NovelToon NovelToon

Cinta Sang Aktor

Bab 1 - Kadar Ketampanan

"Cut!"

Proses syuting di hari itu pun selesai.

Elmer berjalan ke arah Samuel, manager sekaligus asisten pribadinya. Ia pun duduk di kursi yang sudah disediakan.

"Mau langsung pulang apa gimana El?"

"Pulanglah, ngapain disini lama-lama! Bisa-bisa aku mual dan muntah-muntah nantinya. Apalagi para kru dan karyawan wanita terus menerus melihat ke arahku. Hih! Pengen aku colok matanya!"

Sam hanya bisa menarik napasnya dalam-dalam. Elmer ini seorang aktor terkenal yang digandrungi banyak wanita tapi malah trauma dengan wanita. Ia akan mual dan muntah-muntah ketika bersentuhan dengan wanita. Ia bahkan suka kesal sendiri jika ada wanita yang membuntutinya. Padahal itu kan fans nya sendiri. Sam yang jadi managernya pun selalu kewalahan menghadapi semua fans fanatik dari Elmer.

Padahal Elmer jika mengambil projek film atau drama selalu yang bergenre action ataupun thriller untuk meminimalisir adegan bersentuhan dengan lawan mainnya yang wanita. Kalaupun ada adegan bersentuhan tangan dengan wanita, Sam sebagai managernya selalu memberikan obat penawar agar Elmer tidak muntah-muntah selama proses syuting. Tapi, walau begitu, selesai syuting pasti kepala Elmer akan pusing dan tubuhnya terasa lemas.

"Ya sudah, ayo kita pergi," ajak Sam.

Elmer pun berdiri dari duduknya. Ia berjalan keluar dari lokasi syuting.

Setibanya di parkiran, Elmer bisa bernapas dengan lega. Karena tak ada fans fanatik yang rela sampai masuk ke lokasi syuting tanpa izin.

"Aku mau tidur sebentar. Kalau sudah sampai di apartemen. Bangunkan aku!"

"Iya."

Benar saja, baru juga izin mau tidur. Elmer sudah terlelap dalam tidurnya.

Jarak tempuh lokasi syuting ke apartemen sekitar 45 menit. Jadi ada banyak waktu untuk Elmer beristirahat. Sesampainya di apartemen, Sam membangunkan Elmer.

"El, bangun! Udah sampai nih!" ucap Sam sambil menepuk pipi Elmer.

"Hoammm, udah sampai ya? Kenapa cepat sekali?" tanyanya dengan mata yang masih terpejam.

"Ayo bangun! Badanmu kan berat! Mana kuat aku menggotong mu!"

"Huh! Mengganggu saja!"

Elmer pun keluar dari mobilnya dan berjalan menuju ke lift bersama Sam. Tangan Elmer menekan tombol angka 4 karena apartemen yang ia huni ada di lantai 4.

Ting!

Pintu lift sudah terbuka. Mereka sudah sampai di lantai 4.

Setibanya di depan apartemen, Elmer menekan nomor pin masuk apartemennya. Hanya dia dan Sam saja yang tahu nomor pin itu.

"Syuting hari ini sudah selesai. Kau boleh istirahat sepuas mu. Tapi, besok pagi kau harus bangun lebih awal. Kita ada pemotretan untuk brand fashion terkenal."

"Iya, iya, bawel," kesal Elmer karena Sam terus bicara tentang pekerjaan.

"Hih! Awas saja kalau kau bangunnya telat! Aku jamin bulan depan kau akan mendapatkan projek drama genre romantis!" ancam Sam pada Elmer.

"Sialan! Pergi saja kau!" kesal Elmer sambil melemparkan bantal ke Sam.

Sam pun pergi dari apartemen Elmer dengan mengelus dadanya. Ia harus memiliki banyak kesabaran untuk mengahadapi kelakuan buruk dari Elmer.

*

*

Hari pun telah berganti. Mentari pun sudah mulai menampakkan dirinya dari arah timur. Begitu juga dengan Elmer, pria bertubuh jangkung dan atletis itu tengah bersiap untuk berangkat pemotretan. Ia adalah orang yang tepat waktu. Meski sering diancam-ancam oleh Sam. Tetap saja, ancaman itu tidak pernah terjadi karena pada dasarnya Sam lah yang sering datang terlambat untuk menjemputnya.

Namun, kali ini Sam datang lebih awal. Ia bahkan sudah menyiapkan segala keperluan Elmer untuk pemotretan nanti.

Di dalam mobil, Elmer asik mengoperasikan ponselnya. Sementara Sam harus fokus menyetir. Tapi, Sam tetap mengajak Elmer untuk mengobrol.

"Sebaiknya kau minum obat dulu. Kita tidak tahu apa yang akan terjadi di tempat pemotretan nantinya. Bisa saja disana banyak fans wanitamu atau seorang karyawan wanita yang tanpa sengaja menyentuhmu. Untuk mengantisipasi rumor buruk yang akan menyebar nantinya. Kali ini tolong turuti perintahku!"

"Iya! Kau ini bawel sekali sih! Perasaan dulu kau tidak sebawel ini deh!"

Itu karena kau sialan! Kau selalu membuat aku pusing dengan semua tingkah dan sikapmu! Kau pikir aku ini apa? Seenaknya saja melimpahkan semua masalahmu padaku! Huhu. Kalau aku tidak bawel, nasibku akan semakin buruk! Kalau saja kau bukan sahabatku. Mungkin saja aku akan berhenti jadi manager mu!

Sam ngedumel di dalam hatinya. Walaupun ia berani mengatakan langsung, tapi ia tidak bisa mengatakannya sekarang. Karena itu pasti akan merusak suasana hati Elmer yang akan pemotretan. Daripada nantinya ia yang bertambah pusing. Lebih baik memang menjelekkan Elmer di dalam hatinya.

Elmer dan Sam pun sudah sampai di gedung NC Entertainment. Tepatnya mereka kini sudah ada di ruangan foto pemotretannya.

Kehadiran Elmer disambut baik oleh CEO dari NC Entertaintment.

"Akhirnya kau sampai juga. Aku kira kau akan telat El," ucap Ansel yang rupanya akrab dengan Elmer.

"Tidak ada kata telat dalam sejarah hidupku!"

"Hahaha, benar juga. Aku sih kasihan pada Sam yang waktu tidurnya pasti sangat sedikit karena harus bangun lebih awal darimu."

"Itu kan memang sudah menjadi tugasnya. Jadi terima saja."

Ya Tuhan! Mulutnya tidak ada empati-empatinya padaku.

"Hahaha, ya sudah aku akan kembali ke ruangan ku. Nikmati saja pemotretannya. Aku yakin kau akan suka dengan pakaiannya. Yang punya brand juga cantik."

Elmer hanya mendengus sebal akan ucapan Ansel tersebut. Yang tahu ia trauma pada wanita dan sentuhan wanita hanyalah Sam, kakak laki-lakinya juga ayahnya. Orang lain tidak ada yang tahu.

Pemotretan pun berjalan dengan lancar. Selama pemotretan sang pemilik brand tidak bisa hadir karena masih ada meeting dengan klien yang lain. Tapi, katanya sih akan datang walau terlambat.

Pekerjaan Elmer tak hanya pemotretan saja di hari itu. Ia juga melakukan syuting untuk membuat video launching produk dari brand fashion itu juga.

Hingga pemotretan dan syuting pun selesai. Elmer keluar lebih dulu karena ingin mencari udara segar. Namun, sayang ia malah bertabrakan dengan seorang wanita hingga membuat keduanya terjatuh di lantai.

"Heh! Kalau jalan itu pakai mata!"

"Salah dong! Kalau jalan itu pake kaki!" sergah Ela

"Huh! Sana jauh-jauh!" usir Elmer pada wanita yang ditabraknya.

"Heh! Siapa juga yang mau dekat-dekat sama situ!" balas si wanita.

"Halah! Kau pasti tadi sengaja menabrak ku agar bisa mengobrol denganku kan? Ngaku saja! Aku sudah banyak tahu modus-modus para wanita yang mendekatiku."

Ela di buat tercengang dengan ucapan pria di hadapannya ini. Memangnya dia tidak punya kerjaan apa? Sampai harus melakukan hal sebodoh itu!

"Cih! Mana sudi! Kalau ketampananmu seperti Robert Pattinson mungkin saja aku akan melakukan hal bodoh itu. Tapi ketampananmu berada di bawah standar itu. Nggak level!"

Elmer dibuat menganga tidak percaya oleh Ela. Ia merasa terhina sebagai aktor tertampan sejagad raya ini. Ketika akan memarahinya kembali wanita itu sudah lebih dulu pergi dari hadapannya.

"Awas saja kalau sampai bertemu lagi. Aku pastikan kau akan mengakui kadar ketampananku yang di atas Robert Pattinson!"

Berbeda dengan Ela yang berharap tidak bertemu lagi dengan Elmer.

"Hih! Jangan sampai aku bertemu lagi dengan laki-laki kepedean seperti itu!" ucapnya sambil menggelengkan kepala.

*

*

TBC

Bab 2 - Sengaja menyentuh wanita

Di ruang pemotretan, Sam terus mengedarkan penglihatannya dengan seksama. Ia mencari-cari keberadaan Elmer yang tak kunjung dilihatnya.

"Is! Kemana sih dia? Sudah tahu punya trauma dan tidak boleh bersentuhan dengan wanita! Kenapa malah jalan-jalan sendirian! Haish! Benar-benar menyebalkan," gumam Sam.

Sam terus menanyakan pada satu per satu dari kru atau karyawan yang ada di ruangan. Namun, semuanya menggeleng dan tidak melihat kepergian Elmer.

Sam menghela napasnya. Yang ia takutkan adalah Elmer akan kalap dan muntah-muntah di depan umum. Hal itu akan membahayakan Elmer. Pastinya nantinya akan muncul berbagai gosip di media sosial.

"Memang! Kalau tidak membuat masalah, bukan Elmer namanya."

Langkah Sam terhenti, ketika melihat Elmer yang duduk di sofa ruang tunggu dengan menyilangkan salah satu kakinya. Laki-laki itu malah asik bermain ponselnya. Padahal Sam sudah khawatir setengah mati mencarinya.

Benar-benar tidak adil!

Sam menghampiri Elmer dan berdiri di hadapan laki-laki itu. Bahkan wajahnya kini berubah menjadi datar dan menyilangkan kedua tangannya di dada.

Elmer mendongak.

"Kau kenapa? Sakit gigi?"

Sam mengusap wajahnya yang mulai kesal pada Elmer. Ia pun jadi ikut duduk di samping pria itu.

"Kalau pergi itu bilang-bilang. Jangan jalan sendiri seenak mu saja. Kalau nanti trauma mu muncul bagaimana?"

Sam mengutarakan kekhawatirannya pada Elmer.

Elmer terdiam. Mengingat tentang trauma, seharusnya ia mual dan muntah-muntah sekarang. Kan tadi ia bertemu wanita bahkan bersentuhan karena bertabrakan hingga terjatuh. Tapi, sampai sekarang ia tidak merasakan apapun.

Apa traumaku sudah menghilang? Ah, tapi masa iya?

Elmer langsung berdiri dan mencari seorang wanita untuk ia sentuh tangannya. Hal itu membuat Sam kebingungan dengan tingkah Elmer yang suka sekali pergi tanpa berpamitan padanya.

Ketika ada seorang wanita lewat, ia sengaja menyentuh wanita itu.

"Ah, maaf saya tidak sengaja," ucapnya.

Si wanita membalasnya dengan senyuman.

"Ah, tidak apa-apa. Lagipula ini salah saya juga yang tidak melihat jalan."

Tak lama kemudian, Elmer mulai merasakan tak enak di tubuhnya. Ia langsung berlari mencari toilet terdekat.

Elmer memuntahkan isi perutnya. Ia juga merasakan pusing di kepalanya. Bahkan rasa mual itu terus menjalar hingga tubuhnya ikut melemas juga.

Sam yang melihat tingkah bodoh Elmer pun membelalakkan matanya dan langsung mengejar Elmer ke toilet. Ia langsung membantu Elmer dan memberikan obat untuk mengurangi rasa mualnya.

Lalu setelah itu, Sam memarahi Elmer akan tingkah kecerobohan Elmer.

"Kau ini bagaimana sih? Kenapa tiba-tiba menyentuh wanita begitu? Sudah tahu jadinya akan begini! Huh!"

"Kau ini bisa diam tidak sih! Pusing aku mendengarnya! Woekkk!"

Elmer muntah-muntah lagi. Bahkan kini wajahnya sudah sedikit pucat. Sam jadi kelimpungan sendiri.

Bagaimana ini? Bagaimana ini? Haish! Dasar keras kepala! Ya Tuhan, semoga ketika keluar dari toilet ini. Tak ada siapapun yang melihatnya begini.

Setelah merasa sedikit lebih baik, Elmer dan Sam pun keluar dari toilet. Sam sengaja memberikan topinya juga masker ke Elmer agar tak menimbulkan pertanyaan pada orang yang melihat wajah Elmer yang pucat. Untung saja pekerjaannya sudah selesai, jadi ia bisa membawa Elmer pergi dari sana.

Keduanya kini sudah berada di dalam mobil, Elmer menyandarkan kepalanya ke kursi mobil yang sudah diturunkan.

"Kenapa kau tadi menyentuh wanita? Kau ingin mati?" tanya Sam lagi.

"Sialan! Kau menginginkan aku mati?!"

Sam meneguk air ludahnya sendiri. Sepertinya tadi ia salah memilih kata-kata.

"Bukan, bukan begitu. Aku hanya tidak habis pikir saja padamu. Sudah tahu punya trauma. Kau malah sengaja menyentuh wanita."

"Kau percaya tidak? Tadi aku tidak sengaja menyentuh wanita. Dan setelah menyentuh wanita itu, aku tidak merasakan mual dan muntah-muntah. Bahkan aku terlihat normal."

Sam agak tidak percaya sebenarnya. Apalagi ia tidak melihatnya dengan mata kepalanya sendiri.

"Mana mungkin!" jawab Sam yang tidak percaya.

"Beneran deh! Tapi wanita itu sangat menyebalkan! Masa dia bilang kadar ketampananku di bawah standar. Terus dia bilang nggak level! Huh! Belum tahu saja dia siapa aku sebenarnya!" ucap Elmer sambil mengepalkan tangannya kuat-kuat. Ia masih merasa terhina dengan ucapan wanita tadi.

Sebenarnya Sam ingin sekali tertawa. Tapi ia tahan. Ia benar-benar salut dengan wanita yang diceritakan oleh Elmer itu. Selama ini tidak ada satu wanita pun yang tidak tergila-gila dengan Elmer. Tapi, sepertinya wanita itu pengecualian. Ia jadi penasaran seperti apa wanita yang diceritakan oleh Elmer itu? Apa benar ketika bersentuhan dengan wanita itu Elmer tak mengalami mual dan muntah-muntah?

*

*

Ela memasuki ruang pemotretan brand fashion nya. Meski pemotretannya sudah selesai, ia sudah berjanji akan datang walau terlambat.

"Bagaimana pemotretannya tadi? Apa berjalan lancar?" tanya Ela pada salah satu staf disana.

"Semuanya berjalan lancar Nona. Bahkan kita tidak perlu memakai waktu yang lama. Karena ternyata model yang dipilih oleh Ansel sangat-sangat berkompeten. Bahkan saya awalnya tidak berekspektasi banyak padanya karena ternyata dia berawal dari dunia akting bukan model. Tapi hasilnya sungguh menakjubkan. Anda pasti akan menyukainya Nona."

"Sungguh? Wah! Kalau begitu baguslah. Aku memang tidak salah selalu mengandalkan Ansel dalam urusan ini," ucapnya sambil tersenyum.

"Kalau begitu, mana hasilnya? Aku mau melihatnya."

"Baik, sebentar Nona."

Si staf pun mengoperasikan komputernya lalu menunjukkan foto-foto hasil pemotretan itu.

Mata Ela membelalak sangat lebar. Laki-laki yang jadi model brand fashion nya adalah laki-laki kepedean yang tadi tak sengaja bertabrakan dengannya. Harus ia akui, laki-laki itu memang sangat berkarisma ketika sedang bergaya di depan kamera. Tapi, mengingat perilaku laki-laki itu tadi padanya, seolah menghilangkan kelebihan dari laki-laki itu di mata Ela. Yang Ela tahu laki-laki itu tidak sopan, kepedean dan arogan, sombong dan banyak gaya.

"Bagaimana Nona? Bagus kan?" tanya si staf.

"Ah, iya bagus-bagus," jawab Ela.

Setelah melihat keseluruhan hasil foto dan video. Ela bisa bernapas lega. Semuanya berjalan dengan lancar, meski hatinya sedikit tidak rela model brand fashion nya adalah laki-laki kurang akhlak.

Ela pun berjalan menghampiri Ansel ke ruangan laki-laki itu. Ansel menyambutnya dengan senang hati.

"Gimana? Bagus kan model pilihanku? Kau pasti tidak akan rugi menjadikannya brand ambassador fashion mu. Apalagi sekarang karirnya sedang naik daun," ucap Ansel memuji pilihannya.

Huh!

Ela menghela napasnya, kemudian duduk di sofa yang ada di ruangan Ansel.

"Bagus sih bagus! Tapi sikapnya itu lho! Aku tidak suka!" kesal Ela sambil menyilangkan kedua tangannya di dada.

Ansel tertawa. Ia paham itu. Karena ia tahu bagaimana sikap Elmer yang agak-agak semaunya sendiri. Tapi, di balik itu semua, Elmer sangat profesional ketika bekerja.

"Yang terpenting, pemotretannya berjalan lancar dan bagus hasilnya. Mengenai sifatnya itu, jangan diambil pusing. Lagian kalian kan tidak mungkin akan sering bertemu."

"Tetap saja aku kesal tahu!"

"Hahaha. Kau mah apa-apa juga bisa membuatmu kesal. Sumbu pendek sih sama seperti kembaran mu itu."

"Hih! Jangan samakan aku dengan dia!"

"Hahaha, oke oke, baiklah."

*

*

TBC

Bab 3 - Kakek dan Cucu

Sesampainya di apartemen, Sam membiarkan Elmer untuk istirahat. Ia selalu tidak tega jika melihat trauma Elmer yang selalu saja kambuh. Bahkan jika bisa, ia ingin sekali membantu Elmer untuk menghilangkan trauma nya itu. Tapi, apa mau dikata, yang bisa ia lakukan sekarang hanyalah memberi obat penghilang rasa mual itu.

Melihat Elmer yang sudah tertidur, Sam pun keluar dari apartemen Elmer. Ia segera mengambil ponsel di sakunya, karena mendapatkan sebuah telepon dari Tuan Sebastian, ayahnya Elmer.

"Sam, kau sedang bersama Elmer? Tadi aku sudah menelponnya berkali-kali. Tapi tidak ada jawaban sama sekali."

"Aku baru saja keluar dari apartemennya om. Sebentar, aku akan berjalan ke basemen dulu untuk memasuki mobil," ucap Sam.

Laki-laki itu berjalan ke basemen dengan telepon yang masih terhubung. Kemudian setelah sudah duduk di mobil, Sam langsung menjawab pertanyaan Tuan Sebastian lagi.

"Elmer sedang istirahat om. Tadi dia nekat menyentuh wanita karena dia pikir traumanya sudah sembuh. Tapi ternyata tidak om."

Tuan Sebastian agak bingung dengan ucapan Sam. Ia pun langsung meminta penjelasan yang lebih detail.

"Bagaimana bisa Elmer berpikir begitu? Apa dokter yang mengatakan itu?"

"Tidak om. Elmer sih tadi mengatakan kalau dia tidak sengaja menyentuh wanita dan tidak merasakan apapun setelahnya. Jadi dengan bodohnya dia malah sengaja menyentuh wanita untuk memastikan semuanya. Tapi ternyata, traumanya masih ada om."

Terdengar suara helaan napas dari sambungan telepon.

"Siapa wanita itu?" tanya Tuan Sebastian.

"Aku tidak tahu om. Bahkan sepertinya dia adalah satu-satunya wanita yang tidak terpikat dengan anak om. Hingga membuat Elmer kesal."

Terdengar sedikit tawa renyah dari Tuan sebastian.

"Benarkah begitu? Wah! Sepertinya, wanita itu bisa membantu untuk menyembuhkan trauma Elmer."

Tuan Sebastian mulai menerka-nerka.

"Hm, bisa jadi begitu om. Tapi kan kita tidak tahu om."

"Iya, kau benar juga sih. Ya sudah om tutup teleponnya. Tetap jaga Elmer jangan sampai dia diberitakan lagi di media."

"Siap om."

Sam pun bernapas lega ketika selesai berbicara dengan Tuan Sebastian. Ia meletakkan ponselnya ke sakunya dan mulai mengemudikan mobilnya keluar dari area apartemen Elmer.

*

*

Tuan Sebastian menatap figura foto keluarganya di ruang kerja kantornya. Sudah berulang kali ia menarik napasnya.

"Maafkan aku ma, aku tidak bisa menjaga dan merawat anak kita berdua. Evan sudah meninggal dengan keadaan masih merasa bersalah ada adiknya sendiri. Sementara Elmer, dia memang terlihat baik-baik saja, tapi dia menyimpan luka yang begitu dalam hingga membuatnya trauma dengan wanita. Maaf, aku minta maaf."

Tuan Sebastian terduduk di Sofanya dengan kepala yang menunduk. Ia merasa gagal menjadi seorang ayah. Karena kedua anak laki-lakinya tak ia jaga dengan baik.

Hingga suara anak kecil pun membuyarkan segala kesedihannya. Tuan Sebastian langsung tersenyum dan berdiri dari duduknya untuk menyambut anak kecil itu.

"Kakek, hari ini aku datang untuk menjemput kakek pulang," celoteh anak kecil wanita yang bernama Naomi itu.

"Benarkah? Wah, kakek senang sekali dijemput cucu kakek yang cantik dan manis ini," ucapnya sambil berjongkok untuk menyamakan tingginya dengan Naomi.

"Tunggu sebentar ya, kakek akan beres-beres dulu. Naomi duduk dulu di sofa ya. Nanti kita pulang sama-sama."

"Siap kakek."

Naomi pun menurut dan langsung duduk di sofa sambil melihat apa yang dilakukan kakeknya.

Setelah selesai berbenah, kakek dan cucu itu langsung keluar dari ruangan dengan saling bergandengan. Di luar sudah ada sekretaris pribadi dan suster yang menjaga cucunya selama ini.

"Kakek, aku rindu sekali dengan papa Elmer. Kapan kita akan berkunjung lagi ke rumah papa?" tanya Naomi dengan mendongak ke arah kakeknya.

"Em, sepertinya papa Elmer sedang sibuk sayang. Jadi, kita tidak bisa mengunjungi dalam waktu dekat. Tidak apa-apa kan?"

Naomi merengut sedih dan kecewa. Bahkan wajahnya sudah ditekuk hingga kusut. Ia benar-benar rindu dengan papa Elmer.

"Ya sudah, tidak apa-apa," jawabnya pelan.

Tuan Sebastian tahu cucunya itu sedang bersedih dan kecewa. Tapi, mau bagaimana lagi, Elmer kan memang sibuk. Ia pun tak mau membuat Elmer kerepotan dengan datangnya Naomi ke apartemen anaknya itu. Karena Naomi pasti akan meminta banyak hal pada Elmer. Walaupun Elmer tak pernah menolak permintaan Naomi itu. Bahkan Naomi adalah satu-satunya wanita yang tak membuat Elmer mual dan muntah sebelum Elmer bertemu dengan wanita yang tak sengaja bertabrakan dengannya.

Keduanya kini sudah berada di dalam mobil, duduk di belakang kemudi. Sementara si suster duduk di samping sekretaris pribadinya yang mengemudikan mobil.

"Apa saja yang dilakukan cucu kakek di sekolah tadi?"

"Banyak kakek. Aku tadi main puzzle, mewarnai, bernyanyi dan menjahili temanku, hehe," jawab Naomi.

Tuan Sebastian tertawa pelan mendengarkan jawaban cucunya itu. Karakternya sama persis dengan anak sulungnya.

"Jangan jahil sama teman sendiri. Kita harus berbuat baik sama orang."

"Tapi kek, aku kan hanya becanda. Habis dia lucu kalau aku jahili, hehe."

Tuan Sebastian geleng-geleng kepala.

"Tapi jangan buat temanmu menangis ya?"

"Tentu saja tidak kek. Aku kan anak yang baik hati, lucu dan menggemaskan. Bagaimana mungkin aku membuat temanku menangis? Tapi kalau menjahili, aku sering," jawab Naomi jujur diakhiri dengan kekehan pelannya.

Obrolan kakek dan cucu itu didengar oleh sekretaris pribadi dan suster pribadi dari cucunya. Keduanya sama-sama tersenyum mendengarkan interaksi antara cucu dan kakek itu.

Sesampainya di rumah, kakek dan cucu itu bergandengan tangan lagi hingga masuk ke dalam rumah. Keduanya duduk di sofa dan menyandarkan tubuhnya bersamaan ke ujung sofa.

"Mamamu kemana? Kenapa kakek tidak melihatnya?" tanya Tuan Sebastian.

"Tidak tahu, tadi sebelum aku pergi jemput kakek. Mama ada di rumah kok. Tapi, emang sekarang mama nggak kelihatan. Kemana ya kek?"

Naomi juga ikut-ikutan mengedarkan pandangannya ke sekeliling rumah. Ia tidak melihat keberadaan mamanya.

"Kakek ke kamar dulu ya. Gerah mau mandi. Naomi sekarang main dulu sama suster Gea ya. Nanti kakek main sama Naomi setelah selesai, oke?"

"Oke kakek. Ayo sus!" ajak Naomi pada susternya.

*

*

Ella pulang ke rumahnya dengan wajah yang terlihat kesal. Ia bahkan sampai tidak menyadari kehadiran kembarannya, istri kembarannya juga ponakannya disana. Ia berjalan begitu saja melewatinya.

"Ela!" panggil Rendra.

Ela pun membalikkan tubuhnya dan saat itu ia baru menyadari jika ada kehadiran kembarannya disana.

"Eh, kalian ada di rumah? Kenapa aku tidak liat ya?" ucap Ela.

"Bukan tidak lihat, tapi kau memang sedang melamun. Untung di depanmu tidak ada tiang. Kalau ada pasti keningmu sudah benjol. Dan aku orang pertama yang akan menertawakan mu."

Ela mendengus sebal. Selalu saja begini jika ia bertemu dengan kembarannya. Biar pun ia sudah jadi bapak-bapak yang mempunyai anak. Tetap saja, sifat menyebalkannya masih ada. Ela jadi mengurungkan niatnya untuk pergi ke kamar dan ikut duduk di ruang tamu.

"Kenapa Ela? Sepertinya kau sedang kesal?" tanya Aura.

Ela langsung mengangguk.

"Aku memang sedang kesal dengan aktor yang sok tampan dan kepedean," jawab Ela dengan lugasnya.

"Jangan kesal-kesal sama orang. Nanti lama-lama bisa jadi suka," celetuk Rendra.

"Ih, apaan sih! Mana mungkin!" bantah Ela.

"Siapa tahu saja kan? Lagian kau sudah berumur tahu. Karier sudah mapan, umur sudah lebih dari cocok untuk menikah. Apalagi yang kau cari sih? Lihat, aku saja yang cowok sudah punya anak. Sana jadian saja sama aktor itu."

"Huh! Lama-lama kau seperti mama saja! Sudahlah, aku pergi ke kamar mau mandi!"

Padahal Ela baru sebentar duduk disana, tapi ia sudah dibuat kesal dan berkahir meninggalkan Rendra, Aura dan ponakannya.

"Ih, kau ini. Jangan terus menerus memaksa Ela untuk menikah. Mungkin dia memang belum bertemu jodohnya."

"Iya, iya, iya."

*

*

TBC

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!