NovelToon NovelToon

Hati Yang Terbagi

Awal Mula

Halo! Ketemu lagi sama Author😘 kali ini aku membawakan novel yang berbeda. Namun aku hanya ingin mengingatkan. Sebelum kalian membacanya, jaga hati jantung dan perasaan kalian untuk membaca novel ini ya😎 Sebab di novel ini sangat menguras emosi dan pastinya ingin sekali memakan orang.

Jangan lupa, tinggalkan komen, like dan rating 5-nya ya. Agar Author semakin semangat💪🏻 dan komen lah yang bijak untuk tidak menghina author ya😘 jika kalian marah-marah menghina para pemerannya, maka author akan sangat bahagia😎 itu artinya cerita yang autor buat sampai ke hati kalian❤❤

Happy Reading ......

BUGH!

Suara yang keras terdengar begitu nyaring di salah satu kamar. Di mana saat ini seorang pria tengah menatap wanita yang berstatus dan menyandang gelar sebagai istrinya, dengan tatapan yang tajam dan garang.

Di tangannya saat ini ada ikat pinggang, di mana benda itu dia gunakan untuk memukul wanita yang sedang menahan sakit di bagian punggungnya.

''Jika kau berani memasak untukku lagi, maka jangan berharap tanganmu masih utuh di tempat! Kau paham!'' bentak Carlen.

Setelah mengatakan itu, Carlen pergi dari kamar menuju ruang kerjanya. Sementara wanita yang baru saja disiksa olehnya sedang menangis sambil meremas gamis yang saat ini sudah robek di bagian punggung.

''Sampai kapan kamu akan seperti ini, mas? Apakah aku harus menunggu cintamu dengan siksaan yang selama ini kamu berikan kepadaku?'' ucap Maya sambil menangis tersedu-sedu.

Candramaya Saraswati, wanita cantik berusia dua puluh lima tahun, harus menikah dengan seorang pria kejam dan dingin bernama Carlen Nardo Dalmiro.

Wanita itu tidak bisa menolak permintaan sang kakek dari Carlen, untuk menikahi cucunya. Sebab hutang almarhum kedua orang tuanya sangat banyak, ditambah mereka juga sudah dijodohkan sedari kecil.

Ingin rasanya Maya menyerah akan rumah tangga yang sudah dijalaninya selama dua tahun bersama dengan Carlen. Di mana bukan hanya fisik saja yang tersiksa, tapi batin juga.

Wanita itu bangkit lalu berjalan ke arah cermin dan membalikkan tubuhnya, di mana luka yang belum sembuh akibat cambukan kemarin malam, kini sudah ditambah lagi. Mengakibatkan luka itu semakin besar dan menganga.

Pintu ruangan diketuk, dan masuklah seorang wanita cantik bernama Rania. Terlihat jelas jika gadis tersebut sangat mengkhawatirkan keadaan Maya, kakak iparnya.

Rania, wanita cantik yang berusia 20 tahun. Saat ini dia masih berstatus kuliah, tapi dadis itu juga yang paling dekat dengan Maya, dan dia paling menentang jika Carlen menyakiti kakak iparnya.

Namun sekuat apapun Rania menolak dan juga menentang, tetap saja, kekuasaan Carlen di keluarga itu sangat besar. Karena dialah pengganti dari keluarga Dalmiro.

''Mbak Maya, tidak apa-apa? Astaga! Kak Carlen benar-benar kejam. Tidak seharusnya dia melakukan ini kepada Mbak!'' geram Rania dengan nada yang sedih, saat melihat luka-luka yang ada di punggung Maya.

''Tidak apa-apa, Rania. Ini hanya luka kecil kok. Lagi pula, nanti setelah dibalur dengan salep juga pasti akan sembuh,'' jawab Maya dengan tenang sambil tersenyum ke arah Rania.

Dia tahu, gadis itu pasti mengkhawatirkan tentang keadaannya. Maya juga sangat menyayangi Rania dan menganggapnya seperti seorang adik, karena memang dia adalah anak satu-satunya di keluarganya.

''Ya sudah, kalau begitu, Rania bantu obati ya Mbak?'' ucap Rania kembali.

Maya mengangguk, kemudian dia berjalan ke arah kamar mandi bersama dengan Rania, lalu mulai membuka bajunya. Sementara itu, Rania merasa miris melihat luka lebam dan juga goresan yang mengeluarkan darah di punggung kakak iparnya.

Entah setan apa yang merasuki kakaknya, sehingga mampu berbuat keji seperti itu kepada sang istri. Satu tetes air mata lolos dari kedua mata indah milik Rania.

Bagaimana tidak? Dia begitu sangat sedih melihat luka di tubuh Maya. Entah Rania tidak bisa membayangkan bagaimana jika dia berada di posisi wanita itu.

''Aawh ...sshh ...'' Maya meringis saat Rania mengoleskan salep pada luka-lukanya.

''Tahan ya, Mbak. Aku olesin pelan-pelan,'' ujarannya sambil menahan Isak tangisnya.

Setelah beberapa menit, luka itu sudah diobati. Kemudian Rania memberikan baju yang diambil di lemari kepada Maya, lalu dia keluar dari kamar mandi, membiarkan kakak iparnya berganti pakaian.

''Mbak, apa butuh sesuatu? Jangan sungkan kepada aku, jika Mbak membutuhkan apapun,'' tuturannya sambil menggenggam tangan Maya dan duduk di tepi ranjang.

''Aku tidak membutuhkan apapun, Rania. Cukup kamu berada di sisiku dan melihat senyumanmu, membuatku merasa bahagia. Sebaiknya, kamu tidur! Ini sudah malam. Besok bukannya kamu kuliah?'' jawab Maya sambil tersenyum manis ke arah adik iparnya.

''Aku akan berbicara kepada kak Carlen, agar dia tidak menyiksa Mbak lagi,'' jelas Rania dengan air mata yang terus saja mengalir.

Maya mencegah Rania sambil menggelengkan kepalanya. Dia tidak ingin adik iparnya tersebut mendapatkan masalah dari Carlen.

''Jangan! Kamu seperti tidak mengenal kakakmu saja? Ingat! Mbak tidak ingin terjadi apapun dengan kamu. Sebaiknya, kamu sekarang istirahat! Mbak akan tetap bertahan, karena Mbak yakin, suatu saat mas Carlen pasti akan mencintai Mbak,'' ujar Maya.

Rania menghembuskan napasnya dengan kasar, kemudian dia pun meninggalkan kamar kakak iparnya. Entahlah, Rania pun merasa heran, kenapa Maya begitu sangat keras kepala ingin bertahan dengan kakaknya.

Padahal, setiap hari dia selalu saja disiksa fisik dan juga batin oleh Carlen, tetapi atas dasar nama cinta, Maya terus bertahan. Bahkan tidak pernah melawan, walau tubuhnya sudah banyak membiru akibat siksaan dari suaminya.

.

.

Pagi telah tiba, matahari terbit berganti dengan bulan. Di mana hari baru telah menyambut. Burung berkicau disertai bunga yang bermekaran dengan Indah.

Namun, siapa yang menyangka, hari-hari Maya bahkan tidak seindah Mentari yang bersinar menyinari bumi. Bahkan tidak seindah bunga yang bermekaran di pagi hari.

BYUR!

Carlen menyemburkan kopinya tepat mengenai tangan Maya yang saat ini tengah berdiri di sampingnya. Kemudian, dia mengelap mulutnya dengan tisu, lalu menatap Maya dengan tajam.

''Apa kau sudah gila, hah! Kenapa memberikanku kopi yang panas? Kamu ingin membunuhku? Dasar kau wanita rendah!'' bentak Carlen dengan nada yang tinggi sambil menggebrak meja.

Maya terjingkat kaget, saat mendengar bentakan suaminya. Kemudian dia menundukkan kepalanya, tidak berani menatap wajah Carlen yang terlihat begitu menyeramkan saat pria itu marah.

''Ma--maafkan aku, Mas. Aku---''

Belum juga Maya menyelesaikan ucapannya, Carlen sudah menjambak hijabnya hingga membuat wajah wanita itu mendongak ke atas dan menatap matanya.

''Jika kau tidak becus membuat kopi lagi, maka bola matamu ku congkel, dan kubuang ke laut! KAU PAHAM!'' bentak Carlen sambil membenturkan kepala Maya ke atas meja.

''Astagfirullah ... Mbak Maya!'' jerit Rania saat dia baru saja sampai di meja makan.

Wanita itu akan berangkat ke kampus, dan saat dia masuk ke ruang makan tiba-tiba melihat pemandangan yang begitu mengenaskan. Di mana saat ini kakak iparnya tengah disiksa oleh sang kakak.

''Seharusnya kamu jangan seperti itu, Kak. Kasihan Mbak Maya! Di mana hati nurani kamu sebagai seorang suami, hah!'' bentak Rania yang sudah hilang kesabaran atas perlakuan kakaknya.

''Sudahlah Rania! Ngapain kamu belain wanita kampungan itu? Nggak guna tahu, nggak!'' timpal Mama Gisel. Dia itu mamanya Rania dan juga Carlen.

BERSAMBUNG.......

Inget guys, Cerita ini sangat menguras Emosi Jiwa😎So, stay terus ya😘Jangan lupa tinggalkan Jejak kalian bestie😉❤

Perintah Sang Kakek

Happy reading.....

''Ya nggak bisa gitu dong, Mah. Kak Carlen harusnya bisa menghargai Mbak Maya sebagai istrinya. Bukannya menyiksanya seperti ini? Bagaimana kalau kakek sampai tahu? Sudah pasti, Kakak akan dihukum oleh kakek,'' jelas Rania sambil menatap Carlen dengan tajam.

''Berani kamu mengadu kepada kakek, atau berani semua orang di sini mengadu kepada kakek, akan aku habisi nyawa kalian! Tidak peduli, mau itu kamu atau bukan!'' geram Carlen sambil meninggalkan meja makan

''Lihat! Kamu sudah membuat kakakmu marah, Rania? Seharusnya kamu nurut saja, apa perkataannya. Lagi pula, untuk apa kamu belain cewek kampung macam begitu? Nnggak guna!'' bentak mama Gisel sambil berlalu meninggalkan meja makan.

Rania melihat jidat Maya yang memar akibat dibenturkan oleh Carlen. Dia kemudian meminta pelayan untuk memberikan kotak P3K, lalu mengobati luka tersebut.

''Tidak usah, Rania! Aku tidak papa. Lagi pula, ini hanya luka kecil saja, tidak usah dibesar-besarkan. Seharusnya kamu jangan melakukan ini! Kalau nanti kakakmu tahu, dia akan tambah marah? Aku tidak ingin dia menghukummu,'' ujar Maya sambil menggenggam tangan adik iparnya.

Dia benar-benar beruntung memiliki Rania di sisinya. Karena di saat Maya terpuruk, Ranialah orang yang selalu ada membantunya.

''Aku heran deh, sama Mbak. Padahal kalau aku bilang sama kakek, sudah pasti Mbak bisa bebas dari kak Carlen, tapi kenapa Mbak malah bertahan sih?'' heran Rania sambil melipat tangannya di atas meja makan.

Maya tersenyum ke arah Rania, kemudian dia menggenggam tangan wanita itu sambil menggelengkan kepalanya dengan pelan.

''Aku tidak bisa berpisah dengan mas Carlen, karena ini adalah wasiat dari kedua orang tuaku, sebelum mereka meninggal. Lagi pula, cinta memang butuh waktu bukan? Aku yakin kok, mas Carlen nanti akan mencintaiku. Hanya saja, hatinya belum terbuka,'' jelas Maya.

Rania menghela napasnya dengan kasar. Lagi-lagi, kata-kata seperti itu yang terdengar dan dijelaskan oleh Maya. Akhirnya Rania pun memutuskan untuk ke kampus, tanpa sarapan terlebih dahulu.

Maya hanya memandang adik iparnya dengan tatapan sedih. Bukannya dia tidak ingin lepas dari belenggu yang selama ini menyiksanya, tapi Maya tidak bisa, karena sebuah janji dan wasiat kedua orang-tuanya.

Janjinya kepada kedua orang-tua sebelum mereka meninggal, membuat Maya tidak bisa melepaskan Carlen. Dia sudah berjanji juga kepada kakeknya Carlen untuk merubah sifat cucunya.

Sementara itu di lain tempat, Carlen sedang berada di dalam mobil sambil melipat kedua tangannya di depan dada dengan tatapan ke arah samping.

''Rion, bagaimana untuk meeting nanti siang? Apakah sudah siap?'' tanya Carlen pada asisten pribadinya.

''Sudah Tuan. Semuanya sudah siap,'' jawab Rion.

Carlen memutar bola matanya dengan malas, saat mengingat kejadian tadi pagi. Entah kenapa, dia sangat membenci Maya, karena gara-gara wanita itu, dia gagal bersanding dengan kekasihnya.

Carlen Nardo Dalmiro, adalah seorang pria tampan berusia dua puluh delapan tahun, dengan tinggi badan 170 cm. Memiliki karisma yang kuat dan digilai banyak wanita.

Carlen memiliki seorang kekasih bernama Freya. Mereka hampir saja bertunangan, tetapi sayang, kakek Carlen tidak setuju dengan Freya. Entah apa alasannya, sang kakek selalu menolak dan mengatakan jika Freya bukanlah wanita baik-baik.

Hingga suatu hari, dia dijodohkan dengan Maya, anak dari sahabat kakeknya. Wanita kampungan, rendahan yang tidak sepadan dengan keluarganya. Dan yang lebih mengejutkannya lagi, ternyata mereka sudah dijodohkan sedari kecil.

Tentu saja, itu membuat kebencian yang ada di dalam hati Carlen kepada Maya semakin mendarah daging. Dia berpikir, gara-gara Maya, cinta Carlen harus terpisah dengan Freya, dan wanita itu pergi meninggalkannya.

Sesampainya di kantor, Carlen berjalan masuk dengan langkah yang tegap dan gagah, membuat setiap wanita yang memandangnya begitu terpesona.

.

.

Siang ini, saat selesai meeting, Rion masuk ke dalam ruangan Carlen dengan wajah yang panik, dan itu membuat Carlen merasa heran.

''Ada apa, Rion? Kenapa wajahmu panik seperti itu?'' tanya Carlen.

''Ada berita buruk tentang Tuan besar, Tuan,'' jawab Rion.

''Apa itu? Berita apa yang kau bawa?'' tanya Carlen yang mulai cemas dengan keadaan sang kakek.

''Tadi anak buah saya menelpon, jika Tuan Albert masuk ke rumah sakit, sebab beliau pingsan. Dan saat ini Dokter tengah memeriksanya. Tuan Albert juga meminta, agar Tuan Carlen dan juga Nona Maya pergi ke Jerman.''

Dahi Carlen mengkerut heran saat mendengar ucapan Rion. ''Apa kau yakin, kakekku menyuruhku dan juga wanita rendah itu ke sana?'' tanya Carlen memastikan.

''Iya Tuan,'' jawab Rian dengan mantap.

Carlen mengusap wajahnya dengan kasar. Dia sangat malas jika harus ke Jerman bersama dengan Maya, tapi menolak permintaan sang kakek pun dia tidak bisa. Sebab sudah pasti, kakeknya akan marah, dan semua harta warisan tidak akan pernah jatuh ke tangan pria itu.

Satu-satunya alasan Carlen juga menikah dengan Maya, karena harta warisan dari sang kakek. Sebab kakek Albert mengancam, jika pria itu tidak ingin menikah dengan Maya, maka warisan darinya tidak akan pernah dimiliki oleh Carlen.

Astaga! Kenapa juga aku harus pergi dengan wanita rendah itu? Jika bukan karena harta warisan, sudah pasti ku lenyapkan dia! batin Carlen menggeram di dalam hati.

''Siapkan keberangkatanku dengan wanita rendah itu! Ingat, jangan sampai kakek mengetahui tentang rumah tanggaku dan juga Maya. Kalau sampai bocor, tamatlah riwayatmu!'' ancam Carlen sambil menatap Rion dengan tajam.

''Baik Tuan,'' jawab Rion. Setelah itu dia keluar dari ruangan Carlen untuk mempersiapkan keberangkatan tuannya.

BERSAMBUNG......

Hati hati dengan ucapan

Happy reading.....

Carlen pulang ke rumah, dan dia langsung masuk ke dalam kamar, tapi tidak mendapati adanya Maya. Namun pria itu tidak peduli, dia segera masuk ke dalam kamar mandi. Sementara itu, Maya baru saja selesai menyiapkan makan malam.

''Apa Mas Carlen sudah pulang ya? Sebaiknya aku ke kamar,'' gumam Maya sambil berjalan ke arah kamar.

Ternyata benar dugaannya, Carlen sudah datang, dan saat ini pria itu tengah membersihkan diri di kamar mandi. Maya pun segera menyiapkan baju milik Carlen lalu menaruhnya di atas kasur.

Setelah beberapa saat, Carlen keluar dari kamar mandi, dan dia melihat Maya tengah menelpon seseorang di balkon, tapi pria itu tidak peduli. Kemudian dia mengambil baju yang ada di atas kasur dan memakainya.

''Kenapa kau tidak menyambutku saat aku pulang tadi, hah!'' bentak Carlen dengan nada yang dingin, saat Maya baru saja selesai menelpon.

''Maaf Mas, tadi aku sedang di dapur, tidak mendengar kalau---''

Ucapan Maya terhenti saat Carlen menjambak jilbabnya, hingga membuat wanita itu sedikit meringis menahan sakit.

''Banyak alasan! Dasar istri tidak berguna!'' bentak Carlen, lalu menghempaskan tubuh Maya hingga terjatuh dan menabrak tembok.

''Aaawh ...'' ringis Maya saat merasakan bahunya terbentur cukup keras.

Dia yakin, jika saat ini pasti bahunya tengah memar akibat benturan yang membuatnya sangat kesakitan, tapi sekuat tenaga Maya menahannya.

''Besok kita akan berangkat ke Jerman, karena kakek meminta kita untuk ke sana, tapi kamu ingat! Berani buka mulut, aku akan tebas lehermu! Kau paham!'' ancam Carlen dengan sorot mata yang tajam sambil menginjak tangan Maya.

''Pa--ham M--as,'' ucap Maya sedikit tergagap, karena menahan rasa sakit di tangannya.

Carlen tersenyum menyeringai, kemudian dia berjongkok di hadapan Maya lalu mencengkram rahang wanita itu, hingga membuat bibir Maya maju ke depan.

''Kau dengar ya, wanita udik! Aku tidak akan pernah mencintaimu! Karena apa? Karena gara-gara kau, aku dan kekasihku harus terpisah. Entah racun apa yang sudah kau berikan kepada kakekku? Sehingga dia memintaku untuk menikahi wanita rendah sepertimu! Aku tahu, harta adalah tujuanmu bukan?'' hina Carlen sambil menghempaskan wajah Maya dengan kasar.

Mendengar ucapan suaminya, Maya segera menggeleng dengan cepat. Tidak pernah terpikirkan dalam pikiran ataupun hatinya tentang harta dari keluarga Dalmiro.

''Tidak Mas! Aku tidak pernah---''

''DIAM!'' bentak Carlen dengan nada yang tinggi. ''Sekuat apapun kau membela diri, wanita jalaang sepertimu, tidak akan pernah mengaku. Seorang maling saja, kalau dia mengaku, sudah pasti penjara penuh? Aku tidak akan pernah percaya dengan kata-katamu, wanita busuk!'' sambungnya lagi.

Setelah itu, Carlen meninggalkan kamar, membiarkan Maya menangis dengan luka-luka di tubuhnya. Dia tidak peduli mau wanita itu mati sekalipun. Bagi Carlen, Maya hanyalah seorang sampah dalam keluarganya.

Carlen berpikir, jika Maya mau menikah dengannya bukan karena permintaan sang kakek saja, tapi karena ada rencana busuk dan terselubung. Yaitu, Maya ingin menguasai harta keluarga Dalmiro.

''Kak Carlen, mbak Mayanya mana?'' tanya Rania saat mereka berada di meja makan.

''Buat apa kamu menanyakan wanita sampai itu? Gak guna, tau nggak sih! Sudahlah Dek, ngapain sih kamu itu baik sama dia? Yang ada makin ngelunjak!'' ucap Carlen dengan sarkas.

''Jangan gitu Kak! Nanti kamu bucin akut, baru nyaho!'' ledek Rania.

''Hahaha ... Cuuiih! Kakak gak akan pernah mencintai wanita rendah seperti dia!'' Carlen menjawab dengan nada tegas.

Rania hanya menggelengkan kepalanya saja. Dia tidak tidak habis pikir, kenapa kakaknya begitu membenci Maya. Padahal Maya adalah wanita yang baik, walaupun dia bukan seorang sarjana dan hanya lulusan SMA, tetapi Rania sangat yakin, Maya tidak seperti Freya, pacarnya Carlen dulu.

''Tapi, mbak Maya itu berbeda Kak. Dia tidak seperti kak Freya. Lihat saja! Penampilan mereka itu---''

''Cukup Rania! Berani kamu membandingkan Maya dengan Freya, kakak tidak akan pernah segan mengurung kamu di Pulau, paham!'' bentak Carlen, kemudian dia pergi meninggalkan meja makan.

Mama Gisel menatap ke arah Rania dengan tajam. Dia juga tidak menyukai Maya, karena wanita itu berpikir jika Maya hanya menginginkan harta keluarga Dalmiro saja. Mama Gisel juga lebih menyukai Freya, karena wanita itu seorang model dan juga sarjana.

''Kamu kenapa sih, belain kakak ipar kampungan mu itu? Nggak ada gunanya, kamu belain dia di hadapan Carlen? Toh apa yang di katakan kakakmu itu ada benarnya, bukan? Dia memang hanya mengincar harta kita. Tampangnya aja sok polos, tapi dalamnya busuk!'' ucap Mama Gisel dengan nada yang sinis.

''Mama sama Kak Carlen itu kenapa sih? Selalu saja memandang mbak Maya tanpa mau mengenalnya dulu? Cobalah kalian membuka hati menerima mbak Maya. Pasti kalian akan mengenal kok sifatnya seperti apa. Tidak semua cewek miskin itu hanya ingin harta seseorang. Dqn tidak semua bungkus jelek, dalamnya pun sama,'' jawabannya dengan lantang. Setelah itu dia pergi meninggalkan meja makan.

Mereka tidak sadar, di balik tembok pembatas ada Maya yang sedang mendengarkan perdebatan mereka. Dia meremas dadanya yang terasa begitu sakit, karena tuduhan demi tuduhan yang tidak berdasar kepada dirinya.

Mungkin dia memang terlahir dari keluarga miskin, tetapi dia tidak miskin hati, sehingga menginginkan harta orang lain. Awal Maya menikah dengan Carlen, memang dia tidak mencintai pria itu.

Akan tetapi, di dalam Agama Islam, seorang istri harus patuh kepada seorang suami. Karena surganya ada pada suaminya. Dan Maya sedang menjaga itu, walaupun fisik dan batinnya sering disakiti oleh Carlen.

Dia yakin, suatu hari nanti Allah akan membukakan pintu hati Carlen untuk mencintainya. Hanya saja, sekarang Allah telah menguji cinta mereka.

Sedangkan di sisi lain, Carle sedang menatap foto Freya yang berada di ponselnya. Dia masih menjadikan wanita cantik itu sebagai wallpaper. Karena bagi Carlen, tidak ada yang bisa menggantikan Freya di dalam hatinya.

''Ke mana kamu pergi, sayang? Kenapa kamu malah menghilang dan meninggalkanku? Aku bahkan sampai sekarang masih berusaha membujuk kakek, agar merestui hubungan kita. Aku tidak peduli dengan wanita sampah itu!'' gumam Carlen dengan lirih sambil mencium foto Freya.

Carlen dan Freya memang sudah menjalin hubungan selama lima tahun, sejak mereka kuliah. Karena Freya juga cinta pertama Crlen, jadi pria itu sangat mencintai Freya.

Dengan langkah gontai, Carlen berjalan menuju kamar, saat Jam sudah menunjukkan pukul 02.00 dini hari. Dia tadinya ingin tidur di ruang kerja, tetapi matanya tidak bisa terpejam.

Saat Carlen masuk ke dalam kamar, dia melihat Maya baru saja selesai melaksanakan shalat tahajud. Pria itu tersenyum miring, kemudian dia berjalan mendekat ke arah Maya, lalu menarik mukenanya hingga membuat wanita itu menjerit kaget.

''Nggak usah sok alim jadi perempuan! Buat apa kamu berhijab, kalau kelakuanmu saja melebihi jalaang? Tidak usah sok suci di hadapanku! Tidak akan pernah meluluhkan hatiku, kau paham!'' ucap Carlen dengan tajam. Kemudian dia mendorong tubuh Maya hingga tersungkur ke lantai.

Pria itu melihat kursi yang tak jauh darinya, lalu mengambilnya dan hendak dilempar ke arah Maya. Namun, tiba-tiba saja ada kecoa yang berjalan ke arah tangannya, membuat Carlen seketika terkejut dan melepaskan kursi tersebut, hingga akhirnya jatuh dan menimpa kakinya.

''Aaawwh!'' jerit Carlen saat benda itu jatuh mengenai jempol kakinya hingga membiru.

''Mas Carlen!'' kaget Maya saat melihat suaminya kesakitan.

BERSAMBUNG......

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!