Seorang laki-laki di siksa dan dipukuli di sebuah gang sempit oleh sekumpulan laki-laki berpakaian hitam rapi. Suara kesakitan dan teriakan minta tolong di lontarkan, namun akan mustahil suara jeritan tersebut terdengar sampai keluar gang sempit itu.
Setelah beberapa jam atau setelah sekumpulan laki-laki berbaju hitam itu merasa kalau pukulan itu cukup sebagai peringatan untuk laki-laki yang kesakitan itu. Mereka memutuskan untuk pergi meninggalkannya sendirian di sana.
Dengan sekuat tenaga laki-laki yang dipukuli berusaha bangkit menahan rasa sakit sehabis pukulan, dia tau siapa orang yang dia singgung tapi dia sendiri merasa tidak bersalah karena bukan keinginan dirinya untuk mendekati perempuan itu, perempuan itu sendiri yang kembali menemuinya setelah putus hubungan dengannya.
Dengan tertatih-tatih dia berusaha keluar dari tempat itu menuju ke rumahnya tapi kesialan datang kepadanya, karena tidak jauh dari dirinya ada sesosok tubuh laki-laki yang terbaring dengan pakaian yang penuh darah. Seseorang yang lewat pada saat itu dan melihat kejadian itu tanpa sengaja langsung berteriak hingga semua orang berkerumun menyaksikan laki-laki yang terluka dengan laki-laki yang telah penuh darah.
Membuat orang-orang berasumsi kalau laki-laki yang penuh luka itu pelakunya, kesialan itu terjadi begitu saja tidak ada yang bisa membela dirinya atau bahkan menyewa pengacara yang layak untuk memberikan keadilan kepadanya. Hanya tangisan yang bisa dia lantunkan di dalam penjara yang tidak adil.
"Tring..."
Sebuah layar tipis muncul secara tiba-tiba, membuat laki-laki bernasib sial ini terkejut dan dari layar tipis ini keluar seekor rubah kecil dengan ekor berbulu lebat berdiri di depannya membuat laki-laki itu semakin terkejut.
"Selamat tuan, anda terpilih untuk mendapatkan kehidupan baru di dunia kami,"
"Para dewa memberikan anugerah kepada tuan untuk mengubah takdir sial atau kurang beruntung milik tuan," ucap rubah kecil itu dengan tatapan serius dan senyuman ke arah laki-laki yang duduk di depannya
Laki-laki itu masih duduk terdiam karena tidak tau apa yang harus dia lakukan saat ini melihat rubah aneh dan layar tipis seperti di game-game atau buku cerita yang pernah dibaca.
"Tentu saja, bukan di dunia ini anda merubah takdir tapi setelah hukuman mati besok di tentukan kepada anda maka anda bisa berpindah ke dunia lain dan membuat jalan takdir anda sendiri.
Setelah ucapan dari rubah kecil, laki-laki itu terlelap dari tidurnya seolah-olah semua yang di dengarnya hanya mimpi harapannya saja yang ingin ditolong keluar dari semua kesialan.
"Hei, kamu cepat keluar,"
"Hukumannya akan segera dilaksanakan," ucap seorang laki-laki berseragam dengan tatapan merendahkan kepada laki-laki yang sial
Memang mungkin dengan kematiannya semua orang akan merasa lega dan tidak akan ada satupun orang yang khawatir dengan kesialan yang mungkin akan terjadi. Hukuman mati terjadi begitu saja dan tidak ada satupun orang yang menangisi kematiannya, malangnya laki-laki itu hanya dengan senyuman pahit menerima kematiannya.
"Tring...."
"Syarat terpenuhi,"
"Perpindahan dunia dilakukan..."
Layar-layar tipis muncul memberikan berbagai notifikasi dari mulai identitas sampai ke kemampuan yang dimiliki. Laki-laki itu membuka matanya perlahan dan menatap semua informasi di layar.
"Jadi? Aku tidak mati? Dan rubah kecil itu katakan benar?" gumam laki-laki itu dengan tatapan terkejut menatap identitas barunya yang berada di layar tipis tidak lama kemudian seekor rubah yang pernah menemuinya keluar dari layar tipis itu.
"Tuan, mulai hari ini mohon kerjasamanya dan mungkin memang anda sedikit sial karena terlahir menjadi anak haram dari keluarga kalangan atas tapi itu juga sedikit menguntungkan karena anda terlahir di kalangan atas," gumam rubah itu dengan perasaan bersalah dan pandangan ke arah lain untuk menghindari tatapan dari laki-laki bernasib sial itu.
"Tidak apa-apa bisa di berikan untuk memulai saja, sudah cukup untukku berada di sini," ucap Laki-laki bernasib sial itu dengan senyuman tipis merasa sedikit bahagia karena beruntung tentang takdirnya yang tidak se sial perkataan orang-orang saat ini dia setidaknya masih memiliki ingatan di masa lalu yang bisa membuat takdirnya mungkin lebih baik di dunia yang berbeda ini.
Ditatapnya ruangan yang terlihat cukup baik dan sederhana sekilas membuatnya yakin kalau setidaknya tempat yang dia tinggali tidaklah buruk untuk menjadi rumahnya saat ini. Walaupun dia seorang anak haram atau buangan seorang bangsawan semua kebutuhan yang dia butuhkan lebih dari cukup.
"Tuan, apa harapan yang anda inginkan untuk mengubah takdir yang anda miliki saat ini?" ucap rubah itu dengan tatapan penasaran
"Aku ingin hidup dengan baik terutama disenangi oleh banyak orang karena hidupku di masa lalu,"
"Aku selalu dianggap sebagai orang yang membawa kesialan kemanapun aku pergi jadi disini setidaknya aku ingin hidup dengan baik dan bisa berhubungan dengan orang-orang yang aku temui,"
"Dan aku harap bisa menjadi orang yang kaya hingga aku bisa menikmati kehidupan dengan santai," ucap laki-laki yang sial itu dengan senyuman dan menggaruk kepala yang tidak gatal
"Baiklah, tuan Arya Virendra kami para sistem akan berusaha sebaik mungkin mengabulkan keinginan anda dan saya berharap anda juga bisa menyelesaikan misi yang diberikan oleh sistem," ucap rubah kecil itu dengan tangan yang berada di dada hormat
Dari sana dimulailah kehidupan baru seorang laki-laki yang memiliki nasib sial di kehidupan sebelumnya, di dunia baru atas rasa belas kasihan para dewa yang melihat semangat hidup laki-laki ini walaupun telah di hina, dicaci dan di pukul bahkan sampai dijatuhi hukuman mati, tidak sedikitpun dia menuntut ketidakadilan yang dia dapatkan dengan nama baru Arya Virendra anak berusia dua belas tahun.
"Ah iya, tuan bisa memanggil namaku dengan sebutan Huli karena saya yang akan membantu dan menemani anda selama di sistem reputasi,"
"Sistem reputasi?" gumam laki-laki bernama Arya itu dengan tatapan kebingungan
"Yah begitulah tuan karena sistem ini diberikan karena keinginan tuan," ucap rubah kecil itu dengan anggukan pelan
Keesokan harinya setelah hari pertama dia berpindah ke dunia baru, Arya memasak dan membereskan rumah kecil yang dia tinggali. Banyak hal yang dipikirkan olehnya tentang rencana kedepannya dia tinggal di dunia baru ini. Dari mulai perjalanan sampai caranya menjadi kaya, semuanya di perhitungkan olehnya.
"Huli, ada yang ingin aku tanyakan," ucap Arya itu dengan sesuatu yang terlintas di pikirannya
"Tanyakan saja tuan,"
"Apakah sistem memiliki misi-misi seperti di game?" tanya Arya membuat rubah itu tercengang karena dia pikir orang di depannya sudah cukup paham dengan imbalan kehidupan yang diberikan
Kaya Dengan Sistem Reputasi
Rubah kecil bernama Huli langsung menjelaskan tentang sistem reputasi yang berjalan. Dari mulai bonus sampai kemampuan tambahan yang akan didapatkan setiap menjalankan misi, siapa yang menyangka kalau di dunia yang dia tempati saat ini adalah salah satu dunia novel yang ceritanya telah sampai pada akhir cerita. Sehingga Arya bisa menikmati kehidupan barunya sedikit damai, sebuah layar tipis muncul menunjukkan sebuah misi pertama yang harus Arya lakukan.
"Jika aku berhasil aku mendapatkan kemampuan sihir? kalau gagal tidak ada konsekuensinya,"
"Aku rasa ini misi yang bagus untuk melakukan perjalanan," gumam Arya sambil menatap misi dari layar tipis di depannya, yang kemudian dia memutuskan untuk menyiapkan semua kebutuhan dari makan sampai perlengkapan bertahan hidup lainnya.
Perjalanan Arya untuk membuat takdirnya lebih baik telah di mulai, seperti para petualang yang ada di game atau di film-film. Hutan-hutan menjadi tempat yang wajib di laluinya, semuanya berjalan dengan lancar begitu saja sampai pada akhirnya Arya mendengarkan teriakan dari seorang yang tidak jauh dari dirinya dan sesosok monster, dengan sigap dia langsung menyiapkan senjata yang telah di sediakan di rumah kecil itu.
Seekor ular besar yang tiga kali lipat dari tubuhnya membuatnya ragu dan takut tapi karena sistem yang akan memberikan reward sihir dan sistem ketenangan jiwa yang memberikan ketenangan maka Arya tanpa ragu berusaha untuk menyerang ular besar yang ada di depannya.
Sebuah tebasan di kenakan kepada ular yang besarnya tiga kali lipat itu, tapi tidak berefek sama sekali mungkin karena ular besar itu memiliki sisik yang besar yang artinya Arya harus berpikir lebih keras untuk mencari kelemahan dari ular yang besar di depannya.
Ular besar itu membalas serangan milik Arya dengan menggerakkan ekor besarnya ke arah Arya begitu cepat dan hampir mengenai sosok laki-laki yang terduduk lemah. Dengan cepat dia meloncat dan menggendong laki-laki terduduk lemas itu ke arah yang aman.
"Ular itu kelemahannya ada pada dalam mulutnya jadi serang saja bagian itu maka dia akan mati seketika," ucap laki-laki yang kaki lemas itu dengan tatapan serius, Arya kemudian mengangguk percaya dan mengikuti perkataan laki-laki yang lemas itu
Dengan cepat Arya melompat ke pepohonan yang tingginya sama dengan ular itu, dan melompat ke dalam mulut ular sedangkan ular besar membuka mulutnya dengan lebar seperti sebuah makanan yang datang tanpa perlu diburu.
Ular besar itu tidak sepintar seorang manusia, tentunya dengan cepat di tusuk permukaan mulut ular besar itu dengan mudah oleh Arya seketika ular itu menggeliat dan kemudian mati terbaring.
Sungguh pertarungan yang memakan waktu dan hampir meregang nyawa, melihat Arya yang bertarung seorang diri membuat laki-laki lemas itu terkejut betapa kuatnya seorang anak kecil dua belas tahun. Arya sendiri tidak peduli dengan nyawanya karena dia merasa mampu bertarung melawan ular besar dan menganggap kalau dia bisa mati jika dia tidak membunuh oleh karena itu dia memiliki nyali besar.
Tiba-tiba sebuah layar tipis muncul di depan Arya dengan ucapan selamat atas keberhasilannya menyelesaikan misi pertamanya, sesuai dengan reward yang tertulis di sistem Arya berhasil mendapatkan kemampuan sihir semua elemen. Setelah berhasil mendapatkan dia melihat laki-laki yang baru saja dia tolong terduduk.
"Ah iya, apa kamu tidak apa-apa tuan?" tanya Arya sambil mengulurkan tangannya ke arah laki-laki yang masih terlihat terduduk lemas
"Aku tidak apa-apa, terima kasih telah menolongku,"
"Apakah ada yang kamu inginkan sebagai hadiah?" ucap laki-laki itu sambil menyambut uluran tangan yang diberikan oleh laki-laki di depannya
"Aku tidak memerlukan hadiah apapun, tapi aku ingin bertanya bagaimana cara pergi ke kota di dekat sini," ucap Arya dengan senyuman kaku ke arah laki-laki itu membuat laki-laki di depannya membulatkan mata terkejut karena anak laki-laki yang begitu polos dan kuat bukan meminta hadiah atas kemampuannya melainkan hanya bertanya jalan untuk ke kota.
Hanya senyuman tipis ditunjukkan oleh laki-laki itu, kemudian berkata "Aku juga ingin pergi ke kota di dekat sini, ikut denganku saja,"
"Namaku, Chen Fu,"
Setelah ucapan dari Chen Fu membuat Arya sadar kalau orang di depannya terlihat seperti orang timur-timur di kehidupannya sebelumnya, walaupun di kehidupan sebelumnya orang-orang timur adalah orang yang hanya keturunan campuran tapi di sini dia bisa melihatnya yang berarti dunianya dahulu tidak ada bedanya. Selama perjalanan Arya dan Chen Fu hanya saling berdiam diri tanpa berbicara karena Arya tidak bisa mencari topik pembicaraan lagi. Hingga bangunan-bangunan kecil dipagari terlihat, sebuah kota yang tidak ramai terlihat dari atas bukit yang mengartikan kalau perjalanan mereka hanya diperlukan beberapa jam lagi untuk sampai di kota itu.
Tiba-tiba saja layar tipis muncul di depan Arya memberikan misi kepadanya ketika sampai di kota. Misi kali ini sanggatlah menguntungkan juga untuk Arya tapi dia berpikir mungkin sistem berbaik hati dengannya karena dia masih pemula atau baru masuk ke dunia ini oleh karena itu sistem tidak memberikan konsekuensi apa pun kepada Arya. Keduanya berbicara sebentar kemudian melanjutkan perjalanan ke kota itu, tetapi beberapa saat sebelum mereka sampai ke gerbang kota sekumpulan pedagang bertemu dengan Arya dan Chen Fu terlihat Chen Fu mengenal baik para pedagang itu membuat Arya berpikir mungkinkah orang-orang keturunan timur di sini juga memiliki toko atau seorang pedagang karena di dunianya dulu juga seperti itu.
Setelah berbicara singkat Arya dan Chen Fu langsung masuk melewati gerbang.
"Tuan Fu, saya tidak menyangka anda tidak membawa pengawal anda keluar kota karena akhir-akhir ini banyak sekali monster yang muncul tanpa diketahui penyebabnya,"
"Tapi untunglah anda baik-baik saja," ucap salah seorang penjaga gerbang itu dengan tatapan lega dan akrab kepada laki-laki di samping Arya dijawab dengan senyuman lembut oleh laki-laki di sebelahnya
Setelah keduanya berhasil memasuki kota, Arya kira mereka akan berpisah tapi Chen Fu malah mengajak dirinya untuk pergi ke mansion milik keluarganya untuk beristirahat karena Arya telah menolongnya tidak sopan bagi Chen Fu tidak menawarkan kunjungan. Arya tidak menyangka kalau bangunan besar yang biasanya hanya terlihat di film-film, ternyata ada di dunia ini, Arya yang melihat ini semakin yakin untuk membuat sebuah bisnis di kota ini.
Pintu besar yang terbuka dan di sambut oleh seorang anak kecil yang memiliki usia yang sama dengan dirinya tapi memiliki wajah yang sama dengan Chen Fu membuat Arya mengerti kalau keduanya adalah saudara.
"Selamat datang di kediaman Fu kami,"
Kaya Dengan Sistem Kekayaan
Sambutan hangat diterima oleh Arya dari datang ke mansion sampai tiga hari berlalu sambutan hangat itu masih saja terlihat membuat Arya melamun menatap sosok kedua saudara Fu setiap hari menyambutnya. Tapi karena tekadnya di hari ini dia memutuskan untuk berbicara mengenai tujuannya ke kota kepada kedua saudara keluarga Fu pada saat makan siang. Tapi pada saat makan siang tiba siapa yang menyangka kalau adik dari tuan Fu yang menanyakan impian dari Arya sehingga dia tidak perlu memikirkan kata apa yang harus dikatakan ketika memulai percakapan.
"Arya, apa impianmu?" tanya laki-laki itu dengan tatapan penasaran
"Aku berniat mendirikan bisnis saat aku ke kota ini, tapi aku tidak tau menahu tentang cara menjalankannya dan apa saja yang perlu aku penuhi untuk menjalankan sebuah bisnis," ucap Arya dengan senyuman kaku dan menggaruk kepalanya yang tidak begitu gatal
Mendengarkan ucapan yang di lontarkan oleh Arya membuat kedua saudara itu terdiam. Arya ikut kebingungan di dalam hatinya dia berpikir apakah aneh seorang anak dua belas tahun memiliki impian seperti itu? Apakah seharusnya dia menarik semua ucapan yang seperti omong kosong itu? Itulah pikirnya saat kedua orang di depannya terdiam saling menatap satu sama lain tidak lama kemudian keduanya mengangguk mengerti seolah-olah mereka berdua berbicara menggunakan telepati.
"Aku tidak tau ini takdir atau kebetulan tapi kamu saat ini bertemu langsung dengan ketua asosiasi perdagangan timur,"
"Jika kamu memerlukan bantuan aku akan membantu apapun dari mulai modal sampai dengan pembayaran pajak," ucap Chen Fu dengan senyuman diikuti sang adik
"Arya, apa bisnis yang ingin kamu jalankan?" tanya laki-laki yang lebih muda itu dengan tatapan penasaran
Arya belum memikirkan bisnis apa yang menguntungkan untuk dirinya di dunia ini dan hanya sekilas yang dia lihat mengenai perdagangan di dunia ini pada saat menuju ke sini.
"Aku belum tau ingin menjalankan bisnis apa mengingat aku baru datang ke kota ini,"
"Aku pikir lebih baik aku memahami kota ini dulu baru menjalankannya," ucap Arya dengan senyuman kaku
"Hummm... Bagaimana dengan bisnis Artefak sihir? Aku memiliki tambang sihir yang ditemukan langsung olehku," ucap laki-laki yang muda itu sambil menaikkan kacamata milikinya, Arya mendengar kata yang asing kebingungan dengan ucapan dari laki-laki muda saudara laki-laki tercengang dengan ucapan adiknya
"Apa kamu yakin, kakak pikir kamu ingin mengolah tambang itu sendiri?" tanya Chen Fu dengan tatapan terkejut hanya dijawab anggukan dan senyuman oleh adiknya
Layar tipis tiba-tiba muncul memberikan informasi mengenai Artefak sihir dan pertambangan yang besar baru ditemukan oleh keluarga Fu beberapa hari sebelum dia di reinkarnasi ke dunia baru ini. Betapa terkejutnya Arya melihat kalau itu adalah bisnis yang akan sangat menguntungkan bahkan di saat dia tua tambang itu akan tetap menguntungkan dan juga anehnya keluarga Fu yang dianggap jenius di mata Arya saat ini sangat aneh memberikan tambang kepadanya. Tidak lama dari itu Arya mendengarkan ucapan terakhir yang dikatakan oleh lelaki itu, membuatnya sadar kalau tambang itu tidak akan percuma atau malah tidak akan diberikan kepada dirinya.
"Aku ingin membuat kontrak denganmu dalam bisnis ini, tenang saja ini bisnis yang menguntungkan kok,"
"Jika kamu ingin membangun toko artefak sihir maka jadikan aku sebagai pemasok bahan utama batu sihir di toko milikmu,"
"Yang perlu kamu tau bahwa bisnis ini adalah bisnis yang saat ini sangat mahal dan sulit, karena tidak semua dari mereka berpikir mencari di lokasi lain selain pertambangan yang di wilayah tersebut,"
"Untuk surat dan yang lain-lain aku akan membantumu," ucap laki-laki muda itu tentu membuat Arya terkejut karena jiwa bisnis dari keluarga ini sangat mirip dengan orang timur di kehidupan sebelumnya, bahkan temannya di masa lalu juga pernah berpikir dengan cerdas sejak kecil. Yah walaupun begitu itu adalah kisah masa lalu yang tidak penting di masa sekarang menurut Arya. Setelah beberapa saat berpikir tentang keuntungan yang bisa dia dapatkan lebih banyak dibandingkan dengan kerugian yang akan dia hadapi maka di meja makan itu mereka membuat kontrak kerja.
"Baiklah, aku akan berbisnis denganmu tuan muda," ucap Arya dengan sopan dan menjabat tangan yang diulurkan oleh laki-laki muda itu
Tidak lama setelah mereka berjabat tangan terlihat seorang pelayan dengan tatapan dingin dan tajam menatap ketiganya yang hampir tidak menyentuh makanan itu dengan tatapan menyeramkan, pelayan itu adalah pengasuh keluarga Fu yang sejak kecil menjaga kedua tuan muda di mansion besar tersebut. Arya bisa merasakan suasana hangat di dalam mansion besar karena dia juga dimarahi karena tidak menyentuh makan siangnya. Ketiganya dimarahi oleh pelayan tersebut selama dua jam lamanya, yang kemudian mereka berdua membuat kontrak kerja.
Di kontrak tersebut tertulis kontrak antara Ling Fu dan Arya Virendra yang akan menjalankan bisnis bersama. Masing-masing dari mereka mendapatkan satu buah kertas kontrak yang memuat isi perjanjian kerja bersama. Tidak lama dari itu anak tertua dari keluarga Fu langsung mencari bangunan dan pengrajin yang tepat untuk membangun bisnis artefak sihir, hingga menyisakan kedua orang anak yang berumur sama di dalam mansion itu.
"Arya, apa yang akan kamu lakukan setelah bisnis ini selesai? Apa kamu yakin ingin tinggal di toko itu juga?" tanya Ling yang sedang menutup sebuah buku telah dibaca
"Aku seorang pendatang, mana mungkin aku memiliki tempat untuk tinggal jadi aku akan tinggal di toko yang dicarikan oleh tuan Chen Fu," jelas Arya yang sejak tadi membaca layar tipis sistem dari balik buku karena layar tipis itu ternyata seperti teknologi canggih di telepon genggam yang pernah dia gunakan di kehidupan sebelumnya bedanya dia bisa mencari informasi yang paling rahasia di dunia ini tapi tentu saja dia mengurungkan niat itu karena dia tidak ingin mati di umur dua belas tahun.
"Bagaimana kalau tinggal bersama kami? Dirumah besar ini hanya ada kami berdua dengan dua puluh tiga pelayan,"
"Jadi masih ada banyak kamar kosong,"
"Tapi aku tidak menerima penolakan sih,"
"Jadi kamu harus tinggal di sini," ucap Ling membuat Arya menatap dengan tatapan suram dan senyuman kaku karena menurut Arya dia adalah orang asing bisa dibantu melakukan bisnis saja sudah bagus tapi sampai tempat tinggal dan makan di berikan bukannya sedikit berlebihan? pikirnya di dalam hati, tapi dia juga tidak bisa menolak karena bisa saja dia menolak kepalanya hilang di sana.
"Baiklah tuan Ling Fu,"
"Panggil aku dengan Ling karena kita seumuran,"
Kaya Dengan Sistem Reputasi
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!