jakarta lalu mengantarmu ke rumah opa ya,” dengan berat hati Dini menyampaikan keputusan suaminya pada Moya. 

Dini langsung menghubungi Aldo, anak mbak Kirana -kakak nomor dua Dini- untuk menjemput Amora di bandara, tapi sayang Aldo tidak bisa karena sedang diluar kota. 

“Coba minta Farid saja Bund, sepertinya dia bisa,” Aldo memberi saran pada Dini yang dia panggil dengan sebutan bunda untuk menghubungi Farid adiknya.

“Ok, Bund, aku bisa. Suruh Moya telepon aku sebelum berangkat dan juga dia kirim nomor penerbangaan ke aku ya,” dengan senang hati Farid menyanggupi permintaan adik mommynya itu. 

Plong sudah. Dini berkeyakinan semua akan berjalan dengan baik tanpa hambatan. Ini adalah pelajaran pertama baginya melepas Dini melakukan perjalanan jauh sendirian. 

Kebetulan Amora tak punya alergi atau sakit apa pun yang mengharuskannya membawa obat pribadi, sehingga Dini tak perlu mengingatkan anak gadisnya tentang bekal obat. Kalau baju dan perlengkapan lainnya anaknya biasa mempersiapkan sendiri. Tak perlu dia membantu packing. 

“Bisa Steve?” tanya Dini. Walau sudah tidak kerja di kantor bu Gita, Steve masih berhubungan dengan agen perjalanan yang biasa dia gunakan saat masih berkantor di sana. Jadi kalau masalah tiket, Steve biasa pesan di agen perjalanan itu. 

“Bisa, nanti sore petugasnya antar tiket ke rumahmu. Sudah aku bayar juga,” jawab Steve. 

Penerbangan besok hari Sabtu pagi, sebenarnya awalnya Dini akan nekat mengantar Amora dulu lalu hari Minggu pagi dia kembali ke Jogja. Tapi hari Senin Arya dan Abbhie akan ulangan. Arya bisa dia lepas belajar sendiri, tapi Abbhie tak akan belajar bila tak ada Mommy atau Daddy disebelahnya. 

Abbhie memang sejak sekolah seperti itu. Bukan tak pintar, hanya dia terlalu menggampangkan. Memang tanpa belajar nilai Abbhie cukup untuk kenaikan kelas. Tapi bila belajar dengan hanya ditemaninya saja, tanpa perlu dipacu , nilai Abhhie akan meningkat jauh. 

“Kamu serius enggak apa-apa? Atau Mommy antar kamu lalu langsung balik lagi dari bandara tanpa perlu ke rumah opa ya? Kalau harus nginap semalam, Abbhie bisa enggak belajar,” masih galau Dini kembali bertanya pada Moya.

“Take it easy Mom. Aku bukan anak kecil. Aku mahasiswi dan diantara teman-temanku, aku adalah segelintir mahasiswi yang belum pernah pergi sendirian tanpa pengawalan. Please izinkan aku belajar. Izinkan aku hidup normal seperti teman-temanku,” pinta Amora.

“Apa selama ini kamu tersiksa dikekang oleh Mommy?” Dini malah merasa bersalah terhadap putrinya. 

“No … big No Mom, aku bahagia menjadi anak Mommy dan Daddy. Tak pernah merasa terkekang. Tapi aku harus mulai belajar saja. Bukan ingin memberontak. Kalau Mommy masih merasa harus mengantarku. Fine, aku terima, sekarang kita pesan lagi tiket atas nama Mommy ya,” Amora meredam emosi Dini dengan lembut. 

Amora sangat tahu perjuangan Dini mempertahankan dirinya sejak di kandungan. Sedikit demi sedikit memang Dini sering menceritakan latar belakang hidup Amora terkait pertanyaan sang putri tentang sosok Harry. Dan mengapa dia memiliki ayah tapi juga memiliki daddy.

\*\*\* 

Dini menguatkan hati, dia dan Arya mengantar Amora ke bandara. Abbhie dan Aqiel tak dia ajak. Kedua jagoan kecil itu dia minta belajar sendiri dan pulang dari bandara Dini akan bertanya tentang apa yang telah mereka pelajari selama Dini tinggal. Sebenarnya hal itu dilakukan agar kedua jagoannya tidak terlalu lelah berlarian.

FIRST FLIGHT ALONE

Dari SEDAYU ~ JOGJAKARTA, YANKTIE mengucapkan selamat membaca cerita sederhana ini.

JANGAN LUPA SUBSCRIBE YAAA

Amora berjalan dengan langkah pasti untuk *check in*. Ini adalah perjalanan pertamanya pergi jauh sendirian. Anto tak ragu melepas Amora yang sudah memegang ban coklat karate. Untuk jaga diri, sejak dini Anto mewajibkan semua anaknya ikut bela diri.

Amora juga terbiasa naik pesawat, sehingga dia sudah tahu *step by step* untuk sampai ke dalam pesawat. Karena dia hanya membawa sebuah koper kecil dia sengaja tidak menaruh di bagasi agar nanti di bandara tujuan dia tidak lama menunggu koper keluar. Amora lebih memilih membawanya dan akan menaruhnya di cabin saja. 

Dengan  pasti Amora berjalan menaiki tangga pesawat. Dia sangat senang menjalani perjalanan pertamanya sendirian. Dia merasa sudah dewasa seutuhnya. 

‘*Thanks Dadd, sudah memberi kepercayaan untuk melakukan first trip sendirian*,’ batin Amora. 

‘*Daddy emang the best father yang aku miliki*!’

Amora agak kesulitan memasukkan kopernya di cabin, karena ada ransel yang menghalanginya. “Maaf, saya keluarkan dulu ransel saya agar kopermu bisa masuk dengan mudah,” suara nan empuk terdengar persis di telinga Amora. 

Gadis itu mundur memberi ruang pada pemilik suara yang belum dia lihat sosoknya. 

“Ok, silakan duduk biar saya yang atur,” lanjut pemilik suara. 

Amora pun duduk di kursi sesuai dengan nomor tiketnya. Dia segera mengirim chat pada mommy dan daddy serta Farid kalau dirinya sudah duduk manis di pesawat dan sebentar lagi ponselnya akan off.

‘*Kak, jangan lupa jemput aku, aku sudah di dalam pesawat*.’

‘*Ok Princess, kakak sudah on the way ke bandara. Take care ya*,’ di keluarga Dini memang Amora adalah Princess. Karena Kirana dan Sashi kakak Dini tak ada yang memiliki anak perempuan. Amora hanya menjawab dengan emoticon love untuk Farid kakak tercintanya.

‘*Thanks Dadd, atas kepercayaannya. Moya bisa jaga diri koq. Love U*.’

‘*Mom, Mbak sudah di atas pesawat, jangan khawatir ya. Love U Mom*.’ 

“Kamu beneran sendirian? Kamu masih terlalu kecil untuk pergi jauh sendirian,” sapa sosok di sebelah Amora. Pria itu yang tadi mengatur koper Amora agar mudah masuk ke cabin.

“Iya Om.” Amora masih sibuk berbalas pesan sebelum perintah untuk mematikan daya ponsel. 

“Berapa usiamu, mengapa memanggilku Om? Sepertinya selisih usia kita tak terpaut jauh!” protes sosok tampan disebelah Amora.

“Tadi anda bilang saya terlalu kecil, jadi wajar kalau saya panggil anda Om. Karena hanya orang tua yang menganggap saya terlalu kecil!” ketus Amora menjawab protes pria itu. Usia Amora memang masih muda, tapi dia juga tak mudah dibodohi. 

“Fine, maaf saya salah. Tapi serius kamu terlalu muda untuk melakukan perjalanan jauh sendirian!” lanjut pria itu.

“Saya bahkan bukan anak SMP. Saya sudah kuliah. Jadi anda tak perlu khawatir. Dan saya tidak minta anda momong saya!” masih dengan nada ketus Amora menjawab pria usil yang meremehkan dirinya. 

Pengalaman pertama yang sangat tidak mengenakkan. Perdebatan mereka terhenti karena para pramugari meminta semua mematikan daya ponselnya serta menggunakan sabuk pengaman. 

“Kamu tinggal di Jogja atau di Jakarta?” tanya pria tampan itu. Usianya sepertinya belum terlalu tua. Bergaya santai dengan kaos pas body dan jacket kulit serta celana jeans dan topi kulit senada dengan jacketnya. Sneaker biru donker sewarna dengan jeans nya menambah sempurna penampilan pria itu. Di leher kaosnya digantung kaca mata hitam.

Amora malas membalas. Dia ingat nasehat sang mommy yang mengajarkan jangan terlalu ramah pada orang asing. Lama tak mendapat balasan, pria itu mengambil sebuah kartu nama dari dompetnya. 

“Orang tuamu pasti mengajarkanmu jangan mudah akrab dengan mahluk asing ya. Baik, kenalkan namaku DAVA AIRLANGGA PRABANDARU. Dan di kartu ini tertera kantorku serta tempat aku mengajar. Aku ke Jakarta rutin karena ibuku tinggal di daerah Duren sawit, jalan Belanak 5,” Dava mengajak Amora berkenalan sambil memberikan kartu namanya.

‘*Belanak 5 Duren sawit? Itukan rumah mommy Kiran. Jadi pria ini dekat rumah mommy Kiran juga*?’ Amora hanya membatin dan menerima uluran tangan Dava.

“Amora.”

“Kamu kuliah di mana?” cecar Dava.

“UGM, fakultas kedokteran hewan.”

“Saya memberi kuliah di UGM, fakultas ekonomi. Hanya dosen terbang. Seminggu dua kali. Karena saya lebih fokus di usaha saya di Godean,” jelas Dava lagi.

“Mau ke mana di Jakarta nanti? Ada perlu apa?” sekilas ini pertanyaan biasa. Dan Dava merasa itu tak terlalu mengganggu privasi. Tapi bagi Amora itu terlalu pribadi. Maka dia tak menjawab pertanyaan kenalan barunya itu. Dia lanjut membaca novel yang dia bawa untuk menemani penerbangan ini.

\*\*\* 

“Terima kasih,” Amora menerima kopernya yang diambilkan oleh Dava saat pesawat telah landing. Sengaja Amora menunggu turun paling belakang. Dia menyalakan ponselnya lalu segera mengirim chat.

‘*Hallo Mom, pesawatku sudah landing, aku sengaja keluar terakhir agar tak berebut. Nanti Mbak kabari lagi kalau sudah ketemu dengan kak Farid ya. Love U as always Mom*.’

‘*Sibuk Daddyku sayang? Moya sudah landing di Jakarta. Nanti Moya kabari lagi kalau sudah bertemu dengan kak Farid. Love U Dadd*.’

Amora turun dan langsung mencari sosok gagah kakak sepupunya. “Kangeeeeeeeeeeen,” pekiknya sambil memeluk erat Farid ketika dia sudah bertemu dengan kakaknya itu.

‘*Rupanya dia dijemput kekasihnya*,’ batin Dava dengan sedikit kecewa, dari tadi dia sengaja menunggu Amora keluar. Dia tak melihat siapa yang dipeluk gadis teman perjalanan yang baru di kenalnya tapi telah mencuri hatinya sejak pertama kali dia melihat gadis itu. Dava langsung menuju parkiran. Sopir mamanya sudah menanti di sana.

“Bang Dava!”

“Farid, sedang jemput siapa? Atau kamu baru datang dari luar kota?” Dava kaget, tetangga depan rumah mamanya membawa koper kecil dan sepertinya sedang menunggu seseorang.

“Njemput adik, datang dari Jogja,” balas Farid.

“Lho, Abang ‘kan juga dari Jogja. Jangan-jangan tadi Abang satu pesawat dengan adikmu. Ok. Abang duluan ya,” Dave pun meninggalkan Farid yang sedang menunggu Amora ke toilet. 

“Hallo Mom,” sapa Amora, dia melakukan panggilan video pada sang ibu yang tak bisa menepis rasa khawatir membiarkan dirinya terbang ke Jakarta sendirian untuk pertama kali. 

Dini plong melihat putrinya sudah bersama Farid. Mereka ngobrol sebentar lalu Dini segera memutus hubungan telepon karena harus melanjutkan mendampingi Aqiel dan Abbhie belajar.

AKU LEBIH SUKA MENYEBUTNYA AMOR

Dari SEDAYU ~ JOGJAKARTA, YANKTIE mengucapkan selamat membaca cerita sederhana ini.

JANGAN LUPA SUBSCRIBE YAAA

“Coba kamu telepon ayahmu dulu. Kamu langsung Kakak antar ke rumah sakit atau ke rumah opa? Biar enggak bolak balik,” Farid meminta Amora memastikan kemana dia mengantar adiknya itu.

“Kamu ke rumah mommy Kiran dulu aja. Nanti jam kunjung pasien sore baru ke rumah sakit."

"Jangan lupa pakai jacket kalau pulang malam. Ayah enggak mau daddy mu marah kalau kamu sakit karena kena angin malam,” Harry menganjurkan putrinya istirahat dulu. 

Harry tahu mbak Kiran juga pasti kangen dengan anak perempuannya itu.

“Iya Yah, sampai ketemu nanti sore ya,” jawab Amora.

\*\*\* 

“Assalamu’alaykum Mommyyyyyyyyyyyyy,” pekik Amora. Amora langsung berlari masuk ke rumah mommy Kiran dan tak mempedulikan kopernya di jok belakang.

“Ih Princess, koq main masuk aja sih, bukannya bawa kopernya turun,” sungut Farid melihat adiknya yang langsung lari ingin bertemu mommynya. 

Farid menutup pintu mobilnya setelah mengeluarkan koper kecil dari jok belakangnya. Saat bersamaan mobil yang ditumpangi Dava berhenti.

‘*Koper pink itu, bukannya milik Amora ya? Ah pasti banyak koper kecil sejenis itu*.’ Dava seperti dejavu melihat koper yang sejak di bandara tadi di bawa Farid. Karena dia juga dua kali memegang koper seperti itu di pesawat yang baru saja membawanya dari Jogja ke Jakarta.

“Wa’alaykum salam Princess,” Kiran mengembangkan ke dua tangannya dan menerima tubrukan dari putri kecilnya. 

“Untung Mommy duduk, kalau berdiri kita bisa jatuh berdua,” keluh Kirana sambil menciumi pipi dan kening Amora dengan gemas.

“Aku kangen Mommy,” Amora memeluk erat tubuh budenya yang sejak kecil dia panggil mommy seperti anak-anak bude Kiran. Sedang anak-anak bude Kiran memanggil Dini dengan sebutan bunda. Karena saat menikah dengan Harry, panggilan Dini dan Harry adalah ayah dan bunda.

“Mommy juga kangeeeeeeeeeeen banget sama kamu,” balas Kiran. 

“Kamu enggak kangen Daddy?” suara bariton terdengar lembut di belakang Amora.

“*Daddy, I miss you so much*,” Amora segera berlari memeluk Amir, suami mommy Kiran. Amir satu-satunya menantu eyang yang bukan berasal dari suku Jawa. 

Karena Anto daddynya walau asli Kuningan tapi lebih njawani dan pakde Teguh suami bude Sashi, berasal dari Magetan. 

Begitulah Amora di keluarga sang mommy. Satu-satunya cucu perempuan eyang kakung dan eyang putrinya. Sepertinya hal itu tak akan berubah selamanya karena ke tiga anak eyang tak akan mungkin hamil lagi. 

“Daddy mbolos?” tanya Amora sesudah dia melepas pelukan kangen dari sang daddy.

“Sekarang hari Sabtu, apa kamu lupa?” tanya Amir sambil menyentil lembut ujung hidung Amora.

“Kamu mau mandi dulu apa bersiap makan YA?” tanya Kiran. Dia memanggil YA, dari panggilan Moya.  

“Aku mau bongkar bawaanku aja Mom, ada titipan mommy buat semua di sini juga mau merapikan bajuku biar enggak terlalu lecek,” Amora langsung menjawab dan menuju kamar tamu di rumah itu. Dia tadi melihat kakaknya menaruh koper serta dus bawaannya ke dalam kamar tamu. 

“Ini dari mommy,” Amora memberikan titipan Dini pada Kiran sesudah dia mengeluarkan titipan Dini untuk tante Vionne.

\*\*\* 

“Kamu bersiap sekarang, nanti Mommy dan Daddy yang temani kamu ke rumah sakit. Kami juga belum menjenguk opa,” Kiran memberitahu Amora agar bersiap. Saat ini mereka baru saja selesai salat Ashar. 

“Jangan lupa bawa mukena. Di sana ‘kan kamu sendirian yang salat. Maksud Mommy perempuan sendirian, karena ayahmu ‘kan enggak mungkin bawa mukena.”

\*\*\*

“Sore Tante, Om,” Amora mendengar seseorang menyapa mommy dan daddynya yang sudah lebih dulu di depan. 

Amora tadi masuk kembali karena titipan untuk tante Vionne masih tertinggal dikamarnya. Dia menggunakan ransel kecil berisi mukena dan sebuah kaos serta tentu pakaian dalam untuk prepare ganti baju bila terpaksa menginap di rumah sakit. 

“Moyaaaaaaa, jangan lupa pakai jaket dan bawa pasmina,” sang mommy tentu cerewet mengingatkan Amora.

“Cukup jacket saja Mom,” balas Amora, yang langsung terhenti kalimatnya melihat sosok yang sedang bicara dengan daddynya. 

Dava tertegun melihat sosok gadis yang dipanggil Moya oleh tante Kiran. ‘*Ternyata aku enggak salah, koper itu milik Amora*.' 

“Hai Amora, enggak disangka ya, kamu keponakan Om Amir,” Dava menegur ramah.

“Kalian saling kenal?” tanya Kiran.

“Kami satu pesawat Mom, dan Moya duduk di sebelah Om Dava,” jawab Amora jujur.

“Tuh Tante, dia panggil Dava dengan sebutan OM, padahal usia Dava dan Aldo hanya selisih dua tahun,” protes Dava.

“Ayok Mom, kita berangkat,” Amora tak mengubris protes Dava dan dia langsung masuk mobil daddynya. 

“Ayok Dava, Tante antar Moya ke rumah sakit dulu ya. Dia ke Jakarta karena opanya sedang sakit,” Kiran pamit pada Dava yang juga akan keluar rumah. 

‘*Moya, panggilan yang manis untuk gadis manis*,’ sambil melajukan mobilnya Dava memikirkan gadis kecil teman barunya itu. 

‘*Tapi aku lebih suka panggil dia AMOR*!’ pikir Dava.  

Siapa pun tahu arti kata AMOR adalah CINTA. Dulu Harry memberi nama Amora karena bayi kecilnya memang merupakan tanda cintanya yang teramat besar pada Rahdini. Walau Amora terbentuk dengan cara yang salah. 

Namun lamunan Dava tentang Moya terganggu dengan getar telepon, dia segera menggeser tombol terima dan mendengarkan suara di ujung sana tanpa memberi respon. 

Setelah rentetan kalimat tanpa jeda, baru Dava menjawab,” Kamu enggak perlu pusing saya ada di mana dan sedang ngapain. Karena kisah kita sudah berakhir sejak tiga bulan lalu.” 

“Dan saya juga sudah langsung membatalkan pertunangan kita dengan resmi. Karena saya tahu sopan santun. Saya melamar dengan resmi maka membatalkannya juga dengan resmi."

"Kalau kamu tidak terima dengan pembatalan itu. Semua adalah hakmu. Kamu protes saja pada orang tuamu yang dengan malu menjawab menerima pembatalan pertunangan kita!” lalu Dava langsung memutus sambungan telepon yang barusan diterimanya.

\*\*\* 

Harry memeluk buah cintanya dengan Dini erat-erat. Sampai saat ini dia memegang teguh niatnya. Tidak menikah lagi. Karena dia memang hanya pernah jatuh cinta pada Dini. Tak pernah pada perempuan lain. 

“Ayah sehat?” tanya Amora pada ayahnya. 

“Alhamdulillah,” jawab Harry. Dia tak menyangka putrinya sudah menjelma menjadi perempuan muda. Sudah menjadi seorang mahasiswi. Dia ingat, dia jatuh cinta pada Dini saat Dini dibawah usia Amora kini. 

Harry mencintai Dini sejak gadis itu SMA kelas dua. Hanya saat itu dia simpan dalam hati. Steve temannya sejak SMP tahu saat Harry mabuk dan bercerita dia mencintai Dini. Dan dia menikahi Dini saat perempuan itu belum genap 20 tahun, karena ada Amora di perutnya. 

Amora yang terpaksa hadir karena Harry memperkosa Dini. Suatu sejarah kelam yang tak bisa dihapus. Namun dia bersyukur Dini dan keluarganya termasuk Anto masih bisa menerima dirinya dengan baik. Jiwa besar keluarga Dini memang patut dia akui.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!