# happy reading.....
Hujan yang sangat deras mengguyur kota M di pagi hari.Awan gelap masih menyelimuti pertanda hujan pasti masih akan turun dengan lebat.
Seorang pria dengan snelli dokternya tengah berlari lari di tengah koridor rumah sakit.Dia terus memperhatikan jam yang bertengger di tangan kirinya.Ekspresi panik mulai terlihat dari wajah yang rupawan.
Hari ini adalah hari pertama dia bekerja di rumah sakit elit di kota M.Dia tau saat ini waktu sudah sangat lewat, kata yang tidak pernah ada dalam kamusnya.Tapi hujan yang terus turun dengan deras membuat nya harus rela mengisi kamus itu adalah dengan kata yang sangat dia benci.. terlambat.
Tok.. tok.. tok.. (suara pintu di ketuk).
Perlahan pria tadi membuka pintu, semua mata tertuju ke arahnya.
"Maaf dok, saya terlambat." Begitulah kata pertama yang di ucapkan setelah pria tadi masuk ke dalam ruangan.
Ruangan itu adalah ruang rapat,di mana semua dokter yang bekerja di rumah sakit tersebut sedang mengadakan rapat tertutup.
Sejam kemudian rapat selesai.Sebelum mereka meninggalkan ruangan,direktur rumah sakit memperkenalkan seorang dokter dengan wajah yang masih asing di antara mereka.
"Saya minta perhatian nya sebentar.Hari ini kita kedatangan teman sejawat yang baru bergabung dan akan menjadi bagian dari keluarga besar Rumah sakit Internasional Grahatama..bisakah anda memperkenalkan diri? "
Pria tampan dengan tinggi lebih dari seratus delapan puluh senti itu berdiri.Tubuh tegap proporsional idaman para wanita berjalan perlahan mendekati podium.
"Assalam'alaikum warahmatullahi wabarakatuh dan selamat pagi.Terima kasih saya ucapkan kepada bapak direktur rumah sakit Internasional Grahatama yang sudah mau menerima saya di rumah sakit yang merupakan impian para dokter dokter di luar sana,dan terima kasih juga untuk kakak senior teman sejawat yang sempat hadir di ruangan ini.Nama saya Abian Hamizan.Saya dokter yang akan menggantikan dokter Nina."Perkenalan singkat dari seorang pria bernama Abian Hamizan.
Di lain tempat di rumah sakit tersebut tepatnya di ruang perawatan khusus yang melayani pasien dengan kelainan atau gangguan otak dan sistem saraf atau biasa di sebut dengan neurologi, seorang perawat sedang berjalan mondar mandir di depan nurse station dengan wajah yang menahan amarah.Teman sesama perawat yang sedang bertugas dengannya hanya bisa diam, tidak ingin mengeluarkan sedikitpun suara,dia takut kemarahan perawat tadi yang merupakan senior di ruangan itu akan berimbas kepada mereka.
Perawat senior yang tengah ngedumel itu jadi tontonan rekan sejawatnya.Tidak ada juga yang berani melarang, mereka tau bagaimana seorang Rayyana Adistira bila sudah marah seperti saat sekarang ini.
Dari arah luar Abian datang di dampingi seorang mahasiswa jurusan kedokteran atau coass yang masih sangat muda berjalan memasuki bangsal perawatan.Belum sempat dia memperkenalkan diri, Rayyana sudah lebih dulu mengeluarkan senjata mematikan sampai membuat lawan tidak bisa berkutik.
"Apa anda residen neurologi yang baru?" dia bertanya dengan wajah yang mulai memerah menahan amarah.
"Itu.. saya... "
"Apa anda tau ini sudah jam berapa?Saya paling tidak suka bekerja dengan orang yang tidak menghargai waktu seperti anda."Ujarnya ketus.
Abian menatap wanita di depannya yang dia perkirakan masih cukup muda mungkin berkisar di usia tiga puluhan dengan perawakan tinggi,kulit putih menggunakan seragam coklat dengan jilbab berwarna senada yang merupakan pakaian khas rumah sakit Internasional Grahatama, dan tentunya wanita yang sangat cantik tapi sayang dia sedang berbicara dengan sindiran yang cukup pedas dan nyelekit padanya. Nyalinya jadi sedikit menciut, padahal dari jauh dia sudah memasang senyum manis dengan harapan dia akan di sambut dengan baik, tapi sayang ekspektasi tidak sesuai dengan realita.
"Kak Ray.. sudah.. " Seorang perawat rekan Rayyana datang menghampiri,mencoba menghentikan Rayyana yang sedang mengomeli seorang dokter yang baru pertama kali mereka lihat.
"Ini sudah menjelang siang dan anda baru datang, dari tadi pasien sudah menanyakan keberadaan dokternya dan kami di sini harus memulai dengan kebohongan kebohongan untuk menenangkan mereka."
"Tapi kenapa harus berbohong."Timpal Abian memasang wajah polos karena tidak paham situasi sama sekali.
"Itu untuk menyelamatkan nyawa anda dari amukan mereka,meskipun kami yang harus merasakan dampak dari kebohongan yang kami buat sendiri.Oh,, jadi maksud anda kami harus mengatakan kalau dokter sedang mengadakan rapat ,dokter nya kena macet,lagi ada urusan mendadak dan sebagainya,basiiii....padahal kami juga bingung entah di mana anda anda ini berada."
"Di sini anda hanya datang paling lama sejam,visit pun paling perorang nya semenit selesai.tapi tidak dengan kami, kami melayani mereka selama 24 jam,mereka itu sudah kami anggap seperti keluarga, seandainya profesi kami bisa memberi terapi yang tidak akan melanggar kode etik, itu sudah kami berikan tanpa harus menunggu kedatangan seseorang yang bergelar dokter seperti anda.....!!!gila yaaa......
Rayyana meninggalkan dokter tampan tersebut setelah melampiaskan kekesalan nya.
dokter Abian terdiam, dia tidak pernah menyangka, sambutan pertama di bangsal khusus untuk perawatan spesialisasinya sungguh tragis, dan dia yakin perawat yang marah marah itu pasti adalah perawat senior, dan tidak bisa di pungkiri pasti dia akan terus bertemu dengannya setiap hari.
" sial sekali aku hari ini..... sudah telat karena hujan,sekarang bertemu perawat yang galaknya luar biasa."batin Abian.
"Maaf dok, silahkan duduk." seorang perawat mempersilahkan Abian untuk duduk di kursi yang di sediakan.
"Terima kasih." jawabnya ramah.
"oh iya, tadi itu namanya siapa?" Abian bertanya pada salah satu perawat yang berdiri di sampingnya.
"oh...dia kak Rayyana dok, kami biasa memanggilnya kak Ray."
"galak ya, aku jadi takut padanya, dia sudah lama bekerja di sini? " tanya nya lagi.
"dia senior kami di sini, orang nya baik kok dok."
"masa sih, apanya yang baik, buktinya tadi dia memarahi ku habis habisan." kesalnya dalam hati.
"Apa anda dokter PPDS( Program Pendidikan Dokter Spesialis)neurologi yang baru di sini?" tanya salah seorang dari mereka.
"bukan, saya dokter spesialis neurologi yang akan bersama kalian setiap hari.dan hari ini adalah hari pertama saya bekerja di sini.
" Aduhhh,, maaf dok, kami tidak tau."
"Tidak apa, nama saya dokter Abian."Abian memperkenalkan diri.
"kalau boleh tau kenapa temanmu tadi marah marah seperti itu, saya sebagai dokter merasa wajar saja kalau kami datang terlambat,rata rata di sini kan dokter bukan bekerja di satu rumah sakit, jadi kemungkinan besar mereka sedang visit di rumah sakit lain."tanya Abian penasaran. terus terang selama dia menjadi dokter mau itu sebelum dan setelah selesai sekolah spesialis tidak pernah ada satu orang perawat pun yang pernah mengeluarkan makian seperti tadi.
"tadi kak Ray habis melakukan resusitasi di kamar pasien dok,pasien itu pasien yang di tangani dokter Anton,dari tadi kak Ray menghubungi dokter Anton, tapi ponselnya tidak di angkat.mungkin tadi kak Ray mengira anda residen, maka dari itu dia langsung marah tanpa tau siapa anda sebenarnya."
"kak Ray hampir kena bogem mentah dari keluarga pasien yang dia tolong, karena mengira kami tidak menghubungi dokter, padahal sudah puluhan kali kami mencoba tapi dokter Anton tidak pernah mengangkat telpon dari kami, untung kak Ray mampu menghadapi masalah yang urgent tadi.
"apa pasiennya selamat? "
"alhamdulillah dok, baru saja kami dorong ke ICU untuk penanganan yang lebih lanjut, kami harap sih pasien bisa selamat."ujar perawat yang bertubuh sedikit berisi.
"kak Ray tidak menerima alasan dalam bentuk apapun,apalagi dokter Anton, setau kami dia tidak bekerja di rumah sakit lain selain di sini, lagian kami sudah buat perjanjian dengan dokter Anton dan dokter Nina kalau visit tidak boleh lewat dari jam sembilan pagi, kecuali beliau menghubungi kami terlebih dahulu apabila memang tidak bisa datang atau tiba tiba ada keperluan mendadak.Biasanya residen sebelum nya akan melakukan on call room(istilah dalam dunia medis saat dokter dan perawat berjaga di ruang istirahat bergantian) setiap hari, tapi hari ini tidak ada satupun residen yang datang, itu yang membuatnya bertambah marah." terang perawat yang di panggil suster Devi.
"kalau istilah kak Rayyana sih dok ,kerja itu harus profesional." lanjut Devi, dia adalah salah satu teman baik Rayyana.
setelah mendengar penjelasan dari salah satu perawat, dia mulai paham seperti apa sifat asli wanita yang baru dia ketahui kalau yang mereka panggil kak Ray adalah Koordinator bangsal tersebut.
"mati aku, setiap hari aku harus bertemu dengan nya.. bisa bisa nervus ke delapan ku tidak berfungsi dengan baik mendengar ocehan nya tiap hari."
...****************...
Rayya sangat murka, dia sampai harus keluar dari ruangan untuk meredakan amarahnya.sebenarnya semua bisa di bicarakan dengan baik baik, tapi entah kenapa hari ini emosi berhasil menguasai jiwanya.
Setelah menenangkan diri.dia kembali ke bangsal.suasana mulai kondusif, sudah tenang seperti biasa.dia melangkah kan kakinya menuju ruangan para perawat untuk beristirahat.
ekor matanya menangkap sosok tampan yang sedang sibuk dengan rekam medis yang menumpuk di atas meja.tidak ada sapaan, dia langsung masuk ke dalam ruangan.
Abian menoleh ke arah Rayya yang hanya terlihat punggung nya saja.
"acuh sekali, apa dia tidak bisa meminta maaf?"batinnya.
di dalam ruangan istirahat, perawat yang bertubuh sedikit berisi yang di panggil Lia mendekati Rayya.
" kak Ray, ternyata yang duduk di luar itu bukan residen, tapi dokter baru yang menggantikan dokter Nina,namanya dokter Abian."
"oo iya.. bagus dong,ini sebagai pengingat untuknya supaya lain kali dia bisa tepat waktu dan tidak menghilang di telan bumi saat di butuhkan seperti dokter Anton." dengan santai dia menjawab sambil memasukkan roti ke dalam mulutnya.
selesai dengan roti keju kegemaran Rayya,karena sekarang sudah masuk waktu dzuhur Rayya bergegas menunaikan tugas sebagai seorang muslim.Rayya mengambil air wudhu, namun untuk ke mushola dia harus lewat di hadapan Abian yang masih stay di nurse station.
sama seperti tadi dia hanya melintas, tidak ada sapaan, bahkan senyum tipis sekalipun tidak ada.
"apa koordinator mu itu sangat cuek dan acuh pada orang sekitar nya?" Abian mengeluarkan unek unek nya pada Lia, mereka mengghibah setelah Rayya sudah melangkah jauh mendekati mushola.
setiap ruangan di rumah sakit ini memang memiliki mushola.jadi memudahkan para pengunjung untuk melakukan ibadah tanpa ada gangguan.
"bukan cuek dok, lebih tepat nya dia itu tegas dan disiplin, itulah kenapa kak Rayya bisa jadi leader kami di ruangan ini, dokter kan tau, seberapa ribetnya merawat pasien dengan masalah gangguan sistem saraf, kami butuh kesabaran ekstra.apalagi di bangsal ini pasiennya banyak dok, kadang kami harus merawat lebih dari lima puluh orang dalam sehari,coba dokter bayangkan bagaimana pusingnya kak Rayya mengatur semuanya." terang Lia panjang lebar.
"pantas dia tidak bisa mentolerir sedikitpun kesalahan, karena memang dia terlatih untuk merawat pasien dengan keluhan yang beragam, wajar lah kalau tadi dia melampiaskan kemarahannya padaku, dia pasti sangat stres menghadapi pasien, keluarga dan tentu rekan rekan satu ruangan dengannya yang pasti punya karakter yang berbeda."batin Abian.
Di hari pertama Abian bekerja dokter Nina sudah meninggal kan banyak PR untuknya.butuh waktu sekitar dua jam mengelilingi bangsal dan memeriksa pasien di sana.
Dia di temani Lia dan Devi melakukan visit(kunjungan ke pasien).setengah perjalanan, koordinator mereka bergabung.
" Sudah waktunya pulang Lia, sini biar saya yang ganti."
"tidak apa kak, pasiennya juga sisa sedikit." ujar Lia sopan.
"Kalau kamu sudah ingin pulang, dan visit nya masih lama, panggil saya saja."
"Iya kak.. "
Rayya meninggalkan mereka, Abian menatap punggung wanita yang memarahinya tadi pagi sampai menghilang dari balik pintu.
"Dia pulang jam berapa?" tanya Abian yang masih menatap kepergian Rayya.
"jam lima sore dok, kalau hari sabtu cuma setengah hari dan minggu nya kak Rayya off."
Abian melanjutkan kan pekerjaannya yang tersisa sedikit.setelah selesai,dia meninggalkan bangsal menuju tempat praktek nya.
,,,,,,,,,,
Jam setengah enam sore,pajero sport keluaran terbaru meninggalkan pelataran parkir rumah sakit internasional grahatama.wanita yang duduk di belakang kemudi mobil tersebut terlihat sangat anggun dan berkelas.dari jenis kendaraan nya menandakan bahwa kehidupan sosial yang di miliki wanita tadi sangatlah mapan.wanita itu menghentikan sementara kendaraan nya,membuka kaca mobil dan menyapa dengan sopan security yang menjaga di pintu depan.
"selamat sore pak." sapa Rayya.
"Sore juga bu Rayya, ibu baru mau pulang?"tanya nya dengan ramah.
" Iya Pak, kerjaan nya lagi banyak.ini ada sedikit makanan untuk bapak sama temen nya, di makan ya pak.. "sambil mengulurkan kantong berisi tiga kotak nasi dan di berikan pada security yang sudah bekerja cukup lama di sana.
" makasih banyak ibu Rayya...semoga selalu di beri kesehatan dan di limpahkan rejekinya."dengan senyum ramah dari wajah tuanya dia mengambil makanan yang Rayya berikan.
" sama sama,aamiin...saya pulang dulu ya pak..."
"iya bu, hati hati di jalan."
Mobil Rayya melaju membelah jalan raya yang sangat padat di sore hari, maklum, sekarang adalah jam pulang kantor jadi wajar kemacetan terjadi di mana mana. biasanya dia akan pulang setelah shalat maghrib di rumah sakit karena tidak akan bisa dia sampai tepat waktu di rumah dan menjalankan ibadahnya jika terjebak macet seperti ini.
Tapi hari ini,adalah hari spesial, suami tercinta yang tugas dari luar kota akan pulang setelah satu minggu berpisah dengannya.dia ingin pulang cepat ke rumah, memasak makanan kesukaan sang suami, menunggu kedatangan nya seperti hal nya wanita wanita di luar sana yang menunggu kedatangan pencari rejekinya pulang kembali ke rumah.
Allah seperti nya menjabah doanya,walaupun padat tapi tidak semacet di hari hari sebelumnya.
mobil nya memasuki perumahan di kawasan elit kota M.memarkir cantik kendaraan di garasi mobil.sesuai dugaan,suaminya belum pulang dari luar kota.
Rayya terlebih dahulu membersihkan dirinya.seharian di rumah sakit membuat tubuhnya terasa lengket,apalagi tadi dia habis mengeluarkan api dalam mulutnya dan menyembur dengan keras dokter tampan yang di kiranya residen pengganti yang baru datang. sebenarnya di dalam hatinya ada rasa bersalah yang sangat besar untuk dokter yang akan bersama nya selama bertugas di bangsal neurologi.tapi kepalang tanggung,mau minta maaf juga rasanya enggan.
"hhhhhhh..... " Rayya menghela nafasnya kasar.mengingat kejadian tadi membuatnya sedikit frustasi.
"sebenarnya apa yang telah ku lakukan, kenapa aku bisa se emosional itu tadi?kasihan juga dokter Abian, tidak tau masalah jugaa... sudahlah, besok aku harus minta maaf padanya.masa iya aku harus mendiami nya terus, tiap hari ketemu dia, mana bisa tidak bertegur sapa, bisa bisa mulutku jadi jamuran."
"Sebaiknya aku ke dapur, tidak lama Mas Reza pulang,sudah lama aku tidak menyiapkan makanan untuknya." dengan wajah yang ceria dia berjalan menuju ke dapur yang berada di lantai bawah.bahan makanan dia keluarkan dari dalam lemari pendingin. walaupun terasa lelah, tapi itu sudah konsekuensi untuk wanita bekerja seperti nya.dia harus bisa membagi waktu antara keluarga dan pekerjaannya.
satu jam dia berkelahi dengan segala macam peralatan dapur,akhirnya makanan kesukaan suami nya sudah tersaji dan tersusun rapi di atas meja makan.
sambil menunggu kedatangan Reza, dia kembali ke kamar, mengganti baju dan sedikit berhias agar terlihat cantik dan wangi.dia tidak ingin suaminya mencium bau bawang yang melengket di tubuhnya karena aktivitas memasaknya tadi.
Jam sepuluh malam, suara deru mesin mobil terdengar dari luar.
"Itu pasti Mas Reza."
Rayya berlari dan membuka pintu, senyum indah tersemat di bibir nya melihat kedatangan Reza.
"Hallo sayang.. " Reza turun dari mobil dan memeluk Rayya.
"Kok hallo, harusnya ituuu..assalamu'alaikum bidadari surgaku, begitu Mas.. "Rayya memeluk Reza dengan erat begitupun sebaliknya.
ha.. ha.. ha.. Reza tertawa, dia sungguh rindu dengan tingkah menggemaskan Rayya.
Mereka masuk ke dalam rumah sambil bergandengan tangan.
"Mas mau bersih bersih dulu, atau mau langsung makan."ujar Rayya.
" Mas ke atas dulu, pengen ganti baju, gerah soalnya."Reza melepas tangannya dan berjalan ke lantai dua menuju kamar mereka.
"Aku tunggu ya Mas.. " teriak Rayya, karena Reza sudah jauh dari jangkauan nya.
"Iiyyyaaaaa...... "
Reza menutup pintu, mengunci dari dalam,dia duduk di pinggir tempat tidur,menatap cincin pernikahannya dengan Rayyana.
"Haruskah aku akhiri pernikahan ini,, tapi aku juga masih mencintai mu Ray... " Reza menggusar rambutnya dengan kasar.
...****************...
Rayyana Adistira Hutomo, itulah namanya, wanita cantik dan smart lulusan S2 magister keperawatan.Dia terlahir dari keluarga yang sangat terpandang, Ayahnya seorang perwira TNI berpangkat kolonel, sedangkan ibunya dulu adalah perawat sepertinya, tapi setelah Rudi Hutomo,ayah Rayya naik jabatan dan berpindah pindah kota, dia memilih untuk tidak melanjutkan pekerjaannya dan mengabdi sepenuhnya kepada sang suami.
Masa SMA,dari sekian banyak siswa, dia terpilih mengikuti program studi kedokteran dari kampus bergengsi di kota tempat tinggalnya.Tapi dia menolak,dan lebih memilih menjadi seorang perawat.awal mula dia menyukai profesi yang sangat mulia itu kala eyangnya sakit dan di rawat di rumah sakit, seorang perawat yang sangat baik selalu datang mengunjungi sang eyang di dalam kamar perawatan,walaupun dia tidak melakukan apa apa hanya menemani eyang kami mengobrol itu sudah membuat eyang kami sangat bahagia. eyang mengatakan,"sepertinya aku tidak butuh obat sekarang,berbicara dengan nya saja sudah mengurangi sakit ku.dia sangat baik, mampu membuatku tertawa dan melupakan sejenak penyakitku,aku sangat menyukainya."itulah kata kata eyang yang masih terus berputar dikepala nya. Lagian dulu Rayya kecil sering di bawa nyonya Erika,ibunya ke rumah sakit saat dia masih aktif bekerja, jadi sedikit banyak rasa cinta pada profesi perawat sudah mendarah daging dalam dirinya.
Bekerja di rumah sakit Internasional Grahatama adalah impian semua orang,termasuk Rayya.Rumah sakit terbesar dan terlengkap di kota M itu memang menjadi tujuan utama para pencari kerja, bagaimana tidak upah yang mereka bayarkan kepada pegawainya sangat fantastis.Rayyana melamar pekerjaan sama seperti yang lain, tidak ada istilah jalur A atau B,semua tes dia lewati dengan sempurna. itulah kenapa dia terpilih dari sekian banyaknya pelamar yang mendaftar menjadi koordinator sebuah ruangan yang banyak orang tidak suka,apalagi kalau bukan bangsal neurologi.
sudah hampir sepuluh tahun dia bekerja di rumah sakit tersebut, suka duka menjadi seorang leader semua sudah dia rasakan.Semua rekan yang bertugas dengannya sangat menyukai cara kepemimpinan Rayyana.tapi banyak juga dari mereka yang tidak suka bekerja di bagian tersebut, katanya pekerjaan terlalu sulit, sudah hampir mirip perawatan ICU, di mana mana terdengar suara monitor, tapi karena sang leader bisa merangkul mereka semua akhirnya lambat laun mereka jadi menyukai nya.
Di usia tujuh tahun dia bekerja, di situlah Rayya di pertemukan dengan tambatan hatinya. tidak membutuhkan waktu lama dari berkenalan,mereka memutuskan menikah.
Rayya menikah dengan lelaki pilihan hatinya,Reza Haryaka. sebenarnya orangtua Rayya tidak begitu menyukai Reza,ada sesuatu dalam dirinya yang membuat orang tua Rayya ragu untuk memberikan anaknya, tapi karena Rayya sangat mencintai sulung dari dua bersaudara itu,akhirnya sebagai orang tua mereka mengalah,melepas Rayya untuk Reza, sekarang yang mereka lakukan hanyalah mendoakan agar kehidupan rumah tangga Rayya kelak di berkahi oleh Allah SWT.
Rayyana memiliki seorang kakak laki laki,kakaknya mengikuti jejak sang ayah,mengabdikan diri demi negara tercinta, dan sekarang dia sedang bertugas di daerah perbatasan Indonesia Malaysia. Kakaknya sudah menikah dan memiliki seorang putra yang sangat lucu berumur lima tahun.
,,,,,,,,,
Hari yang indah setelah semalaman kota M di guyur hujan,matahari mengintip perlahan dari balik awan, seperti malu menampakkan wajah cantiknya.
Rayya sudah terbangun dari tadi, walaupun cuaca sangat mendukung untuk ia melanjutkan tidurnya, tapi kewajiban dengan sang khaliq sudah menunggu untuk segera di laksanakan.
"Bangun sayang, waktunya shalat." Rayya membangunkan Reza yang masih terlelap.
"Mmmmm, sebentar sayang, aku masih mengantuk." ujarnya dengan mata yang masih tertutup.
"Tapi nanti waktu nya lewat Mas,ayo cepat bangun!"Rayya menarik selimut yang masih setia menutup sebagian tubuh Reza.
" Iya... iya.. "dengan wajah yangasih menahan kantuk,dia berjalan ke arah kamar mandi, Rayya membersihkan tempat tidur tidak lama setelah Reza bangun, kemudian dia menyiapkan segala kebutuhan suaminya.
Dapur adalah tujuan selanjutnya, tidak ada yang boleh keluar rumah sebelum sarapan, itulah yang dia terapkan untuk keluarganya.
Mereka duduk berhadapan di meja makan yang cukup sederhana,menu nasi goreng dan roti bakar di dampingi dua gelas susu menjadi sangat lezat jika di nikmati dengan orang terkasih.
" Maafkan Mas semalam, Mas terlalu lelah, jadinya tidur duluan."Reza membuka percakapan mencoba menyalahkan dirinya, karena tidak memberi apa yang Rayya inginkan. Sebenarnya semalam dia belum tidur saat Rayya mendekat dan memeluknya.Reza sudah hapal betul kebiasaan Rayya,saat istrinya yang lebih dulu memulai skinship pasti dia menginginkan sesuatu yang biasa di lakukan suami istri, yaitu ibadah malam hari.
"Ayya mengerti kok Mas, Mas pasti lelah.oh iya jam berapa Mas ke hotel hari ini?" tanya nya mengalihkan pembicaraan yang sedikit membuatnya kecewa.
"Sekitar jam sembilan pagi,kamu mau Mas mengantarmu ke rumah sakit?" tawarnya.
"Tidak usah Mas, nanti Ayya berangkat sendiri saja." jawab Rayya.
Jam setengah tujuh, Rayya sudah meninggalkan rumah, menuju rumah sakit.dia harus tiba sebelum setengah delapan,jika tidak, maka dia akan di anggap tidak hadir, dan itu pasti berpengaruh pada absensi dan berdampak buruk untuk penghasilannya.
Mobilnya dia parkir di tempat khusus untuk pegawai rumah sakit Internasional Grahatama.sebelum keluar dari mobil, dia memperbaiki sedikit riasan di paras cantik nya.
Bangsal neurologi berada di lantai tiga rumah sakit,jadi dia harus berjalan lumayan jauh untuk bisa sampai di sana karena jarak tempat parkir kendaraan yang berada di bagian depan gedung tidaklah dekat.
Kesibukan di pagi hari sudah terlihat dari pintu masuk, bangsal neurologi ini di dalamnya meliputi semua bagian terendah hingga termahal dalam perhitungan administrasi rumah sakit.
"Assalamu'alaikum dan selamat pagi." sapa Rayya dengan ramah, senyum manis yang selalu dia perlihatkan setiap hari akhirnya kembali.jauh berbeda dari suasana hatinya kemarin.
Devi datang dan menghampiri Rayya yang sudah duduk di depan nurse station.
"Pagi Kak Ray.. " sapa Devi.
"Pagi Vi... " balas Rayyana.
"Bagaimana keadaan pasien pasien kita hari ini?"lanjut Rayya.
" Alhamdulillah Kak, semua aman.dokter Anton datang pagi pagi sekali membawa lima residen baru.mungkin sudah sampai di telinga nya kalau Kak Rayya kemarin mengamuk,, Hi.. Hi.. Hi..teman yang jaga tadi malam menyampaikan kepada dokter Anton kalau Kak Rayya ingin bertemu dengan nya, tapi dia menolak dengan berbagai alasan.dokter Anton takut kali Kak,takut di semprot.. ha.. ha.. ha.. "Devi tertawa renyah.
"Huss.. ndak boleh gitu, dia itu kan rekan kerja kita, paling juga kalau ketemu, cuma pengen ngingetin, lain kali ndak boleh apatis sama pasien." lanjut Rayya.
"kalau pasien dokter Abian apa sudah di liat juga sama residen?"
"Belum Kak, katanya tunggu dokter Abian datang dulu." ujar Devi.
"Ya sudah, lanjutkan pekerjaanmu."
Devi dan perawat yang lain melanjutkan aktifitas paginya,menyisakan Rayya yang masih sibuk dengan berbagai macam laporan, baik itu harian ataupun bulanan.
"Assalamu'alaikum." ucapan salam seorang pria yang berdiri di depan Rayya yang terhalang meja kerja perawat(nurse station).
"waalaikumsalam salam." Rayya mendongak,melihat dengan seksama siapa yang menyapa dengan suara yang terdengar asing di indera pendengaran,kaget saat melihat pria tampan dengan alis tebal berdiri tidak jauh darinya.
Abian terpana sesaat, memperhatikan wanita yang sudah menyambut kedatangannya kemarin dengan ceramah panjang kali lebar.cantik....kata itu yang terlintas pertama kali di pertemuan mereka yang kedua. "astagfirullah, apa yang ku pikirkan, maaf kan aku Lita." batinnya.
"Dokter Abian, silahkan...mau menulis atau ke pasien dulu?" tanya Rayya,walaupun terdengar sopan tapi ada sedikit kecanggungan dari ucapannya barusan.setiap hari juga dia tidak pernah berbasa basi,dokter Anton yang sudah lama bekerja sama dengan Rayya tau pasti itu, makanya dia tidak berani bertemu dengan Rayya pasca insiden kemarin.
"boleh saya masuk dulu?"
"tentu saja." Rayya menjawab kemudian lanjut mengerjakan laporan yang baru selesai sebagian.
"Silahkan duduk." Rayya mempersilahkan Abian duduk tapi dengan ekspresi seperti orang yang sedang bermusuhan.
Abian mengambil tempat duduk yang agak berjauhan dengan Rayya. "terima kasih."
"di umurku yang ke dua puluh delapan tahun, aku baru pertama kali menemukan wanita cantik yang punya sifat seperti dia,cuek banget, dingin lagi, pantesan dokter Anton merasa terintimidasi." batin Abian sambil menggeleng gelengkan kepala.
Tidak ada perbincangan di antara mereka setelah kalimat terakhir dokter Abian sampai para perawat yang melakukan aktivitas pagi selesai.
...****************...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!