Yogi saat ini sedang berada di sebuah club malam. Matanya menerawang mencari seorang pemuda yang telah mengajaknya bertemu.
"Nah itu dia, Bertrand. Semoga pemuda itu yang saat ini naksir sama, Icha. Bersedia membayar mahal keperawanan anakku."
Yogi melangkah pasti ke arah dimana Bertrand sedang menunggu dirinya.
"Hay, Om Yogi. Akhirnya datang juga. Aku pikir om akan ingkar janji?" sapa Bertrand.
Yogi sumringah," nggaklah, untuk apa aku ingkar janji. Apa lagi aku sedang butuh uang untuk bayar hutang ke rentenir."
"Serius, om. Akan jual keperawanan, Icha? tapi kok aku ragu ya, jika Icha masih perawan?" Bertrand terkekeh.
Yogi meyakinkan pemuda itu," astaga... anakku itu sangat cantik dan polos, ia juga masih virgin!'
Pemuda itu tertawa," hahahaha...aku kok jadi penasaran, nech om."
"Hah, siapapun kamu yang mau beli keperawanan anakku pasti akan puas. Dia itu sudah dewasa, kurawat baik-baik agar aku bisa mendapatkan harga yang mahal."
"Cih, orang tua macam apa yang ingin menjual keperawanan anak kandungnya. Malang sekali gadis yang menjadi anaknya?" batin seorang perjaka tua yang sedari tadi menguping pembicaraan antara Yogi dan Bertrand.
"Jadi berapa harga yang om, tawarkan?"
'Lima ratus juta!"
"Ah, itu terlalu mahal om. Aku hanya bisa membayar om, dua ratus lima puluh juta saja," ucap Bertrand.
"Ya ampun, masa iya anak sultan kok pelit," ejek Yogi.
"Om, aku juga nggak berani mengeluarkan duit sebanyak itu hanya untuk membeli keperawanan Icha. Kalau separuh harga, aku bersedia," ucap Bertrand.
"Ayohlah, bukannya kamu sudah sejak lama suka sama, Icha?" bujuk Yogi supaya Bertrand bersedia membayar keperawanan Icha.
Bertrand diam saja, seolah sedang berpikir. Hingga Yogi berkata lagi.
"Ya sudah, kalau kamu tidak mau bayar lima ratus juta. Biar aku cari orang lain saja, pasti banyak yang mau."
"Beri aku waktu, om. Aku harus kumpulkan uang lagi," ucap Bertrand.
"Astaga, kamu ini anak sultan pake minta waktu segala. Jika terlalu lama, biar aku berikan saja pada orang lain."
Saat itu juga Yogi melangkah pergi dari hadapan Bertrand penuh dengan kekesalan," ngakunya anak sultan, tetapi mengeluarkan uang lima ratus juta saja nggak bisa. Alasan ini dan itu, payah!"
Pada saat Yogi melangkah, Steve mencekal lengannya," Tuan, duduklah!"
"Wah... pucuk di cinta ulama pun tiba. Sepertinya aku bisa menawarkan keperawanan Icha pada pemuda ini sepertinya dia sudah sedikit berumur dech. Yeh bodo amat, yang penting dia mau bayar dech," batin Yogi.
"Tuan, tadi aku sempat mendengar percakapan Tuan dan pemuda di pojok itu tentang anak, anda?" tanya Steve.
"Wah, Tuan dengar ya? kebetulan sekali kalau begitu. Tak usah berbasa-basi ya,Tuan. Apakah anda berminat dengan anak gadis saya? di jamin dia masih ting-ting, dan virgin," ucap Yogi.
"Hem, tapi aku ingin memilikinya seutuhnya. Apakah boleh?" tanya Steve.
"Apa maksud Tuan, ingin menikahi anak saya?" tanya Yogi untuk memastikan.
"Ya, benar sekali. Dari pada kamu menjual anakmu kesana kemari, biarkan aku saja yang membeli dengan harga mahal. Dan aku akan menjadikannya istriku, bagaimana?" ucap Steve.
"Jika, Tuan serius. Saya bersedia, melepas Icha. Tetapi dengan harga yang sangat mahal yakni dua kali lipat dari harga yang telah aku tawarkan,' ucap Yogi.
"Hem, dasar pria rakus!" umpat Steve di dalam hatinya
"Baiklah, aku akan membayarnya dengan senilai yang anda inginkan. Tetapi anda harus menandatangani surat perjanjian hitam di atas putih. Dimana setelah saya bayar tunai, anda tidak lagi mengganggu, Icha."
Dengan sumringah, Yogi mengiyakan," Baiklah, Tuan. Saya bersedia menandatangani perjanjian tersebut. Tapi apakah benar anda akan bayar senilai satu milyar kepada saya?"
"Anda, ragu? mana nomor rekening anda, biar saya bisa langsung menstranfer uangnya setelah anda tanda tangan terlebih dahulu."
Yogi sangat antusias menunjukkan nomor rekeningnya pada, Steve.
"Tunggu sebentar, saya ingin menelpon pengacara saya terlebih dahulu."
Saat itu juga, Steve menelpon pengacara pribadinya untuk segera membuat surat perjanjian hitam di atas putih dan lekas membawanya ke club tersebut.
Hanya beberapa menit saja, pengacara pribadi Steve telah datang ke club tersebut. Dan saat itu juga surat perjanjian di baca oleh Steve dan Yogi. Segera Yogi menanda tangani surat tersebut.
"Deal, ya? besok aku akan ke rumah anda, untuk mengambil Icha untuk segera aku nikahi. Jangan lupa, anda harus datang sebagai wali nikahnya."
Saat itu juga, Steve mentransfer sejumlah uang satu milyar ke nomor rekening, Yogi. Dia begitu terbelalak matanya pada saat melihat jumlah transferan tersebut.
********
Esok harinya, Steve datang ke rumah Yogi. Bahkan dia membawa MUA untuk merias Icha. Dan juga membawa penghulu serta petugas KUA.
"Tuan, apakah pernikahannya sekarang juga? di sini, di rumah saya?" tanya Yogi.
"Iya, karena aku nggak ingin kamu ingkar janji. Hingga aku putuskan secara sepihak menikah di sini sekalian. Cepatlah, kamu urus Icha untuk segera di rias!"
Icha tersentak kaget pada saat ayahnya mengatakan dirinya harus menikah saat itu juga.
"Nggak, ayah! Icha nggak mau menikah, apa lagi menikah dengan orang asing!" tolak Icha.
"Icha, ayah mohon pengertiannya. Ini demi kelangsungan hidup ayah, nak. Ayah berhutang padanya, dan tak bisa bayar hutangnya. Dia meminta dirimu, sebagai penebus hutang ayah."
"Sebelumya ayah minta maaf. Karena ayah telah melakukan sebuah kesalahan yakni kena tipu investasi bodong."
"Hingga ayah pinjam uang banyak pada, Tuan Steve. Ayah tidak bisa bayar hutang sesuai dengan batas waktu yang telah di tentukan."
"Jika ayah tak mau menuruti kemauan, Tuan Steve. Ayah akan di penjara, apa kamu mau melihat ayahmu ini di penjara?"
Mendengar penuturan Yogi, Icha pun tak tega. Hingga dia pun pasrah saja pada saat dirinya di nikahkan.
MUA segera merias ala kadarnya saja, begitu pula dengan Steve. Keduanya segera melangsungkan acara ijab qobul dengan beberapa orang saksi diantaranya asisten pribadi Steve, pengacara pribadi Steve, dan beberapa tetangga, juga pengurus dari KUA.
"Ya Allah, kenapa tragis sekali hidupku? harus menikah secara paksa seperti ini? padahal aku sedang merasa bahagia dengan pekerjaanku," batin Icha sedih.
Acara ijab qobul berlangsung lancar tidak ada kendala sama sekali. Saat itu juga Icha dibawa pulang oleh Steve. Dengan derai air matanya, ia terpaksa meninggalkan rumahnya.
Sepanjang perjalanan ke rumah Steve, Icha terus saja menangis tiada hentinya. Di dalam hati Steve merasa iba," Icha aku minta maaf jika telah membuatmu sedih seperti ini. Tapi aku melakukan ini demi dirimu juga. Dari pada nantinya kamu di jual kesana kemari. Lebih baik, aku jadikan kamu istriku," batin Steve.
Sesampainya di rumah mewah megah bak istana raja, Steve mengajak Ichs turun. Dan pada saat Steve mengulurkan tangannya, hendak menolong Icha. Gadis ini tidak mau, dia melangkah sendiri.
"Jangan mentang-mentang, Tuan telah membeli saya dari ayah. Hingga Tuan dengan mudahnya menyentuh saya. Tuan tidak bisa menyentuh saya, tanpa seizin saya," ucap Icha ketus.
Steve tidak marah, dia hanya menyunggingkan senyumnya," ok, aku tidak akan menyentuhmu seujung kuku pun jika tidak kamu izinkan."
Mereka melangkah berdampingan, tetapi seperti orang lain saja. Tidak seperti suami istri.
Icha bahkan sama sekali tidak terpesona dengan rumah mewah milik Steve. Di dalam rumah, dia bertemu dengan orang tua, Steve dan satu adik lelakinya. Mereka sempat terperangah pada saat melihat Steve pulang dengan membawa seorang wanita.
"Steve, siapa wanita itu?" tanya Mamah Hongkim.
"Iya, Steve. Kenapa kamu membawa wanita ke rumah?" tanya Papah Yance.
"Mah-pah, namanya Icha. Dia ini istriku."
Pengakuan Steve sontak saja membuat orang tuanya terhenyak kaget.
"APA?" serentak ucap orang tuanya.
"Maafkan aku, pah-mah. Karena aku tidak terlebih dahulu memberitahu kepada kalian tentang hal ini,' ucap Steve.
"Steve, menikah itu bukanlah suatu permainan. Pernikahan itu sakral, dan kamu tak boleh mempermainkan sebuah pernikahan. Kenapa juga kamu tidak memberitahu tahu pada kami, jika kamu telah mempunyai pacar, dan tahu-tahu menikah seperti ini?" protes papah Yance.
"Aku tahu kok, pah. Dan aku juga tidak salah pilih istri, dia ini wanita baik-baik. Yuk, sayang. Kita masuk saja."
Steve merangkul paksa Icha melangkah ke kamarnya. Dan pada saat di kamar, Icha protes," sudah aku bilang, jika kamu tak bisa menyentuh diriku tanpa seizinku!'
"Icha, aku hanya merangkul dirimu. Tetapi kenapa kamu marah-marah seperti ini. Jangan jadi wanita pemarah, sayang. Nanti yang ada kamu cepat tua dan tumbuh keriput di wajah. Tolong jika di hadapan keluargaku, bersikaplah layaknya kita suami istri."
Icha tersenyum sinis," jika aku nggak mau dan bahkan aku membongkar pernikahan palsu ini pada keluargamu, bagaimana?" tanya Icha.
"Icha sayang, pernikahan kita tidak palsu. Pernikahan kita sah di mata Allah dan negara. Aku tidak menuntut apa pun darimu. Hanya satu, jika di hadapan banyak orang bersikaplah layaknya kita suami istri?" goda Steve terkekeh, tetapi tak lantas membuat Icha tersenyum.
*******
Esok harinya, Icha bersiap-siap akan berangkat bekerja. Ia pun langsung mendapatkan teguran dari, Steve.
"Icha, kamu mau ke mana?' tanya Steve secara halus.
"Aku akan bekerja, Tuan."
Tetapi Steve melarang Icha bekerja," untuk apa kamu bekerja Icha, sedangkan kamu ini sudah menikah."
"Biarkanlah semua kebutuhanmu menjadi tanggung jawabku, karena akulah kepala keluarga."
"Kamu tidak perlu bekerja keras seperti pada saat kamu masih, lajang."
Tetapi Icha tidak menghiraukan nasehat dari Steve, dia tetap bersikeras akan bekerja dengan alasan dia tak ingin bosan jika setiap hari berada di dalam rumah.
Hingga pada akhirnya, Steve tak bisa memaksa Icha untuk tetap tinggal di rumah. Dia membiarkan Icha bekerja.
Tanpa sepengetahuan Icha, Steve memerintahkan salah satu asisten pribadinya yang sangat ia percaya untuk selalu mengintai gerak gerik Icha, karena ia tidak ingin keselamatan Icha terancam, apalagi oleh ayahnya yang mata duitan.
Steve seorang yang kaya raya dan memiliki semuanya. Tetapi tidak lantas dirinya seperti pria kaya pada umumnya. Yang mudah sekali mempermainkan wanita. Steve sangat menjunjung tinggi kehormatan wanita.
Sehingga pada saat ia mengetahui ada ketidakadilan terhadap Icha, dia pun berisiatif menolongnya. Sejak kekasihnya meninggal, ia tidak ingin mendekati wanita manapun.
Tetapi entah kenapa pada saat dia mengetahui ada seorang wanita akan dijual, hatinya tergerak ingin menolong wanita tersebut dengan menjadikan sebagai istri dan Ia berpikir terlebih dahulu.
Icha bekerja di suatu pusat perbelanjaan hanya sebagai seorang SPG. Tetapi paras wajahnya yang sangat cantik, membuat banyak pria tergila-gila padanya dan ingin meluluhkan hatinya.
"Icha, aku dengar kamu sudah menikah dengan pria kaya raya. Lantas kenapa kamu masih bekerja di sini?" tanya Lala sahabat baiknya.
"Yang kaya itu suamiku, bukan aku. Tetap saja aku harus bekerja. Dan pernikahanku dengannya hanya sebuah kamuflase belaka."
"Aku tidak cinta padanya, begitu juga dirinya. Aku menikah karena terpaksa, dimana ayahku punya banyak hutang pada pria yang sekarang menjadi suamiku."
"Tolong jaga rahasia ini, jangan sampai semua orang di tempat kerja ini mengetahuinya."
"Aku mohon padamu ya, Lala."
Lala pun mengangguk perlahan, tetapi ia meminta satu persyaratan.
"Baiklah, aku akan menjaga rahasia ini. Tapi tolong, izinkan aku untuk melihat paras wajah suamimu, please."
Dengan terpaksa Icha menuruti kemauan Lala, sepulang kerja dia akan mengajak Lala ke rumah Steve.
Sore menjelang...
Lala sangat girang karena ia akan ikut ke rumah suami Icha. Dan pada saat ia melihat begitu mewah rumah suami Icha, ia sangat terperangah.
"Astaga...ini bukan lagi rumah, tetapi ini adalah istana raja, Icha. Beruntungnya dirimu punya suami kaya raya. Seharusnya kamu tak perlu lagi bekerja," ucap Lala tidak ada hentinya mengagumi rumah tersebut.
Selagi asik menatap rumah mewah tersebut, melintaslah di pelataran rumah sebuah mobil mewah. Dan berhenti tepat di depan Icha.
Muncullah pria tampan dari mobil tersebut," sayang, kamu sudah pulang? seharusnya mengatakan padaku. Kan aku bisa meminta asisten pribadiku untuk menjemputmu."
Lala terperangah pada saat melihat, Steve. Hal ini sempat terlihat jelas oleh Steve," hello, kamu pasti teman istriku ya?"
"I-Iya, Tuan Tampan."
Mata Lala masih saja tak berkedip menatal ke arah Steve.
"Sayang, aku masuk dulu ya? ajaklah temanmu itu masuk juga."
Lala sangat antusias sekali, dia ingin masuk ke dalam rumah bak istana raja tersebut.
"Icha, kamu beruntung banget ya. Punya suami nggak cuma kaya raya tetapi tampan luar biasa. Bagaimana perjuangan malam pertama kalian? cerita dong?" rengek Lala.
"Aku nggak ngapa-ngapain kok dengannya. Karena aku yang melarangnya untuk menyentuhku. Jika aku tidak mengizinkannya."
Lala terperangah,' serius? masa iya kalian tidak melakukan apapun? jahat kamu, Icha. Dosa loh, secara kamu sudah sah menjadi istrinya yah sudah kewajibanmu untuk melayaninya."
"Tanya sana sama pak kyai," ucap Lala ketus.
Namun Icha hanya diam saja, dia malah melangkah menuju ke rumah. Lala pun berlari kecil mengikuti langkah kaki, Icha.
Pada saat sampai di ruang tamu, di sambut ramah oleh Mamah Hongkim.
"Teman Icha, ya? duduklah sini sama Tante."
Dengan rasa sungkan Lala duduk di hadapan Mamah Hongkim. Begitu pula dengan Icha. Dan sejenak Icha mendapatkan nasehat dari, Mamah mertuanya tersebut.
"Icha, Mamah hanya ingin bicara sebentar nggak apa-apa ya? sebelumnya tolong jangan tersinggung ya. Apa nggak sebaiknya kamu berhenti saja dari pekerjaanmu? karena Mamah nggak tega melihatmu capek, atau Steve tidak menafkahimu dengan benar, sehingga kamu bekerja sendiri? jika iya, nanti Mamah akan menegurnya," ucap mamah Hongkim.
Di dalam hati Lala merasa iri dengan kehidupan Icha yang sekarang," beruntung sekali nasib Icha, punya suami tampan dan baik hati. Mertuanya juga tidak jahat seperti yang di sinetron-sinetron, ini malah baik minta ampun. Semoga Allah memberikan satu orang yang seperti mereka untukku kelak."
"Nyonya, Tuan Steve tanggung jawab sepenuhnya padaku kok. Ia juga melarangku untuk bekerja, tetapi aku yang menginginkannya untuk bekerja, karena jika aku di rumah saja akan merasa bosan."
Mamah Hongkim memicingkan alisnya," kenapa kamu masih memanggil aku nyonya? dan memanggil suamimu sendiri tuan? ya ampun Icha-Icha."
"Apakah Steve juga yang memintamu untuk seperti ini?" tanya Mamah Hongkim.
Icha hanya tertunduk malu, karena memang dia bingung ingin memanggil apa kepada suaminya, sedangkan mereka tidak pernah ngobrol berdua.
"Icha, mulai sekarang kamu memanggil ku mamah dan jangan memanggil suamimu Tuan, tetapi dengan panggilan sayang atau apa gitu," goda Mamah Hongkim terkekeh.
Pada saat Mamah Hongkim terkekeh, melintaslah Steve. Ia pun ingin mengetahui apa yang menyebabkan mamahnya terkekeh," ada apa sih, mah? kayaknya kok seru banget, boleh nggak nih aku ikutan gabung?"
"Duduklah, Steve. Mamah sedang menggoda istrimu, karena dia itu sangat polos dan lucu. Masa sama mamah memanggil Nyonya, dan sama kamu memanggil Tuan, apa itu tidak lucu?" ucap Mamah Hongkim terkekeh kembali.
"Masa sih, Mah? mungkin Icha sedang ingin bercanda saja, biar mamah ceria. Iya kan, sayang? biasanya dia juga sama aku memanggilnya, sayang."
Tiba-tiba Steve merangkul Icha seraya menaik turunkan alisnya.
Di dalam hati, Icha merasa risih sekali," ih, kesempatan dalam kesempitan ini namanya!"
"Awas saja ya, nanti jika sudah ada di dalam kamar akan aku balas!" batin Icha kesal.
Lain halnya dengan Lala," aahhh mauuu...coba aku yang di posisi Icha, pasti aku akan memeluk erat si tampan ini," batinnya.
Setelah cukup lama berada di rumah mewah Steve, Lalapun berpamitan pulang karena ia tidak enak jika terlalu lama berada di rumah tersebut.
Seperginya Lala, Icha segera masuk ke dalam kamar diikuti oleh Steve," kenapa Tuan mengikuti saya?"
"Aku tidak mengikutimu, apa kamu sudah lupa kalau ini juga kamarku?"
Spontan wajah Icha pias, karena ia memang melupakan hal itu. Jika dirinya saat ini tinggal di rumah mewah milik, Steve. Tetapi dia tidak menyadarinya, dia berpikir saat ini masih berada di rumahnya sendiri.
Icha segera membersihkan tubuhnya ke kamar mandi, tetapi ia melupakan satu hal, di mana ya tidak membawa handuk pada saat masuk ke dalam kamar mandi.
"Astaghfirullah aladzim, aku lupa membawa handuk. Lantas bagaimana aku harus keluar dari sini, sedangkan tidak mungkin aku memakai kembali baju yang telah kotor," batin Icha.
"Aku sungkan untuk meminta tolong padanya untuk mengambilkan handuk," batinnya.
Tetapi ia juga tidak mungkin di dalam kamar mandi terus.
"Tuan Steve!" akhirnya Icha memanggil sembari sedikit membuka pintu kamar mandi, dan memperlihatkan kepalanya, sementara tubuhnya bersembunyi di balik pintu kamar mandi.
"Ada apa, apakah kamu mengizinkanku untuk menyentuhmu?" goda Steve menaik turunkan alisnya.
"Astaghfirullah aladzim, pikirannya mesum dech. Aku ingin minta tolong, ambilkan handuk," ucap Icha kesal dengan tingkah Steve yang kesannya malah menggodanya.
"Nggak mau, ambil saja sendiri."
"Astaga... Tuan. Aku tidak...ih.. jahat banget sih!" umpat Icha memonyongkan bibirnya.
"Aku bersedia menolongmu tapi ada satu syaratnya," pandang mata Steve terus tertuju pada Icha.
"Apa syarat? aku bersedia asal jangan yang aneh-aneh," ucap Icha kesal.
"Nggak aneh kok, dan ini sangat gampang sekali untuk kamu kerjakan."
"Cepat katakan saja, Tuan. Aku sudah kedinginan," ucap Icha.
Steve mengatakan syaratnya," aku ingin kamu tak lagi memanggilku dengan sebutan, Tuan lagi. Tetapi panggil aku, sayang. Dan berikan kecupan terima kasih di sini." Steve menunjuk ke keningnya sendiri.
"Aduh, kurang ajar banget nech orang! lama-lama melunjsk seperti ini!" Icha sangat kesal sekali.
Tetapi dia sudah tidak bisa berkutik lagi, hingga dia pun menerima syarat dari Steve. Satu kecupan mendarat di kening Steve, akan tetapi pada saat Icha akan menjauhkan tubuhnya. Justru Steve mengekangnya, dan tiba-tiba mengecup bibir Icha.
Mata Icha sempat terbelalak karena ulah Steve yang secara tiba-tiba tersebut," apa yang telah anda lakukan, Tuan?'
Steve kembali mengecup bibir Icha dan kali ini lebih lama. Icha tidak bisa melawan, walaupun dia sudah memberontak.
"Ini satu hukuman untukmu, karena tidak menepati janji. Sudah aku katakan, panggil aku dengan, sayang. Awas ya, jika kamu masih saja memanggilku Tuan. Aku akan menghukummu lebih dari ini," ucap Steve terkekeh seraya menaik turunkan alisnya.
"Justru anda yang telah melanggar janji! bukankah aku sudah mengatakan, jika anda boleh menyentuhku jika aku izinkan? aku tidak mengizinkannya, tetapi anda memaksa!" ucap Icha ketus.
"Hust... nggak usah manyun seperti itu, nanti aku cium lagi loh. Bibirmu ternyata manis sekali, apa lagi jika kamu membalas ciumanku, ihh lebih manis dech," goda Steve terkekeh.
"Sudah kan mengejeknya, sekarang anda keluar dari kamar ini, karena aku ingin berpakaian,' ucap Icha ketus.
Tetapi Steve tidak mendengarkan permintaan dari Icha. Ia hanya melangkah pergi menuju ke balkon yang ada di dalam kamar tersebut.
Kesempatan ini tidak disia-siakan oleh Icha, ia segera mengenakan pakaiannya.
Sementara Steve senyum-senyum sendiri, dan beberapa kali mengusap bibirnya sendiri," manis sekali bibir Icha, aku pasti akan selalu candu padanya. Apalagi jika dia bisa membalas ciuman ku."
"Jelas sekali jika Icha benar-benar masih polos dan belum berpengalaman. Bahkan dalam hal ciuman pun dia belum terlihat mahir, aku bisa merasakannya."
"Apakah aku benar-benar telah jatuh cinta pada gadis cilik ini ya? padahal awalnya aku hanya ingin menyelamatkan dirinya saja, supaya tidak dibeli oleh lelaki hidung belang."
"Kini perlahan tapi pasti aku telah merasakan getaran cinta di dalam hatiku kepada, Icha."
"Lihat saja Icha, aku pasti bisa meluluhkan dirimu sehingga kamu benar-benar bisa mencintaiku sepenuh hatimu."
Terus saja Steve menggerutu di dalam hatinya. Pikirannya travelling, di mana ia membayangkan dirinya telah bisa meluluhkan hati, Icha.
Beberapa menit kemudian...
Steve melangkah ke arah ranjang, dimana saat ini Icha sedang duduk manis sembari memainkan ponselnya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!