Langit yang cerah tiba-tiba berubah menjadi gelap. Awan hitam kini sudah menggulung di cakrawala seakan hari telah petang, padahal masih pukul 12 siang.
Di sebuah caffe, seorang pria bertubuh tegap sedang duduk termenung untuk menatap gulungan awan hitam yang telah bertahta di langit. Tiba-tiba saja pria itu teringat akan peristiwa tiga tahun lalu, dimana seorang wanita mencampakan dirinya begitu saja.
"Kita cerai saja! Aku sudah muak dengan kehidupan yang menyedihkan ini!"
Seakan kata-kata itu terdengar kembali saat langit telah menumpahkan air hujannya. Bayangan tiga tahun lalu tidak bisa hilang begitu saja, meskipun telah termakan oleh waktu. Rasa sakit masih berdenyut sekalipun dirinya sudah berhasil mewujudkan mimpinya. Dia adalah Askara Djawa Lathin, seorang CEO muda yang baru saja meresmikan sebuah Mall terbesar di kotanya.
'Sial! Kenapa kata-kata itu terus saja menghantuiku!' gerutu Askara dalam hati, tetapi tangannya sudah mengepal dengan kuat.
"Apakah Anda baik-baik saja, Tuan?" tanya Kaisar—asisten pribadi Askara.
Askara yang menyadari jika Reka sedang memperhatikan dirinya langsung membuang napas beratnya. "Aku tidak apa-apa," ujarnya.
"Apakah ada yang salah dengan makanannya? Jika ada, saya akan menggantinya."
"Tidak perlu!"
Hampir satu jam Askara dan Kaisar menghabiskan waktunya di cafe tempat makan siangnya. Keduanya menunggu hujan reda untuk kembali ke kantor.
"Kai, apakah kamu sudah menemukan sekretaris baru untukku?" tanya Askara.
"Maaf Bos, saya belum belum bisa menemukan sekretaris baru untuk anda karena kriteria yang Anda berikan sangat sulit untuk ditemukan," ujar Kai.
Askara menatap tajam kearah Kai. "Memang apanya yang sulit? Aku hanya menginginkan sekretaris yang single dan sedang tidak menjalin hubungan dengan seorang pria. Apakah itu sulit? Apakah wanita single sudah langka dari muka bumi? Belum 'kan?"
Kai hanya bisa membuang napasnya dengan kasar. Meskipun terlihat simpel dan mudah untuk mencari wanita yang sedang tidak menjalin hubungan dengan seorang pria sangatlah susah. Terlebih Askara mematok usia minimal 28 tahun untuk menjadi sekretarisnya. Zaman sekarang usia 28 tahun masih single itu sangat langka.
"Aku tidak mau tahu, besok posisi sekretaris sudah harus ada yang mengisi. Jika tidak, siap-siap kamu lembur tanpa gaji!"
Kai menelan kasar salivanya. Sungguh dirinya sangat tertekan dengan semua aturan dari bosnya. Jika bukan karena gaji yang tinggi, Reka tidak akan sanggup untuk bertahan selama 3 tahun bersama Askara.
"Anda selalu begitu, Bos! Bisa tidak kalau membuat aturan itu yang normal saja agar mudah dijalankan. Sebenarnya Anda sedang mencari sekretaris baru atau sedang mencari calon istri, sih? Ribet amat!" protes Kai dengan menahan rasa kesalnya.
Mata Askara masih menatap Kai dengan lekat. Setelah Kai berhenti berbicara dia pun langsung berkata, "Disini akulah bosnya. Jadi terserah aku ingin membuat peraturan seperti apa. Jika kamu keberatan, silahkan angkat kaki dari perusahaan. Beres 'kan?"
Kai pun terdiam karena masih membutuhkan pekerjaan dan gaji yang besar. Biasa saja saat ini Kai angkat kaki dari perusahaan dan melamar di perusahaan lain. Namun, belum tentu bisa mendapatkan posisi sebagai asisten pribadi dan gaji yang hampir dua kali lipat dari standar gaji seorang asisten pribadi.
🍃🍃
Di tempat lain. Derasnya hujan yang mengguyur seolah mewakili air mata seseorang yang saat ini harus mengakui apa yang tidak dilakukannya. Dia adalah Kania, seorang pegawai butik yang dituduh mencuri uang milik bosnya.
"Bagaimana kamu bisa mengelak jika bukti telah berada di dalam tas milikmu, Sha?" Sebuah tuduhan mendadak melayang pada Asha.
Asha yang tidak tahu apa-apa terlihat seperti orang linglung saat menemukan sejumlah uang yang hilang berada di dalam tas miliknya.
"Saya tidak tahu, Bu. Demi Allah, saya tidak mengambil uang Ibu," jelas Asha dengan tubuh yang telah bergemetar.
"Asha, akui saja perbuatanmu. Saat ini kamu sudah tertangkap basah, masih saja mengelak," timpal Eva, rekan kerjanya.
"Tapi aku benar-benar tidak mengambilnya. Dan aku juga tidak tahu mengapa uang itu bisa ada dalam tasku."
"Bulshit! Maling mana ada yang ngaku!" cibir Eva dengan sinis. "Sudahlah, Bu. Pecat saja dia! Aku yakin uang yang selama ini hilang, dia pelakunya."
Asha tetap memohon kepada pemilik butik agar percaya padanya. Namun, dengan bukti yang telah ditemukan membuat pemilik butik tidak bisa percaya kepada Kania. Dengan berat hati Kania dipecat atas sebuah tuduhan yang tidak dilakukan.
"Bu, tolong percayalah kepada saya. Saya tidak mengambil uang Ibu."
"Maaf Asha, ternyata kamu tak sepolos yang aku pikirkan. Mulai hari ini, kamu sudah tidak bekerja lagi di butik ini."
Sungguh sakit atas tuduhan yang sama sekali tidak dilakukan. Kania yakin ada seseorang yang sengaja ingin menjatuhkan dirinya. Dengan air mata yang masih membasahi pipinya, Kania pun keluar dari butik yang selama ini telah banyak berjasa untuk hidupnya.
Dengan tatapan berat, Asha menatap sebuah bangunan yang ada di depan matanya. "Apa salahku sehingga aku difitnah? Sungguh bukan aku yang mengambil uang itu. Aku juga tidak tahu mengapa uangnya ada di dalam tas ini," ucapnya dengan rasa sesak didalam dada.
Sisa air hujan masih menggenang di jalanan. Bahkan rintik-rintik hujan pun masih menetes satu persatu. Dengan langkah gontai, Kania menyusuri trotoar untuk ke sebuah halte bus terdekat.
Tidak selamanya awan menaungimu dan memberimu kesejukan, kadang awan itu mengguyurmu dengan hujan yang paling deras.
Asha tersenyum sinis menatap langit yang masih tertutup mendung hitam. Seolah cuaca hari ini sedang menggambar perasaan hatinya yang sedang kalut. Bagaimana nasibnya setelah dia tak bekerja nanti? Padahal Kania butuh biaya untuk pengobatan adiknya.
"Oh, Tuhan … apa yang harus aku lakukan? Aku harus segera mencari pekerjaan baru. Aku tidak boleh hanyut dalam kesedihan ini." Kania berusaha kuat dan tegar.
Karena banyak melamun, Kania tidak menyadari jika ada mobil yang melintas di sampingnya. Dengan sisa air hujan yang menggenang di pinggiran jalan, tubuh Kania pun terkena percikan air dari mobil yang baru saja melintas.
Tanpa rasa bersalah sedikitpun, pemilik mobil tidak peduli dengan Kania yang terkena cipratan air dari mobilnya.
"Kai, jalan terus!" titah Askara saat mata Kaisar masih menatap ke arah wanita yang sedang berjalan di trotoar.
"Tapi, Bos —"
"Kalau kamu merasa kasihan, turun saja! Tapi jangan pernah bermimpi untuk kembali!" Lagi-lagi Askara melayangkan ancamnya.
Tak ada pilihan lain untuk tidak patuh pada bosnya, karena nyawanya memang ada ditangan sang Bos.
"Kai, percepatan sebentar lagi akan ada rapat!"
"Siap, Bos."
Kaisar pun menambah kecepatan laju mobil, membuat Askara hanya menyunggingkan senyum dibibir.
Namun, berbeda dengan Asha yang menghentikan langkahnya saat tubuhnya terkena cipratan air dari sebuah mobil yang baru saja melintas. Dadanya naik turun menahan amarah.
"Astaga …! Dasar orang kaya belagu!" makinya dengan mata keras.
🌼🌼🌼
Hari ini mungkin akan menjadi hari tersial untuk seorang Asha. Baru saja dipecat, dirinya juga terkena cipratan air dari sebuah mobil yang melintas dan pemilik mobil sama sekali tidak meminta maaf padanya. Tidak sampai disitu saja, ternyata sesampainya di rumah dia harus menyaksikan semua perkakas miliknya telah dikeluarkan.
Terkejut dengan apa yang sedang terjadi, Asha pun segera bergegas menghampiri ibu kost yang sedang memerintah anak buahnya untuk mengeluarkan barang-barang miliknya.
"Bu, ada apa ini, Bu?" tanya Asha dengan bingung.
Wanita bertubuh gemuk dengan sanggul di kepalanya hanya tersenyum sinis saat Asha datang tepat pada waktunya.
"Syukurlah kamu datang lebih cepat! Mulai hari ini, kamu bukan lagi penghuni kos-kosan ini!" ujarnya.
"Tapi, Bu. Apa salahku?"
Pemilik kos-kosan mengernyit dahinya. "Apa? Kamu masih tidak tahu apa salahmu?" cibirnya "Kamu sudah menunggak selama 3 bulan dan masih pura-pura tidak merasa bersalah?"
"I—itu, saya akan segera melunasinya, Bu. Tapi tolong jangan usir saya. Jika Ibu usir saya, saya akan tinggal dimana?"
"Itu urusanmu, bukan urusanku!"
.
.
Selamat datang kembali di cerita receh teh ijo. Jangan lupa favoritkan/subscribe novel ini, like dan berikan komentarnya 😊Yang punya poin lebih, bisa kalian hibahkan juga ya 😊 Salam hangat ~ teh ijo.
SELAMAT MEMBACA, SEMOGA TERHIBUR ❤️
Tak ada pilihan lain, Asha pun menghubungi Kania—sahabatnya. Sebenarnya Asha merasa malu karena selama ini sudah banyak merepotkan sahabatnya. Namun, Asha tidak punya pilihan lain, mengingat Asha tidak punya siapa-siapa lagi.
"Kan udah aku bilang enggak usah nyari kos-kosan. Kamu tinggal saja disini. Kamu sih ngeyel!"
Asha hanya nyengir sambil masuk ke dalam kamar Kania. "Maafkan aku yang harus merepotkanmu lagi," ucap Asha dengan lesu.
Kania hanya mendengus pelan. "Udah, ah! Bosan aku mendengar kata maafmu. Mending sekarang kamu mandi biar gak kucel!"
Asha pun langsung masuk ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya yang terasa lengket. Sekilas ingatan tentang pengemudi mobil membuat Asha merasa semakin kesal. Mentang-mentang punya mobil, seenaknya sendiri menggunakan jalan raya. Orang kaya memang belagu! Sampai-sampai tidak peduli dengan pejalan kaki. Seharusnya siapapun yang mengemudi harus berhati-hati, terlebih saat melewati genangan air yang ada di pinggir jalan.
"Awas aja, aku sumpahin miskin dadakan!"
Hanya lima menit Asha membersihkan diri di kamar mandi milik Kania. Dirinya memang tidak suka berlama-lama di kamar mandi.
"Cepet banget mandinya, Sha?" tanya Kania yang melihat Asha telah menghampiri dirinya.
"Ini udah lama, Kania. Lagian mau ngapain lama-lama di kamar mandi?"
"Ya, setidaknya gosok dulu daki-daki itu!"
"Ngapain digosok? Luntur nanti kecantikanku," seloroh Asha.
Asha yang baru saja mendaratkan tubuhnya di sofa dekat Kania mendadak menautkan kedua alisnya saat melihat bibir sahabatnya sudah bisa dikuncir. "Kenapa bibir itu?" tanyanya.
Kania langsung mendongak menatap Asha. Helaan napas berat pun terdengar. "Kai, Sha."
"Kaisar kenapa? Selingkuh?"
Mata Kania menatap langsung Asha dengan tajam. "Sembarangan kamu! Kai enggak selingkuh, tapi dia minta aku untuk jadi sekretaris bosnya yang aneh itu. Mana harus berpura-pura gak punya pacar lagi. Tuh bos aneh-aneh ngasih syarat. Masa nyari sekertaris syarat wanita diatas 28 tahun dan tidak sedang menjalin hubungan dengan orang lain. Udah kayak mau cari calon istri aja!" geretu Kania.
"Hah? Terus kamu mau resign dari kerjaanmu sekarang demi membantu Kai?"
"Ya, gimana lagi Sha. Aku enggak mau Kai dipecat. Kamu kan tahu kami butuh modal untuk kawinan," ujar Kania dengan lesu.
"Gila ya tuh bos. Mentang-mentang orang kaya buat syarat pun suka-suka," timpal Asha.
Sejenak Kania menarik kedua garis alias dan menatap Asha mendalam. "Sha, tadi kamu bilang kalau kamu baru aja dipecat dari butik, kan? Nah, gimana kalau kamu aja yang bantu Kai untuk jadi sekretaris bosnya. Ini cuma sementara aja, soalnya Kai juga masih dalam proses pencarian calon yang memenuhi syarat. Sha, please." Kania mengiba pada Asha.
"Hah? Kok aku sih, Kan? Aku enggak mau!" tolak Asha.
"Sha. Untuk kali ini aja ya," pinta Kania dengan kedua mata yang mengedip manja.
Sejenak Asha terdiam. Matanya masih menatap lekat ke arah Kania yang memasang wajah menyedihkan. Tentu saja Asha tidak tega. Dengan berat hati akhirnya Asha pun menyetujui permintaan Kania. "Oke, aku bantu. Tapi hanya untuk sementara waktu saja."
"Nah, gitu dong. Kamu enggak usah khawatir bentar lagi Kai pasti dapat penggantinya kok. Asha… makasih ya," ucap Kania dengan girang.
Malam panjang pun rasanya begitu cepat berlalu. Sang fajar telah mengusir gelapnya malam. Bahkan alarm terus juga telah bernyanyi, padahal waktu masih menunjukkan pukul enam pagi.
Asha yang biasanya bangun pukul tujuh pagi rasanya terlalu cepat untuk bangun saat pukul enam dia harus bangun.
"Sha, cepetan bangun!" Tangan Kania berusaha untuk menarik tangan Asha.
"Kan …. masih ngantuk."
"Sha … ingat hari ini kamu akan menjadi pegawai kantoran, bukan pelayanan butik lagi!" ujar Kania.
Asha pun langsung terlonjak dari tempat tidurnya. "Kenapa enggak bilang dari tadi sih, Kan?" Asha akhirnya menyingkapkan selimut dan berlari menuju ke kamar mandi.
"Dasar Asha!" Kania hanya menggelengkan kepalanya sambil membuang napas kasarnya.
30 menit kemudian saat Asha dan Kania sedang sarapan, suara klakson nyaring sudah terdengar di telinga keduanya. Mereka sudah yakin jika itu adalah mobil Kai. Namun, keduanya hanya bisa saling bertukar pandang.
"Apakah itu pangeranmu, Kan?" tanya mamanya.
Kania hanya terdiam tidak berani untuk menjawab ataupun menatap mamanya. Asha yang duduk disamping Kania pun diam tak berkutik karena tahu jika mamanya Kania tidak begitu suka dengan Kai.
Helaan napas panjang keluar dari mulut mama Kania. "Dasar anak jaman sekarang tidak mempunyai adab sopan santun. Seperti itukah cara menjemput anak orang?"
Kania langsung mendongak saat mamanya meninggalkan tempat duduk dan berjalan keluar.
"Ma … mama mau ngapain?" teriak Kania saat melihat mamanya sudah memegang sapu sebagai senjata ampuh untuk mengusir Kaisar.
"Ma … jangan usir Kai. Dia kesini mau jemput Asha, karena hari ini Asha akan bekerja di perusahaan bosnya Kai," ujar Kania lagi.
Saat itu juga langkah mama Kania terhenti sambil menautkan kedua alisnya. "Kamu jangan berbohong, Kan! Sejak kapan Asha bekerja di perusahaan yang sama dengan pria itu? Bukankah Asha bekerja di butik?"
"Kania gak bohong, Ma. Asha baru mulai bekerja di perusahaan bos Kai mulai hari ini karena Asha baru saja dipecat," ucap Kania dengan lesu.
Mata mama Kania pun langsung menatap Asha yang masih duduk di tempatnya. "Benarkah itu, Sha?"
"Iya, Tan."
"Serius kamu dipecat dari butik? Kok bisa, Sha?"
"Panjang ceritanya, Tan. Kapan-kapan Asha ceritain sama tante. Sepertinya sekarang Asha dan Kania harus berangkat deh. Asha takut hari pertama kerja malah telat." Asha berusaha untuk kabur dari mama Kania. Dengan cepat Asha menarik tangan Kania untuk keluar.
"Tapi Sha … kamu belum habiskan sarapanmu?"
"Asha udah kenyang, Tan. Da … Tanteku sayang."
Kania hanya bisa tersenyum sinis saat tubuhnya ditarik keluar oleh Asha. Seolah Asha adalah anak mamanya. Dengan bibir yang mengerucut dia pun mulai masuk kedalam mobil Kai.
"Kamu lagi!" ucapannya pada Kaisar dengan kesal.
Kai merasa tidak tahu apa-apa hanya mengernyitkan keningnya. "Kamu pagi-pagi kesambet apa, Sayang?"
Mata Kania menatap kearah Kai yang seolah tidak merasa bersalah atas apa yang baru saja dilakukan. "Aku udah kasih tahu kamu berulang kali jangan bunyikan klakson kalau enggak mau masuk! Kamu tuh hanya buat mama semakin berpikir jika kamu memang bukan calon menantu idaman, Kai."
"Iya maaf. Aku salah. Abisnya kamu gak angkat telepon dan gak bales pesanku. Aku pikir kamu lupa kalau hari ini hari pertama Asha mulai bekerja di perusahaan bosku," ucap Kai dengan rasa sesal.
Sebenarnya Kai ingin sekali turun dan menyapa mamanya Kania, tetapi Kai bukalah tipe yang diinginkan oleh Mamanya Kania sehingga wanita itu tidak puas dengan pilihan sang anak.
"Udahlah, Kan. Enggak usah salahin Kai. Salahin mama kamu yang enggak suka sama Kai. Padahal wajahnya lumayan tampan sih. Hanya saja dompetnya kurang tebal," sahut Asha dari jok belakang.
"Kamu juga diam, Sha! Aku lagi sebel sama kamu! Bisa-bisanya mama lebih sayang kamu daripada aku anaknya sendiri. Aku jadi curiga, jangan-jangan kita anak yang tertukar," ucap Kania dengan kesal.
"Huss! Gak boleh ngomong gitu! Kai jalan aja. Nanti kita telat!" titah Asha pada Kaisar.
Lagi-lagi Kania harus mendengus dengan kasar saat Kai mulai menjalankan mobilnya. Entah mengapa dirinya kini telah dinomor duakan oleh mama dan pacarnya sendiri. Mungkinkah Asha memiliki mantra khusus?
"Udah enggak usah cemberut kayak gitu. Meskipun Kai tampan, aku tidak tertarik dengannya karena dia bukan seleraku," ucap Asha.
"Kamu pikir aku tertarik denganmu? Meskipun banyak wanita cantik di muka bumi ini, hati dan cintaku hanya akan aku berikan pada Kania seorang," timpal Kai sambil melirik kearah Kania.
Dalam perjalanan hanya keheningan yang tercipta. Tak ada kata yang terucap dari ketiganya. Kai hanya fokus pada jalanan, sementara Kania memilih memainkan ponselnya untuk mengusir rasa kesalnya.
"Sha, kamu gak nyesel kan bantuin aku?" tanya Kai tiba-tiba.
Helaan napas panjang terdengar ditelinga Kaisar. "Mau gimana lagi, aku juga sedang butuh kerjaan, Kai. Tapi aku harap kamu secepatnya menemukan sekertaris untuk bosmu, karena aku enggak mau terjebak kedalam perusahaan bosmu yang arogan itu. Jika bukan karena kebaikan Kania, aku males untuk bantuin kamu, Kai!"
"Siap kamu tenang aja. Aku juga sedang berusaha mencari sekertaris yang sesuai dengan kriteria bos." Mata Kai sekilas melirik kaca spion untuk melihat wajah Asha.
Semoga saja Asha gak sadar kalau mobil ini adalah mobil yang nyiptain dia kemarin. Sha, maaf bukan aku gak mau minta maaf, tapi semua itu karena bos Askara yang arogan itu, batin Kai dengan harap-harap cemas .
...🌼🌼🌼...
Setelah mengantarkan Kania ke tempat kerjanya, kini Kai langsung meluncur ke tempat kerjanya juga bersama dengan Asha. Selama perjalanan menuju ke kantor tempatnya bekerja, Kai menjelaskan saja apa tugas yang harus dikerjakan oleh Asha selama menjabat sebagai sekretaris bosnya. Bahkan beberapa pantang juga Kai jelaskan agar tidak menyulitkan dirinya.
"Kamu jangan sampai lupa, setiap pagi kamu harus menyiapkan secangkir kopi dengan takaran satu banding dua. Satu sendok kopi, dua sendok gula. Paham kan?"
"Paham," ucap Asha dengan anggukan kepala.
Tidak butuh waktu lama mobil yang dikendarai oleh Kai telah sampai di depan sebuah gedung yang menjulang tinggi. Mata Asha hampir terlepas karena mengagumi bangunan dengan logo AS Grup.
"Kai, apakah yang pemilik perusahaan ini adalah orang Amerika?" tanya Asha yang masih terkagum.
"Bukan. Dia asli Indonesia. Kenapa kamu bertanya seperti itu?"
"Tidak ada. Aku hanya bertanya saja karena melihat lambang AS group. Aku pikir dia orang Amerika."
Sebelum mengajak Asha masuk kedalam gedung, dia menatap bangunan yang menjulang tinggi dengan lambang AS grup.
"Itu adalah lambang cinta bos pada mantan istrinya yang pergi meninggalkannya. Padahal bos sangat mencintai wanita itu. Sungguh bodoh wanita itu yang meninggalkan bos dalam keadaan susah. Dan bodohnya juga sampai sekarang bos tidak bisa melupakan mantan istrinya yang tidak punya hati itu. Sampai-sampai Bos menggunakan mana mantannya untuk dijadikan nama perusahaannya. Ah, sudahlah semakin membahas masalah bos dengan mantannya membuatku semakin muak. Semoga saja Kania tidak seperti itu dan mau menerima susah dan senang saat kami menikah kelak," ucap Kai panjang lebar.
Asha hanya mengangguk pelan dan turut terharu dengan cinta yang dimiliki calon bosnya untuk mantan istrinya.
"Mungkin mantan istrinya akan nangis guling-guling saat melihat bosmu sudah menjadi pria kaya raya." Asha menimpali.
"Tentu saja. Ya sudah ayo masuk!"
Saat baru saja masuk kedalam gedung itu, semua mata mengarah padanya. Bibirnya tersenyum kecil sebagai isyarat salamnya. Namun, sepertinya hanya sia-sia saja karena senyumnya Asha tak berarti untuk mereka.
Belagu banget sih jadi orang. Apakah semua karyawan yang bekerja disini semua seperti itu? batin Asha dengan rasa kesalnya.
"Disini ada dua lift. Satu khusus untuk penting perusahaan, termasuk aku dan kamu. Satu lagi khusus karyawan biasa. Jadi kamu harus ingat lift mana yang harus kamu gunakan nantinya," jelas Kai.
"Iya, iya aku ngerti."
Karena Asha telah mengerti, Kai pun langsung membawa Asha untuk ke ruang kerjanya berada.
Sebenarnya Asha ingin merasa bahagia karena bisa masuk kedalam perusahaan besar tanpa tes terlebih dahulu. Namun, satu sisi dia merasa kesal saat mengingat ucapan Kania yang mengatakan jika pemilik perusahaan sangat angkuh dan menyebalkan. Mendengar ceritanya saja sudah muak, apalagi jika harus bertemu setiap hari dan melayani keperluannya.
"Ini ruangan kamu dan dibalik tembok itu adalah ruang kerja pak bos. Di ruangan ini ada kamera pengintai, jadi jaga sikapmu, karena pak bos yang mengintainya secara langsung. Mengerti?"
"Iya, aku mengerti. Meskipun aku tidak memiliki pengalaman kerja di kantoran, tapi setidaknya aku tahu tata cara menjadi seorang karyawan yang baik. Kamu tenang saja aku tidak akan mengecewakanmu asalkan kamu tidak lupa untuk segera mencarikan calon sekretaris yang asli untuk. kamu tidak lupakan?"
"Tentu saja tidak. Kamu tenang saja aku juga sedang berusaha mencari kandidat yang sesuai dengan kriteria bos. Ya sudah, karena ini adalah hari pertamamu bekerja maka siapkan dulu kopi untuk pak bos mumpung dia belum datang," saran Kai.
Asha pun mengangguk dengan pelan. "Baiklah, tapi tunjukkan dimana pantrynya."
🌼🌼
Dengan langkah gagahnya, Askara mengayunkan kaki menuju ke ruang kerjanya. Dia sudah mendapatkan kabar dari Kai jika hari ini Kai sudah mendatangkan sekertaris baru untuknya. Bahkan Kai mengatakan jika sekertaris barunya sangat memenuhi kriterianya.
Aku jadi penasaran seperti apa wanita yang bisa memenuhi kriteria yang aku berikan. Awas saja jika Kai berani membohongiku. Askara membatin dengan penuh rasa penasaran.
Sesampainya di ruang kebesaran miliknya, matanya terfokus pada secangkir kopi yang telah tersaji diatas meja. Dengan bibir yang terangkat tipis, Askara langsung mengangkat cangkir kopi karena aromanya sangat harum.
"Kenapa baru sekarang aku menemukan aroma kopi yang seperti ini?" Askara pun langsung menelpon Kai untuk menanyakan siapa yang telah membuatkan kopi pagi ini.
"Kai segera ke ruanganku!" titah Askara saat panggilan telepon diangkat oleh Kai.
"Ada apa, Bos? Apakah ada masalah?"
"Memangnya jika aku menyuruhmu ke ruanganku harus ada masalah? Aku tunggu sekarang juga!"
Tanpa membuang waktu, Kai pun langsung menuju ke ruangan bosnya. Pikiran Kai hanya bertujuan pada Asha. Apakah wanita itu telah membuat masalah dengan bosnya?
"Mudah-mudahan Asha tidak melakukan kesalahan," batin Kai saat ingin membuka pintu ruangan bosnya.
Baru saja menunjukkan batang hidungnya, tangan Askara telah melambaikan agar Kai segera mendekati. Mendadak Kai merasakan kegugupan, meskipun dia sudah biasa menghadapi Askara.
"Ada apa, Bos?" tanya Kai langsung.
Mata Askara menatap Kai dengan seksama. "Siapa yang membuat kopi ini?"
"Oh itu. Itu yang membuat sekertaris baru, Bos. Apakah ada masalah?"
"Tidak ada. Aku hanya ingin bertanya saja," ucap Askara.
"Apakah bos memanggilku hanya untuk bertanya itu saja? Kenapa tidak langsung bertanya ditelepon saja?" tanya Kai sambil mengernyitkan dahinya.
Askara yang menyadari kebodohannya, berusaha untuk tetap berwibawa dihadapan Kai. Tidak mungkin dia akan menjatuhkan harga dirinya didepan Kai.
"Tidak juga. Aku memanggilmu karena ingin melihat CV sekretaris baru itu untuk mengetahui apakah wanita itu benar-benar memenuhi semua syarat atau tidak. Aku takut ini hanya akal-akalan kamu saja agar tidak aku pecat," ungkap Askara.
"Sembarangan! Aku benar-benar telah menemukan sekertaris yang sesuai dengan keinginanmu, Bos. Tunggu sebentar, aku akan ambilkan CV-nya terlebih dahulu agar Bos merasa puas." Kai pun langsung meninggalkan ruangan bosnya untuk mengambil CV milik Asha yang berada di ruangannya.
Sepeninggal Kai, mata Askara masih tertuju pada secangkir kopi yang telah dicicipnya. Rasa dan aroma membuat Askara hanyut dalam bayangan tiga tahun lalu, dimana setiap pagi dia bisa merasakan hangatnya seduhan kopi dari tangan istrinya. Namun, entah salah apa sehingga istrinya tega menggugat cerai dirinya saat roda kehidupan sedang menguji dirinya.
"Ah sial! Mengapa bayangannya selalu saja menghantuiku! Aku harus bisa melupakan wanita kejam itu!"
Karena Askara masih penasaran dengan sekertaris barunya, dia pun menelepon Kai untuk membawa sekalian sekertaris barunya.
"Kai, jangan lupa bawa sekalian sekertaris baru itu. Aku ingin melihat bagaimana bentuknya sebelum mendatangi kontrak kerja dengannya!" ucap Askara dari balik teleponnya.
Kai yang mendapatkan perintah melalui sambungan telepon hanya mendessah dengan kasar. "Nih Bos ribet amat sih, kayak anak TK aja. Bentuk wanita mah semua sama. Ya kali aku cari wanita setengah pria," umpat Kai setelah panggilan terputus. Dia pun segera menunju ke ruangan Asha untuk memberitahu jika bosnya ingin bertemu dengannya. Padahal jika Bosnya ingin melihat bagaimana bentuk sekertaris barunya dia bisa melihat dari cctv, tetapi bukan Askara jika tidak ribet.
Satu ketukan pintu pada ruang kerja Asha. Tanpa menunggu jawaban, Kai segera menongolkan kepalanya. "Sha dipanggil pak Bos. Ayo kesana!" ucap Kai.
"Sekarang, Kai?"
"Enggak Sha, tapi lebaran monyet tahun depan."
...🌼 Bersambung 🌼...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!