NovelToon NovelToon

One Night Stand With My Crazy Boss

Pembukaan.

Faya mengerjap-ngerjapkan kelopak matanya yang terasa sangat berat. Kepalanya terasa sangat pusing dan perutnya juga mual sekali. Ia berusaha memaksa tubuhnya untuk bangun. Tapi ia lemas.

Dengan mengerahkan seluruh tenaganya, ia berhasil bangun dan duduk di ranjang. Pandangannya yang kabur langsung terang benderang saat mengetahui dimana kini ia berada.

Ruangan kamar mewah bernuansa biru langit itu membuat kesadarannya langsung pulih. Ia tau itu kamar milik siapa. Ia mengerjap dan tidak berani bergerak. Hanya bola matanya saja yang mengedar menjangkau separuh isi ruangan yang bisa ia jangkau. Dadanya bergemuruh hebat. Tiba-tiba sebuah rasa takut menjalari setiap urat nadinya.

Dengan pelan, Faya memaksa kepalanya untuk menoleh saat mendengar suara seseorang melenguh dari balik selimut yang bergerak-gerak di sampingnya. Dan ia tau siapa itu. Itu adalah sang bos. Si pemilik kamar ini.

Faya berusaha mengatur nafasnya yang tersengal akibat terkejut. Kejadian semalam terus berputar di kepalanya. Perlahan, ingatan-ingatan itu kembali berkumpul di memorinya.

Ia ingat. Semalam, ia sudah hampir tertidur saat mendapatkan telfon dari bosnya itu. Pria itu meminta agar ia segera menjemputnya di sebuah bar langganannya karna ia sudah mabuk. Tidak membantah, Faya segera meng-iyakan perintah atasannya itu.

Faya pergi ke bar dengan menggunakan taksi. Sesampainya di bar, ia segera mencari keberadaan bosnya itu yang ternyata sudah teler di atas meja bartender.

“Pak. Bapak gak apa-apa? Ayo saya bantu pulang.”  Faya berusaha membantu bosnya untuk bangun.

“Faya, Faya, Faya.” Racau bosnya.

Faya berusaha sekuat tenaga untuk mengangkat tubuh bosnya itu. Dan untungnya ia berhasil. Walaupun langkahnya terseok-seok akibat beban tubuh bosnya yang tidak ringan, akhirnya ia berhasil membawa bosnya dan mendudukkannya di dalam mobil.

Setelahnya, Faya segera duduk di balik kemudi dan segera melajukan mobil menuju ke arah pulang.

Dan kerepotannya kembali terulang saat ia harus memapah bosnya masuk ke dalam apartemen pria itu. Ia menidurkan bosnya dan melepaskan sepatunya kemudian menyelimuti pria itu.

Setelah selesai, Faya keluar dari kamar dan duduk di meja makan dengan nafas yang terengah. Ia lelah luar biasa. Pun terasa haus. ia kemudian berjalan menuju ke lemari pendingin dan mencari minuman. Ia mengambil botol berisi air teh dan langsung meneguknya sampai habis tak bersisa.

“Emh. Kok pahit? Apa ini udah kadaluarsa?” gumamnya sambil menatapi botol kosong yang ada di tangannya itu. Sisanya sudah terlanjur masuk ke dalam lambungnya. Sudah terlanjur habis. Paling-paling ia akan sakit perut. Begitu fikirnya.

Saat hendak keluar dari apartemen, ia mendengar suara bosnya merintih. Tak banyak menunggu waktu, Faya segera kembali berjalan dan masuk ke dalam kamar bosnya.

Faya mengerjapkan matanya saat tangannya berada di handle pintu kamar. Karna tiba-tiba kelopak matanya terasa sangat berat dan pandangannya mulai bercabang. Kepalanya pusing tujuh keliling dan ia tidak bisa fokus dengan apa yang ada di hadapannya. Tubuhnya menggelinjang kepanasan. Bahkan, langkahnya tak lagi bisa lurus. Dan ia berakhir jatuh di atas dada bosnya.

Faya semakin tidak bisa mengendalikan dirinya. Dalam keadaan seperti itu, ia melihat wajah bosnya yang ternyata sangat tampan itu. Mengusapnya perlahan dan mulai mengecup bibir padat milik pria itu tanpa permisi.

Bosnya terbangun karna mendapatkan gangguan. Saat kesadaran dua manusia itu sudah menghilang dari muka bumi, yang ada hanyalah hasrat tak terelakkan yang menuntut untuk di penuhi.

Sudah pasti yang Faya minum tadi bukanlah minuman teh biasa. Karna sensasi ini baru kali ini dia rasakan. Minuman apa itu? Sehingga membuatnya tak bisa mengendalikan diri dan terus melu mat bibir padat milik sang bos?

**

**

Wajah Faya merah padam mengingat aksi gilanya bersama bosnya semalam. Ia menutup mulutnya dengan mata yang terbelalak tidak percaya. Kelakuan gila apa saja yang sudah mereka lakukan semalam? Kenapa ia tidur satu ranjang dan satu selimut bersama pria itu? Astaga. Faya tidak percaya.

Fikiran Faya berkecamuk. Ia menatapi bagian atasnya yang hanya mengenakan tank top berwarna hitam. Sementara pakaian yang lainnya nampak sudah berserakan di sisi ranjang.

Dengan segera ia memunguti pakaiannya kemudian membawanya keluar dari apartemen bosnya. Beruntung, rumahnya berada di depan apartemen bosnya hingga ia tidak perlu malu akan bertemu dengan orang lain.

Setelah masuk ke dalam rumahnya, Faya berdiri di balik pintu dengan nafas yang memburu takut. Dadanya naik turun akibat di serang berbagai prasangka buruk yang mendera. Sungguh, saat ini ia merasa takut luar biasa.

Pasti telah terjadi sesuatu.

Hanya kalimat itu yang terus terulang di benaknya. Bahkan saat ia mengguyur kepalanya di bawah guyuran shower, fikiran itu tidak mau lepas dari kepalanya.

Benarkah telah terjadi sesuatu?

Tapi, Faya tidak merasakan hal aneh pada tubuhnya. Tidak, atau belum?

Lama sekali Faya berdiri di bawah shower. Berharap kalau apa yang terjadi semalam hanyalah sebuah mimpi saja. Sehingga ia tidak perlu takut seperti ini.

Dasar gila!

**

**

Halo warga! Ketemu lagi di karyaku yang ke 6.

Kali ini aku mencoba suasana baru. Berharap ideku ini masih memiliki daya tarik untuk kalian.

Sekedar bocoran, ini adalah cerita mengenai anaknya Ren-Zinnia. Alias cucunya Rai-Esta. Jangan bosan buat pantengin yaaa...

Berharap kalian sudi meninggalkan jejak di setiap babnya.  Komen dan likenya di persilahkan. Favorit jangan lupa. Kalau ada yang bersedia kasih gift ya alhamdulillah. Tengkyu banget pokoknya.

Yo! Ajakin saudara, temen, tetangga, pacar, selingkuhan, besti, crush dan antek-antek kalian buat baca nih novel. Biar kita ngerumpi bareng di mari.

Selamat membaca ya warga. Semoga masih bisa menghibur kalian dengan kisah sederhana ini.

Love

PiEl

BAB 1. Hanya Upaya Untuk Menyemangati Diri Sendiri.

“Fay!!”

Lengkingan suara Kirani mengejutkan Fayandayu yang tengah menyetrika kemeja putihnya. Hari ini, dia ada wawancara kerja. Dua hari lalu iya di nyatakan lulus seleksi berkas di perusahaan FD Corp yang tersohor itu. Jadi, saat hari masih gelap dia sudah sibuk merapikan pakaian yang akan dia kenakan untuk wawancara.

“Iya, Mbak!!” Jawab gadis yang biasa di panggil Fay itu. Ia segera meletakkan setrika pada tatakan dan berlari menghampiri Mbakak iparnya di dalam kamar.

“Kenapa, Mbak?”

“Ini gak jadi kamu cuci, ya?” Ujar Kirani sambil menunjukkan sebuah gaun bermotif polkadot berwana hijau toska kepada Fayandayu.

“Udah Fay cuci, Mbak. kemaren sore.”

“Tapi kok masih kotor? Ini masih ada nodanya. Padahal aku rencananya mau pakai ini ke arisan.” Gerutu Kirani.

Sedikit kesal, tapi Faya diam saja saat sang kakak ipar menunjukkan noda samar yang ada di pakaiannya tepat di depan hidungnya.

“Sana, cuci lagi. Sampai bersih, ya. Awas kalau enggak.” Ancam kirani.

“Jadi Mbak Kiran gak jadi pakai ini ke arisan?”

“Ya gimana mau pakai, Fay?! Kan kotor?!” Suara kiran bahkan menggema ke seluruh rumah minimalis itu. Padahal, dengan berbicara pelan saja, Faya sudah pasti mendengarnya.

Gadis 25 tahun itu kembali diam. Malas pagi-pagi memulai keributan dengan Kirani. Terlebih, ia malas kalau Kirani sampai mengadu kepada suaminya, alias kakak Faya. Rayuan maut Kirani mampu membutakan mata Iwan bahkan sampai pria itu tega menampar Faya, adiknya sendiri.

Faya keluar dari kamar Kirani kemudian bersegera menyelesaikan setrikaannya. Baru setelah itu ia ke kamar mandi untuk mencuci baju Kirani yang katanya masih bernoda. Padahal, Faya tidak melihat ada noda disana.

Faya menggulung rambut panjangnya hingga menyerupai sanggul di belakang kepala. Menyingsingkan lengan baju sebelum berkecimpung di air yang dingin.

Sebenarnya ia sudah tidak betah tinggal di rumah itu. Tapi, ia masih belum cukup punya uang untuk menyewa kos sendiri. Dan Iwan, selalu melarangnya pindah dari rumah.

Alasannya karna tidak akan ada yang membantu dan menemani Kirani di rumah saat ia pergi bekerja. Iwan merupakan seorang sopir bis lintas Provinsi jurusan Jakarta-Medan. Karna itu ia jarang sekali ada di rumah.

Walaupun pernikahan Kirani dan Iwan sudah menginjak usia 6 tahun, tapi mereka belum di karuniai momongan. Dan saat kesal, Kirani akan melampiaskannya kepada Faya.

Faya tidak punya pilihan lain. Karna Iwan adalah satu-satunya keluarga yang ia punya setelah kematian orang tuanya 5 tahun silam dalam sebuah kecelakaan maut. Jadi, ia berusaha bertahan sekuat dan semampunya sebelum ia mendapatkan cara untuk pergi dan hidup mandiri.

Brakk!!

Saat hendak berdiri, tanpa sengaja siku Faya menyenggol tumpukan ember hingga ember-ember itu terjatuh dan menimbulkan suara berisik.

Kirani yang mendengar itu langsung berlari ke kamar mandi. Ia berkacak pinggang saat melihat ember yang berserakan. Sorot matanya begitu nyalang kepada Faya.

Perasaan Faya sudah tidak enak saat melihat sorot mata kemarahan di mata Kirani. Melihat itu, telinganya otomatis bersiap untuk menerima segala macam umpatan dan cacian yang pasti akan keluar dari mulut sang

kakak ipar.

“Jadi kamu marah aku suruh cuci bajuku?”

Benar saja. Ekspresi yang di tunjukkan oleh Kirani saat ini adalah ekspresi sebelum wanita itu meledak karna amarah.

“Aku gak sengaja, Mbak.”

“Bilang gak sengaja. Bilang aja kamu gak terima aku suruh cuci! Awas aja kalau sampai ada yang pecah, kamu harus ganti.”

Faya diam saja. Ia memilih membisukan mulutnya dan membungkuk untuk memunguti ember-ember itu dan menumpuknya kembali.

“Ya ampun!! Bajuku!” Pekik Kirani membuat Faya menoleh.

Kirani mengambil pakainnya yang tidak sengaja terinjak oleh Faya yang memang suka mengenakan sandal kayu. Mengetahui kesalahannya, Faya hanya bisa ternganga saja. Dan sudah pasti, kemarahan Kirani akan semakin menjadi. Karna Faya tau kalau baju itu merupakan baju kesayangan Kirani. Dan kini, Faya telah merusaknya.

Sial, batinnya.

“Astaga Faya!!!!! Kamu merusak bajuku!!” Pekik Kirani histeris.

“Ma-maaf, Mbak. Aku gak sengaja.”

“Aku gak mau tau. Kamu harus bayar baju ini.” Dengus Kirani sambil terus menatapi bajunya yang nampak robek karna tersangkut sandal Faya.

“Baju ini harganya 700 ribu. Aku gak mau tau, ya. Mana, sini.” Kirani mengacungkan tangannya kepada Faya.

“Tapi aku gak punya uang, Mbak. Kan Mbak tau sendiri kalau aku belum dapat pekerjaan.” Faya berusaha membela dirinya.

“Aku kasih kamu waktu seminggu buat bayar ini baju.” Dengus Kirani. Ia membanting bajunya yang rusak itu ke lantai kemudian pergi dengan membanting pintu kamar mandi dengan sangat keras.

Faya sempat berjingkat sedikit. Walaupun sudah sering, tapi ia masih kaget juga saat mendengar suara pintu di banting seperti itu.

Sudah kepalang tanggung, akhirnya Faya tidak jadi melanjutkan mencuci. Karna sudah basah, dia malah mandi sekalian.

Walaupun kesal, fikirannya harus tetap normal. Hari ini, adalah wawancara kerja. Dan Faya tidak mau merusak peluang terbaiknya itu.

Selesai mandi, Faya mengenakan atasan putih dan celana hitam terbaiknya. Tidak lupa, ia juga mengenakan jas hitam untuk menyempurnakan penampilannya. Menyisir dan mengikat rapi rambut panjangnya di belakang kepala. Terakhir, ia mematut dirinya di cermin.

“Astaga. Udah jam setengah delapan.” Pekik Faya pelan saat ia melirik jam dinding di kamarnya.

Faya harus segera berangkat. Karna jarak rumah dan kantor FD Corp sangatlah jauh. Sekitar 1 jam perjalanan menggunakan kendaraan umum.

“Mau kemana, kamu?” Sinis suara Kirani bertanya. Wania itu sedang duduk di sofa sambil menontotn tv.

“Aku ada wawancara kerja, Mbak.”

“Terus sarapan aku, gimana?” Kirani hampir mengeluarkan khodamnya kembali.

“Udah selesai. Tinggal nunggu nasinya mateng aja. Aku udah hampir terlambat, Mbak. Aku pergi dulu.” Faya segera berlari sambil menjinjing sepatu pantofelnya keluar rumah.

Setelah menutup pintu, barulah Faya mengenakan sepatu itu kemudian berjalan ke arah halte bis yang ada di depan perumahan.

Dalam perjalanan, Faya memutuskan untuk memesan ojek online saja. Ia tidak ingin terlambat di hari penting ini. Kalau naik bis, apalagi di jam kerja begini, sudah pasti bis akan penuh sesak ditambah jalanan yang macet. Dan ia pasti akan terlambat.

Lima menit menunggu, ojek yang di pesan Faya datang juga. Dia segera naik setelah menerima helm dari pengemudi.

Faya ingin cepat sampai di kantor FD Corp. Dengan harapan besar yang terus ia lantunkan dalam hatinya. Semoga, kali ini ia bisa mendapatkan pekerjaan yang gajinya lumayan besar itu. Jadi pegawai rendahan juga tidak apa-apa.

Semoga pengalaman bekerja sebagai kasir minimarket selama dua tahun menjadi nilai lebih untuknya. Lagipula, sayang kalau ijazah s1 nya hanya di anggurkan tanpa mendapat pekerjaan yang setimpal.

Ahh, tidak seperti biasanya, udara kota Jakarta pagi ini terasa sejuk bagi hidung Faya. Setidaknya ia merasa akan mendapatkan kabar baik perihal pekerjaannya ini. Faya sangat percaya diri sekali. Padahal, itu hanyalah upaya untuk menyemangati diri sendiri dan mengusir fikiran buruk akan sebuah kegagalan.

Jangan lupa tinggalkan jejaknya yaaa,,, harap dukung aku. jangan lupa kasih rate bintang 5nya juga...

BAB 2. Berusaha Sampai Mencapai Titik Lelah.

Pukul 08.45, Faya sudah sampai di depan sebuah gedung kantor yang menjulang tinggi. Setelah membayar ongkos ojeknya, ia turun dan berjalan menuju ke arah loby. Ia melihat ada beberapa orang yang berpakaian sama dengannya. Bawahan hitam dan atasan putih.

Segera Faya mengikuti mereka dan berjalan masuk ke dalam gedung.

Bruk!

“Auh.” Pekik Faya saat tanpa sengaja dirinya menabrak seseorang. Seorang pria yang sedang memegang sapu dan pel beserta embernya. Dan sontak, ember berisi air kotor itupun langsung tumpah ke lantai.

“Oh, ya ampun. Maaf. Saya gak sengaja.” Ujar Faya sambil membantu pria itu membereskan sapu dan pel.

Pria muda yang hanya mengenakan kaus oblong berwarna hitam dan celana pendek berwarna krem itu hanya diam saja. Dia kembali mengepel tumpahan air dengan pel dan memerasnya ke dalam wadah.

Sementara itu, beberapa pegawai OB wanita datang tergopoh-gopoh dan menghampiri mereka.

“Ya ampun. Sini biar saya yang bersihkan. Makanya, jangan ganggu orang kerja. Kena karma kan.”  Gerutu wanita itu sambil meminta pel dari tangan si pria muda.

“Gak apa-apa, Nek. Cuma begini doang.”

Wanita pembersih yang di panggil ‘nek’ itu hanya menatap tidak enak melihat pria itu membersihkan lantai seorang diri.

“Kamu! Bukannya kamu mau wawancara? Cepat pergi nanti terlambat.” Desis pria itu kembali.

Walaupun bingung, Faya tetap menuruti peringatan pria itu. Ia tidak mau terlambat wawancara. Fayapun segera pergi dari sana dengan meminta maaf terlebih dahulu.

Ternyata, di dalam lobi, ada seorang karyawan yang mengarahkan mereka untuk naik ke lantai 3 dimana sesi wawancara akan di adakan.

Ada sekitar 50 orang yang ada di sebuah ruangan tunggu yang di sediakan untuk para calon pekerja. Dan Faya salah satunya.

Ting!

Ada pesan masuk ke ponselnya.

‘Semoga beruntung, Fay.’

Faya tersenyum membaca pesan itu. Itu adalah pesan dari sahabatnya, Eva. Segera saja ia membalasnya.

‘Semangatt!!’

Butuh waktu setengah jam untuk Faya di panggil. Ia bersama dengan tiga orang lainnya di persilahkan masuk ke dalam sebuah ruangan.

Disana, sudah duduk tiga orang pria berjas dan seorang wanita muda yang nampak anggun. Sepertinya mereka adalah para petinggi perusahaan. Tapi, ada satu kursi yang kosong.

“Silahkan duduk disini.” Pegawai wanita yang mengantarkan mereka mempersilahkan untuk duduk. Faya duduk di kursi paling pinggir.

“Silahkan perkenalkan diri kalian.” Ujar salah seorang pewawancara pria. Ia menunjuk pelamar pria  yang duduk di ujung lainnya.

Selama sesi tanya jawab dari tiga orang yang duduk bersama Faya, jawaban mereka hampir sama saat di tanya mengapa mereka tertarik untuk bekerja di perusahaan FD Corp itu. Mereka dominan memuji perusahaan hingga terkesan menjilat.

Setelah menunggu lama, akhirnya giliran Faya tiba. Ia segera memperkenalkan dirinya.

“Nama saya Fayandayu. Saya lulusan sarjana manajemen di Universitas X. Saya sangat berharap dapat di terima di perusahaan ini.”

“Jadi, kenapa anda tertarik bekerja di perusahaan kami?”

Saat tiba di pertanyaan umum itu, Faya terdiam sejenak. Ia menatapi satu-persatu pewawancara yang ada di hadapannya. Kemudian ia menarik nafas dalam.

“Boleh saya menjawab jujur, Bu?”

“Oh, ya. Silahkan. Kami memang mengharapkan kejujuran anda.”

“Saya ingin bekerja disini karna saya harus menyambung hidup.”

Mendengar jawaban nyeleneh dari Faya, sontak semua orang menatap heran padanya. Termasuk pelamar yang lainnya.

Cari mati, fikir mereka.

“Saya butuh pekerjaan untuk melanjutkan hidup saya. Kalau ibu menerima saya bekerja disini, asalkan di bayar, saya pasti akan melakukan semua pekerjaan dengan sangat baik.”

Seketika suasana menjadi hening. Pewawancara wanita itu bahkan nampak ternganga dengan jawaban Faya. Sepertinya dia baru ini mendapati calon karyawan yang nyeleneh seperti Faya itu. Dan jawabannya sungguh di luar dugaan.

“Oooo ke. Ternyata motifasi anda adalah uang. Tidak apa-apa. Toh kita semua ada di sini memang karna menginginkan sejumlah uang. Terimakasih atas kejujuran anda. Kalian sudah boleh pergi.” Perintah wanita itu kembali kepada mereka.

Setelah keluar dari ruangan, Faya mengelus dadanya yang serasa hampir meledak. Sebenarnya ia sangat gugup saat di dalam tadi. Mengingat ekspresi pewawancara tadi, Faya jadi merasa menyesal karna sudah memilih jawaban itu.

Tapi semuanya sudah terlanjur. Tidak ada yang bisa Faya lakukan selain berharap dan berdoa semoga ia menjadi salah satu yang di terima.

Para pelamar kembali ke ruang tunggu. Mereka di beritahu untuk menunggu selama satu jam setelah semua selesai di wawancara. Karna hasilnya akan di umumkan nanti.

Selama dua jam berikutnya, Faya menanti dengan harap-harap cemas. Setiap detiknya ia merutuki mulutnya yang telah bebas berbicara lain dari yang lain.

Jeglek.

Semua mata tertuju pada pintu ruangan yang terbuka. Seorang pegawai nampak berjalan masuk sambil memegang beberapa lembar kertas.

“Mohon semuanya untuk tenang. Saya akan mengumumkan siapa-siapa saja yang lulus. Tolong di dengarkan baik-baik.”

Dan pegawai itu mulai menyebutkan satu-persatu nama yang lulus wawancara. Faya menggigiti kuku jarinya untuk mengusir rasa gugup yang menyerang. Tapi ternyata itu tidak berhasil membuatnya tenang.

Dan benar saja, sampai akhir namanya tak di sebut oleh pegawai itu.

“Selamat buat yang lulus. Nanti, kami akan menghubungi kalian masing-masing untuk memberitahu di divisi mana kalian akan di tempatkan. Dan yang belum lulus, silahkan dicoba kembali lain waktu siapa tau rezeki. Terimakasih atas perhatiannya.”

Pegawai itu melangkah keluar meninggalkan ruangan. Membawa seluruh rasa percaya diri Faya menghilang di balik pintu besar itu.

Ternyata hari ini tidak berjalan baik seperti yang di harapkan. Ini adalah kegagalan Faya yang ke 8.

Sudah 8 kali ia melamar di perusahaan selama dua tahun setelah ia lulus. Sambil bekerja di minimarket, Faya selalu mengambil kesempatan untuk mendaftar di perusahaan yang lebih besar. Yang tentunya gajinya juga lumayan.

Dan ternyata, kali ini juga dia belum berhasil mendapatkan pekerjaannya. Dia selalu gagal di sesi wawancara. Padahal sudah segala jenis jawaban ia utarakan. Dari yang formal, sampai yang tidak masuk akal. Tapi memang belum rezekinya. Mau bagaimana lagi? Ia hanya bisa terus berusaha sampai mencapai titik lelahnya.

Ya, sebagian orang tidak pernah berhasil walaupun sudah berusaha mati-matian untuk mencapai tujuan. Dan Faya adalah salah satunya.

Faya berjalan gontai menuruni satu persatu anak tangga. Ia memilih menggunakan tangga karna tidak ingin kesedihannya di lihat oleh orang lain. Bahunya turun dan wajahnya tertunduk lesu. Ia kecewa. Tapi ia tidak tau kemana harus melampiaskan kekecewaannya itu.

Lutut Faya masih gemetar. Rasanya, ia tidak sanggup untuk melanjutkan melangkah. Memaksa kakinya untuk berjalan adalah bentuk dari penyiksaan diri sendiri. Setidaknya, ia harus menyayangi tubuhnya untuk melanjutkan perjuangannya mendapatkan pekerjaan.

Faya berhenti di tangga lantai dua. Ia duduk di keheningan itu. Duduk di tangga sambil menenggelamkan wajahnya di lutut. Ia ingin menangis, tapi airmatanya tidak mau keluar.

yo! jangan lupa dukungannya.....

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!