NovelToon NovelToon

Cinta Tuan Muda Impoten

Bab 1

"Bagaimana Tuan, apa kau menyukainya? Aku bisa melakukan hal yang lebih dari ini. Aku bahkan bisa memuaskanmu, Tuan." ucapan sensual dari seorang perempuan cantik nan seksi. Dan sekarang, perempuan itu sedang memakai pakaian kurang bahan dan sedang berlenggak- lenggok dan memperlihatkan tubuhnya yang mulus dan juga sangat seksi. Bahkan hampir saja perempuan itu memperlihatkan semuanya. Akan tetapi, semua itu tidak bisa membangkitkan gairah seorang pria tampan yang fisiknya nyaris sempurna itu. Pria itu hanya memalingkan wajahnya dan sama sekali tidak tertarik padanya.

"Kau sama sekali tidak menarik, pergilah! Dan minta bayaran mu pada asistenku," ucapnya datar dan juga dingin. Reaksi yang ditunjukkan oleh pria itu sungguh di luar dugaan. Karena awalnya perempuan itu berpikir, jika pria tampan di hadapannya ini akan tertarik padanya. Ya ... meskipun pria ini tidak menjadikannya kekasih, setidaknya menemani pria tampan ini tidur semalaman bahkan jika tidak dibayar pun ia rela.

Akan tetapi, pria tampan itu sama sekali tidak terlihat tertarik padanya. Sungguh, ia merasa terhina saat ini. Jangankan untuk disentuh, bahkan untuk melihat pun ia merasa enggan. Dan sikapnya membuat perempuan itu kesal dan pergi meninggalkan pria tampan itu.

"Dasar laki-laki tidak normal, ia bahkan tidak tergoda melihat wanita cantik dan seksi sepertiku!" ucapnya dengan kesal dan membanting pintu kamar hotel itu, setelah membetulkan pakaiannya yang hampir saja terlepas dari tubuh indahnya.

Setelah gadis itu pergi, pria itu pun kemudian merebahkan tubuhnya yang terasa lelah, lelah dengan kehidupannya yang sama sekali tidak menyenangkan dan sangat membosankan. Lelah karena permintaan Papanya yang terus saja memintanya untuk menikah.

Mengingat hal itu, ia pun menghela napas panjang. Memangnya siapa yang mau menikah dengan pria yang hanya tampak sempurna luarnya saja. Sedangkan yang sebenarnya pria ini mempunyai kekurangan yang tak orang lain tahu, selain dirinya dan asisten kepercayaannya.

"Tuan," panggil asistennya.

"Apa dia sudah pergi?"

"Sudah Tuan, jadi bagaimana apa ada perubahan?" tanyanya.

Terlihat senyum sinis di wajah tampan pria itu, tetapi pandangan matanya menyiratkan sebuah kekecewaan. Kecewa terhadap dirinya sendiri dan merasa lemah dan tidak berguna.

"Sama sekali tidak! Apa mungkin ini sudah suratan nasibku. Hingga aku harus mengalami hal seperti ini." ucapnya putus asa.

"Saya yakin anda bisa sembuh, Tuan. Bersemangat lah!"

"Berapa lama lagi waktu yang diberikan oleh Papa?"

"Sekitar tiga minggu lagi, Tuan Bramana meminta anda membawa calon istri anda," jawabnya.

"Bagaimana aku bisa mencari calon istri dalam waktu yang sangat singkat itu, dan wanita mana yang mau menikah dengan pria sepertiku. Bahkan untuk ... " ia tidak mampu lagi meneruskan ucapannya dan memilih bungkam, karena menurutnya kelemahannya ini adalah sesuatu hal yang sangat memalukan bagi seorang pria.

Jupiter seorang pria tampan, bahkan memiliki fisik yang sempurna. Dia adalah seorang pengusaha muda pewaris dari perusahaan Bramana Group. Jika dilihat dari luar kehidupannya, ia adalah sosok yang sempurna dan nyaris tak punya kekurangan apapun, ia memiliki segalanya wajah tampan dan juga gagah serta fisik yang sempurna. Akan tetapi ia mempunyai satu kelemahan yaitu tidak bisa melakukan hubungan seksual dengan seorang perempuan, karena ia telah kehilangan gairah dan ketertarikan kepada perempuan. Bahkan saat melihat perempuan tak menggunakan apapun, senjata andalannya tak berfungsi sama sekali.

Kecewa, sedih dan juga merasa hancur itulah yang ia rasakan. Semua ini berawal dari patah hati dan rasa sakit yang ia rasakan, karena telah mencintai wanita yang sudah menjadi milik orang lain. Sejak saat itu, ia menutup hati dan pikirannya tentang wanita bahkan ia membu nuh semua rasa terhadap seorang wanita. Hingga pada akhirnya, ia kehilangan hasratnya kepada wanita. Namun, bukan berarti ia tidak ingin menikah dengan wanita. Hanya saja, gairahnya terhadap wanita lenyap begitu saja.

"Antar aku pulang," ucapnya dan kemudian bangkit dan berdiri serta merapikan lagi pakaiannya. Tujuannya saat ini adalah rumah, ia ingin beristirahat dan sejenak menghilangkan semua rasa penatnya.

"Baik, Tuan." jawabnya dan kemudian pergi mendahului Jupiter untuk menyiapkan mobil. Setelah semuanya siap mereka pun pergi menuju ke apartemennya Jupiter. Karena saat ini ia tidak ingin pulang ke rumahnya dan mendapatkan pertanyaan dari Papanya tentang calon istri khayalannya Ya itu karena Jupiter memang tidak mempunyai calon istri dan ia hanya mengarang cerita, jika ia sudah mempunyai calon istri yang akan ia kenalkan pada Papanya.

"Alex, apa besok jadwal kita banyak?" tanya Jupiter sambil menyandarkan tubuhnya di mobil dengan pandangan ke atas.

"Besok ada meeting, dan juga ada kunjungan ke SMU BRAMANA, karena ada acara kelulusan dan di sana anda akan memberikan motivasi pada para siswa.

"Membosankan," gumamnya.

SMU BRAMANA adalah sebuah sekolah SMU milik keluarga BRAMANA dan di kelola oleh para staf dan guru-guru pilihan dari BRAMANA GROUP. Dan besok adalah hari kelulusan para siswa, dimana Jupiter harus memberikan motivasi untuk para siswa agar bisa mencapai cita-citanya dan bisa belajar lebih baik lagi dalam mengemban pendidikan selanjutnya, ya ... kurang lebih seperti itu yang akan disampaikan oleh Jupiter kepada para siswa esok hari.

Saat pikirannya sedang berkelana entah kemana, Jupiter dikejutkan oleh Alex yang tiba-tiba mengerem mobilnya dengan mendadak. Hingga bunyi decitan ban mobil dengan aspal begitu memekikkan telinganya.

"Astaga Alex, apa yang kau lakukan!!!" teriak Jupiter terkejut, untung saja saat ini posisi jantungnya masih aman dan tidak bergeser sedikit pun.

"Aku menabrak seseorang," jawab Alex panik, mendengar Alex menabrak seseorang sontak saja Jupiter menjadi terkejut dan langsung keluar dari mobilnya. Ia takut jika korban terluka parah, maka Jupiter harus segera memberikan pertolongan padanya.

Saat Jupiter keluar dari mobilnya, ia melihat seorang gadis kecil tergeletak dan terlihat mencoba untuk bangun. Jupiter pun dengan sigap langsung menolongnya dan memegangi gadis remaja itu.

"Nona, kau tidak apa-apa?" tanya Jupiter panik, gadis itu pun langsung melihat ke arah Jupiter. Dan pandangan terpesonanya tidak bisa ia tutup-tutupi pada pria tampan yang tengah mendekapnya.

"Ya ampun, apa aku sedang bermimpi?" ucapnya.

"Tidak, apa kau tidak apa-apa?" tanya Jupiter masih panik dengan gadis dihadapannya ini.

"Tidak Tuan, aku tidak baik-baik saja." jawabnya lemah.

"Alex, cepat kita bawa ke rumah sakit!" ajak Jupiter.

"B-baik Tuan," jawab Alex yang juga ikut panik.

"Tidak ... jangan bawa aku ke rumah sakit. Aku takut..."

"Lalu?"

"Bawa saja aku ke hatimu Tuan, aku pasti akan langsung sembuh," jawabnya.

"Apa!" Jupiter pun langsung melepaskan dekapannya karena mendengar ucapan gadis remaja itu, hingga ia memekik kesakitan.

"Aaaarrrrkkkhhhhh... sakit!" pekik gadis itu.

"Dasar bocah gila!" umpat Jupiter.

****

Assalamualaikum semuanya, ini novel baru Mimin tentang Jupi-jupi, jangan lupa beri dukungan dengan like dan komentar ya 🤗🥰😘

Bab 2

"Oh ya ampun! Paman kenapa kau jahat sekali, sakit tahu!" ucap gadis kecil itu dengan kesal.

"Paman? Hei bocah siapa yang kau panggil Paman!" sentak Jupiter. Ia tidak terima dipanggil paman oleh gadis kecil ini. Dia tidak setua itu pikirnya.

"Woooww, semakin marah kau malah semakin terlihat seksi." gadis itu berdecak dengan kagum. Alex dan Jupiter kini saling pandang, tatapan mereka menyiratkan bahwa gadis di hadapan mereka ini adalah gadis yang aneh.

"Tuan, sepertinya gadis ini memang gila," bisik Alex. Jupiter pun mengangguk setuju kalau gadis kecil ini memang agak aneh sikapnya.

"Hei kalian berdua paman-paman yang tampan dan seksih, kalian jangan berbisik-bisik seperti itu. Aku tahu kalau aku ini cantik, jika ingin memujiku puji saja langsung aku tidak akan tersinggung. Justru kalau kalian memujiku secara diam-diam seperti itu, aku kan jadi tidak tahu sebesar apa kalian mengagumiku," ucapnya dengan percaya diri.

"Alex!" panggil jupiter

"Ya Tuan,"

"Kau harus bertanggung jawab pada bocah ini, mungkin saat tadi kau menabraknya kau membuat otaknya bergeser." ucap Jupiter.

"Oh astaga! Hei Nak ... Ayo kita ke rumah sakit," ajak Alex panik, takut dengan apa yang dikatakan oleh Jupiter ini benar. Jika gadis kecil yang ia tabrak barusan itu mengalami pergeseran otak. Namun, gadis itu malah menggeleng-gelengkan kepalanya sambil tersenyum.

"Tidak, terima kasih. Jika kalian ingin mengganti rugi, cukup belikan aku kuota saja, unlimited." ucapnya dengan mantap. Tanpa bicara apa-apa lagi, Jupiter pun langsung menyeret gadis itu ke dalam mobil dan mendudukkannya di sana.

"Hei! Tunggu dulu apa-apaan ini!

"Alex! Cepat kita ke rumah sakit, aku takut dia cedera otak!" ucapnya. Sedangkan gadis ini yang malah jadi takut di culik Sugar Daddy. Alex pun dengan segera masuk ke dalam mobil dan langsung berangkat menuju rumah sakit untuk memeriksa gadis yang barusan ia tabrak.

"Paman! Lepaskan aku, jangan culik aku. Aku tarik lagi kata-kataku tadi, kalau aku ini tidak cantik tubuhku tidak seksi bahkan ukuran buah mangga ku juga sangat kecil!" ucapnya panik karena takut diculik.

"Diam!" sentak Jupiter.

"Oh ya ampun, paman ini galak sekali." gumamnya. Akhirnya ia pun memilih diam, dan tidak mengatakan apapun lagi. Ia takut jika orang asing yang membawanya ini malah menelannya. Ia pun kemudian pasrah dan hanya menunggu waktu yang tepat saja untuk melarikan diri.

*

*

*

Akan tetapi ternyata yang ditakutkan oleh gadis kecil ini sama sekali tidak terjadi. Karena ia memang benar-benar dibawa ke rumah sakit oleh Jupiter. Di sana ia diperiksa dengan sangat teliti bahkan dokter sampai bolak-balik memeriksanya atas permintaan Jupiter. Ia hanya ingin memastikan jika gadis ini benar-benar tidak cedera otak.

"Hei Paman tampan, aku sudah bilang aku tidak apa-apa. Kenapa kau tidak percaya sih!" ucap gadis ini mengerucutkan bibirnya kesal. Bagaimana ia tidak kesal, jika sejak tadi ia mendapat fitnah kejam, jika dirinya gadis gila dengan otak separuh.

"Berarti kau memang bukan orang normal!" cibir Jupiter.

"Kau yang tidak normal, Paman!" jawabnya dengan kesal.

"Apa!"

"Hei bocah, berapa nomor rekeningmu biar aku transfer ganti ruginya?" tanya Alex.

"Aku tidak punya nomor rekening, berikan aku uang cash saja," ucapnya. Alex pun kemudian memberikan beberapa lembar uang berwarna merah padanya.

"Ini ambilah," ucap Alex, gadis kecil itu langsung menatap Alex dengan tatapan tidak percaya.

"Oh ya ampun," ucapnya geleng-geleng kepala.

"Apa kurang?" tanya Alex kemudian merogoh sakunya lagi dan mengambil dompetnya, lalu ia memberikan lagi beberapa lembar uang kepada gadis itu. Matanya malah semakin membulat besar melihat uang yang banyak.

"Sudah - sudah, Paman. Ini sangat banyak aku bahkan bisa berjualan kuota dengan uang sebanyak ini," ucapnya dengan senang. Jupiter hanya berdecak sebal melihat kelakuan makhluk ajaib di depannya ini.

"Baiklah, dimana rumahmu? Kami akan mengantarmu pulang." ucap Alex, itu pun atas permintaan Jupiter karena ia khawatir seorang gadis harus pulang malam-malam.

"Baiklah, ayo kita ke rumah ku!" ajaknya. Jupiter dan Alex pun akhirnya mengantar gadis ini pulang ke rumahnya.

Di perjalanan, gadis ini sangat sibuk menghitung uang yang diberikan oleh Alex tadi. Beberapa kali tadi ia menghitung uang dengan jarinya, kemudian ia menggaruk kepalanya yang tidak gatal itu. Kemudian setelah itu ia tersenyum-senyum sendiri sambil cekikikan. Hingga Jupiter yang melihatnya sangatlah jengah.

"Astaga, sebenarnya bocah ini makhluk apa?" gumam Jupiter sambil menatap heran pada gadis di sampingnya. Merasa di perhatikan ia pun kemudian melihat ke arah Jupiter dengan tatapan menyelidik.

"Hei Paman, kau tidak berniat mengambil uang ini lagi kan?" tanyanya. Tangan yang sedari gatal pun akhirnya ia loloskan untuk menoyor kepala bocah nakal ini.

"Aku tidak semiskin itu, sampai harus mengambil uang yang sudah aku berikan padamu!"

"Isshh dasar sombong! Aku tahu jika uang segini hanya sebesar upilmu saja. Tapi aku tidak rela jika kau mengambilnya lagi,"

"Oh astaga, lama-lama aku bisa gila terus berdekatan dengannya, Alex ... percepat laju mobilnya!"

"Baik Tuan," Alex pun langsung menambah kecepatan mobilnya demi segera sampai di rumah gadis ini. Hingga akhirnya mereka sampai lah di sebuah rumah yang cukup besar. Jupiter berpikir mungkin gadis ini anak pelayan di rumah ini. Karena melihat dari caranya mendapatkan uang yang banyak sepertinya gadis ini tidak pernah mendapatkan uang jajan uang yang banyak. Hingga ada rasa kesedihan di hati Jupiter membayangkan kesusahan gadis ini. Hingga pada akhirnya Jupiter merogoh sakunya kembali dan memberikan uang lagi padanya.

"Ini ambilah, kau ingin berjualan kuota kan?" tanya Jupiter, karena tadi ia sempat melihat gadis ini bolak balik menghitung uang untuk membeli kuota yang banyak. Ia berpikir jika gadis kecil ini ingin mencari uang tambahan dengan berjualan kuota.

"Woooww ... ya ampun, apa kalian adalah malaikat berbentuk manusia tampan?" ucapnya.

"Tidak, kami ini manusia normal dan pria tulen," jawab Jupiter.

"Cepatlah masuk sana, belikan uang itu makanan yang banyak dan kuota yang banyak," ucap Jupiter. Gadis kecil yang masih belum paham dengan sikap Jupiter itu pun hanya bisa menganggukan kepalanya mengiyakan perkataan Jupiter.

"Terima kasih Paman," ucapnya.

"Iya, pergilah ..." jawab Jupiter, gadis itu pun langsung keluar dari mobilnya dan masuk ke dalam rumah mewah itu. Jupiter hanya melihat gadis itu dengan tatapan kasihan.

"Hidupnya pasti sangat berat, kasihan sekali." ucap Jupiter manusia planet berhati lembut itu.

"Pantas saja otaknya tidak bisa berfungsi dengan baik, mungkin karena selama ini ia mendapatkan cobaan hidup yang berat," sambung Alex.

"Kau benar," jawab Jupiter, kedua makhluk luar angkasa ini akhirnya pulang dengan asumsinya sendiri. Mereka tidak tahu jika sebenarnya gadis itu adalah anak dari pemilik rumah mewah itu.

****

Kelakuan Jupi ini emang selalu bikin Mimin gumush, jadi pengen cium 😚😚😚

Bab 3

Pagi telah datang, hari yang baru akan dimulai. Hari ini adalah hari kelulusan dari seorang remaja cantik bernama Tsaniya Moza. Atau biasa dipanggil Moza, seorang gadis cantik dan ceria. Ia adalah anak bungsu dari tiga bersaudara, kedua kakaknya adalah laki-laki dan dia adalah anak perempuan satu-satunya. Jika di sebagian keluarga menjadi gender satu-satunya akan menjadi anak kesayangan, maka lain hal nya dengan Moza. Ia tak pernah mendapatkan keistimewaan apapun dan juga kasih sayang yang sama dari orangtuanya. Karena ia dianggap tidak berguna oleh mereka, sebab ia adalah anak perempuan.

Di keluarganya, hanya anak laki-laki lah yang pantas menjadi penerus keluarga. Sedangkan anak perempuan, mereka dianggap hanya sebuah beban, mereka seolah lupa dari mana mereka dilahirkan. Untuk itu, Moza selalu mendapatkan perlakuan yang berbeda dari ayahnya. Jika kakak-kakaknya akan mendapatkan semua fasilitas dan tak kekurangan apapun, lain halnya dengan Moza yang hanya mendapatkan pemberian alakadarnya. Untuk itu, saat Jupiter memberikan uang padanya ia merasa sangat senang. Karena selama ini meskipun ia adalah anak orang kaya, ia tak pernah mendapatkan uang sebanyak itu.

Sedangkan ibunya Moza, ia tidak bisa berbuat banyak karena semua kendali dipegang oleh suaminya. Ia hanya menangis dalam diam melihat putrinya mendapatkan perlakuan berbeda dari ayahnya.

"Selamat pagi semuanya," sapa Moza, meskipun semua orang tidak ada yang menyahutnya akan tetapi Moza tetap menyapa mereka semua. Hanya ibunya saja yang selalu tersenyum dan bersikap hangat padanya.

"Pagi sayang, bagaimana apa kau sudah siap?" tanya Denisa, ibunya Moza .

"Iya Mah, apa Mamah mau datang?" tanya Moza.

"Hari ini Mamah mu akan menemani Papa pergi ke pembukaan perusahaan," jawab Hendrik ayah Moza. Ingin kecewa tapi ia sudah terbiasa.Bukan hal yang aneh jika Moza tidak pernah diperhatikan, bahkan di hari kelulusannya saja ibunya dilarang hadir.

"Oh ya sudah, tidak apa-apa." jawab Moza dengan wajah yang terlihat biasa dan tidak memperlihatkan kesedihannya. Ia tidak mau terlihat lemah di mata ayahnya. Ia tidak ingin Hendrik menganggapnya sebagai orang yang lemah. Semakin Hendrik menyepelekannya, maka Moza akan semakin kuat.

"Aku tidak akan bersedih apalagi menangis dihadapanmu, penyihir jahat,' gumam Moza dalam hati.

Sebagai seorang ibu, tentu Denisa merasa sangat bersedih melihat putrinya tidak mendapatkan hak yang sama. Namun, apa boleh buat ia hanyalah seorang yang lemah dihadapan suaminya. Bahkan ia tidak mampu membela putrinya sendiri di hadapan suaminya sendiri.

"Maafkan Mamah ya Moza, jadwalnya memang bersamaan. Jadi Mamah tidak bisa datang," ucap Denisa dengan penuh penyesalan.

"Tidak apa-apa Mah, santai saja. Lagi pula ini hanya kelulusan saja." jawab Moza.

"Apa kau sudah memilih universitasnya sayang?" tanya Denisa.

"Belum," jawab Moza sambil menyuapkan rotinya.

"Seharusnya kau contoh kakak-kakak mu, mereka bahkan sudah memilihnya dari jauh-jauh hari. Dan dipikirkan secara matang universitas mana yang akan dipilih," ucap Hendrik. Moza menghembuskan napas kasar, kenapa ia selalu dibandingkan dengan orang-orang kesayangan ayahnya ini.

"Itu karena aku masih ragu, apa jika nanti aku meneruskan pendidikan. Apa hidupku akan berubah menjadi orang yang berguna atau hanya sebagai pelengkap saja."

"Moza!" sentak Hendrik.

"Aku berangkat dulu

*

*

*

"Tuan, apakah anda sudah siap?" tanya Alex.

"Hemm ... cepatlah aku ingin segera menyelesaikan tugas ini." jawab Jupiter. Hari ini Jupiter akan mengunjungi sekolah SMU BRAMANA, karena hari ini adalah hari kelulusan sekolah itu. Ia akan datang untuk memberikan motivasi kepada murid-murid di sana. Hal yang sangat membosankan, akan tetapi kini tugas itu sudah ia emban karena hampir tujuh puluh persen kekayaan keluarga Bramana sudah dipegang oleh Jupiter.

Mobil yang ditumpangi oleh Jupiter kini sudah sampai di sekolah, banyak para siswi perempuan yang takjub saat melihat kedatangan Jupiter di sana. Bagaimana tidak, secara fisik Jupiter itu sangat sempurna. Ia tampan, gagah dan juga sangat berkharisma. Tanpa ada orang yang tahu tentang kekurangannya.

Para antusias para siswi perempuan itu terhadap Jupiter, sebenarnya membuat hati manusia planet itu sangat miris. Akankah mereka masih menyukai Jupiter, jika tahu pria tampan ini memiliki gagang sapu yang selalu tidur tampan di tempat persembunyiannya. Sudah pasti mereka akan mundur langsung, karena seorang pria dengan kondisi sepertinya itu sama sekali tidak ada artinya di mata siapapun. Sungguh menyedihkan ...

Saat lamunannya sedang tertuju pada gagang sapunya yang tidak berfungsi, ada suara cempreng yang tak asing terdengar di telinganya. Jupiter merasa jika ia pernah mendengar suara itu, tapi dimana pikirnya.

"Hei Paman-paman yang tampan dan seksih, kalian sedang apa di sini? Jangan bilang kalau kalian sedang mencariku?" ucap Moza pada Jupiter dan juga Alex.

Jupiter mengernyit heran melihat gadis kecil dihadapannya ini, "Apa aku mengenalmu, bocah?" tanya Jupiter.

"Aihhh, baru semalam kita bertemu tapi hari ini kau sudah melupakan aku Paman. Hatiku tercubit mendengarnya," ucap Moza dengan memasang wajah sedih. Alex langsung membisikkan sesuatu pada Jupiter. Jupiter pun langsung memandang ke arah Moza.

"Kau bocah semalam? Bagaimana jualanmu apa lancar?" tanya Jupiter, membuat Moza terbahak-bahak. Ia jadi merasa lucu semalam ia diberi uang oleh Jupiter untuk berjualan kuota.

"Aku baru mau mulai berjualan hari ini," jawab Moza sekenanya.

"Baguslah, semoga lancar." ucap Jupiter tulus.

"Iya terima kasih atas modal usahanya, oh ya sedang apa kalian berdua di sini? Apa ada anak atau keponakan kalian yang sekolah di sini?" tanya Moza.

"Tidak, Tuan Muda datang kemari untuk memberikan motivasi kepada murid-murid yang lulus hari ini." jawab Alex, Moza pun mengangguk paham. Berarti dia adalah pemilik sekolah ini.

"Sayangnya motivasi yang akan paman berikan tidak akan berpengaruh padaku," jawab Moza.

"Kenapa?" tanya Jupiter penasaran, ia bahkan belum mengatakan apapun, akan tetapi gadis sini sudah mengatakan jika motivasinya tidak akan berlaku apapun pada dirinya.

"Karena aku tidak bisa melanjutkan pendidikan ke jenjang selanjutnya," jawab Moza, yang sudah putus asa karena merasa percuma dengan apa yang akan ia lakukan. Karena apapun itu Hendrik tidak akan pernah bangga kepadanya. Jupiter yang menganggap jika Moza gadis yang tidak mampu merasa kasihan.

"Lalu, apa rencanamu selanjutnya?" tanya Jupiter.

"Jika saja ada pria yang mau menikah denganku, maka aku akan memilih menikah saja. Setidaknya, aku tidak perlu lagi merepotkan orang tuaku karena ada suamiku yang menjamin hidupku,"

"Apa!!!"

"Oh astaga, kau bahkan belum matang tapi sudah memikirkan untuk menikah!" ucap Jupiter.

"Siapa bilang aku belum matang, aku bahkan sudah bisa memproduksi bayi jika Paman mau menikahiku!"

"Oh ya ampun," masalahnya justru ada pada yang Jupiter yang tidak bisa memproduksi bayi karena gagang sapunya yang betah dengan tidur tampannya.

***

Maaf kalau slow update ya, Miminnya masih sakit 🥺🤕

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!