"Yasmin, sertifikat rumah ini mana?". Teriak seorang pria,di dalam kamar. Mengobrak-abrik,seisi lemari baju dan laci-laci.
Yasmin, tengah sibuk memasak. Seketika terhenti, mendengar teriakkan sang suami. "Sertifikat rumah? Untuk apa,mas Faris". Gumam Yasmin, langsung menghampiri suaminya di dalam kamar.
Matanya tertuju pada, baju-baju berserakan di lantai. Baru saja, selesai beres-beres rumah. Tetapi,malah suami yang mengobrak-abrik isi lemari.
"Astagfirullah,mas. Apa yang kamu, lakukan? Lihatlah, baju-baju dan lainnya berserakan dimana-mana. Apa kamu, tidak kasian kepada ku ha? Aku, capek mas ini dan itu". Bentak Yasmin, mengatur nafasnya yang tersengal.
"Alaaahhh....Gitu aja, marah-marah. Yah, bereskan lagi lah. Gitu aja, repot. Gak usah ngomel-ngomel segala, cepat Yasmin. Mana sertifikat rumah,mas mencarinya kemana-mana tidak ada". Faris, menatap tajam ke arah istrinya.
"Mas, untuk apa kamu sertifikat rumah ini? Jangan aneh-aneh,mas". Yasmin, terheran kepada suaminya.
"Aku, ingin menggadaikan sertifikat rumah ini. Untuk biaya resepsi pernikahan, adikku. Sisanya, untuk usaha mas Hamid". Jawab Faris,tanpa memikirkan perasaan istrinya.
Yasmin, terduduk lemas di pinggir ranjang. Dia, ingin menggadaikan sertifikat rumah ini. Hanya untuk, keluarganya saja. "Mas,aku tidak mau. Ngapain juga,ibumu mengadakan resepsi pernikahan mewah dan megah. Toh, uangnya tidak ada".
"Alahhh... Bisa diam, gak? Gak usah, banyak bacot jadi istri. Ayo,mana sertifikat rumah ini. Aku,harus secepatnya menggadaikannya. Toh,aku sama kamu tidak punya uang banyak. Ibuku, membutuhkan uang 50 juta". Bentak Faris,yang mampu mencabik-cabik hati Yasmin.
"Mas,kamu lupa ha? Sertifikat rumah ini, di tempat bapakku". Jawab Yasmin, tersenyum smrik. Beruntung sekali, sertifikat rumahnya berada di tangan orangtuanya Yasmin.
"Apa? Kenapa, di tempat bapakmu ha? Cepat sana,ambil Yasmin. Jangan bertele-tele dan membuatku semakin murka". Faris, terkejut mendengar jawaban dari istrinya. Dia, mengusap rambutnya belakang.
"Ya Allah,mas. Kamu lupa,ha? 5 bulan yang lalu,kamu menabrak ibu-ibu. Orangtuaku saja, yang mau meminjamkan uang untuk kita. Sedangkan keluargamu,mana mas? Jika tidak,kamu masuk ke dalam penjara. Orang itu, meminta ganti rugi 20 juta mas. 20 juta, bukan 20 ribu mas. Bapakku, meminta sertifikat rumah ini untuk jaminannya. Nyatanya, sampai sekarang belum kamu bayar sepersen pun. Lalu,kemana uangnya mas? Sedangkan aku,di beri jatah 1 juta sebulan". Ucap Yasmin,tak memperdulikan buliran air matanya berjatuhan.
"Ck, bapak mu memang perhitungan sekali kepada anak dan menantunya. Aku, tidak peduli Yasmin. Apapun caranya,kamu ambil sertifikat rumah ini. Karena itu,hakku". Tegas Faris,yang tidak tahu malu.
"Mas,bapak sampai menjual sebidang tanah. Cuman demi kamu,mas. Ingat itu, perhitungan dimana nya? Sedangkan keluargamu,apa mereka membantu ha? Nyatanya, tidak mas. Malah, mereka selalu mencaci maki ku. Apapun yang kamu minta,aku tidak akan mengambil sertifikat rumah ini. Rumah ini, milik bapak mas. Dia, membelikan rumah ini sebagai kado pernikahan ku. Jadi, bapakku memilik hak atas rumah ini". Kata Yasmin, tersenyum smrik.
"Istri tidak tahu,diri. Awas kamu, Yasmin". Faris, menunjukkan jarinya ke wajah istrinya. Lalu, pergi meninggalkannya begitu saja.
Yasmin, terduduk lemas dan memijit pelipisnya.
Menatap baju-baju, yang berserakan. Satu persatu,dia memungut dan melipatnya kembali. Dia,menangis kesegukan meratapi nasibnya.
Yasmin, berusia 25 tahun dan memiliki suami bernama Faris Aditama. Berumur 30 tahun. Usia pernikahan mereka, sudah berjalan 1 tahun lebih.
Faris anak ketiga dari,pak Bram dan bu Yahya. Yang memiliki 4 anak,dua laki-laki dan dua perempuan. Kakaknya Faris, sudah lama menikah dan memiliki anak juga.
Yasmin, anak kedua dari pak Jamal dan bu Aminah. Kakaknya Yasmin, bernama Rizky Alatas.
Awalnya hubungan Yasmin dan Faris, tidak di setujui orangtuanya . Namun, dengan usaha yang gigih. Akhirnya orangtua Yasmin, luluh dan menyetujui hubungan mereka .Demi kebahagiaan anaknya,tak tega melihat wajah sang buah hati
Selesai membereskan semuanya, Yasmin kembali ke dapur.
Dia, melanjutkan memasak. Jam sudah menunjukkan pukul sembilan pagi, perutnya keroncongan.
Yasmin, seorang guru honor yang gajihnya tidak seberapa itu. Namun cukup, untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari dalam sebulan.
"Huuuff.... Pasti mas Faris, mengadu kepada orangtuanya itu. Aku yakin sekali,dasar anak mami". Gerutu Yasmin, menyantap makanannya.
Ting....
Sebuah pesan masuk di ponselnya, tertera nama Hani. Yah,adik iparnya itu yang sering kali memaki-makinya.
[Mbak,jadi istri jangan kurang ajar sama suami]. Hana.
Yasmin, tersenyum kecut. Membaca pesan dari adik iparnya, itu. Dia, sudah menduganya. Jika sang suami, kerumah orangtuanya yang berjarak beberapa meter saja.
Yasmin,tak memperdulikan pesan dari Hana. Dia, melanjutkan acara makannya lagi. Bisa jadi,ibu mertua dan adik iparnya itu datang ke rumah ini.
*************
"Apa? Kurang ajar sekali, Yasmin. Dia, tidak mau membantu kita. Bagaimana,nasib adikmu Faris? Ibu,juga malu dengan teman dan tetangga". Ucap bu Yahya,sejak dulu tidak menyukai menantunya itu.
"Iya, bang. Bagaimana, nasib ku? Bukankah,kita sudah menyebarkan berita tentang pernikahan ku yang mewah dan megah. Mana mungkin,hanya acara kecil-kecilan". Sungut Hana, anak yang paling bungsu.
"Yah, gimana lagi? Sertifikat rumah kami,jadi jaminan dulu. Waktu aku, menabrak ibu-ibu dan meminta ganti rugi". Jawab Faris, tertunduk lesu.
"Heran sekali,punya mertua keterlaluan dan perhitungan". Sahut Hamid,kakak pertama Faris.
"Bagaimana,aku, bang Hamid dan Mbak Indah? Kita sama-sama, menyumbang uang kepada ibu. Masing-masing,15 juta. Aku yakin,uang segitu mampu melaksanakan resepsi pernikahan mewah dan megah". Usul Faris, sontak membuat Hamid dan indah marah. Uang 15 juta, kemana aku mencarinya? Sedangkan Yasmin,mana ada uang segitu banyaknya.
"Tidak bisa,enak saja. Aku,mana ada uang sebanyak itu". Sahut Hamid, langsung tidak menyetujui usul adiknya. Enak saja, menggunakan uangku. bisa-bisa, Serly bakalan mengamuk-ngamuk.
"Apa lagi,aku. menabung untuk biaya bersalin nanti,jangan mengada-ada segala Faris. Tugasmu lah, membantu keluarga ini. Kamu, harus mendapatkan sertifikat rumah itu". Tolak Indah,yang tidak menyetujuinya langsung. Menyebalkan sekali, pasti gara-gara Yasmin. Makanya, seperti ini awas kamu Yasmin.
"Faris,kamu jangan menyulitkan Abang dan Mbak mu lah. Sudah waktunya,kamu membantu mereka. Gadaikan saja,100 juta. Sisanya, untuk usaha ibu. Menambah bahan bangunan,di toko ibu". kata bu Yahya, sejak lama membujuk anaknya itu.
"Bu, masalahnya aku tidak bisa mengambil sertifikat rumah kami. Ibukan tau sendiri,gimana keluarga Yasmin. Gara-gara kejadian itu, hubungan kami renggang bu". Faris,yang serba salah. Bagaimana, caranya? Aku,bisa mengambil sertifikat rumah itu. Astaga,kenapa seribet ini sih? Aaarghhh.....
"Kemana saja,mas? Malam baru pulang, bukankah hari ini libur bekerja". Tanya Yasmin,membukakan pintu rumah untuk suaminya.
Malam sudah larut,sang suami baru datang dengan wajah kusut.
"Sibuk,ke sana kemari untuk mencari pinjaman uang. Tapi, tidak ada". Jawab Faris, mendengus dingin dan duduk di sofa. "Kamu ada uang,50 juta Yas".
Yasmin, langsung tercengang mendengar ucapan suaminya. "Untuk apa,mas? Uang sebanyak itu,ha! Kamu rela,ke sana kemari untuk mencari pinjaman".
"Untuk ibulah,apa kamu lupa ha? Sebentar lagi, adikku menikah. Sudah pastilah, mengeluarkan biaya resepsi pernikahan, lumayan besar". Kata Faris, menatap sinis ke arah suaminya. "Gara-gara, bapakmu yang menyita sertifikat rumah ini. Aku,juga pontang-panting mencari pinjaman".
"Mas,cukup mas. Kamu, selalu mementingkan keluarga mu itu. Seharusnya, kamu sadar bahwa mereka hanya memanfaatkan kebaikan mu saja. Buktinya,saat kamu membutuhkan uang. Lalu,kemana mereka? Satu persatu, ogah-ogahan. Jika tidak karena bapakku,mas masih mendekam di penjara ". Yasmin, sudah tak mampu menahan emosinya.
"selalu saja,di bahas". Gumam Faris, menatap tajam ke arah istrinya.
"Bukankah Hana, mendapatkan uang mahar 30 juta. Kenapa,mencari uang lagi? Emangnya, tidak cukup ha? Aku,yang di kasih mahar oleh mu 15 juta. Orangtuaku,masih sanggup mengadakan resepsi pernikahan lumayan besar". Kata Yasmin, membuat Faris tercengang.
15 juta,ck. Mana cukup,mas. Kalau tidak orangtuaku,turun tangan. Mereka rela,menjual sebidang tanah. Demi resepsi pernikahanku,karena mahar tidak cukup sama sekali. Batin Yasmin, menghela nafas.
"Apa kamu, memiliki uang tabungan mas? Kenapa, tidak saling bantu? Maksudku,kamu,bang Hamid dan Mbak indah lalu saling iuran. Tanpa memikirkan, hal lainnya". Tanya Yasmin,dia sudah menduakannya. Mana mau,kakak iparnya itu keluar uang. Setahu dia,kakak Faris terbilang sangat pelit.
"Mereka menolaknya, Yasmin. bang Hamid, tidak mempunyai uang banyak. Karena bisnisnya, terancam bangkrut. Sedangkan Mbak Indah,mau lahiran. Aku,cuman ada 7 juta Yasmin. Mereka semua, memberikan tugas ini kepadaku. Jika ada sertifikat rumah ini, aku gadaikan 100 juta. Semuanya,beres Yasmin". Kata Faris,tanpa memikirkan perasaan istrinya.
Yasmin, menggeleng kepalanya. Tidak percaya dengan ucapan,sang suami. 100 juta, menggadaikan sertifikat rumah ini. Uang segitu, untuk resepsi pernikahan saja.
"Kamu,jangan gila mas. Menggadaikan sertifikat rumah ini, dengan uang 100 juta. Resepsi pernikahan,apa itu? Emangnya,adikmu itu artis atau apa ha? Jujur mas,aku tidak setuju dengan ide gila mu itu". Tegas Yasmin, sorotan mata tajam yang yak mampu di sembunyikan lagi.
"Yasmin...!! Jangan pernah,kamu meninggikan suaramu kepadaku ha. Ingatlah,aku suami mu Yasmin". Bentak Faris, penuh penekanan suaranya. "50 juta, untuk resepsi pernikahan adikku. Sisanya, untuk mengisi toko bangunan ibuku. Apa susahnya ha,aku berbakti kepada orangtuaku. Kamu, tidak ada hak Yasmin mengatur segalanya".
"Ingin berbakti kepada orangtuamu, tetapi menggadaikan sertifikat rumah ini. Pikir mas, pikir dulu sebelum bertindak. Aku, senang sekali jika bapakku menyita sertifikat rumah ini. Sebab,kamu tidak bisa macam-macam. Mas, rumah ini belum tentu lunas di bayar bapakku. Bisa saja, beliau mencicilnya berbulan. Apa lagi,bapak mengambil jangka waktu 20 tahun. Jika itu, keinginan mu mas. Berikan uang kepada bapak,20 juta dan ambil sertifikat rumah ini. Satu hal lagi,mas. Aku,akan menyuruh bapak menghentikan pembayaran rumah ini. Biar saja, keluarga mu yang menanggungnya. Jika tidak bayar,maka rumah ini di sita. Seterusnya,kita tidak memiliki tempat tinggal lagi". Kata Yasmin, tersenyum smrik.
Faris, syok mendengar ucapan sang istri. Dia, baru sadar jika rumah ini belum lunas atau sudah lunas. Pasalnya, mertuanya tidak pernah memberitahu kepada Yasmin maupun dia.
Faris, mengacak-acak rambutnya. Dia, benar-benar frustasi. Jika,kehilangan tempat tingga.Dia ogah tinggal di rumah orangtuanya Yasmin.
"Ingat yah,mas. Aku, tidak sudi tinggal di rumah orangtuamu. Bagaikan neraka untukku,". Kata Yasmin, menghapus air matanya dengan kasar. "Mereka,hanya memanfaatkan mu mas. Jangan mau,termakan omongan mereka. Berikan saja uang tabungan itu, sisanya jangan kamu pikirkan lagi. Abang dan Mbak mu,mana mungkin tidak membantu . Jika mereka tidak mau, berarti benar perkataan ku. Mereka,ogah mengeluarkan uang untuk resepsi pernikahan Hana".
"Tentu saja, mereka tidak mau Yas. Mereka, memiliki tanggung masing-masing ". Bantah Faris, membuat Yasmin tersenyum merekah.
"Masa?kamu saja pelit sama aku mas. Gajihmu 4 jutaan. Sedangkan aku,di kasih 1 juta. Apa lagi, Abang dan Mbak mu gajih gede juga. Mana mungkin, membantu ibu dan adikmu tidak mau. Ck,kamunya saja mana? tidak ada menanggung beban keluarga ini. Bulan depan,kamu saja mengatur uang 1 juta perbulannya. Aku capek,mas. Harus memikirkan uang segitu,". Ucap Yasmin, tidak ada senyuman manis di sudut bibirnya.
"Ngapain aku,yang atur. Toh,kamu ada. Sebagai istri, sudah sewajibnya mengatur keuangan suami dan belanja bahan makan kita sehari-hari". Tolak Faris, langsung.
"Ya sudah, berikan aku uang 2 juta perbulannya mas. Karena aku,lelah menjalani pernikahan seperti ini. memiliki suami, terlalu pelit kepada istrinya. Sedangkan suami, terlalu royal kepada keluarga dan temannya ". Kata Yasmin,dalam isak tangisnya.
"Jangan ngomong aneh-aneh, Yasmin. Ingatlah,aku banyak berjuang untuk mengambil hati orangtuamu. Ingat itu,jangan ngelunjak seperti ini ". Bentak Faris, beranjak berdiri dan menuju ke dapur.
Yasmin,mengatur nafasnya. Terdengar suara-suara,di dapur. rupanya,suaminya makan. Untung saja, Yasmin masih menyisakan makanan dan tidak di habiskan.
Yasmin, menggeleng kepalanya. Karena porsi makan Faris, sangat banyak.
"Lapar yah,mas? Kasian,gak di kasih orang makan". Sindir Yasmin, tersenyum kecil.
Namun Faris,terus menikmati makan malamnya. Perutnya,memang keroncong sejak tadi.
Masih ingat,di saat Faris meminta makan di tempat ibunya. kakaknya, langsung melarang dan menyimpan makanan di lemari. Lalu, kuncinya di simpan di saku celana.
"Pulang sana,makan di rumah saja. Suamiku, belum datang dan belum makan". Kata indah, tersenyum sinis.
Ada rasa sesal di benak Faris, kakaknya selalu bersikap buruk kepadanya.
"Itu yah,mas. Keluarga yang selalu kamu, utamakan dan mengabaikan perasaan istri mu. Apa kamu lupa,di saat kita tinggal di saja. Bahkan,kita makan saja sangat susah. Apa lagi, Mbak mu dan Abang iparmu tinggal di rumah ibumu. Ck,yang ada tambah gila mas". Sindir Yasmin,lagi.
Braakkkk...
Faris, menggebrak meja makan. Sontak membuat Yasmin, terkejut.
"Yasmin, cukup. Jangan membicarakan tentang keluarga mu. Yah,memang keluarga mulah sangat sempurna di matamu dan orang lain".
"Iya mas, keluargaku terlalu sempurna. Sampai rela,menjual tanahnya demi menantu yang kurang ajar". Bentak Yasmin,tak mau kalah dengan suaminya itu.
Yasmin, selalu bersikap arogan dan tegas. Tak mudah, untuk di taklukkan hatinya. Apa lagi,di tindas.
Yasmin,menghela nafas beratnya. Saat ibu mertua datang, bersama kakak iparnya itu yang tengah hamil besar.
Padahal Yasmin, buru-buru ingin berangkat mengajar. Tetapi, sudah di menghadapi masalah lagi.
"Yasmin,ibu mau bicara". Ucap bu Yahya, tersenyum sinis.
"Pastinya,tau kan? Maksud, kedatangan kami". Sambung Indah,kakak iparnya Yasmin. Ck, malas sekali berhadapan dengan dia.
"Hemmm... Sertifikat rumah ini,kan. Ck,". Decak Yasmin,membuang muka ke arah lain. Astaga, huuuff... Sabar Yasmin,jangan terbawa emosi jika belum kebablasan.
"Baguslah,jika kamu sudah tahu. Satu minggu,aku beri jatah untuk mengambil sertifikat rumah ini dari bapakmu. Bapakmu itu,memang perhitungan sekali kepada anak dan menantunya". Kata bu Yahya, memandang Yasmin tak suka. Ck, enak sekali punya rumah baru. Tidak akan aku, biarkan kalian tenang. Apa lagi Faris,yang berpihak kepadaku.
"Bu,kenapa harus sertifikat rumah ini? Bukankah,bang Hamid dan Mbak indah juga memiliki rumah. Lalu,kenapa tidak sertifikat rumah kami? Bilang saja,mau memanfaatkan keadaan kami kan". Kata Yasmin, berusaha mengontrol dirinya. Ck,bilang saja ingin mengusik kehidupan kami. Karena kami, tidak akan pernah mendapatkan kedamaian dan ketenangan.
"Yasmin,jaga ucapanmu ha? Tidak punya hati nurani, membantu kami". Sahut indah,yang tidak terima dengan perkataan Yasmin. Kurang ajar sekali,kenapa aku juga ikut-ikutan? Sialan,kamu Yasmin.
"Ck, tidak punya hati nurani? Lalu, bagaimana dengan sikap kalian. Di saat mas Faris, membutuhkan uang 20 juta ha? Kalian semua,malah mengusir kami dan mencaci maki. Itukah, yang dinamakan hati nurani!". Ucap Yasmin, dengan tegas. Mampus kalian, aku akan terus mengungkit masa lalu dan membungkam mulut kalian.
"Yasmin,cukup! Itu hanya masa lalu,kenapa di bahas lagi ha? Lagian,kami benar tidak ada uang sama sekali waktu itu". Bentak bu Yahya, ingin sekali mencabik-cabik wajah menantunya itu. Menantu kurang ajar,sok belagu lagi. Selalu saja,di ungkit-ungkit masa lalu.
"Nah,kami juga tidak mempunyai uang sebanyak itu bu. Maaf,kami tidak bisa membantu. Jika ibu, ingin menggadaikan sertifikat rumah ini. Kenapa,dulu kalian tidak mau menggadaikan sertifikat rumah kalian". Yasmin, tersenyum sinis. Emangnya, aku tidak bisa apa? Untuk melawan kalian,ha. Yah, masalah mas Faris terserah nantinya.
Sontak membuat indah, merasa gelisah dan bungkam."Aalahh.... Jangan banyak alasan, Yasmin. Ingatlah Yasmin,satu minggu lagi. Kamu, harusnya mendapatkan sertifikat rumah ini. Aku, tidak mau tau? Bagaimana, caranya nanti". Bu Yahya, terus bersikukuh untuk mendapatkan sertifikat rumah menantunya itu.
"Benar,kami memberikan beberapa hari untuk berpikir dan mendapatkan sertifikat rumah ini. Tidak perlulah, banyak bertele-tele segala". Bentak indah, tersenyum smrik.
"Bayar dulu,20 juta kepada bapak. Untuk menebus sertifikat rumah ini, bukankah kami berhutang kepada bapak waktu dulu. Terus,jangan lupa di bayar cicilan rumah ini dan cicilan gadaian nanti. Toh,rumah ini belum lunas kok". Kata Yasmin, dengan entengnya.
Yasmin, was-was berucap seperti itu. Dia, sangat yakin sekali. Bahwa rumah ini, sebenernya sudah lunas. Karena ayahnya, tidak suka berhutang kepada siapapun. Berharap,ibu mertuanya tidak nekat menemui orangtuanya.
"Apa? Belum lunas". Ucap bu Yahya dan Inda, bersamaan.
Gila! Kirain sudah lunas,sama saja bohong. Malah, bertambah menjadi masalah baru. Batin indah, ingin sekali menahan niat ibunya.
"Iya,kenapa? Baru tau yah,mana mungkin bapak membayarnya dengan cash. Bukankah,ibu mertuaku bilang. Jika kedua orangtuaku, tidak memiliki banyak uang. Toh, pasti pahamkan perkataan ku". Yasmin, tersenyum smrik.
"Emang iya, keluargamu itu miskin-miskin Yasmin. Jangan-jangan, membayar Faris dulu. rumah orangtuamu,di gadaikan lagi". Ejek indah, menaikkan satu alisnya.
Mendengar ucapan kakak iparnya, Yasmin berusaha sabar. Tangannya, sudah mengepal erat, ingin sekali melayangkan tinjunya. Hatinya terasa sakit, karena mereka tak segan-segan mengejek orang tua Yasmin. "Semiskinnya orangtuaku, mereka tidak pernah mengambil sertifikat rumah anaknya dan ingin menggadaikan. Lah,kalian yang memang orang kaya dan memiliki uang banyak. Kenapa, meminta sertifikat rumah kami dan ingin menggadaikannya? Dimana,letak harga diri kalian ha? tidak tahu, malu". Ejek Yasmin,tak kalah juga.
"Yasmin! Jaga mulutmu itu ha. Jangan sampai,aku menampar wajah mu itu". Bentak indah, dengan keras.
Wajah ibu mertuanya, langsung berubah menahan amarahnya. "Dasar, perhitungan sekali bapakmu itu Yasmin. Baiklah,jika tidak mendapatkan sertifikat rumah ini. Kami, harus menyediakan uang 50 juta. Dalam jangka waktu,1 mingguan. Jika tidak, berisap-siap untuk kehilangan Faris". Bu Yahya, langsung mengancam menantunya itu.
"Dengar itu, Yasmin. Tentu saja, Faris memilih kami di bandingkan kamu". Sambung Indah, tersenyum merekah. Baguslah,jika Faris bercerai dengan wanita ini. Benar-benar muak, dengan sikapnya. Miskin saja,sok belagu
Yasmin, menggeleng kepalanya. Karena ibu mertuanya, langsung mengalihkan pembicaraan. "Tidak Perlu mengalihkan pembicaraan,bu, Mbak indah. Jika tidak mampu, ngapain juga mengadakan resepsi pernikahan besar-besaran. Toh, waktu acara pernikahan ku dulu. lumayan besar,gak mahal-mahal amat. Masa mau mengadaikan rumah ini, dengan uang senilai 100 juta. Lalu, sisanya untuk ibu. Emangnya,yang beli rumah ini ibu atau kalian ha? Keenakan sekali,hidup kalian. Itukah,yang di namakan orang kaya".
"Cukup,Yasmin! Jangan macam-macam,kamu bicara ha. jangan sampai,aku menampar wajah mu itu. Menantu tidak berguna kamu,ha". Bu Yahya, sudah geram terhadap menantunya.
"Loh, bukankah inu memiliki 2 menantu lagi. Terus, apakah mereka membantu ibu? Pasti tidak kan,bu. Jadi, sama-sama tidak berguna kan. Kasian yah, Mbak Indah! Punya suami tidak berguna, seperti yang di katakan ibu mertua ku ini". Yasmin, terkekeh geli.
Indah, langsung menggeretakkan giginya dengan keras. Ingin sekali, memakan Yasmin hidup-hidup. Sedari tadi,ada saja melawan ucapan mereka. "Awas kamu, Yasmin! Jangan sampai, aku melayangkan tanganku ini".
"Menantu ku yang lain, berbeda Yasmin. Tidak seperti dirimu,". Bantah bu Yahya, langsung.
"Berbeda, gimana bu? Aku, kerja dan atau jangan-jangan menantu ibu yang lainnya nganggur atau mau bangkrut. Oups..maaf,bu gak sengaja keceplosan. Makanya bu,jangan terlalu membanggakan menantu yang sombong. Lihatlah sekarang, mereka mana mau membantu ibu. Malah,lari ke tempat kami yang selalu di rendahkan dan hina miskin". Yasmin, memasang wajah datar. "Terserah kalian saja,yang pastinya aku tidak akan membantu kalian".
"Yasmin,mau kemana kamu ha". Indah, ingin mencegah Yasmin pergi.
Tanpa ba-bi-bu lagi, Yasmin langsung meninggalkan mereka dan pergi. Tak memperdulikan caci makian dan umpatan pedas, mereka.
"Yasmin.... Yasmin.... kurang ajar sekali,kamu. Heii.... Tunggu,ibu belum selesai berbicara ha". Teriak bu Yahya, memanggil menantunya itu.
Indah,juga ikut-ikutan mengompori ibunya. "lihatlah,bu. Istrinya Faris, benar-benar tidak sopan santun kepada kita. Ck,muak rasanya berhadapan dengan Yasmin".
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!