"Mama! Aku seneng banget!" Seru seorang gadis dari arah kamarnya.
Hari masih gelap tapi gadis itu sudah terbangun dari tidurnya, dia baru saja menyelesaikan rutinitas paginya sebagai seorang muslim, tapi saat membuka media sosial dia terkejut dan langsung menjerit saat membaca boyband idolanya akan datang ke negaranya untuk pertama kali.
"Ais, kenapa kamu teriak? Ini masih pagi, enggak enak di denger tetangga." Sang Mama masuk ke dalam kamar putrinya setelah mendengar terikan sang putri.
"Maaf Ma, tapi aku seneng banget Ma, The Boys diundang ke acara televisi negara kita, itu artinya kesempatan buat aku ketemu sama mereka, Ma," jelas Aisah begitu antusiaa, berharap dia mendapatkan kesempatan bertmu dengan idolanya itu.
Mama menggelengkan kepala melihat tingkah putrinya itu, "The Boys terus yang kamu pikirin, ingat kamu udah kelas dua belas Ais, sebentar lagi ujian, kamu harus rajin belajar biar bisa kuliah ke kampus impian kamu," turunnya.
"Kalau itu pasti Ma, tapi Mama ijinin kan buat aku datang ke acara itu? Aku mau ketemu idolaku Ma, please," Aisah mengiba, sebab dengan begitu sang Mama pasti tak akan tega jika tidak memberi ijin.
"Boleh saja asalkan tidak mengganggu jadwal sekolah kamu, kalau sampai kamu bolos gara-gara itu, Mama tidak ridho," buat sang Mama belajar dan sekolah adalah hal yang utama, di samping itu kegiatan apapun dia akan mengijinkan asalkan tak mengganggu kegiatan belajar.
Aisah diam, dia melihat waktu dan tanggal kapan idolanya itu akan datang, setelah melihat tanggalnya wajahnya berubah cemberut, sebab di tanggal itu bukanlah hari libur sekolah, dan dia tak mungkin bolos sekolah.
Melempar ponselnya lalu beranjak dari tempat tidur menyusul sang Mama yang sudah lebih dulu keluar kamar menuju dapur.
"Kenapa lagi?" tanya sang Mama saat melihat wajah putrinya tak secerah tadi.
Aisah menggeleng, dia malas menjawab pertanyaan sang Mama, karena dia yakin Mamanya itu mengetahui alasan wajahnya menjadi muram.
"Mama yakin suatu saat kamu bisa tuh ketemu idola kamu itu, untuk sekarang pikirkan sekolah kamu dulu," lihatlah, Mamanya bahkan bisa menebak apa yang menjadi masalahnya tanpa Aisah menjawab.
"Iya Ma," ucapnya lesu.
💜💜💜
"Tumben sepagi ini mukanya udah kusut? Listri mati ya? Dan Lo enggak bisa nyetrika tuh muka." Nita salah satu sahabat Aisah yang baru saja masuk ke dalam kelas dan mendapati sahabatnya menopamg wajah cemberut.
"Ck, pagi ini semangat hidup gue ilang separo," jawab Aisah asal.
Nita menggekngkan kepala, dia sepertinya bisa menebak apa yang telah terjadi pada sahabatnya itu. "Ga...." baru saja dia akan bicara tapi seseorang lebih dahulu mengagetkan mereka berdua.
"Ais! Boyband kesayangan Lo akhirnya datang ke negara kita! Lo pasti seneng banget kalau tahu ini." Teriak seorang gadis berambut pendek yang tak lain sahabat Aisah juga. Santi.
"Jangan berisik Santi! Suara Lo kaya toa mushola, pengar kuping gue!" ucap seorang pemuda yang tak lain teman sekelas mereka.
"Mending gue kaya toa mushola, nah suara Lo kaya radio rusak, menyakitkan di telinga gue," sahut Santi tak terima.
"Udah deh San, gue pusing ditambah dengerin kalian berdua debat kepala gue makin pusing mau pecah," kekesalan Aisah bertambah karena sahabatnya sudah merusuh di pagi hari seperti ini.
"Ah iya maaf Ais, emang Lo kenapa sih? Harusnya Lo itu seneng dong sebentar lagi ketemu sang idola." Santi memeluk sahabatnya itu, dengan sedikit membungkukkan badan sebab Aisah sedang duduk dan dirinya tetap berdiri.
"Itu masalahnya, Tante Winda pasti enggak ngijinin, begitu kan Ais?" tebakan Nita sama sekali tidak meleset.
Aisah mengangguk, "Padahal gue udah bayangin bisa foto bareng mereka, karena gue yakin mereka belum banyak fans, karena baru pertama datang," jawabnya.
Santi dan Nita secara bersamaan mengusap bahu sahabatnya, mereka sama-sama tahu betapa ngefans nya Aisah dengan boyband tersebut, terutama dengan salah seorang yang fotonya tersebar di dinding kamar Aisah, bukan hanya dinding bahkan Aisah selalu membawa gambar wajah pemuda itu di dalam tasnya.
"Gue yakin Lo bakalan ketemu mereka suatu saat nanti, jadi sekarang jangan sedih ya, kalau Lo sedih kita berdua ikutan sedih," Nita meskipun terkadang ucapannya menyakitkan tapi gadis itu paling dewasa pemikirannya diantara mereka bertiga, meskipun umurnya paling muda.
Aisah mengangguk, dia pasrah sebab meyakini akan ucapan sahabatnya yang sama persis dengan sang Mama pagi tadi. Dia makin yakin jika suatu saat akan bisa berjumpa dengan idolanya itu, tak apalah sekarang hanya bisa mengkhayal asalkan suatu saat khayalan nya menjadi sebuah kenyataan.
Tak lama bel pun berbunyi disusul dengan seorang guru matematika yang memasuki ruang kelas Aisah, gadis itu kembali tenggelam dalam kegiatan belajarnya, melupakan sejenak sang idol yang tak bisa dijumpainya dalam waktu dekat ini.
Istirahat pun tiba, ketiga sahabat tersebut langsung menuju kantin meski Aisah ogah-ogahan karena nafsu makannya menghilang sejak pagi tadi, bahkan tadi pagi dia hanya sarapan segelas susu tapi sampai saat ini perutnya masih terasa kenyang.
"Nih, soto daging kesukaan Lo, gue traktir hari ini. Kebetulan banget gue dapat uang saku tambahan dari Mas gue." Santi meletakkan tiga mangkuk salah satunya berisi soto daging kesukaan Aisah dan dua yang lainnya berisi baso untuk dirinya dan Nita.
"Wah, seneng gue kalo tiap hari gini." Kedua bola mata Nita membola, di sertai binar bahagia karena hari ini dia tidak harus mengeluarkan uang sakunya dan otomatis menambah tabungan miliknya.
"Ngarep." Timpal Santi melirik sahabatnya itu.
"Harusnya uang itu Lo tabung aja San, buat acara perpisahan nanti. Gue jadi enggak enak sama Lo," beda Nita beda pula Aisah, gadis itu justru merasa tak enak hati karena dia merasa lebih mampu dibandingkan Santi meski kedua sahabatnya tak mengetahui hal itu.
"Udah, ini emang dari Mas Eko untuk traktir kalian berdua, dia sendiri yang bilang gitu, jadi enggak usah sungkan, nikmatin rejeki hari ini." Santi menuangkan saos sambal ke dalam mangkuknya lalu merupakan saos itu dan menyantap bakso kesukaannya.
"Bilangin makasih ke Mas Eko ya San," ucap Aisah pada akhirnya.
Sedangkan Nita langsung menikmati bakso kesukaannya itu tanpa mempedulikan obrolan kedua sahabatnya.
Saat sedang asik menikmati makanan mereka masing-masing, empat orang gadis datang menghampiri mereka. Menatap ketiga gadis itu yang seakan tak peduli akan kedatangan mereka sambil bersedekah di dada.
"Gue bilang apa, lo itu bisanya cuma halu, enggak mungkin bertemu The Boys, miskin sih. Nich gue punya tiketnya, mau enggak?" seorang gadis yang paling populer di sekolah itu karena kecantikan dan keindahan tubuh sesampainya mengibaskan sebuah tiket ke hadapan Aisah.
"Iya kita emang miskin, sama kan Lo juga miskin?" Nita menatap tajam gadis itu, "Miskin hati, lebih parah dari kita. Harta bisa dicari nah Lo mau cari hati di mana? Emang ada yang mau donorin hati buat orang berhati busuk kaya Lo." Lanjutnya.
"Udahlah Nit, biarin aja dia mau ngomong apa," Aisah mencegah Nita saat sahabatnya itu akan kembali membuka suara.
"Sialan Lo! Awas gue bales ya!" Vera, ya nama garis itu adalah Vera dia selalu mengganggu Aisah dan dua sahabatnya karena selalu kalah dalam hal nilai, dia tak terima hingga seringkali mengganggu Aisah dengan sengaja.
Vera maju mendekati Nita, dia ingin menjambak rambut Nita tapi tarikan dari arah belakang membuatnya mengurungkan niat.
"Ver, ada Pak Toni. Nanti Lo yang kena hukum lagi, ayo kita pergi sekarang." Salah satu sahabat Vera menyeret gadis itu dan menjauhi Aisah dan dua sahabatnya sebab ada Pak Toni sang guru BK yang selalu berpihak pada Aisah.
"Kesel gue! Ngapain si Toni datang ke kantin sih? Harusnya gue udah habisin tuh si Nita!" Vera menghentakkan kedua kakinya kesal.
.
.
Hallo semua, assalamu'alaikum...
Author datang membawa cerita baru nih. Jangan lupa dukungannya yah. Semoga Novel ini bisa sesukses Novel 'Dipaksa Menikah'.
Selamat membaca semuanya.
Beberapa hari berlalu, kini Aisah sedang menatap televisi penuh antusias dan binar bahagia, sebab idolanya sedang tampil dalam acara tersebut. Dengan memangku sebuah toples berisi kripik singkong buatan sang Mama, dia menikmati siaran televisi itu dan mengabaikan sekelilingnya.
"Andai aja aku bisa kesana sekarang?" gumamnya dengan mulut penuh kripik singkong.
"Yah, kok iklan sih? Bentar banget perasaan," keluhnya saat layar televisi menampilkan sebuah iklan pewangi pakaian.
"Ternyata ganteng juga idola Lo kalo liat langsung di tivi gini ya? Gue baru nyadar," ucap Nita yang selama ini tak begitu memperhatikan idola sahabatnya itu, sebab dia tak suka dengan idol seperti itu, dia lebih memilih nonton drama.
"Gue tuh masih keinget kemarin, sayang banget Vera nyobek tiket itu, andai aja boleh gue minta, udah pasti sekarang gue di sana liat para idol itu," Santi tak menghiraukan ucapan Nita, sebab dia sama halnya dengan Aisah yang mengidolakan boyband tersebut, tapi dia tak separah dan selebay Aisah.
"Ck, enggak usah diinget, di itu sengaja kaya gitu, mau nunjukin kalau dia mampu, biar aja yang rugi juga dia sendiri, kan?" Nita menimpali.
Aisah mengangguk, "Iya, gue juga kalau di kasih tiket ith cuma-cuma tetep akan nolak," ucapnya.
"Ya iyalah, secara Lo enggak boleh pergi, kalau buat beli tiket gue rasa Lo bisa, tapi untuk pergi ke sana, no." Santi menggelengkan kepala seakan apa yang dia ucapkan benar adanya.
"Kalian berdua ikutan Aisah? Bucin sama idol itu juga?" Mama Winda datang dengan membawa nasi goreng di nampan beserta piring dan sendok untuk mereka semua.
"Aku baru kali ini liat langsung di tivi Tan, biasanya liat sekilas di hape Aisah," jawab Nita.
"Tante kok repot sih, jadi enggak enak ini," tambahnya saat melihat nasi goreng dihadapannya yang masih mengeluhkan asap.
"Udah, kita makan dulu ya. Tante cuma punya ini, tadi lupa belanja saking sibuknya ngurusin pesanan." Winda mengisi setiap piring dan memberikan pada tiga gadis itu. Dia sangat bahagia jika kedua sahabat putrinya datang ke rumah apalagi jika merek berencana menginap seperti malam ini.
Mereka menikmati makan malam yang sudah terlewat itu dengan santai sambil menunggu iklan yang masih enggan usai.
"Mah, mama kira-kira gimana kalau punya mantu kaya Ye Jun? Pasti Mama seneng banget, para tetangga enggak akan ada yang remehin Mama lagi, karena mantunya seorang idol," ucap Aisah saat televisi menampilkan idol tersebut.
"Mama sih oke aja, asalkan dia mau ikut agama kita. Tapi kayaknya kamu ngehayalnya terlalu jauh deh." Jawab sang Mama santai.
"Biasa Tan, Aisah selalu gitu kalau bicara sama kita berdua, menghayal jadi istri idolanya itu," timpal Nita yang sudah hafal dengan kelakuan sahabatnya tersebut.
Malam itu mereka habiskan dengan membahas idol tersebut tanpa henti, tentu saja Aisah yang bercerita dengan segala khayalan nya. Meski begitu Nita dan Santi tetap mendengarkan ocehan sahabtnya tanpa menyela.
"Coba deh Lo buat novel aja Ais, nanti kita berdua bakalan baca novel Lo itu, gue yakin banyak peminatnya, sebab kalo lo cuma cerita ke kita berdua hanya kita yang nikmatin ya meskipun nikmatin dengan terpaksa," Nita selalu tak bisa mengontrol ucapannya jika sudah kesal.
"Ck, apa sih. Yaudah kalian berdua tidur aja, gue mau buat novel seperti yang lo bilang," kesal Aisah.
💜💜💜💜
Beberapa bulan berlalu, idola Aisah itu kembali datang ke negaranya. Kali ini dia bisa tersenyum bahagia karena bisa datang ke acara tersebut, karena tepat saat liburan sekolah. Tapi, Aisah harus pergi seorang diri tanpa dua sahabatnya, sebab mereka sedang berkunjung ke rumah nenek masing-masing.
"Hati-hati sayang, kalau ada apa-apa langsung telfon Mama ya. Ini pertama kalinya Mama melepas kamu pergi sendiri ke luar kota, harusnya Mama ikut tapi enggak bisa karena banyak kerjaan yang harus Mama tangani sendiri." Winda menasehati sang putri yang pagi ini akan pergi ke luar kota, dia khawatir meskipun Aisah bukan kali pertama datang ke kota itu, tapi dia pergi seorang diri tanpa dirinya.
"Siap Ma, santai aja aku akan baik-baik aja Ma, nanti kalau udah sampai aku kabarin pokonya, Mama hati-hati di rumah ya, doakan aku semoga bertemu dengan ifolaku itu." Aisah menyalami sang Mama lalu pergi menaiki sebuah ojek menuju stasiun.
Perjalanan kali ini meskipun dia lalui seorang diri, Aisah pergi dengan perasaan bahagia, sebab dia akan bertemu dengan idolanya itu. Sungguh hari yang dia tunggu-tunggu sejak dulu, sejak mengenal The Boys, boyband yang berisi lima personil itu.
Sesampainya di kota tujuan Aisah langsung menuju hotel terdekat dengan tempat acara tersebut, dia sedikit menyesal sebab tak bisa menyambut kedatangan idolanya itu di bandara, karena ternyata mereka sudah datang sejak pagi tadi, sedangkan dia siang hari baru sampai di kota tersebut, tapi dia akan datang lebih awal diacara itu, supaya bisa menurut kedatangan idolanya sebelum naik ke atas panggung. Untung saja saat itu dia sedang datang bulan hingga tak mengharuskan dia melakukan kewajiban sebagai seorang muslim.
Hatinya terus berdebar hebat sejak masuk ke sebuah studio salah satu stasiun televisi, sebab dia sudah tak sabar menanti kedatangan idolanya tersebut. Apalagi semua penyanyi yang mendapatkan undangan sudah stay di tempat itu semua, bahkan mereka ikut dalam pembukaan acara itu, sedangkan boyband idolanya sama sekali belum terlihat.
"Lama banget sih, gue enggak sabar," gumamnya.
Ternyata gumaman nya itu terdengar oleh seseorang yang duduk di sampingnya, seorang perempuan dewasa, "Nungguin The Boys juga?" tanya perempuan itu.
"Eh iya Kak, Kakaknya juga nungguin mereka?" jawab dan tanya Aisah.
Perempuan itu tersenyum lalu mengangguk, "Iya, aku pengen ketemu sama Ye Jun, dia gantengnya enggak ada tandingan apalagi kalau lagi ngerap, uhh serasa pengen langsung di halalin," jawabnya.
Aisah tersenyum kecut, ternyata bukan hanya dia yang mengidolakan Ye Jun, bahkan perempuan dewasa di sampingnya itu terlihat lebih parah dari pada dia.
"Ih pacar halu ku, halalin aku dong, Ye Jun ku," ucap perempuan itu lagi.
Aisah hanya meringis, sepertinya dia tak selebay wanita tersebut.
"Wah akhirnya mereka muncul. Ye Jun, Ye Jun, Ye Jun." Teriak perempuan itu sama sekali tak memepdulikan umurnya.
Aisah hanya diam menatap idolanya otu penuh binatang bahagia, ingin rasanya dia turun ke panggung untuk sekedar bersalaman dengan mereka, ah pasti bahagia sekali.
Selama acara itu berlangsung, Aisah terus tersenyum penuh kebahagiaan, apalagi mereka mengatakan jika esok akan mengadakan jumpa fans di tempat tersebut. Hal itu yang ditunggu Aisah selanjuntya.
💜💜💜
Semalaman Aisah tak bisa tidur dengan nyenyak, membayangkan bertatap muka langsung dengan idolanya, meski dia sadar tidak akan lama hal itu terjadi karena sudah pasti banyak yang mengangtri untuk sekedar minta tanda tangan atau memberikan sesuatu pada idolanya itu.
"Kira-kira gue ngasih apa ya? Gue enggak punya apapun buat di kasih sama dia, ahh andai gue tadi pagi datang lebih awal gue bisa beli barang dulu," Aisah bermonolog, dia menyesali kedatangannya yang sedikit terlambat siang tadi.
Aisah berfikir sejenak, kira-kira adalah barang yang bisa dia berikan tanpa harus membeli, sebab tak mungkin di tengah malam seperti ini keluar hotel seorang diri, apalagi dia petempuan sudah bisa dipastikan akan banyak pengganggu nantinya. Tapi sepertinya memberikan barang bekas bukan ide yang bagus, ah dia jadi frustasi sendiri memikirkan semua itu.
Malam makin larut tapi kedua bola matanya lagi-lagi tak mau diajak kompromi untuk sekedar terpejam sejenak, akhirnya dia memutuskan untuk menulis sebuah novel yang pernah dicetuskan oleh Nita sahabatnya. Novel itu sudah dia tulis sampai beberapa bab dan sudah dia publis di aplikasi novel online. Bahkan dia mendapatkan uang saku untuk ke kota ini juga hasil dari novel itu, tanpa meminta sepeserpun dari Mamanya.
Ternyata idenya untuk menulis novel justru berakhir dengan terpejam nya kedua mata, mungkin karena lelah akhirnya Aisah tertidur masih dengan memegang ponsel.
"Jam berapa ini?" dia terbangun saat mendengar alarm di ponselnya, alarm itu dia atur jam empat subuh juga jam enam pagi. Alarm pertama tentu untuk membangunkan dirinya dari mimpi, sedangkan alarm ke dua tanda jika dia harus segera berangkat ke sekolah, takutnya dia terbangun di saat alarm ke dua pagi ini.
"Syukurlah, ternyata baru aja subuh," setelah itu dia pun bergegas membersihkan dirinya dan membereskan beberapa pakaian karena hari ini dia akan langsung pulang ke kotanya setelah bertemu dengan idolanya itu.
Pagi hari sebelum berangkat ke acara jumpa fans itu dia menyempatkan menelpon sang Mama, meminta doa supaya dia benar-benar bisa bertemu dengan idolanya itu. Tentu saja sang Mama pun mendoakan dirinya.
Dia check-out dari hotel terlebih dahulu, sebab tak akan kembali ke hotel lagi setelah ini.
💜💜💜
Menunggu cukup lama bersama ratusan fans lainnya, membuat Aisah terus berdebar. Dia yakin kali ini bisa mendapatkan tanda tangan semua personel The Boys itu, tentu saja yang utama adalah Ye Jun. Dia juga ingin meminta foto, jika mereka berkenan tentu saja. Tapi sepertinya harapan yang satu ini tak akan bisa terwujud melihat banyaknya fans yang hadir siang ini.
Suara sorak sorai para fans membuatnya tersadar dari lamunan, dia pun menatap ke arah depan dimana personel The Boys masuk satu persatu dengan gayanya masing-masing. Jika yang lainnya teriak, maka dia hanya bisa tersenyum penuh binar bahagia. Menurutnya tak perlu berteriak asalkan bisa menatap mereka lebih lama.
Boyband itu mengenalkan diri mereka masing-masing menggunakan bahasa Inggris. Lalu pembawa acara membacakan aturan yang harus mereka sepakati jika ingin mendapatkan tanda tangan dari semua personel. Dan salah satu peraturannya mereka tak boleh meminta foto satu persatu. Tapi para fans tetap boleh memotret idolanya dari jarak jauh.
Tepat dugaan Aisah jika dia tak mungkin bisa berfoto dengan salah satu dari mereka. Dia hanya bisa pasrah asalkan bisa mendapatkan tanda tangan dari mereka berlima.
Tibalah saatnya mereka dipersilahkan untuk maju ke hadapan idola mereka, dengan rapi dan teratur. Tentu saja Aisah langsung berbaris ke arah barisan yang menuju ke tempat Ye Jun, dia akan mengantri ke Ye Jun lebih awal karena itu tujuan utamanya.
"Banyak banget yang ke sini ternyata, yang lain hanya beberapa aja," gumamnya saat melihat banyaknya orang yang dibelakang dirinya.
Dia melihat ke arah samping, terkejut saat mendapati salah satu personel idol tersebut tak ada yang mengantri. Tanpa pikir panjang dia langsung keluar dari barisan menuju ke arah idol itu. Menurutnya ini kesempatan langka karena dia akan berbicara banyak hal dengan idol itu tanpa ada yang menunggu.
"Hai, kenapa kamu keluar barisan dan memilih mendekatiku?" tanya idol itu sempat heran dengan sikap gadis berhijab dihadapannya ini.
Aisah gugup, dia sama sekali tak bisa menyembunyikan kegugupan nya dihapan sang idol. Dia hanya diam dan tersenyum, tak bisa berucap sepatah katapun, sebab ini seperti sebuah mimpi indah yang selama ini dia harapkan.
"Kamu tidak bisa bahasa Inggris?" tanya idol itu, mengira gadis dihadapannya tak bisa berbahasa Inggris sebab dia sejak tadi berbicara dengan bahasa Inggris.
Aisah menggeleng, "Aku bisa bahasa Inggris, cuma aku gugup dan tidak percaya, ini seperti mimpi saja," jawabnya.
"Tapi ini bukan mimpi, ini sebuah kenyataan." Ucap idol itu dengan sebuah senyum dibibirnya.
"Kau belum menjawab pertanyaannya ku tadi?" tambahnya.
"Ah itu, aku ingin mendapatkan tanda tangan setiap member, jadi ini kesempatan terbaik ku bisa mendapatkan tanda tangan dari kamu lebih dulu, sekaligus bisa berbicara seperti saat ini karena tidak ada yang mengantri." Aisah menoleh ke arah belakang, memang tak ada seorang pun yang mengantri di belakangnya.
"Terimakasih untuk itu, dan aku tak akan melupakan pertemuan ini," timpal idol tersebut.
"Bisakah kamu menggunakan bahasa negaraku? Aku sedikit sulit menggunakan bahasa Inggris sebenarnya." Ryuga meringis saat mengatakan hal itu, dia seakan terlihat bodoh di hadapan fansnya.
Aisah mengangguk lalu menggeleng, membuat Ryuga mengernyitkan dahi bingung.
"Sedikit," jawab gadis itu malu. Dia bertekad setelah ini akan mempelajari bahasa negara idolanya itu, supaya kalau mereka bertemu kembali dia bisa berbicara dengan idolanya dengan mudah.
Mereka berdua tersenyum secara bersamaan, merasa bodoh sendiri. Meski begitu mereka terlibat banyak obrolan dengan sesekali Aisah mentraslet bahasanya ke bahasa negara sang idol menggunakan aplikasi di ponselnya.
"Pinjam ponsel mu, peraturannya kan enggak boleh minta foto dengan kami, tapi kalau aku yang meminta tidak ada larangan. Aku akan selfi di ponsel mu, setelah itu kamu foto aku dari situ," ucap Ryuga, dia terkesan dengan gadis muda dihadapannya ini, jadi dia ingin memberi sedikit hadiah untuk gadis itu.
Aisah tersenyum bahagia, tak menyangka jika Ryuga sang idol mau berfoto menggunakan ponsel miliknya. Dia pun memberikan ponsel itu pada sang idol. Terlihat Ryuga selfi dengan berbagai macam gaya, setelah puas dia pun mengembalikan ponsel Aisah.
"Sekarang kamu boleh memotret aku dari tempat mu," ucap Ryuga.
Kegiatan mereka berdua mendapatkan perhatian dari personil The Boys lainnya, dan juga para fans yang masih mengatri. Mereka menjadi penasaran dengan seorang Ryuga yang bisa langsung akrab dengan fansnya.
💜💜💜💜
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!