Celestia, mahasiswi jurusan sastra. Adelio, dosen muda yang dikenal killer oleh mahasiswa di Fakultas Bahasa Sastra. Celestia beberapa kali harus mengulang mata kuliah jika dosen yang mengajar mata kuliah itu adalah Pak Adelio. Bahkan saat skripsi pun, Celestia mendapatkan dosen pembimbing satu adalah pak Adelio. Celestia, merasa dipersulit oleh Pak Adelio.
Bagaimana cara Celestia menghadapi segala kesulitan dan permasalahan untuk mencapai kelulusan nya?
Temukan cerita selengkapnya di novel teen dengan judul.
DOSEN KILLER ITU CALON SUAMIKU
⭐⭐⭐⭐⭐
Di sebuah bangunan elit dan eksklusif, di mana di sana mahasiswa-mahasiswi menimba ilmu sesuai jurusan yang dipilih. Kegiatan belajar mengajar itu berlangsung dari pagi sampai sore.
Di sebuah ruangan khusus dosen jurusan, ada salah satu mahasiswi sedang menghadap dosennya. Mahasiswi itu bernama Celestia. Celestia salah satu mahasiswi jurusan sastra semester enam. Celestia saat ini sedang menghadap salah satu dosennya di bidang apresiasi sastra. Celestia terancam mendapatkan nilai D atau bahkan E jika Celestia tidak menghadap salah satu dosen sastra itu. Dosen itu dikenal killer oleh semua mahasiswa di jurusan bahasa dan sastra di Fakultas itu. Dosen itu sebenarnya masih sangat muda dan usianya mungkin tidak terpaut jauh berbeda dengan Celestia. Paling perbedaan usia antara dosen muda itu dengan Celestia sekitar lima tahunan. Dia sebut saja Pak Adelio.
Pak Adelio karena dinilai kolot oleh mahasiswa di Fakultas itu, menjadi sangat ditakuti para mahasiswa. Apalagi kalau pak Adelio sudah mengancam akan memberikan nilai D atau bahkan E, semua mahasiswa akan mencoba berbagai cara untuk mendekati pak Adelio untuk meminta maaf dan juga meminta tugas tambahan. Seperti sekarang ini, Celestia baru pertama kalinya terkena kasus dengan pak Adelio. Celestia dianggap tidak mengumpulkan tugas apresiasi sastra karena Celestia terlambat datang saat kuliah pagi hari ini. Padahal dari semalam, Celestia sampai begadang untuk membedah karya sastra melayu itu hingga selesai fajar. Sehingga tidak heran saat jam kuliah pagi itu, Celestia terlambat datang karena kesiangan.
"Ada apa lagi kamu? Bukankah sudah saya katakan kalau saya tidak mau menerima makalah dari kamu!? Dan kamu dianggap tidak membuat tugas kali ini," ucap pak Adelio.
Celestia rasanya ingin menangis saja saat mendengar laki-laki muda yang menjadi salah satu dosen nya di bidang sastra berujar seperti itu. Celestia kini kembali berusaha merayu dosen itu supaya bisa tergerak hatinya dan merubah kembali keputusannya untuk menerima tugas makalah nya.
"Tolonglah, pak! Tugas makalah itu baru saya bikin tadi malam dan bahkan saya sampai begadang. Hingga saya bangun kesiangan. Jadi saya terlambat masuk ke kelas bapak, pak!" Celestia berusaha beralasan.
"Hem, itu masalah anda yah! Bahkan saya sudah memberikan tugas makalah itu sejak tiga minggu yang lalu. Kenapa baru tadi malam, anda membuatnya? Itu tanda nya anda kurang disiplin dan menyepelekan tugas anda sebagai mahasiswa. Sekarang keluarlah! Saya tidak mau mendengar alasan apapun dari anda," ucap pak Adelio.
"Pak Adelio!! Tolong pak!! Saya tidak mau nilai. apresiasi sastra saya jelek dan harus mengulang kembali tahun depan," sahut Celestia.
"Itu bukan lagi urusan saya!" ucap pak Adelio.
"Pak Adelio mau apa? Mau uang? Mau rokok? Atau mau saya belikan makanan kesukaan bapak?" sahut Celestia seraya lebih mendekat ke tempat duduk pak Adelio. Pak Adelio yang mendengar ucapan Celestia tiba-tiba bola matanya berubah menjadi melotot tajam. Bahkan bola mata Pak Adelio itu membulat sempurna dan hampir lepas dari sana.
"Apa kamu bilang? Kamu mencoba menyogok saya?" sahut Pak Adelio seraya berdiri dan menggebrak meja nya. Celestia yang duduk di kursi depannya sangat takut dan nyalinya menjadi menciut. Celestia menundukkan kepalanya. Lalu serta merta menangis tersedu-sedu.
"Pak Adelio jahat! Bahkan saya sudah berusaha berniat baik pada pak Adelio. Tapi nyatanya pak Adelio malah menganggap saya ingin menyogok bapak. Apa yang harus saya lakukan, pak? Supaya bisa menebus kesalahan saya? Dan bapak menerima hasil tugas makalah saya ini," ucap Celestia.
Pak Adelio yang melihat Celestia menangis di ruangan nya jadi khawatir dan panik. Tentu saja Pak Adelio takut suara tangisan Celestia terdengar di ruangan dosen yang lain.
"Oke, oke diam lah kamu! Jangan menangis di depan ku! Aku paling tidak suka melihat wanita menangis!" kata Pak Adelio yang sudah gemas karena melihat Celestia menangis seperti anak kecil. Bahkan Pak Adelio sudah tidak menggunakan kata yang sopan dengan kata 'Saya' dan 'Anda' melainkan dengan kata 'Aku' dan 'Kamu'.
"Saya akan tetap menangis sampai Pak Adelio mau menerima tugas makalah ini dan tetap memberikan nilai yang baik untuk saya. Sehingga saya tidak perlu mengulang lagi tahun depan," ucap Celestia dengan tetap menangis seperti anak kecil.
"Oke, oke! Tenang dan jangan menangis! Baiklah, saya akan menerima hasil makalah anda. Tetapi ada syaratnya," kata Pak Adelio. Celestia mengangkat kepalanya dan mendongak melihat ke bola mata Pak Adelio.
"Apa syarat nya, pak?" sahut Celestia.
"Hem, itu sih jika anda mau yah?" kata Pak Adelio.
"Saya mau pak?" sahut Celestia tanpa memikirkan apa itu syarat nya.
"Syaratnya, besok pagi sebelum jam pertama kuliah, kamu harus membacakan puisi pernyataan cinta untuk saya di depan ruangan dosen. Dan puisi itu ditujukan khusus untuk saya. Ingat! Semua yang anda lakukan tanpa ada unsur paksaan," ucap Pak Adelio.
"Hah??" ucap Celestia terkejut.
Pak Adelio tersenyum sinis. Pak Adelio yakin dan beranggapan kalau Celestia pasti tidak akan melakukan tindakan bodoh dan memalukan itu. Apalagi Celestia akan membuat puisi cinta yang diperuntukkan pada dirinya.
"Pak Adelio!? Anda yakin menyuruh saya seperti itu? Apakah pak Adelio tidak malu jika saya berani melakukannya?" ucap Celestia.
"Kenapa saya harus malu? Justru anda yang seharusnya malu jika melakukan itu. Apalagi dengan terang-terangan menyatakan cinta pada seorang dosen muda seperti saya yang disaksikan banyak mahasiswa dan juga dosen di sini," sahut pak Adelio.
"Tapi saya melakukan itu karena sebuah alasan dan bukanlah sebuah kenyataan bahwasanya saya benar-benar mengungkapkan cinta pada bapak," kata Celestia.
"Mereka tidak tahu alasan itu! Yang mereka tahu bahwa kamu sudah berani menyatakan cinta pada saya," ucap pak Adelio.
"Demi sebuah nilai, saya berani melakukan itu pak!?" kata Celestia akhirnya. Pak Adelio menyipitkan matanya melihat Celestia tidak percaya.
"Oke, baiklah! Buktikan kalau kamu berani melakukan tantangan dari saya. Dan satu lagi! Saya tidak mau melihat kamu menangis ketika semua mahasiswa dan juga dosen menertawakan kamu dan menganggap kamu seperti orang gila!!" ucap pak Adelio.
"Beri saya nilai A jika saya melakukan itu dengan baik," sahut Celestia.
"Tentu saja!" ucap pak Adelio.
"Aku akan membuat puisi cinta untuk anda pak Adelio. Aku pastikan, semua mahasiswa dan dosen yang membaca puisi ku akan menjadi baper dan akan memaksa pak Adelio untuk membalas puisi ku. Pasti ini lebih seru. Enak saja dosen ini ingin membuat aku malu. Aku pun juga bisa membuat dia malu juga dihadapan mahasiswa dan juga dosen yang lain," batin Celestia.
"Ini puisi untuk anda, pak Adelio!" teriak Celestia pagi itu.
Dengan menghilangkan rasa gemetaran di kedua kaki dan juga tangannya karena nervous, Celestia memberanikan dirinya membacakan puisi cinta khusus untuk dosen killer itu yaitu pak Adelio. Semua Celestia lakukan demi mendapatkan nilai yang baik dan juga pak Adelio mau menerima hasil makalah yang sudah ia kerjakan.
Celestia saat ini ditonton banyak mahasiswa di Fakultas itu. Celestia sudah tidak perduli lagi dengan semua pasang mata yang menatap dirinya dengan pandangan merendahkan dirinya. Seorang wanita dinilai benar-benar sudah nekat ketika berani mengatakan cinta pada seorang pria. Apalagi ini seorang mahasiswi menyatakan cinta pada dosennya sendiri.
Celestia membaca puisi dari Jalaluddin Rumi dengan lantang sebelum membacakan puisi cinta hasil karyanya sendiri.
Aku memilih mencintai mu dalam diam
Karena dalam diam tak akan ada penolakan
Aku memilih mencintai mu dalam kesepian
Karena dalam kesepian tidak ada orang lain yang memiliki mu kecuali aku
Aku memilih memujamu dari kejauhan
Karena kejauhan melindungi ku dari rasa suka
Aku memilih mencium mu dalam angin
bukankah bibirku juga akan merasakan kelembutan demi angin?
Aku memilih memiliki mu dalam mimpi
Karena dalam mimpi kamu tidak akan pernah mati
(Jalaluddin Rumi, Cinta dalam Diam)
"Ada apa dengan Celestia, sih? Apa dia sudah sinting? Apa benar Celestia selama ini menyukai dosen tampan muda itu?" ucap salah satu mahasiswi satu jurusan dengan Celestia.
"Entahlah! Aku rasa itu karena kemarin pak Adelio menolak lembaran tugas makalah dari Celestia karena Celestia terlambat masuk ke kelas. Sedangkan kuliah pagi oleh pak Adelio sudah dimulai," sahut teman mahasiswi yang lain.
Kembali Celestia membacakan puisi hasil karya nya sendiri. Pak Adelio belum juga keluar dari dalam ruangan dosen. Padahal suasana mulai gaduh karena ulah Celestia. Bahkan mahasiswa dari jurusan lain seperti jurusan bahasa Inggris ikut melihat aksi nekat Celestia. Celestia seperti tontonan topeng monyet yang dikerumuni banyak mahasiswa dan dosen.
"Cukup besar nyali gadis itu! Aku salut, mentalnya kuat dan cukup berani membacakan puisi cinta untuk seorang dosen di depan teman-teman mahasiswa nya beserta dosen-dosen fakultas," ucap salah satu dosen yang memperhatikan Celestia.
"Benar, bu!? Tapi apakah pak Adelio tidak mau keluar setelah salah satu mahasiswi nya nekat melakukan aksi membaca puisi cinta seperti ini?" sahut dosen yang lain.
"Saya pikir, pak Adelio masih di dalam ruangan nya sedang mengatur irama jantung nya karena tiba-tiba ada seorang wanita menyatakan cinta terhadap pak Adelio," kata dosen wanita itu.
"Hehehe, pak Adelio sudah cukup umur untuk melepaskan masa lajang nya. Apakah Pak Adelio berminat dengan salah satu mahasiswi nya untuk dijadikan pendamping hidup nya," ucap dosen laki-laki itu.
"Nah, kita lihat saja pertunjukan pagi ini. Siapa tahu memang mahasiswi ini melakukan aksi konyol itu lantaran di suruh oleh Pak Adelio sendiri. Mengingat pak Adelio seorang dosen sastra," kata dosen wanita itu.
"Anak muda sekarang memang nekat dan cukup pemberani! Saya benar-benar salut dengan semangat mahasiswi itu," sahut dosen laki-laki itu.
"Dia Celestia Belinda," ucap dosen wanita itu.
Celestia kembali membaca puisi cinta hasil karya nya. Sedangkan mahasiswa dan dosen masih melihat pertunjukan gratis pagi hari itu.
"Pak Adelio!! Aku mencintai mu, pak Adelio!? Walaupun cinta ini belum terbalas, namun aku sudah puas. Sudi kah kiranya rasa ini tetap berbunga sampai terbuka hati mau menerima nya," ucap Celestia.
Tiba-tiba saja riuh tepukan tangan dari semua mahasiswa dan dosen memberikan penghargaan atas aksi nekat Celestia. Celestia menatap sekeliling nya dirinya saat ini sudah menjadi tontonan gratis pagi itu. Celestia tiba-tiba saja merah padam mukanya. Celestia masih berdiri mematung menunggu jawaban dari Pak Adelio. Namun pak Adelio tidak juga keluar dari ruangannya. Sampai akhirnya salah satu dosen membubarkan kerumunan itu setelah Celestia selesai melakukan pertunjukan nya.
"Ayo bubar-bubar! Pertunjukan selesai!!" kata salah satu dosen laki-laki yang usianya sekitar empat puluh tahunan. Setelah membubarkan kerumunan mahasiswa itu, dosen laki-laki itu yang bernama pak Slamet mendekati Celestia yang masih berdiri mematung di depan ruangan dosen.
"Sudah cukup pertunjukan nya, nona! Puisi nya bagus. Penghayatan dan penjiwaan nya cukup keren. Kamu boleh pergi dan bisa mengikuti materi kuliah pagi ini, jika kamu ada kuliah jam ini," ucap pak Slamet.
"Terimakasih banyak pak!? Eh, em Saya permisi pak!?" sahut Celestia. Celestia segera cepat-cepat berlalu meninggalkan tempat itu. Namun sebelum Celestia melangkah lebih jauh, pak Slamet berkata.
"Saya pribadi sangat setuju dan mendukung jika kamu dan juga pak Adelio benar-benar berjodoh dan menjadi pasangan suami istri di kelak kemudian hari," kata Pak Slamet.
"Eh??" Celestia terkejut bukan main dengan ucapan pak Slamet. Pak Slamet terkekeh saat melihat perubahan wajah Celestia yang tiba-tiba saja menjadi merah padam seperti kepiting rebus.
Celestia segera berlari dari tempat itu. Dia sangat malu jika benar-benar dianggap semua orang kalau dirinya menyukai pak Adelio.
"Rasanya aku mau menghilang dari dunia ini saja. Aku benar-benar sudah dipermalukan oleh pak Adelio. Awas saja jika besok nilai yang dijanjikan tidak keluar A. Aku akan menuntutnya," gumam Celestia.
*****
Sedangkan di ruangan nya pak Adelio tersenyum penuh kemenangan. Dia sangat puas bisa mengerjai salah satu mahasiswi nya.
"Cukup berani juga gadis itu! Baiklah! Nilai A akan aku berikan pada nya di mata kuliah apresiasi sastra," gumam Pak Adelio.
Tok.
Tok.
Tok.
"Pak Adelio, boleh saya masuk?" ucap pak Slamet langsung nyolong masuk ke ruangan pak Adelio setelah sebelumnya mengetuk pintu ruangan pak Adelio.
"Eh, pak Slamet, mari-mari silahkan duduk pak!?" sahut pak Adelio. Pak Slamet duduk seraya tersenyum lebar menatap ke wajah Pak Adelio.
"Mahasiswi tadi sangat keren membacakan puisi nya pak!? Di Samping itu, dia cukup berani. Apakah pak Adelio menyukai mahasiswi itu?!" ucap pak Slamet. Pak Adelio menggaruk kepala nya yang tidak gatal.
"Eh, em? Mana mungkin saya menyukai mahasiswi saya sendiri, pak Slamet! Reputasi saya bisa hancur sebagai seorang pendidik," kata Pak Adelio.
"Hahaha, kenapa tidak? Mahasiswi tadi cukup cantik dan anda pun juga masih muda. Tidak ada salahnya kok seorang dosen menyukai mahasiswi nya sendiri. Bahkan dia sudah berani menyatakan cinta nya pada pak Adelio. Apakah pak Adelio tega menolak pernyataan cinta nya?" ucap pak Slamet berusaha menyudutkan pak Adelio.
"Eh?? Sial!? Kenapa jadi seperti ini sih?" batin pak Adelio.
"Saya mendoakan supaya pak Adelio dan juga Celestia berjodoh," kata Pak Slamet.
"Hah? Celestia!?" sahut pak Adelio.
"Benar! Mahasiswi tadi bernama Celestia, pak Adelio! Pak Adelio jangan pura-pura amnesia dong!" ucap pak Slamet seraya menepuk baju pak Adelio. Setelah menggoda pak Adelio, pak Slamet keluar dari ruangan pak Adelio dengan tersenyum penuh kepuasan.
"Hahaha suka sekali ngerjain mahasiswi nya. Aku kerjain balik," gumam Pak Slamet.
"Baiklah, kuliah siang ini cukup sampai disini. Beberapa mahasiswa yang hari ini belum bisa tampil mempresentasikan makalah nya dinyatakan belum layak bentuk makalahnya. Jadi dimohon memperbaiki nya terlebih dahulu. Sampai jumpa minggu depan di mata kuliah yang sama. Terimakasih. Selamat siang, sehat selalu untuk kalian semuanya," ucap dosen muda yang bernama pak Adelio.
Beberapa mahasiswa yang merasa belum tampil di depan mempresentasikan makalah nya jadi melongo. Tentu saja mereka ada yang ingin menangis dan juga marah. Namun demikian, mereka tidak bisa berbuat banyak. Karena semua wewenang memang pada dosen yang mengajar.
"Celestia, kamu juga belum dapat kesempatan mempresentasikan makalah kamu hari ini bukan? Aku juga loh, Celestia. Padahal makalah yang aku buat benar-benar sudah memenuhi prosedur yang diinginkan dosen muda itu. Kenapa bisa ditolak dan harus diperbaiki lagi. Kita juga belum mengetahui dimana letak yang harus diperbaiki," kata Caca.
"Rasanya aku mau nangis, Caca! Katanya pak Adelio aku akan memperoleh nilai yang baik setelah aku membacakan puisi cinta di depan ruang dosen. Tapi kenapa pak Adelio bilang, bahwa yang belum ke depan memberikan presentasi kan makalah harus memperbaiki dulu makalah nya. Menyebalkan sekali," keluh Celestia.
"Hehehe, kasian banget kamu Celestia! Ternyata kamu lebih dianiaya pak Adelio dari pada aku," sahut Caca.
"Jadi hanya kita berdua saja yang harus memperbaiki makalah kita?" tanya Celestia.
"Aku juga kok!" sahut Raja yang tiba-tiba mendekati Celestia dan Caca.
"Kamu juga yah, Raja!?" ucap Caca.
"Iya, lebih baik kita langsung menghadap pak Adelio saja untuk mengetahui dimana letak kesalahan dari makalah yang kita buat. Lagipula makalah kita masih ada di pak Adelio. Kita jangan menunda-nunda waktu lagi. Mumpung hari ini masih ada pak Adelio," usul Raja.
"Bagaimana, Celestia!?" sahut Caca meminta pendapat.
"Sebenarnya aku sudah sangat malas jika berurusan dengan pak Adelio. Rasanya sudah enek," kata Celestia.
"Hahaha, jangan seperti itu Celestia! Nanti kamu bisa beneran jatuh cinta seperti puisi yang kamu bacakan khusus untuk pak Adelio itu," ucap Raja.
"Ih, nyebelin banget! Kalau ingat itu rasanya aku sangat menyesal sudah melakukan nya. Kalian berdua tahu? Bahkan aku rela menahan rasa malu membaca puisi cinta khusus untuk pak Adelio demi mendapatkan nilai bagus dan supaya makalah ku diterima oleh pak Adelio. Tapi nyatanya apa? Aku harus kembali memperbaiki lagi makalah ku. Padahal aku sudah membuat nya sungguh-sungguh dan tidak asal-asalan. Ini tidak adil banget. Ada apa sih dengan pak Adelio itu? Dia kok sangat senang sekali membuat mahasiswa nya menderita dan susah," ucap Celestia penuh dengan keluh kesah.
"Mungkin dahulu nya, pak Adelio itu saat menjadi mahasiswa juga telah dibikin susah dan ribet oleh dosennya. Jadi sekarang ketika sudah menjadi dosen, pak Adelio balas dendam," sahut Raja.
"Balas dendam? Tetapi kenapa aku yang sering kali kena?" ucap Celestia.
"Hahaha, Jangan-jangan pak Adelio suka sama kamu, Celestia!!" sahut Caca. Celestia menjulurkan lidahnya menanggapi ucapan Caca.
"Kalau suka sama aku, seharusnya memanjakan aku dong!? Ini malah bikin aku membenci dirinya," kata Celestia.
"Hayo hati-hati loh! Berawal dari benci bisa cinta," sahut Raja.
"Ih, najis tralala deh!" kata Celestia sewot. Caca dan Raja tertawa terbahak-bahak melihat Celestia yang semakin sewot dengan pak Adelio, dosen muda yang dikenal killer di jurusan sastra itu.
*****
Di ruangan dosen khusus nya di meja pak Adelio.
"Ini makalah kalian bertiga! Di dalamnya sudah saya tunjukkan mana yang harus diperbaiki. Silahkan diperbaiki di rumah. Minggu depan saat jam kuliah saya, saya akan memberikan kesempatan kepada kalian bertiga mempresentasikan makalah kalian yang sudah diperbaiki. Oke?" urai pak Adelio.
"Tapi pak Adelio? Bagaimana dengan saya?" sahut Celestia. Pak Adelio mengerutkan dahinya.
"Ada apa rupanya? Saya sudah sangat baik memberikan kesempatan sekali lagi pada kamu dan juga dua teman kamu untuk memperbaiki makalah kalian. Lalu apa lagi yang kamu permasalahkan?" ucap pak Adelio.
"Apakah saya harus kembali mengingat kan pada bapak jika bapak sudah berjanji akan memberikan nilai yang terbaik jika saya melakukan syarat dari bapak. Yaitu membacakan puisi cinta di depan mahasiswa dan dosen di fakultas ini," kata Celestia.
Raja dan Caca berusaha menahan tawanya dan tidak mau melihat wajah malu dari pak Adelio. Benar! Pak Adelio wajahnya terlihat merah padam seperti kepiting rebus.
"Maaf, saudari Celestia! Saya tidak menyuruh dan memaksa saudari untuk melakukan itu!? Ah, sudahlah! Silahkan kalian bertiga keluar dari ruangan saya, sebelum saya berubah pikiran dan bahkan saya bisa saja memberikan nilai E pada mata kuliah apresiasi sastra yang kalian ambil semester ini," ancam pak Adelio.
"Eh??" Caca dan Raja tiba-tiba memucat dan bergegas segera permisi meninggalkan ruangan pak Adelio. Namun berbeda dengan Celestia yang masih berdiri tidak bergeming meninggalkan ruangan pak Adelio, si dosen killer itu. Pak Adelio menatap ke arah Celestia.
"Kenapa kamu tidak juga ke luar dari ruangan saya?" tanya pak Adelio.
"Saya harus memastikan kalau saya harus mendapatkan nilai terbaik. Karena Pak Adelio sudah menjanjikan itu pada saya," desak Celestia.
"Eh?? Benar-benar nekat sekali kamu nona!?" sahut Pak Adelio.
"Bapak harus konsekuensi dengan ucapan bapak!?" ucap Celestia.
"Oke, oke oke! Baiklah! Saya akan memberikan nilai yang Ter-Baik untuk kamu! Tanpa harus merevisi dan mempresentasikan makalah kamu. Tapi kamu harus melakukan sesuatu untuk saya," kata Pak Adelio. Kembali Celestia mengerutkan dahinya.
"Apalagi ini? Bapak jangan lagi mempersulit saya lagi!? Saya pun bisa melaporkan bapak pada pak Dekan atau pak rektorat," ucap Celestia.
"Hahaha, kamu mengancam saya!?" sahut pak Adelio dengan tertawa terbahak-bahak. Celestia melongo saat melihat pak Adelio tertawa seperti itu. Seumur hidup jarang sekali pak Adelio tertawa lepas seperti itu.
"Hahaha kamu sangat lucu sekali! Ah sudahlah! Kamu bisa keluar dari ruangan saya. Dan tunggu saja hasil semester ini. Saya pastikan nilai apresiasi sastra kamu mendapatkan nilai E," kata pak Adelio.
"Eh??" Celestia rasanya mau nangis mendengar ucapan pak Adelio.
"Baik! Baiklah! Apa yang harus saya lakukan supaya mendapatkan nilai terbaik itu?" kata Celestia. Pak Adelio diam tawanya.
"Hem, sabtu pagi datanglah ke kafe Z jam 10.00 wib. Oke?? Kita bertemu di sana!?" ucap pak Adelio.
"Hah?" Celestia terkejut bukan main dengan permintaan pak Adelio itu. Netra Celestia tidak berkedip dengan beribu pertanyaan di benaknya.
"Jangan banyak tanya yah!? Ikuti semua perintah saya! Dan kalau sudah tidak ada keperluan dan kepentingan lagi, silakan keluar dari ruangan saya," ucap pak Adelio.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!