"Assalamu'alaikum... Buu Adek pulang" Nisa mengucapkan salam sambil masuk langsung menuju ruang keluarga mencari Ibunya,
Nisa langsung menyalami Ibunya yang sedang duduk sambil nonton tv.
"Waalaikumsalam... Eh kok tumben adek pulangnya cepat?" Sahut Bu Ratna menerima uluran tangan Nisa yang ingin menyalami dan menciumnya.
"Iya Bu hari ini pulang cepat soalnya nanti habis dzuhur ada undangan dari salah satu orang tua murid, kami semua guru-guru sepakat mau berangkat bareng-bareng, makanya hari ini tidak ada pelajaran tambahan dan hafalan"
"oh gitu ya emang undangan acara apa?" Bu Ratna kembali bertanya
"Tasyakuran khitan Bu, khitannya sih katanya udah sekarang tinggal acaranya makan-makannya saja"
"Ya sudah atuh bersih-bersih dulu sebentar lagi dzuhur, tapi ingat nunggu waktu shalat jangan sambil tiduran nanti malah tidur beneran dan bablas, mana kalau dibangunin adek itu suka susah"
Bu Ratna mewanti-wanti Nisa supaya tidak tiduran, soalnya ia tahu kalau anak bungsunya itu tiap kali nempel ke bantal atau kasur pasti langsung pulas.
"Siap komandan!" Ujar Nissa sambil mengangkat tangan membentuk hormat pada sang ibu.
Sedangkan bu Ratna hanya geleng-geleng kepala menyaksikan kelakuan anaknya yang kadang susah ditebak, kadang kalem kadang absurd dan tomboy.
Begitulah Anisa Dewi Az-Zahra yang akrab disapa Nisa, tapi sama orang tua dan kakaknya Ia dipanggil adek karena anak bontot dari dua bersaudara
Nisa memiliki seorang kakak laki-laki bernama Arman Eka Pratama yang berusia 6 tahun diatasnya. Jarak usia yang tidak begitu berdekatan membuat Nisa jadi kesayangan kakaknya dimanja seisi rumah namun disiplin tetap diterapkan dan menjadi prioritas utama.
Nisa dan Arman lahir dari pasangan Ahmad Sulaiman dan Ratna Hayati.
Sang ayah yang merupakan pensiunan kepala sekolah sedangkan Bu Ratna seorang IRT biasa mereka keluarga sederhana yang jauh dari kata mewah meskipun sebenarnya mereka mampu untuk hidup mewah.
"Dek... Adek.... Ini dzuhurnya udah lewat 15 menit, sudah Shalat belum ? Cepetan shalatnya Nanti telat orang-orang pasti sudah nungguin kalau kelamaan nanti ditinggal teman-temannya lho"
Bu Ratna memanggil-manggil Nisa yang sama sekali tidak menjawab panggilanya, Karena penasaran dan khawatir anaknya benar-benar ketiduran akhirnya bu Ratna masuk ke dalam kamar Nisa, dan benar saja apa yang dikhawatirkan Bu Ratna kejadian, Nisa tertidur pulas dengan wajah yang tenang tanpa dosa.
"Yasallam Adek! kenapa malah tidur? kan Ibu sudah bilang jangan tiduran kalau belum shalat apalagi sekarang katanya mau pergi ini malah tidur pulas."
"Iya Buu...." Ujar Nisa sambil menggeliat bangun kemudian duduk di tepian ranjang.
"lagian kan nggak sengaja bu, namanya juga ketiduran lagian tidur itu wajib biar sehat dan awet muda" Nisa kembali beralasan sambil terkekeh.
"Terserahlah.... Tapi lihat itu jam coba udah jam berapa sekarang? katanya mau pergi" Ujar bu Ratna sambil pergi keluar dari kamar anaknya.
"Astagfirullah Bu itu kan udah jam 12.45 kenapa nggak bangunin dari tadi? mana janjian jam 1 ini udah jam 12.45 belum mandi sama belum Shalat juga, huwa...."
"Gak apa-apa telat juga, tidur kan wajib biar awet muda" Sahut bu Ratna dari luar kamar.
"Ish ibu mah gitu" Nisa menggerutu sambil wara wiri gak jelas, kemudian Ia baru sadar bahwa jam terus berputar dan langsung melesat ke kamar mandi.
20 menit kemudian Nisa keluar dari kamar dengan buru-buru sambil nenteng tas yang biasa Ia bawa kemana-mana,
Nisa nyamperin sang Ibu buat pamitan sambil cium tangan.
"Bu... Adek berangkat dulu ya, Assalamu'alaikum"
"Iya Dek, hati-hati dijalan jangan ngebut, gak bakal ditinggal kok pasti ditungguin." Teriak Bu Ratna dari teras mengingatkan anak bungsunya.
"Iya siap Ibu Komandan" sahut Nisa sambil melesat pergi menuju ke tempat janjian yaitu Madrasah tempat Ia mengajar.
Perjalanan dari rumah ke Madrasah tempat Ia mengajar dan janjian Sekarang hanya ditempuh Nisa dengan waktu 10 menit.
karena memang jaraknya yang tidak begitu jauh dan tidak melewati Jalan raya yang rawan macet.
Dan benar saja pas sampai teman-temannya sudah pada kumpul Semuanya dan Nisa satu-satunya yang paling telat dan ditungguin semua orang.
"Hah ini mah tiap kali janjian mau ke mana-mana pasti paling ngaret" ujar Yuli, salah satu guru di Madrasah itu yang menjadi sahabatnya Nisa, Yuli usianya 3 tahun lebih tua dari Nisa.
"maafkan daku atuh tetehku, tadi kebablasan tapi cuma dikit kok hehehe." Ujar Nisa sambil cengengesan.
"karena yang ditunggu sudah datang kita berangkat sekarang aja yuk takutnya keburu telat."
Ajak Bu Mira pada teman-temannya.
"Iya Hayuk." Semuanya mengiyakan dengan serempak. Kemudian mereka naik pada motor masing-masing.
.
.
Assalamu'alaikum....
Selamat datang teman-teman, salam kenal dari Author receh 🙏🤗
Selamat datang di Karya recehku semoga ada yang berkenan Mampir 😊
Mari Kita berpetualang Bersama Nisa ♥️♥️
Rombongan yang dipimpin oleh Bu Mira pun mulai berangkat dan meninggalkan area Madrasah.
Setelah menempuh perjalanan sekitar 15 menit mereka akhirnya sampai ditempat acara yang sudah ramai oleh para tamu undangan.
Bu Mira dan kawan-kawan langsung disambut dengan sukacita sama yang punya hajat, merasa bangga karena guru dari anaknya bisa hadir semua padahal memiliki jadwal yang padat dengan kesibukan masing-masing.
Sedangkan Nisa bersama Yuli selesai bersalaman mereka Memilih duduk di pojokan tidak bergabung dengan guru yang lainnya yang masuk ke dalam.
"Teh mau minum apa? biar Nisa ambilin sekalian." tawar Nisa pada Yuli, sambil jalan menuju tempat minuman sama cemilan.
"Tumben-tumbenan datang-datang langsung ambil minum sama cemilan." Yuli merasa heran karena tidak biasanya Nisa seperti itu.
"Akutu lapar banget sepulang dari Madrasah belum makan apa-apa teh, baru diisi sarapan aja tadi pagi soalnya kan buru-buru." Ucap Nisa sambil melenggang pergi diikuti Yuli.
"Iya lah buru-buru karena tidur kan? dasar pelorr!" Ucap Yuli yang sudah mengetahui kebiasaan dari sahabatnya itu.
"Entahlah Teh kalau menjelang waktu Shalat rasanya ngantuk banget nggak bisa nahan."
"Bukan cuma menjelang waktu Shalat tapi kamu tuh pelorr setiap saat tahu." Akhirnya Yuli memperjelas kebiasaan Nisa, dan yang jadi tersangka hanya senyum mesem-mesem. Karena memang benar adanya dari semua yang dibilang sahabatnya itu.
Di saat mereka sedang asyik ngobrol tiba-tiba Adit datang. "Bu mana kado buat Adit?"
Alamak Adit minta kado segala, kupikir gak bakal minta kado, haiisss kenapa sih gak kepikiran bawa kad**o. Gumam Nisa sambil mengusap lengan.
"Eh Ibu sengaja belum bawa kado takutnya tidak sesuai dengan kemauan Adit, jadi lebih baik Ibu nanya dulu Adit maunya dikasih kado apa?" Ucap Nisa, ia mengacak rambut murid kesayangannya itu.
"Wah kalau soal berkilah emang jagonya ni orang satu." Yuli menyondongkan tubuhnya, berbisik ditelinga Nisa.
"Diam jangan berisik, ini urgent untung saja kepalaku cepat tanggap kalau buat berkilah hihi." Nisa Ketawa sendiri dengan tangan yang menutup mulutnya.
"Jadi Adit boleh request ya bu kadonya?" Adit menatap dua guru muda yang berdiri didepannya dengan bergantian.
"Boleh dong sayang, tapi jangan yang itu ya hehe."
"Bilang aja jangan yang mahal-mahal, kenapa harus terputus ngomongnya." Yuli menyenggol lengan Nisa.
"Teteh kenapa sih suka sok tahu ih, kalaupun benar seperti itu juga tidak usah diperjelas atuh." Nisa mendelik kearah Yuli,
"Apa-apa juga harus jelas persoalannya biar yang lain mudah paham."
"Terserahlah, aku gak pernah menang kalau debat sama teteh, lebih baik aku ngisi perut dulu cacing-cacing sudah pada demo." Jawab Nisa sambil pergi menuju meja prasmanan.
Mereka berdua memang seperti itu kalau sudah di luar jam kerja/mengajar, tidak pernah akur padahal itu sebenarnya ekspresi dari kasih sayang dan persahabatan mereka yang sudah lama terjalin. Nisa yang tidak memiliki kakak perempuan menganggap Yuli sudah seperti kakaknya sendiri, selalu saling terbuka tidak ada yang ditutupi apapun itu.
Aneh itu kan kelihatannya masih anak SMA tapi kenapa udah dipanggil ibu, tingkahnya pun masih kayak ABG nggak mungkin kalau dia guru
Gumam seorang lelaki yang duduknya tidak jauh dari meja tempat Nisa dan Yuli berada.
"Dia memang guru anakku, usianya pun masih sangat muda banget, naksir ya?" Tiba-tiba Papa nya Adit menjawab gumaman Rian.
"Astaga ngagetin banget kenapa sih kalau datang suka tiba-tiba." Rian yang fokus memperhatikan gerak gerik 2 perempuan yang tengah berjalan terjengkit kaget saat tiba-tiba ada suara sang sahabat disamping telinganya.
"Siapa yang datang tiba-tiba dari tadi juga aku di sini loh berdiri, kamunya aja yang nggak fokus karena merhatiin bu guru terus makanya cepat cari gandengan biar ke mana-mana tuh ada yang digandeng. Masa kalah sama truk, hahahaha." Seloroh papanya Adit sambil terbahak sendiri.
"Heh siapa yang merhatiin terus? aku ngeliat cuma aneh aja bocah udah dipanggil Ibu." Elak Rian kemudian ia kembali fokus ke sahabatnya.
"Naksir juga gak apa-apa bro, kan sama lawan jenis cakep pula." Lagi-lagi papanya Adit ngomporin Rian, karena Ia tahu bahwa sahabatnya itu sedang dalam proses mencari pendamping hidup mengingat usianya yang sudah cukup buat berumah tangga.
"Gak lah gak tega masih ABG masa diajak Nikah, Aku mau sama yang sudah dewasa biar langsung bisa diajak nikah gak usah pake acara pacar-pacaran dulu." Rian mengungkapkan keinginannya sambil memainkan ponselnya.
"Tapi gimana mau dapat jodoh gimana mau dapat pasangan kalau yang ada di pikiranmu kerja dan kerja terus, hari libur juga dipakai buat kerja. Coba sekali-kali kalau hari libur itu pergi jalan-jalan siapa tahu ketemu seseorang yang klik di hati." Ucap papanya Adit sambil beranjak berdiri karena ada beberapa tamu yang datang.
"Elah bro, Akutuh bukan nggak kepikiran ke situ tapi mikir-mikir dulu. Ninggalin kerjaan cuman niat pengen jalan-jalan dan nyari sesuatu yang belum jelas Keberadaannya kan malah sia-sia. Kecuali kalau sudah jelas ada yang dituju ada yang disamperin baru tidak masalah ninggalin pekerjaan sekali-kali.
"Untuk saat ini biarlah seperti air mengalir dulu ngapain ngoyo-ngoyo cuma buat ngejar jodoh. Dikejar pun kalau bukan jodoh tetap takkan dapat,
Tapi kalau sudah jodoh pasti akan ada banyak cara untuk Bertemu karena jodoh takkan salah orang dan salah alamat bro." ujar Rian panjang kali lebar.
"Om Rian bicara sama siapa sampai nafsu kayak gitu? Hmpfttt..." Ujar Adit yang berdiri dibelakangnya bersama Perempuan yang dipanggilnya Ibu tadi dengan membawa 1 cup puding ditangannya.
"Eh Adit dari kapan berdiri di situ? Papanya kemana?"
Rian balik bertanya sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal untuk menghilangkan malu, mungkin kalau cuma Adit sendiri yang memergokinya Ia tidak akan malu sedangkan ini bersama perempuan yang sedari tadi diperhatikannya.
"Dasar punya sahabat durjana pergi main nyelonong aja gak ngomong-ngomong dulu, kan jadi malu akhirnya keciduk lagi ngomong sendiri" gerutu Rian dalam hati.
"Papa udah pergi dari tadi Om, pas ada tamu yang datang." Jawab Adit Sambil menatap Rian, yang ditatap memalingkan wajahnya. Menyembunyikan wajahnya yang sudah memerah, menahan malu dan kesal sama sahabatnya.
"O Iya Om kenalin nih guru kesayanganya Adit namanya bu Nisa, Cantik kan?" Tiba-tiba mengenalkan Nisa pada Rian sampai-sampai Nisa yang masih melongo memandang Rian jadi salah tingkah, karena tidak menyangka akan dikenalkan pada laki-laki yang sempat mencuri perhatiannya tadi.
"Ayo Bu kenalan dulu sama om Rian, Dia itu temannya lapa dikantor." Ujar Adit sambil narik-narik tangan Nisa. Sehingga membuat Nisa mau tidak mau memperkenalkan diri dengan gugup.
"Kak eh mas salam kenal. Sa.. Saya Nisa Gurunya Adit." Ucap Nisa sambil mengatupkan kedua tangannya didada.
"Salam kenal juga saya Rian sahabat papanya Adit" Jawab Rian, kemudian Ia menggeser kursi tempatnya duduk memberi jalan pada Adit dan Nisa supaya duduk juga.
"Silahkan duduk dari tadi berdiri terus emang gak pegal?" Rian menatap kedua orang yang terlihat ragu dan canggung.
"Enggak kok, kesini kan cuma kebetulan lewat tapi Adit tadi Malah ngajak berhenti dulu, melihat Kakak ngomong sendiri, eh." Ucap Nisa sambil buru-buru menutup mulut karena keceplosan menyebut Rian berbicara sendiri.
"Oh yasudah kalau begitu." Jawab Rian lagi, yang tiba-tiba kehilangan kata-kata.
"Kalau begitu saya permisi dulu ya mas, eh Kak... ditungguin teman, Assalamu'alaikum." Nisa mengucapkan salam kemudian buru-buru pergi.
"Bye Om" Ucap Adit juga sambil melambaikan tangan
"Waalaikumsalam, bye juga" Jawab Rian membalas lambaian tangan putra sahabatnya sambil menatap punggung Nisa dan Adit.
Anak sama bapak sama-sama nyebelin huft. Gerutu Rian tapi hanya berani di dalam hati karena kapok takut ada yang Mendengarkan lagi seperti Adit tadi.
Rian Abdul Wahab yang akrab disapa Rian itu, Pria berusia 27 tahun Ia sahabat dari Papanya Adit mereka bekerja satu kantor dan bersahabat sejak 2 tahun yang lalu.
Rian adalah putra dari pasangan Alm Bapak Slamet Suryo dan Ibu Widya.
Pak Suryo meninggal sejak 3 tahun yang lalu, sejak itu pula Rian cuma hidup berdua sama ibunya karena kakak Perempuan satu-satunya sudah menikah dan memiliki anak.
🍁
Sejak itu pula Rian jadi tulang punggung keluarga untuk menggantikan sang ayah, meskipun sebenarnya Pak Suryo meninggalkan warisan yang cukup untuk kehidupan istrinya di masa tua. Namun Rian tidak mau mengandalkan harta warisan peninggalan sang ayah, biarlah ibunya menjadi tanggung jawabnya selama Ia mampu.
"Kamu ngambil puding atau ngambil duren dari pohonnya? lama banget!" tanya Yuli pada Nisa yang baru datang sama Adit setelah 15 menit berlalu sejak pamit mau ngambil puding tadi.
"Ish kebiasaan suka nggak sabaran, ya ngambil puding lah masa metik duren, doyan aja kagak." protes Nisa sambil ngasihin puding ke Yuli kemudian duduk disebelah Adit.
"Bu Caca kan habis kenalan sama Om Rian temen kerjanya Papa dikantor." celetuk Adit tiba-tiba dengan raut tanpa dosanya.
"Hmm... giliran kenalan sama cowok diam-diam saja, lagi susah aja dicari duluan. Om nya ganteng gak Dit? tanya Yuli pada Adit sambil pura-pura merajuk.
"Tapi seganteng apapun laki-laki diluaran sana tetap A Arman yang paling ganteng dimataku, sayangnya Dia gak pernah melihatku, huft." Yuli membatin.
"Om Rian ganteng banget bu. Bu Caca aja tadi disuruh kenalan langsung mau, maaf bu keceplosan." Adit bangkit dari duduknya kemudian pergi buru-buru karena takut kena omel guru kesayangannya itu, Caca adalah panggilan kesayangan buat Nisa dari murid-muridnya.
"Gak apa-apa Dit ibu juga tadi udah lihat semuanya kok, nanya kan cuma buat ngetes kalian aja."
Sahut Yuli, karena memang sebenarnya Yuli memperhatikan Nisa dan Adit waktu mereka berdiri dimeja seberang tempat laki-laki yang memperhatikan Nisa sedari datang tadi.
"Huft dasar bocah punya mulut lemes banget ih, kalau gak sayang udah kusentil tuh yang habis disunat kemarin."
Kesal Nisa yang dari tadi terus-terusan diusilin Adit, mungkin karena usia Nisa yang masih belia untuk seorang guru makanya dianggap seperti kakak oleh para muridnya kalau diluar jam pelajaran, memiliki pribadi yang periang dan menyenangkan sehingga jadi guru favorit disekolahan.
"Eh Neng, bocah tu bukan lemes tapi jujur, mana ada bocah bohong pasti bicara sesuai fakta, apa yang dia lihat dan alami maka itu yang akan diceritakan." Tegur Yuli yang gak setuju dengan ucapan Nisa saat bilang Adit lemes.
"Iya deh, terserah teteh cantik saja yang penting teteh bahagia lahir batin." Jawab Nisa melengos.
"Nisa, Yuli.. Mau pulang sekarang bareng lagi apa nanti? kalau mau pulang bareng ayo kita pamitan dulu bareng-bareng." Bu Mira datang di tengah perdebatan dua perempuan yang sama-sama ingin menang.
"Sekarang dong bu bareng lagi, masa berangkat bareng-bareng pulangnya malah sendiri-sendiri." Nisa menjawab duluan dan diangguki Yuli tanda setuju.
Sedangkan di meja seberang, Rian yang sedang asyik ngobrol dengan temannya yang lain tiba-tiba ponselnya berbunyi. Ia merogoh saku celana dan ternyata yang menghubunginya itu orang kantor memintanya untuk segera balik lagi dan minta maaf karena waktu IMP (Ijin Meninggalkan Pekerjaan) Rian belum habis. Namun dikarenakan ada urusan yang urgent terpaksa diharuskan segera kembali, yaitu menggantikan papanya Adit mendampingi big boss meeting mendadak.
"Iya saya meluncur sekarang." Ucap Rian sambil menutup panggilan kemudian memasukkan lagi ponselnya kedalam saku celana. Ia pun bangkit dari duduknya kemudian berjalan menuju tempat tuan rumah yang sedang sibuk menyalami tamu yang pada pamitan juga, Ia jalan tergesa-gesa mendahului yang lain nyamperin Andi papanya Adit buat pamitan karena sang Bos sudah menunggunya.
Disaat tangannya sudah terulur buat salaman, tiba-tiba Adit beridiri dan menghadangnya.
"Om kenapa nikung yang barisan depan sih? padahal kan tadi belakangan jalannya, jadi Om harus dibelakang jangan nikung." omel Adit, sedangkan disamping Adit ada perempuan yang menutup mulut dengan kerudung pashminanya menahan tawa. Karena rencananya berhasil ngomporin Adit buat negur om gantengnya itu.
"Tapi Dit om lagi buru-buru ditelepon oleh kantor harus cepet balik buat gantiin Papamu" Rian memberi alasan dan sekilas Ia melihat perempuan yang sedang membelakanginya sambil menutup mulut dengan pundak bergetar, Rian yakin kalau itu gurunya Adit sedang menertawakannya.
"Dia menertawakan aku kayaknya, dasar bocah! jadi guru gak ada jaga imagenya sedikitpun, awas saja nanti aku kerjain balik"
Gerutu Rian dalam hati, Ia yakin kalau Adit menghadangnya juga atas perintah gurunya.
Akhirnya Rian mengalah dan memilih berdiri membiarkan para perempuan bersalaman duluan, baru Ia pamit terakhir setelah mengucap salam Ia langsung menuju motornya yang diparkir disamping jalan seberang rumah Adit dengan buru-buru, Ia nyebrang sambil tangannya masuk ke kantong celana buat ngambil kunci motor.
Sedangkan didalam garasi rumah Adit, Nisa yang sudah menyalakan motor dari tadi bukannya jalan malah bengong dengan mata tak berkedip melihat Rian lewat dengan tergesa-gesa sambil memasukan tangan ke kantong celana, dimatanya sungguh pemandangan yang luar biasa, baru sadar bahwa laki-laki yang tadi Ia tertawakan ternyata memiliki paras yang tampan nyaris sempurna, jalannya yang setengah berlari kecil menambah nilai ketampanannya dimata Nisa.
"Ya ampun ternyata om Rian ganteng banget, perasaan tadi pas didalam B aja gak ganteng, tapi kenapa sekarang jadi ganteng, apa karena kena sinar Matahari ya?" kagumnya dalam hati.
Duk "Aw...sakit tau, kenapa sih kepalaku pake digetok segala?"
Ringis Nisa sambil ngusap-ngusap kepala yang ketutup helm.
"Habisnya kalau gak digetok malah bengong terus kayak orang kesambet, padahal cuma lihat cowok lewat" gerutu Yuli yang udah pegal dari tadi duduk dimotor tapi gak maju-maju.
"Teteh ish, siapa yang bengong gara-gara lihat cowok lewat, tadi mataku kelilipan tau! kalau mata kelilipan terus maksain jalan kan bahaya" elak Nisa yang gak mau ngaku kalau Ia memang benar adanya terkagum-kagum melihat Rian lewat.
"Udah gak usah ngeles kalau udah keciduk ngaku aja, kakakmu ini walaupun jones tapi sudah berpengalaman dalam membaca ekspresi, apalagi ekspresi kamu Ca." jawab Yuli sambil mendelikkan matanya.
"Ayo jalan sekarang! mau sampai kapan nongkrong diatas motor digarasi orang? nunggu sampai bensin habis atau diusir yang punya rumah?" akhirnya Yuli mencak-mencak karena kesal dengan Nisa yang gak biasanya seperti itu banyak bengong padahal Ia sudah kebelet pengen buang air kecil sejak tadi.
"Iya-iya ini jalan sekarang, sensi amat sih kayak lagi pms." Ujar Nisa sambil menarik pedal gas motornya kemudian meluncur keluar meninggalkan rumah Adit, menuju ke Madrasah lagi karena motor Yuli disimpan disana.
Sesampainya di Madrasah tanpa ba bi bu Yuli langsung turun dan ngacir ke toilet perempuan karena sudah gak tahan pengen buang air kecil sampai-sampai lupa melepas helm, sedangkan Nisa hanya melongo melihat Yuli lari sambil pakai helm.
"Tu orang kenapa ya hari ini aneh banget, tadi ngomel-ngomel sekarang malah lari-lari sampai lupa helm gak dilepas" Nisa bergumam kebingungan melihat tingkah Yuli.
Tak berselang lama Yuli muncul berjalan lebih santai sambil nenteng helm ditangannya dengan muka penuh kelegaan.
"Teteh kenapa sih tadi turun dari motor setengah loncat kemudian lari sampai lupa lepas helm?" tanya Nisa pada Yuli
"Kebelet tau, pengen pipis dari tadi pas lagi pamitan itu, mau numpang ke kamar mandi gak enak lagi banyak tamu, eh mau pulang juga gk jalan-jalan karena malah bengong ngelihatin yang bening lewat." Jawab Yuli sambil mendelik.
"Yasallam kenapa atuh gak bilang kalau Teteh kebelet, kalau bilang kan aku langsung tancap gas" ucap Nisa dengan wajah tanpa dosanya.
"Gimana mau bilang kamunya aja bengong terus Ca, udah ah gak usah dibahas lagi malah bikin kesal, ayo kita sholat dulu mendingan, waktu Ashar dah mau abis." ajak Yuli pada Nisa yang dari tadi terus mesem-mesem sendiri.
"Let's go teteh cantikku" ujar Nisa sambil jalan mensejajari langkah Yuli.
🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!