NovelToon NovelToon

Pernikahan Kontrak

Bab 1.Satu Miliar

"Ambil uang 1 miliar ini, lalu menikahlah denganku!" kata seseorang laki-laki dengan nada datar, tatapan matanya begitu dingin.

Kedua manik mata gadis cinta itu mendelik kaget, apalagi saat melihat uang di dalam koper yang ada di hadapannya, ya matanya langsung berubah menjadi merah tapi aku tidak boleh menjadi gadis mata duitan.

"Maaf Tuan, maksudnya apa?" gadis cantik itu mendelik kaget. Menatap laki-laki yang menurutnya sombong di hadapannya ini, ingin rasanya aku menyiramnya dengan air cucian di rumah. Sombong sekali, mentang-mentang punya uang.

Laki-laki berbadan tinggi nan kekar, melipat kedua tangannya ke dada, lalu ia duduk di kursi yang terhalang meja, gadis cantik yang ada di hadapannya itu menundukkan kepalanya.

Ia takut karena tiba-tiba di culik oleh 2 orang yang berjas hitam, lalu di bawa ke restoran mewah ini. Dan di pertemukan dengan laki-laki aneh ini, entah laki-laki ini siapa? Lalu laki-laki dua itu tadi yang berjas hitam itu juga siapa?

Tidak ada angin, tidak ada hujan tiba-tiba di ajak menikah oleh laki-laki yang tidak kenal sama sekali, bahkan di kasih uang 1 miliar, memangnya aku ini gadis apaan? Apa semua orang kaya selalu bersikap seperti ini? Mereka selalu melibatkan uang, uang dan uang untuk setiap masalahnya.

"Aku tahu kamu sedang membutuhkan uang itu, untuk biaya operasi Ibumu, ambil uang itu lalu menikahlah denganku!" lanjut sang laki-laki tampan itu dengan nada datar dan tatapannya cukup dingin. Sedingin kulkas dua pintu keluaran terbaru, selalu saja laki-laki kaya itu seenak jidat sendiri.

"Tidak!" tolak sang gadis dengan mantap.

Astaga! Dasar laki-laki gila, wajar saja gadis cantik yang ada di hadapannya menolak main ngajak nikah begitu saja, untung tidak langsung ngajak kawin terus suruh brojolin anak.

"Jangan munafik, jika Ibumu tidak segera di operasi, maka di akan pergi ke surga, Apa kamu mau itu terjadi pada Ibumu?" katanya dengan entengnya.

Sang gadis terdiam, benar apa kata laki-laki yang ada di hadapannya saat ini. Jika aku menolaknya, maka Ibuku akan pergi ke surga.

"Kamu hanya perlu menikah denganku sampai kekasihku pulang saja dari luar negeri, dia sedang kuliah sambil mengejar cita-citanya," ujar sang laki-laki pada gadis itu.

Enak ya jadi orang kaya, pernikahan saja bisa di jadikan mainan padahal itu adalah hal yang sangat sakral tapi lagi-lagi orang kaya mau mempermainkan sebuah pernikahan.

"Lalu kamu menikahi wanita lain di belakangnya? Dasar, laki-laki macam apa kamu ini?" gadis cantik itu menatap marah ke arah laki-laki tampan. Seenaknya saja menghiati kekasihnya yang sedang berjuang di luar negeri sana.

"Aku menikah hanya ingin memenuhi permintaan terakhir Kakekku saja, beliau ingin aku menikah tapi gadis yang aku cintai belum siap untuk menikah, jadi aku terpaksa mencari gadis lain untuk menikahi denganku, aku rasa kamu cocok," dengan santainya laki-laki berbicara kepada gadis cantik yang ada di hadapannya.

Sang Kakek kesayangannya kini sedang terbaring lemah di rumah sakit, lalu meminta Sean agar buru-buru menikah dengan kekasihnya. Tapi saat mengajak Velin menikah dengan mantap Velin menolak dengan alasan ingin kuliah dulu dan mengejar cita-citanya dulu, nikah muda bukanlah tujuan Velin. Ia memang sangat mencintai Sean tapi cita-cita baginya jauh lebih penting.

Saat itu Sean merasa galau, hingga akhirnya terpikirkan untuk melakukan pernikahan kontrak yang penting apa yang diinginkan oleh Kakeknya kesampaian, jangan sampai tidak. Karena Kakek nya adalah orang yang sangat menyayanginya selama ini.

"Darimana kamu tahu kalau aku cocok dengan ide konyolmu itu?" Alea menatap sinis Sean, hatiku rasanya kesal sekali, kenal juga tidak main ngajak nikah.

"Aku tahu semua tentangmu, namamu Alea Ananta, aku juga tahu saat ini Ibumu sedang sakit dan butuh biaya banyak untuk operasi, semua tentangmu aku tahu Alea," sergah Sean Pranata Hutama dengan santainya.

Sean adalah anak pertama dari Natan Hutama dan Sintia Dewi, ia punya adik laki-laki yang saat ini di luar negeri mengurus bisnis keluarga Hutama, Sean adalah cucu pertama dan paling tua, ia selalu di gadang-gadang agar segera menikah dan punya anak untuk menjadi calon pewaris nanti.

"Aku tanya, kamu tahu darimana?" tanya Alea sangat penasaran.

"CCTV ku dimana-mana," jawaban singkat yang membuat Alea semakin kesal.

Tringgg

Saat ponselnya berdering, buru-buru Alea mengangkat telpon itu karena itu telpon dari rumah sakit.

"Hallo Nona Alea, Ibumu harus segera melakukan operasi, jika lebih lama lagi maka akan semakin parah penyakitnya," kata Dokter yang menangani Ibunya dari seberang sana.

Alea sangat takut kehilangan Ibunya, jika Papanya sudah entah kemana? Alea saja tidak tahu dimana Papanya?

"Lakukan operasinya sekarang Dok! Untuk biaya agak segera saya bayar semuanya," kata Alea pasrah.

"Baik Nona," jawab Dokter dan sambungan telepon terputus.

Alea kembali menatap Sean, helaan nafas cukup berat tapi hanya laki-laki ini hanya bisa menolong Ibunya. Entah laki-laki ini adalah malaikat penolongnya atau malah akan menjadi masalah dalam hidupnya, Alea juga tidak tahu yang paling penting sekarang adalah Ibunya.

"Kita ke rumah sakit sekarang!" ajak Alea, Sean mengangguk.

Mereka berdua pergi ke rumah sakit naik mobil Sean, yang nyupir juga Sean. Di perjalanan menuju ke rumah sakit, Alea tak berhenti berdoa agar operasi Ibunya berjalan dengan lancar.

Setelah sampai di rumah sakit, Alea dan Sean menunggu di ruangan tunggu depan ruangan operasi.

"Aku selesaikan bagian pembayaran dulu," kata Sean, tanpa bertanya lebih pada Alea karena ia sudah tahu semuanya tentang sakitnya Ibunya Alea, tentu aja Sean punya orang dalam di rumah sakit ini, entah itu siapa?

Sean menyelesaikan semua pembayaran operasi dan obat-obatan lainnya.

Bersambung

Terimakasih para pembaca setia

Bab 2. Alea & Sean

Setelah beberapa jam akhirnya operasi selesai, Dokter keluar dari ruangan operasi dan Alea sudah menunggu di depan ruang operasi, Sean juga ada di situ.

Perasaan kawatir dan takut kini menyelimuti hati Alea. Saat ini ia hanya punya Ibunya, ia takut jika operasi Ibunya gagal, lalu di dunia ini aku hidup sama siapa? Aku tidak mau hidup sendirian di dunia Tuhan.

"Alea," panggil sang Dokter yang sudah tidak muda lagi, rambutnya saja sudah beruban tapi Dokter ini masih terlihat gagah dan tampan.

Debaran jantung Alea cukup kencang, ia takut, deg-degan juga iya dan berharap operasi Ibunya berhasil.

"Iya Dok," buru-buru Alea beranjak dari tempat duduknya. "Bagaimana Dok kondisi Ibuku?" Alea menatap sang Dokter penuh rasa kawatir.

"Operasinya berjalan lancar, kamu tenang ya! Nanti Ibumu akan segera di pindahkan ke ruang rawat," kata Dokter dan Alea mengangguk.

Aku bisa bernafas dengan lega, Ibuku sudah di operasi, terimakasih Tuhan engkau sudah mengirimkan dewa penolong untuk Ibuku, ya biarpun syaratnya konyol untuk di turuti. Tapi apakah benar dia dewa penolongku? Entahlah lihat saja nanti ke depannya akan seperti apa? Saat ini uang begitu penting bagiku, aku tidak peduli biarpun aku harus melakukan hal konyol di dunia ini. Termasuk mempermainkan sebuah pernikahan, sungguh aku juga tidak mau tapi ini adalah jalan satu-satunya.

"Ibumu sudah melakukan operasinya, sekarang aku mau minta imbalan yang aku katakan tadi," kata Sean, tanpa menatap Alea.

Baru merasakan nafas lega, menghirup angin dengan bebas. Tuhan cobaan apalagi ini?

"Iya aku tidak lupa," kata Alea malas.

"Malam ini kamu ikut aku temui Kakek aku!" ajak Sean, membuat kedua mata Alea membulat sempurna.

"Hey, Ibuku baru saja selesai operasi, dia masih butuh aku untuk menjaganya. Apa tidak bisa tunggu 2 hari dulu?" geram Alea, kesal melihat Sean, ingin sekali menjambak rambut cepaknya.

"Hanya sebentar, tenang saja! Ibumu nanti aku minta suster untuk menjaganya dengan baik, lagian kan cuma sebentar," kata Sean pada Alea.

Alea menghela nafas berat, percuma melawan tidak bakal menang juga dengan manusia datar sedingin es ini.

***

Mirna akhirnya di pindahkan ke ruangan rawat, Alea juga sudah berada di ruang rawat Ibunya.

Mirna adalah Ibunya Alea, ia di tinggal oleh suaminya dari Alea lahir, entah suaminya pergi kemana? Katanya sih nikah lagi sama janda kaya raya, tapi entah itu benar atau tidak? Mirna juga tidak pernah tahu kabarnya sampai sekarang.

"Alea," suara Mirna terdengar pelan, lemas sekali.

"Ibu," sahut Alea yang diiringi tetes air mata bahagia.

Kedua manik mata Ibu dan anak itu saling menatap, ada rasa bahagia yang tidak bisa di ungkapan.

"Alea, kamu dapat biayai darimana untuk operasi Ibu?" tanya Mirna, padahal baru saja sadar tapi ia sangat kawatir pada putrinya, ia takut putrinya sampai berbuat nekad demi kesembuhannya.

"Ibu, Ibu istirahat saja ya! Jangan tanya ini uang darimana? Yang penting Ibu sembuh," ujar Alea. Tidak perlu Ibunya tahu dapat uang darimana? Aku tidak mau Ibuku kepikiran.

Mirna hanya mengangguk pelan, ia berusaha percaya kepada putrinya, ia yakin kalau sang putri mendapatkan semua uang pengobatannya ini secara halal. Ya uang ini memang halal Alea dapatkan, hanya saja ia harus melakukan pernikahan konyol dengan laki-laki kaya raya.

"Sekrang Ibu istirahat ya! Alea ada kerjaan yang harus Alea urus, Bu," katanya dengan nada lembut.

"Kamu masih kerja di kedai kopi?" tanya Mirna pada anaknya.

"Masih Bu, Ibu istirahat ya! Alea masih ada urusan yang harus Alea urus," jawab Alea dengan nada lembut.

Mirna menurut pada Alea, sebelum ia pergi ia juga tidak lupa menitipkan Ibunya kepada suster yang menjaga Ibunya, suster itu adalah suruhan Sean.

Setelah Alea berlalu keluar ruang rawatnya, Mirna memejamkan kedua matanya untuk istirahat.

Berharap dirinya akan segera pulih agar biaya RS tidak semakin besar, kasian Alea pasti dia harus berjuang sendirian.

"Bagaimana sudah selesai?" suara yang tidak asing itu terdengar nyaring di telinga Alea, suara siapa lagi kalau bukan suara Sean? Entah berapa lama laki-laki tampan ini menunggu Alea, karena malam ini juga ia mau mengajak Alea bertemu dengan Kakeknya.

"Dasar laki-laki aneh, kau mengangetkanku saja," cetus Alea bersungut-sungut.

"Lama, ayo cepat ikut aku! Kita bertemu dengan Kakek aku," ajaknya tanpa permisi Sean langsung menarik satu tangan Alea.

Alea hanya diam, ia terponggoh-ponggoh mengikuti langkah kaki Sean, yang menurutnya langkah kakinya begitu cepat.

Entah akan seperti apa pertemuannya dengan Kakeknya Sean nanti?

Bersambung

Terimakasih para pembaca setia

Bab 3. Bertemu Kakek

Sean tiba-tiba menghentikan langkah kakinya di sebuah ruangan RS, iya ruangan itu teletak di lantai 2 yang ada di RS yang sama dengan tempat Ibunya Alea di rawat.

Inilah kenapa Sean mengatakan pada Alea, kalau brtemu Kakeknya hanya sebentar saja dan ternyata Kakeknya Sean di rawat di RS yang sama juga dengan Ibunya Alea.

Alea cukup deg-degan, debaran jantungnya mendadak sangat cepat dan seperti akan copot.

"Hey, kenapa kamu diam saja?" tanya Sean, melihat Alea malah terdiam cukup lama membuat dirinya kebingungan, ada apa dengan gadis yang ada di hadapannya ini?

"Eh iya, aku..."

"Sudah ayo masuk! Kakek sudah tidak sabar untuk brtemu dengan calon cucu menantunya, ingat berakting dengan baik!" Sean dengan cepat memotong kata-kata Alea, lalu menarik Alea masuk ke dalam ruangan inap Kakeknya.

Sesampainya di dalam ruangan rawat sang Kakek, Sean melihat sang Kakek sedang tidur, karena mendengar langkah kaki seseorang Kakeknya Sean membuka kedua matanya secara perlahan.

Samar-samar ia melihat Sean, ia meraih kacamatanya yang ada di atas nakas meja dekat bankar. Lalu memakainya agar penglihatannya jelas, setelah memakainya ia melihat gadis yang berdiri di belakangnya Sean.

"Sean, apa itu calon cucu mantuku?" tanya sang Kakek samar-samar, tapi kedua matanya terlihat berbinar senang.

"Iya Kek, ini adalah calon istriku," jawab Sean.

"Maafkan aku sayang, dalam hatiku hanya ada kamu dan gadis ini hanya aku nikahi secara kontrak, setelah kamu pulang dari luar negeri sana aku akan bercerai dengannya," batin Sean dalam hatinya.

Hutama mengangguk senang, Alea mendekati Kakeknya Sean lalu ia menyalami tangan Kakek Hutama dengan sopan.

"Siapa namamu, Nak?" tanya Hutama dengan nada lembut, terdengar lemas karena kondisinya belum sehat.

"Nama aku Alea, Kakek," jawab Alea dengan sopan.

"Kamu sungguh menyayangi Sean, Nak?" tanya Hutama, tatapan matanya cukup serius.

Alea terdiam, ia bingung harus menjawab apa? Haruskah aku berbohong pada Kakek Hutama? Kasian beliau sedang sakit, tapi cucunya ini malah ngajak main drama konyol.

"Kek, Sean sangat menyayangi Alea. Makanya Sean mau menikah dengan Alea," jawab Sean dengan gugup dan cepat. Jangan sampai Kakek curiga padaku.

Kedua mata Hutama menatap Sean, lalu berganti menatap Alea dengan lembut.

"Alea, Kakek bertanya padamu. Jawab Nak! Apakah kamu mencintai Sean?" sekarang Kakek Hutama malah mempertanyakan cinta pada Alea.

Sean menyikut lengan tangan Alea, membuat Alea kesal. "Apain sih manusia nyikut-nyikut?" batin Alea dalam hatinya.

Alea menatap Sean sebentar, lalu Sean memberikan isyarat lewat matanya, ia mengedipkan matanya tiga kali, Alea mengerti maksud dari itu, lalu ia mengalihkan pandangan matanya ke Kakek Hutama lagi.

"Kek, Alea mencintai Sean," katanya dengan nada lembut, padahal dalam hatinya ingin sekali muntah.

Hanya karena uang aku menjadi bodoh, aku bahkan mengatakan cinta pada laki-laki yang tak pernah aku kenal sebelumnya.

"Baguslah jika kalian saling mencintai, Kakek mau kalian segera menikah! Karena Kakek ingin segera punya cicit yang lucu-lucu," ujar Hutama dengan tatapan penuh harapan.

Dalam hati Alea, apa aku terlalu tega pada Kakek Hutama? Aku bahkan sangat bodoh mengikuti drama konyol ini, maafkan aku Kek, sungguh aku butuh uang untuk operasi Ibuku, makanya aku mau melakukan drama konyol ini bersama cucu Kakek ini.

"Kek, tunggu Kakek sembuh dulu ya," tutur Sean dengan nada lembut.

"Kakek sudah sembuh, Kakek malam ini mau pulang. Terus mau tidak mau besok kalian harus langsung menikah!" Hutama menatap serius ke arah Sean.

Hahh besok pagi, Astaga apa Kakek ini sudah gila, lalu bagaimana dengan Mama dan Papa? Mereka kan masih di luar negeri.

Hutama tersenyum seolah ia tahu apa yang sedang di pikirkan oleh cucunya ini.

"Mama dan Papamu sedang pulang dari luar negeri, Jet pribadi Kakek sedang membawa kedua orang tuamu pulang. Jadi tidak ada yang perlu kamu kawatir kan lagi!" kata Hutama dengan senyum senang.

Tanpa basa-basi Hutama memang langsung memerintahkan orang suruhannya untuk pergi menjemput anak dan menantunya yang sedang mengurus bisnis mereka di luar negeri.

"Kakek..."

"Sean saat kamu mengatakan kalau kamu mau membawa calon cucu mantu Kakek untuk bertemu dengan Kakek, saat itu juga Kakek langsung mengabari kedua orang tuamu," dengan cepat Hutama memotong kata-kata Sean.

Sean mengangguk paham, hanya bisa pasrah di saat rencana selanjutnya belum di bicarakan dengan Alea tapi sang Kakek sudah menyuruhnya untuk langsung menikah.

"Sean, malam ini juga ayo kita ke rumahnya Alea. Kakek akan melamar kan Alea untukmu," ujarnya tanpa basa-basi, Hutama memang lebih suka yang saset.

"Tapi Kek, Ibu Lea.."

"Nak, serahkan semua pada Kakek. Ayo malam ini bertemu dengan Ibumu, agar pernikahan kalian bisa cepat di langsungkan," kata Hutama pada Alea.

Alea hanya mengangguk, Sean mulai gusar, padahal ia rencananya ingin menikahi Alea bulan depan, tapi ini malah besok pagi sungguh sudah seperti di grebek hansip.

"Ibuku ada di rumah sakit ini Kek," kata Alea.

"Bagus jika seperti itu, Sean bawa Kakek ke ruang rawat Ibunya Alea!" pinta Hutama pada Sean.

Sean tidak bisa menolak, akhirnya ia memindahkan Kakeknya ke kursi roda, lalu mendorongnya menuju ke ruang rawat inap Ibunya Alea.

Alea berjalan mengikuti langkah kaki Sean, debaran jatungnya sangat kencang ia takut Mamanya akan kaget, apalagi saat mendengar tentang pernikahan dadakan ini, entah akan seperti apa reaksinya? Aku pun tidak tahu.

"Sus, tolong jagain Kakek sebentar, aku mau ke kamar mandi dulu," kata Sean pada Suster pribadi Kakeknya.

"Kakek sebentar ya, ada yang mau aku bicarakan dengan Alea," pamit Sean lalu ia menarik tangan Alea dan mengajaknya ke kamar mandi.

***

Di depan kamar mandi keduanya saling diam karena sama-sama bingung.

"Kita harus bagaimana?" akhirnya Alea membuka obrolan.

"Ya mau tidak mau pernikahan kita berlangsung besok, kamu tidak usah kawatir cukup akting dengan baik saja! Yakinlah semuanya akan berjalan lancar," ujar Sean pada Alea.

"Ibuku pasti akan kaget, aku takut Ibuku kenapa-kenapa," kata Alea penuh rasa kawatir.

"Semuanya akan baik-baik saja," dengan yakin Sean menyakinkan Alea.

Akhirnya Sean mengajak Alea kembali ke Kakeknya karena jika lebih lama lagi berada disini takut kalau Kakeknya akan curiga.

"Sean, Alea, kalian lama sekali," kata Hutama agak kesal.

"Maaf Kek, tadi Alea sakit perut," alasan Alea yang menurutnya masuk akal.

"Oh kamu sakit perut Nak, tapi sekarang masih sakit tidak?" tanya Hutama penuh perhatian.

"Sudah tidak Kek," sahut Alea dengan nada lembut.

Sean, Alea dan Hutama sama-sama masuk ke dalam ruang rawat Ibunya Alea.

Saat mendengar pintu terbuka Marni perlahan-lahan membuka kedua matanya.

"Ale, mereka siapa?" tanya Marni penasaran.

"Ibu, ini adalah Kakek Hutama dan ini cucunya," jawab Alea dengan nada lembut.

Marni mengangguk, kini Hutama dan Sean sudah berada di dekat Marni, Alea juga duduk di kursi dekat bankar sambil memegangi tangan Ibunya.

"Maaf Tuan, kalian ada perlu apa?" tanya Marni dengan suara yang masih lemas.

Sean hendak menjawab namun belum sempat Sean menjawab Hutama menyikut lengan tangan Sean, lalu memberikan isyarat melalui matanya agar Sean tetap diam.

"Ibunya Alea, kedatangan saya dan cucu saya ke sini karena ingin melamar Alea untuk cucu saya," kata Hutama dengan nada lembut.

"Melamar!"

Marni terkejut, ia menatap Alea meminta jawaban apa maksud dari ini semuanya?

"Ibu, Sean ingin menikah dengan Alea. Apakah Ibu mengizinkan kami untuk menikah?" kata Sean, ia malah menatap Ibunya Alea dengan serius.

"Alea, apakah kamu mau menikah dengan Nak Sean?" tanya sang Ibu, Alea lebih pantas untuk menjawabnya.

"Iya Bu," jawab Alea singkat.

"Jika Alea mau, maka Ibu mengizinkan kalian untuk menikah," pungkas Marni dengan mantap.

Aku tidak tahu kapan anakku pacaran? Tapi di saat ada laki-laki yang datang melamarnya ya dengan senang hati aku menerima lamaran untuk anakku itu, aku sebagai Ibu hanya berharap yang terbaik untuk anakku dan aku lihat Sean juga anak yang baik mudah-mudahan selamanya bisa menjaga Alea.

"Baiklah, pernikahan besok di selenggarakan di ruangan ini saja! Untuk pesta bisa menyusul," kata Hutama. Melihat kondisi Ibunya Alea, jika menggelar pesta besar-besaran pasti belum kuat untuk datang.

Sean malah tersenyum senang, bukannya lebih bagus jika menikah secara tertutup dan media juga tidak akan tahu.

"Iya Kek, yang penting sah," timpal Sean.

Marni tersenyum senang, lalu ia mengusap pucuk kepala Alea. Tidak menyangka tiba-tiba Alea akan menikah.

Setelah mendapatkan izin dari Ibunya Alea, Hutama langsung menelpon seluruh orang suruhannya untuk menyiapkan keperluan untuk pernikahan besok terutama gaun pengantin.

Entah akan seperti apa pernikahan Sean dan Alea nanti?

Bersambung

Terimakasih para pembaca setia

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!