NovelToon NovelToon

Pak Ustadku

Surga dunia

Jep … Ajep … ajep … jep ajep ….

Bunyi musik DJ mengalun keras di sebuah club malam terkenal di ibukota. Di lantai dansa, penuh dengan para manusia adam dan hawa yang mungkin sudah dalam keadaan setengah sadar karena pengaruh minuman beralkohol.

“ Whuu !!! “ teriak salah seorang gadis yang sedang asyik menikmati musik sambil meliuk – liukkan tubuhnya di lantai dansa.

“ Sa … Gue capek ! Mau istirahat dulu. Aus ! “ teriak gadis lain karena suara musik yang memekakkan telinga, membuatnya harus berteriak jika ingin berbicara.

Si lawan bicara hanya mengangguk dengan tubuh yang masih asyik meliuk – liuk mengiringi musik keras itu.

“ Hai, sayang. Sendirian . “ sapa seorang laki – laki yang tiba – tiba menghampiri gadis yang sedang sendirian di lantai dansa karena sudah di tinggal oleh temannya.

Gadis itu membuka matanya yang teroejam tadi. Lalu ia mendengus kesal dan segera meninggalkan lantai dansa. “ Bikin anjlok mood gue aja. “ gerutunya sambil berjalan menuju tempat duduk di mana sahabatnya berada.

Gadis itu menghenyakkan pan_tatnya kasar di sofa yang ada di sana.

“ Kok udahan ? katanya mau joget sampai pagi. Baru juga jam setengah satu. “ tanya sahabatnya sambil melirik jam tangannya.

“ Nggak mood gue. “ Jawabnya lalu menenggak segelas minuman beralkohol yang ada di gelas kecil di meja yang ia duduki.

Ia bahkan menenggak minuman itu dalam sekali tenggakan. Matanya menatap tajam ke arah laki – laki yang tadi sempat menggodanya. Bahkan mata laki – laki itu tidak melepaskan tatapan tergila – gila ke arahnya sedari tadi.

Sang sahabat mengikuti arah pandangnya. Lalu terkekeh. “ Loe tuh aneh. Namanya juga di club malam. Udah biasa kali di godain cowok. “

“ Ck! Tapi gue nggak suka. Di pikir gue cewek murahan apa. “ dengusnya.

Gadis itu bernama Angeli Selsa Rakesh. Gadis keturunan India Indonesia. Papanya berasal dari India, dan ibunya berasal dari Jawa. Dia adalah anak satu – satunya dalam keluarga Rakesh. Papanya mempunyai usaha di bidang Entertainment. Memproduksi film, sinetron, iklan, dan juga menaungi artis – artis pesohor dalam negeri.

Selsa, nama panggilan dari gadis itu. Ia telah menyelesaikan pendidikannya di Oxford University beberapa bulan silam.

Mungkin karena kehidupan di luar negeri, membuat seorang Selsa yang dulunya seorang gadis pendiam, kini menjadi senang hura – hura. Tapi meskipun dia suka dengan kehidupan malam di luar negeri, tapi dirinya tetap menjaga kehormatannya.

Berbeda dengan sang sahabat, Aleta, yang benar – benar menganut kehidupan bebas di luar negeri. Ia sudah menganut kehidupan di sana luar dalam. Bahkan ia sudah merelakan kegadisannya di renggut oleh laki – laki bule di usianya yang masih terbilang muda.

Selsa dan Aleta sudah bersahabat baik mulai dari mereka masih sama – sama di bangku menengah pertama. Dan akhirnya mereka sama – sama memutuskan untuk berkuliah di Oxford University. Dari sanalah kegilaan mereka mulai.

“ Sa, loe udah nggak kehitung keluar masuk club malam. Kenapa loe nggak pengen punya pasangan ? Asyik tahu. Surga dunia namanya. “ ucap Aleta sambil terkekeh.

“ Gue bukan loe kali. “ jawab Selsa. Dan makin kencanglah tawa Aleta. “ Balik yuk. “ ajaknya. “ Loe nggak mau nginep di hotel kan ? “ tanyanya sambil memicingkan matanya ke arah Aleta.

Aleta menggeleng. “ Kan loe tahu, semenjak kembali ke Indo gue belum nemuin sparing partner ranjang yang cocok. Gue masih suka singkong premium punya bule. Gede, sa. Nggak kayak singkong KW miliknya cowok sini. Hahaha …. “ celetuk Aleta.

“ Dasar mulut lemes loe !! “ kesal Selsa sambil melempar tasnya ke Aleta. Ia lalu beranjak berdiri dan berjalan melenggak lenggok menuju keluar. Dress minim yang ia kenakan sebenarnya sangat menganggu sya_wat para lelaki. Tapi ia hanya suka memamerkannya tanpa boleh di sentuh.

“ Bayar dulu woy !! “ pekik Aleta.

Selsa menoleh sebentar. “ Kan tas gue ada sama loe. Bayarin gih. Pinnya loe masih hafal, kan ? “ teriaknya yang sudah hampir sampai di lantai dansa.

Memang jika ingin keluar dari club malam itu, mereka harus melewati lantai dansa dulu. Karena meja yang mereka pilih tadi ada di seberang lantai dansa.

Selsa turun ke lantai dansa. Maksud hati hanya ingin lewat, tapi kembali tubuhnya seakan meliuk – liuk dengan sendirinya saat ia melewati kerumunan orang yang juga sedang meliuk – liukkan tubuh mereka.

Tiba – tiba telapak tangan seseorang meremas pan_tatnya. Sontak Selsa membalikkan badannya dan menatap tajam laki – laki mesum tadi yang malah mengerlingkan sebelah matanya.

Damn. Umpat Selsa dalam hati dengan gigi bergemerutuk.

Ia memiting pergelangan tangan laki – laki yang masih di pan_tatnya itu hingga laki – laki itu meringis ngilu.

“ Nggak pernah makan bangku sekolah loe ya!! Atau orang tua loe nggak ngajarin loe sopan santun ? “ sengaknya ke laki - laki yang ternyata adalah laki – laki yang sama dengan yang mengajaknya berdansa tadi.

“ **** !! “ umpat laki – laki tak kalah geram dengan omongan pedas Selsa. Ia hendak membalas perlakukan Selsa dengan memiting balik pergelangan tangan Selsa, tapi ia salah perhitungan.

Ternyata Selsa sudah memasang kuda – kuda. Ia yang waktu putih abu - abu secara diam – diam ikut bela diri tanpa sepengetahuan papanya, dan ia teruskan mendalami ilmu bela diri semasa kuliah, ternyata bermanfaat juga.

Ia berhasil membanting tubuh laki – laki itu ke lantai dansa dalam sekali banting. Dan laki – laki itu menggeram menahan rasa nyeri di punggungnya akibat berciuman langsung dengan kerasnya lantai dansa.

Sontak, kerumunan orang – orang di lantai dansa bubar. Mereka menepi, bukan untuk menyingkir menghindari perkelahian itu, tapi malah mereka menonton perkelahian itu.

“ Sa, udah. Nggak usah cari masalah. Kita pulang sekarang. “ ucap Aleta sambil menarik pergelangan tangan Selsa kencang dan membuatnya mengangkat salah satu kakinya untuk menyingkir dari tubuh laki – laki tadi. Yah, posisi Selsa tadi adalah berada di atas tubuh laki – laki tadi sambil mencekik leher laki – laki itu.

“ Awas loe !! Jangan sampai loe ketemu sama gue lagi. “ ancamnya ke laki – laki tadi sambil terus berjalan karena Aleta tetap menarik tangannya.

Bersambung

Pagi menyebalkan

Tok … Tok … Tok …

“ Non …. Non Selsa …. “ panggil ART di rumah besar Selsa.

Tidak ada jawaban dari dalam. Tok … Tok … Tok …. Bibi kembali mengetuk pintu kamar Selsa.

“ Masih belum di buka bi ? “ suara bariton terdengar dari arah belakang si bibi. Sontak bibi langsung memutar tubuhnya dan memundurkan tubuhnya sambil membungkukkan badannya sedikit.

“ Belum tuan. Sepertinya nona muda masih tidur. “ jawab bibi ART sambil terus menundukkan kepalanya.

“ Jam berapa dia pulang semalam ? “ papa Selsa yang bernama Manoj Jyotis Rakesh bertanya kembali. Laki – laki asli keturunan India.

“ Jam 2 malam, tuan. “ jawab bibi.

Tuan manoj menghela nafasnya kasar. Ia mengetahui semua kelakuan anak perempuan satu – satunya itu. Mulai dari anak itu menginjak kelas 2 sekolah menengah atas hingga sampai sang putri meminta kuliah di negara Inggris.

“ Bi, tolong ambilkan kunci cadangan kamar Selsa. “ pinta Tuan Manoj.

“ Baik, tuan. “ bibi segera undur diri untuk mengambil kunci cadangan itu.

Tuan manoj memijat pelipisnya. Pikirannya kembali menerawang ke beberapa tahun silam. Semua sikap dan kelakuan Selsa berubah semenjak dirinya menikah kembali dengan seorang janda beranak satu yang berasal dari kota timur Indonesia.

Bukan tanpa alasan dirinya menikah kembali dengan janda itu semenjak istrinya yang berarti ibu dari Selsa meninggal dunia ketika Selsa berusia 10 tahun karena mengidap penyakit tumor otak.

Tuan Manoj berharap, setelah ia menikah kembali, Selsa tidak akan kekurangan kasih sayang dari seorang ibu. Tapi ternyata ia salah.

Putrinya justru kecewa kepadanya dan menjadi gadis yang liar dan pembangkang. Selsa tidak suka melihat papanya menikah lagi. Selsa tidak suka ibu baru yang di pilihkan sang papa untuknya. Selsa tidak suka dengan laki – laki seumurannya yang di bawa oleh perempuan yang mengaku – ngaku dirinya sebagai ibu Selsa yang papanya bilang jika laki – laki itu adalah saudara laki – lakinya. Selsa tidak sudi mengakui mereka.

“ Kenapa kamu jadi seperti ini, nak ? “ gumam Tuan Manoj.

“ Maaf, tuan. Ini kuncinya. “ suara bibi menyadarkan tuan Manoj dari lamunan panjangnya. Bibi menyerahkan kunci cadangan kamar Selsa ke tuan Manoj.

“ Terima kasih, bi. Bibi bisa kembali ke dapur. “ ucap Tuan Manoj.

“ Baik, tuan. Permisi. “ pamit bibi sambil kembali menundukkan badannya ke tuan Manoj sebagai tanda hormat.

Klek … Klek … Tuan Manoj memutar kunci. Ceklek. Terbukalah pintu kamar Selsa. Suasana kamar itu masih temaram. Belum ada sinar matahari yang berani masuk karena semua gorden apalagi jendela masih tertutup rapat. Bahkan Selsa masih bergulung di dalam selimutnya.

Tuan manoj menggelengkan kepalanya sembari berjalan masuk ke dalam kamar putrinya. Ia lalu menyibak gorden yang masih tertutup hingga sinar matahari mulai berani mengintip ke dalam.

“ Ennghhhh …. “ lenguh Selsa di balik selimut. Ia menggerakkan tubuhnya malas sambil membuka matanya perlahan karena tidur nyenyaknya terganggu oleh sinar matahari.

“ Bibi …. Aku masih ngantuk. Jangan di buka dulu gordennya. “ rengek Selsa yang menyangka jika yang membuka tirainya adalah sang bibi. Ia lalu kembali menikkan selimut yang tadi sempat melorot, dan kembali memejamkan matanya.

Lalu, tuan Manoj mengambil remote AC dan mematikannya saat ia sudah membuka jendela kamar Selsa dengan lebar.

“ Bibi …. Kenapa di matikan ACnya ??? “ keluhnya sambil membuka selimutnya dengan kesal.

“ Selsa ! Sudah siang. Ayo bangun ! “ suara bariton sang papa menggema di ruangannya yang berukuran 5 x 5 meter.

Mendengar suara yang ia dengar tadi bukanlah suara sang bibi, melainkan suara sang papa, Selsa sontak bengun dari tidurnya.

“ Papa … “ picingnya.

“ Kamu itu anak gadis. Mau jadi apa anak gadis jam segini masih tidur. “ ujar sang papa dengan nada datarnya.

“ Ck ! Selsa masih ngantuk. “ selsa berdecak lalu ia hendak membaringkan tubuhnya kembali.

“ SELSA !!! “ teriak sang papa. Selsa membatalkan niatnya untuk kembali tidur. Ia hanya memutar bola matanya malas.

“ Kenapa pa ??? “

“ Mau jadi manusia seperti apa kamu ini ? Kamu sudah menyelesaikan pendidikanmu beberapa bulan yang lalu. Tapi kamu tidak ada niatan untuk membnatu papa di perusahaan ? “ tanya tuan Manoj.

“ Buat apa ? Papa masih butuh bantuan Selsa ? Bukankah sudah ada putra kesayangan papa di sana ? Bukankah dia adalah kebanggaan papa ? “ Selsa tak mau kalah. Ia menyebutkan anak dari sang ibu sambung.

“ Roy hanya membantu papa mengembangkan usaha yang nantinya akan jatuh ke tanganmu, nak. Tidak ada niat buruk dalam hati Roy terhadap apa yang akan menjadi milikmu. “ kini tuan Manoj merendahkan suaranya.

“ Bela saja terus, pa ! Selsa udah capek ! “ sengit Selsa. “ Mending papa keluar dari kamar Selsa, dan papa urus tuh istri sama anak kesayangan papa. Biarkan Selsa sendiri. “

“ Selsa, mau sampai kapan kamu seperti ini ? Dia juga ibumu. Dia juga menyayangimu. “ ujar tuan Manoj.

“ Bukan papa ! Bukan ! Dia bukan ibu Selsa. Dia hanya istri papa. Ibu selsa sudah meninggal. Beliau sudah ada di surga. Selsa sudah tidak memiliki ibu. “ Selsa menggeleng – gelengkan kepalanya.

“ SELSA !! “ tuan Manoj kembali meninggikan suaranya. “ Dia memang tidak melahirkanmu. Tapi dia yang merawatmu. “

Selsa kembali menggelengkan kepalanya. “ Tidak papa. Bibi yang merawat Selsa. “

“ Selsa, tidak bisakah kamu membuka sedikit saja hati kamu untuk mereka ? Mereka menyayangimu, nak. “ ujar tuan Manoj. Lalu beliau memejamkan erat matanya sesaat. “ Apa mereka pernah menyakitimu ? “

“ Setiap hari, pa. Setiap hari mereka menyakiti hati Selsa, pa. Setiap hari ! “ Selsa sudah tidak bisa membendung air matanya.

“ Semenjak papa membawa mereka ke rumah kita, hati Selsa sudah sakit pa. sangat sakit. Dia mau mengambil posisi mama di rumah ini. Selsa tidak mau pa. “ ujarnya sambil sesenggukan.

“ Selsa, selama hidup kamu, papa selalu menuruti semua keinginanmu. Kamu minta sekolah di Inggris, papa turuti. Papa memenuhi semua kebutuhan kamu, nak. Kamu memiliki segalanya. “ ujar tuan Manoj. Lalu ia menghela nafas panjang.

“ Tapi mereka, mereka tidak punya apa – apa. Bahkan untuk makan saja, mereka hampir tidak mampu. “

“ Sayang, meskipun kamu bersekolah di Inggris, bahkan Roy hanya bersekolah di universitas negeri. Itupun beasiswa, sayang. “ lanjutnya.

“ Itu hanya pencitraan, papa. Hanya pencitraan mereka. “ pekik Selsa.

Tuan Manoj kembali menghela nafas kasar. Lalu ia beranjak hendak keluar dari dalam kamar Selsa. Tepat di depan pintu, tuan Manoj berhenti dan membalikkan tubuhnya.

“ Papa tunggu di bawah. Kita sarapan bersama. Dan ingat, siapkan dirimu untuk bergabung di perusahaan mulai hari ini. Tidak ada toleransi lagi ! “ ujar tuan Manoj tak terbantahkan. Lalu beliau keluar dari dalam kamar Selsa.

Bersambung

Marah

Tak

Tak

Tak

Bunyi suara hells menuruni anak tangga. Semua perhatian orang – orang yang ada di ruang makan, sontak menoleh ke arah tangga.

Selsa, sedang menuruni anak tangga rumahnya dengan menggunakan sepatu hells tingginya, dengan rok pendek ketat setinggi paha, kemudian kemeja yang juga ketat dengan memperlihatkan belahan da danya. Tidak lupa, rambut yang ia biarkan tergerai, dengan wajah bermake up.

“ Pagi, sayang. “ sapa ibu sambung Selsa. Selsa hanya melirik ke arah ibu sambungnya itu tanpa mau menjawab ataupun sekedar senyum basa – basi.

Krek

Selsa menarik satu kursi yang berada jauh dari tiga orang yang sudah berada di sana terlebih dulu. Ia lalu menghenyakkan pan_tatnya kasar.

Srek … Klontang Klunting

Selsa menarik piring yang masih tertelungkup yang berada agak jauh darinya. Tepatnya berada di sebelah piring milik putra dari ibu sambungnya. Ia lalu membalikkan piring kosong yang itu, kemudian mengambil sendok dan garpu dan ia letakkan di atas piring yang masih kosong itu dengan kasar.

“ Selsa … “ suara tuan Manoj mengingatkan. Selsa hanya memutar bola matanya malas. “ Kamu itu anak perempuan. Tidak selayaknya kamu bersikap seperti perempuan yang tidak bersekolah. “

“ Sri … “ Selsa tidak mengindahkan peringatan sang papa. Ia malah memanggil salah satu maid yang ada di sana. Maid yang di panggil segera menghampiri Selsa. “ Di mana bibi Rasti ? Aku membutuhkannya di sini. “ tanyanya.

“ Maaf, nona. Bi Rasti sedang mencuci di belakang. “ jawab Sri.

“ Hah ! “ Selsa menyandarkan tubuhnya di sandaran kursi sambil menghela nafas kasar. “ Aku membutuhkannya di sini. Kenapa dia yang mencuci ? Bukankah sudah ada maid khusus untuk mencuci ? “

“ Maaf, nona. Bi rasti hanya sedang mencuci bajunya sendiri. Beliau tidak mau bajunya di cuci orang lain. “ jawab maid itu sambil tertunduk hormat.

“ Selsa … “ Tuan Manoj kembali memperingatkan. “ Biarkan bibi mengerjakan pekerjaannya. Di sini sudah ada Sri, ada Rukayah juga. Katakan saja mereka, apa yang kamu butuhkan ? “ lanjutnya.

“ Tapi aku butuh bibi, papa. Aku mau makan sekarang. Dan aku mau, bibi yang ada di sini. “ rengek Selsa.

Bi Rasti, adalah pembantu rumah tangga keluar Rakesh yang sudah merawat Selsa semenjak mamanya di nyatakan mengidap tumor, hingga akhirnya beliau meninggal, dan bibilah yang selalu ada untuk Selsa. Membuat Selsa selalu bergantung kepadanya.

“ Biar mama yang ambilkan, yah ? “ tawar ibu sambungnya. Ia hendak meraih piring kosong Selsa untuk ia isi dengan nasi. Tapi suara Selsa menghentikan gerak tangannya.

“ Mama Selsa sudah meninggal. Dan tidak akan ada mama yang lain. Jadi stop, menjadikan diri anda sebagai mamanya Selsa. Dan stop berlagak baik terhadap Selsa. Selsa tidak butuh !! “ pekik Selsa setengah berteriak, membuat tuan Manoj kembali marah kepadanya.

“ SELSA!!! “ teriak tuan Manoj dengan suara lantangnya.

“ Kenapa pa ? Selsa salah lagi, iya ? “ sengak selsa.

“ Hormati dia, Selsa. Dia ibumu. Dia sudah berusaha berbaik hati kepadamu meskipun kamu bukan anak kandungnya. “ cerca tuan Manoj.

Selsa tersenyum miring sekaligus miris. “ Dia bukan ibuku, papa. Ibu Selsa sudah berada di surga. Dia adalah istri pertama papa, kalau papa lupa. “ ucapnya.

“ Hentikan, Selsa. “ geram tuan Manoj.

“ Diam ? Tidak papa. Papa yang nyuruh Selsa duduk di sini bersama kalian. Jadi kenapa Selsa harus berhenti ? “ tantang Selsa.

“ Selsa .. “

“ Bela terus, papa. Bela mereka terus. Papa sudah lupa sama mama. Dan sekarang setelah papa mendapatkan anak yang baru, papa juga melupakan Selsa. Selsa selalu saja bersalah di mata papa. Selsa tidak pernah benar di mata papa. “ suara Selsa sudah meninggi.

“ Karena kamu memang salah, Selsa. Apa kamu tidak menyadarinya. Hampir setiap malam yang kamu datangi hanyalah club malam. Sepertinya papa terlalu memanjakanmu. “ tuan Manoj memijat pelipisnya.

Ibu sambung Selsa yang bernama Rubi itu menggenggam erat tangan suaminya. Ia menggelengkan kepalanya menandakan supaya sang suami menyudahi pertengkarannya dengan putrinya.

Brak

Selsa mendorong kursi yang di dudukinya dengan kasar. Lalu ia meraih tas jinjing yang tadi ia taruh di kursi di sebelahnya.

“ Mau kemana kamu, Selsa ? “ suara bariton sang papa menghentikannya.

“ Bukankah papa menyuruh Selsa untuk bekerja ke kantor ? “ jawab Selsa dengan suara datarnya. Ia berusaha baik – baik saja saat ini. Meskipun hatinya bergemuruh, dan air mata juga hendak luruh.

“ Makan dulu, nak. Kamu belum menyentuh sarapanmu sama sekali. “ ujar Rubi, sang ibu sambung dengan lembut. Memang Rubi adalah seorang wanita yang lembut dan penuh kasih sayang. Tapi entah mengapa hati Selsa begitu beku untuk menerima kehadirannya.

Tanpa menjawab, Selsa segera berlalu dari ruang makan dan keluar dari dalam kamar.

“ Roy, kejar adik kamu. Dia sedang emosi. Mama takit terjadi apa – apa sama dia. “ ucap Rubi ke putranya yang masih menyendok makanan dari atas piringnya.

“ Sudahlah Rubi. Biar Roy menghabiskan sarapannya dulu. Selsa sudah biasa seperti itu. Biarkan saja. “ titah tuan Manoj.

“ Tidak, mas. “

Roy pun beranjak dari duduknya.

“ Mau kemana kamu, Roy ? Habiskan dulu sarapanmu. “ ucap tuan Manoj.

“ Maaf pa. Benar apa yang mama bilang. Selsa sedang emosi. Bisa bahaya jika dia mengendarai mobilnya sendiri. “ jawab Roy penuh hormat.

“ Tapi kamu baru mengisi perutmu sedikit, Roy. “

“ Gampang, pa. Roy bisa makan lagi di kantin kantor nanti. Lagian, jika papa menyuruh Selsa ke kantor, dia belum tahu ruangan yang papa siapkan untuknya, kan ? Jangan sampai dia mengobrak abrik kantor hanya untuk mencari ruangannya, pa. “ ucap Roy di selingi deengan candaan.

“ Baiklah, terserah kamu. “ ucap tuan Manoj pada akhirnya. Roy lalu menyalami kedua orang tuanya dan segera berlalu keluar dari dalam rumah. Berharap Selsa masih ada di halaman.

Sejujurnya, ia juga sangat mengkhawatirkan Selsa. Ia begitu sangat menyayangi Selsa. Saking sayangnya, bahkan tiap Selsa keluar dari rumah untuk ke club, ia mengikuti sang adik sambungnya itu tanpa sepengatuan siapapun. Ia hanya ingin memastikan Selsa selalu baik – baik saja.

Bersambung

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!