Visual Vannya Anggara. Anak kandung dari keluarga Anggara.
Visual Venessa Anggra. Anak angkat dari keluarga Anggara.
Visual Adelio Wijaya, anak kandung dari keluarga Wijaya.
""""""""""
Teman-teman, seperti mana yang kita sama-sama tahu. Visual adalah sebagai bumbu penyedap rasa dalam novel kita. Hanya sebagai bahan pemanis sahaja, untuk membuat kita sama-sama berhalu dengan cerita yang sedang kita ikuti. Harap maklum dan maaf, jika visualnya tidak sesuai dengan keinginan kalian. Aku letakkan visual diawal novel, biar kalian semua tidak bertanya lagi. Dimana visualnya?
Mari berimajinasi bersama...
Jangan lupa saran dan masukan, mohon keritik yang membangun agar karyaku makin baik.
"Ma, aku mohon mama mengerti dan mengizin aku menjadikan Vanny sebagai istri kedua suamiku," kata kakakku.
"Nessa, kamu sudah gi*la. Mama tidak akan pernah mengizinkan kamu dan Vanny bermadu."
"Ma, mama gak ngerti banget bagaimana perasaan aku. Aku tidak ingin mas Adelio menikah dengan perempuan lain. Lebih baik aku membagikan suamiku dengan adikku," kata kakakku sambil menangis dan bersimpuh dikaki mama.
"Nessa, mama bukannya tidak mengerti perasaan kamu. Tapi mama tidak ingin, kalian merasakan sakitnya dimadu."
"Ma, aku tahu mama sangat mengkhawatirkan Vanny saat ini. Tapi aku lebih sakit, jika mama tidak mengizinkan Vanny menikah dengan mas Adelio. Aku tidak ingin mas Adelio dinikahkan dengan gadis lain mama."
"Aku mohon untuk yang terakhir kali saja mama mengikuti permintaan aku. Aku tahu selama ini, aku sudah banyak menyusahkan keluarga ini. Jadikan ini permintaan terakhir aku pada keluarga ini," kata kakakku.
Mama terdiam untuk beberapa saat lamanya. Mama tertunduk sedih, ia sebenarnya sangat menyayangi kami berdua, aku tahu hal itu.
"Baiklah, mama izinkan kamu membujuk Vanny untuk menikah dengan suami kamu. Dan jangan bilang sama mama kalau ini adalah permintaan terakhir kamu. Mama sangat sayang pada kalian berdua. Kamu juga tahu itu bukan?"
"Benarkah yang mama katakan ini ma?" kata kakakku sambil mendongakkan kepalanya melihat wajah mama.
"Nessa, kamu tahukan bagaimana mama dan papa sangat sayang sama kamu. Kami tidak pernah membandingkan antara kamu dan Vanny. Mama izinkan kamu meminta Vanny menikahi suami kamu. Tapi, jika Vanny tidak ingin menikah dengan suami kamu. Mama mohon jangan memaksakannya ya," kata mama sambil membelai wajah kakakku.
"Baiklah mama, aku akan melakukan apa yang mama katakan. Aku juga sangat sayang dengan keluarga ini."
Kakakku memeluk mama dengan erat, ia menangis dipelukan mama. Ia dia memang anak angkat dalam keluarga kami. Tapi mama dan papaku tidak pernah mengaggapnya sebagai anak angkat.
Sebenarnya, nama kakakku itu bukan Venessa awalnya. Nama Venessa itu mamaku yang memberikannya setelah ia datang dikeluarga kami. Nama asli kakakku adalah Narnia Nugroho. Ia adalah anak teman mama dan papa.
Ceritanya, saat kak Nessa berumur lima tahun, papa dan mamanya pergi keluar kota. Saat perjalanan pulang, papa dan mama kak Nessa mengalami kecelakaan dan meninggal dunia. Karna mama dan papa adalah teman orang tua kak Nessa. Maka mereka berwasiat pada mama untuk membesarkan kak Nessa. Ia meninggalkan semua warisan buat kak Nessa.
Saat kak Nessa sudah menginjak umur dua puluh tahun. Mama menyerahkan semua warisan yang orang tuanya tinggalkan. Kak Nessa sejak kecil sudah tahu kalau dia adalah anak angkat dalam keluarga kami.
Tapi ia tidak pernah membandingkan diriku dengan dirinya. Harus aku akui, kak Nessa adalah kakak yang paling baik didunia ini. Walaupun ia bukan kakak kandungku, tapi ia selalu menjaga aku layaknya adik kandungnya. Itu berlaku sejak ia datang kerumah kami dan sampai aku sudah sebesar sekarang.
Kedatangan kak Nessa tidak merubah kasih sayang mama dan papa padaku. Juga tidak membuat kak Nessa tersingkirkan dirumah ini. Ia malahan jadi anak yang selalu membuat mama dan papa senang. Mungkin karna perlakuan mama dan papa sangat baik padanya. Maka ia juga sangat baik padaku.
Seiring waktu berlalu, kak Nessa pun bertemu dengan seorang laki-laki yang sangat tampan. Ia adalah ceo sebuah perusahaan terkenal dan keturunan orang terkenal juga.
Kak Nessa yang sudah menginjak usia dua puluh lima itu pu berniat untuk mencari suami buat dirinya.
Akhirnya, pertemuan saat mereka mekakukan bisnis bersama itu ternyata membawa kelain arah. Kak Nessa dan kak Adelio pun jatuh cinta satu sama lain.
Setahun mereka pacaran, mereka pun memutuskan untuk menikah. Awalnya, orang tua kak Adelio sangat baik pada kak Nessa. Tapi setelah satu tahun berlalu, kak Nessa belum juga hamil. Orang tua kak Lio ingin kak Lio menikahi wanita lain. Mereka bilang, mereka ingin keturunan untuk melanjutkan generasi Wijaya.
Akhirnya, kak Nessa tidak sangup jika bermadu dengan wanita lain. Ia pun memutuskan untuk membujuk mama supaya mengizinkan aku supaya menikahi kak Lio suaminya.
Oh iya, aku sekarang berada dibalik pintu kamar mama. Menguping semua pembicaraan kak Nessa dan mama barusan. Makanya aku tahu, kalau kak Nessa ingin aku nikah dengan suaminya.
Langkah kaki kak Nessa membuat aku harus segera berlari menuju ruang tamu. Aku berusaha secepat mungkin pergi dari kamar mama dan duduk manis di sofa ruang tamu. Itu semua aku lakukan, agar kak Nessa tidak curiga padaku.
Aku duduk manis dan mengatur nafasku supaya tidak terlihat baru saja selesai berlari. Aku ambil majalah yang ada disana, suapay terlihat memang sedang duduk dari tadi.
Kak Nessa datang mendekati aku yang sedang duduk diruang tamu ini. Aku pun pura-pura tidak mekihat kedatangan kak Nessa dan terus melihat-lihat majalah ini.
"Vanny, kamu lagi apa sih. Tumben serius amat," ucap kak Nessa sambil duduk disamping aku.
"Ini lho kak, aku lagi lihat majalah horor ini."
"Sejak kapan kamu suka baca majalah Vanny?" kata kak Nessa membuat aku menghentikan kegiatanku saat ini.
Iya, aku lupa kalau aku tidak suka dengan majalah. Kak Nessa kan bukan orang baru, ia juga sudah tahu apa yang aku suka dan apa yang tidak aku sukai.
Aku tersenyum paksa pada kak Nessa, aku berusaha memikirkn apa alasan yang tepat untuk aku katakan pada kak Nessa agar ia tidak curiga.
"Aku belajar mencari hiburan lain kak, biar gak suntuk," ucapku.
Hanya itu yang terpikir dibenakku saat ini. Jadi aku ucapkan sajalah apa yang terlintas. Lagian tidak salah bukan apa yang aku katakan ini.
"Oh, tumben banget kamu mencari hiburan dengan membaca majalah horor. Emang dapat hiburannya dengan membaca hal-hal berbau horor di majalah?"
"Ya dapatlah, akukan pintar mencari hiburan. Apa saja bisa jadi hiburan buat akukan," kataku berusaha menjawab.
Kak Nessa terlihat memperhatikan aku sejenak. Ia melihat setiap sisi tubuhku dan kembali menatap wajahku.
"Kesalahan apa yang baru saja kamu lakukan Vanny, sehingga kamu berusaha membohongi aku saat ini."
Itu kakakku, ia pasti tahu apa yang aku sembunyikan. Entah dia yang sangat amat peka padaku atau aku yang tidak bisa menyembunyikan apapun masalah yang aku hadapi.
"Udah deh, jangan memojokkan aku dong kak. Aku gak bikin kesalahan apapun saat ini, kakak mah gitu sama aku."
"Biasanya, kalau kamu punya kesalahan yang kamu sembunyikan. Kamu pasti akan salah dalam melakukan apapun," ucap kakakku sambil senyum.
Aku tersenyum kecut saat melihat kak Nessa menatapku. Sampai detik ini juga, aku masih tidak bisa berbohong pada kakakku ini. Ia selalu bisa membaca semua gerak-gerik yang aku timbulkan karna aku berbohong.
"Kak, sebenarnya apa yang kamu bicarakan sama mama didalam tadi sih?" kataku mulai mengalihkan pokok pembicaraan.
Kak Nessa terdiam dan bangun dari duduknya. Ia menatap lurus keluar jendela yang terletak disampin ruang tamu kami ini.
"Vanny, kakak punya satu permintaan buat kamu. Kakak sangat berharap kamu bisa memenuhi permintaan kakak ini," ucap kak Nessa sambil terus melihat keluar jendela.
"Permintaan apa sih yang kakak mau dari aku. Apa yang bisa aku lakukan untuka kakak, maka pasti akan aku lakukan."
Kak Nessa pun berjalan mendekati aku. Ia duduk disamping aku, lalu memegang kedua belah tanganku sambil menatap mataku.
"Vanny, kakak mohon pada kamu, jadilah istri kedua mas Adelio."
Aku pura-pura kaget dengan apa yang kak Nessa katakan. Sebenarnya, aku tidak terlalu kaget dengan perkataan kak Nessa. Karna aku sudah mendengarkan semuanya saat ia dan mama bicara dikamar mama tadi.
"Tapi kak, aku tidak bisa menjadi wanita kedua dan orang ketiga untuk rumah tangga kakak."
"Vanny, jika kamu tidak menikah dengan mas Lio. Maka orang lain akan menikah dengan mas Lio. Lebih baik kakak berbagi suami dengan kamu dari pada berbagi suami dengan orang lain."
"Vanny, kakak memang terkesan sangat egois dan tidak punya perasaan. Tapi kakak tidak punya cara lain untuk hal ini. Kakak juga tahu sesuatu yang tidak kamu ucapkan," kata kakakku.
Aku terbelalak dengan kata-kata yang ia ucapkan. Apa maksud dari kata kak Nessa barusan. Apa yang ia tahu dari aku, yang tidak aku ucapkan.
"Apa maksud kak Nesaa?" kataku meminta penjelasan.
"Tidak ada maksud apapun, hanya ingin kamu menjadi istri kedua mas Lio dan kita bermadu. Kakak rela membagikan segalanya dengan kamu Vanny. Tolonglah mengerti apa yang kakak rasakan saat ini."
Kak Nessa terus saja memohon padaku, ia menggunakan semua kata yang bisa ia ucapkan. Ia banyak berharap padaku saat ini. Aku tidak tahu harus bilang apa pada kak Nessa. Disatu sisi, aku sangat kasihan pada kakakku ini. Tapi disisi lain, aku tidak ingin menjadi orang ketiga dan menjadikan hidup aku bagaikan dalam neraka.
"Vanny, anggap saja ini permintaan terakhir kakak buat kamu. Kakak gak ingin berbagi suami dengan orang lain, kak lebih baik berbagi suami dengan kamu. Kakak tahu kakak terlalu egois, tapi kakak benar-benar tidak bisa melepas mas Lio pada orang lain."
Kak Nessa kemudian berpindah duduknya, ia ingin bersimpuh didepan aku. Dengan cepat, aku menghentikan niatnya untuk bersimpuh.
"Apa yang kakak lakukan kak, jangan bersimpuh seperti ini dong kak."
"Kakak akan bersujud di kaki kamu, jika kamu masih tidak ingin menikah denga mas Lio."
"Kak, apa kamu dan mas Lio sudah bicarakan hal ini baik-baik. Kalian pasti punya jalan keluarnya yang lain. Tidak dengan cara mencarikan kak Lio istri baru kak," kataku berusaha mengingatkan.
"Kak tidak punya cara lain Vanny, hanya ini satu-satunya cara agar mas Lio dan kakak bisa tetap bersama. Jika tidak, ceoat atau lambat, mas Lio juga akan menikah dengan gadis lain yang mamanya pilihkan untuk dia."
Aku merasa sangat kasihan pada kak Nessa. Aku ingat semua kebaikan dia waktu kami sama-sama kecil. Jarak umur aku dan kak Nessa hanya dua tahun. Sedangkan jarak umur kak Nessa dengan suaminya hanyalah setahun. Berarti, jarak umur aku dan kak Lio itu hanya tiga tahun.
Kak Lio memang tampan, ia juga orang yang sangat manis. Tapi tentunya hanya dengan kak Nessa saja. Ia tidak pernah bersikap baik pada wanita lain termasuk aku. Ia hanya hangat dan lembut pada kakakku saja. Bagaimana bisa aku menikah dengan kak Lio sedangkan ia tidak suka pada aku.
Tapi, jika ingat permintaan kak Nessa. Aku jadi tidak bisa memilih antara kebahagiaan aku atau menuruti permintaan kak Nessa yang sudah seperti kakak kandungku ini.
"Vanny, kakak mohon."
"Kak, bagaimana dengan kak Lio dan keluarganya. Apa mereka akan menerima aku sebagai istri kedua buat kak Lio."
"Vanny, semua itu sudah tidak perlu kamu pikirkan. Jika masalah keluarga mas Lio, mereka dengan senang hati menerima istri kedua untuk mas Lio nanti. Dan untuk mas Lio sendiri, kakak yakin, cepat atau lambat, kamu dan mas Lio akan bisa berdamai dan mungkin juga saling jatuh cinta."
"Bagaimana dengan mama dan papa, apa mereka juga setuju dengan pendapat kakak ini?" kataku pura-pura lagi.
"Untuk mama dan papa, kakak sudah bicarakan pada mereka. Mereka terserah pada kamu. Sekarang, hanya tinggal kamu saja yang, setuju atau ngak dengan permintaan kakak ini."
Saat ini, aku benar-benar tidak bisa memilih. Satu sisi, aku tidak ingin menikah dengan kak Lio karna ia adalah kakak ipar aku. Satu sisi yang lain, kakakku ini tidak mungkin untuk aku tolak karna aku sangat sayang padanya. Ia juga kakak terbaikku sejak aku kecil hingga saat ini. Ia selalu mengorbankan setiap kenahagiaannya untuk aku.
Saat aku kecil dulu, ia rela dimarahi guru karna datang terlambat. Itu semua karna aku yang nakal dan lupa membawa alat tulisku. Kak Nessa harus mencarikan aku alat tulis sehingga ia terlambat kesekolah.
Dan bukan hanya itu, masih banyak lagi perjuangan kakakku yang masih aku ingat jelas di benakku saat ini.
"Vanny, kamu tidak ingin menikah dengan mas Lio? Kakak hanya punya kamu sebagai harap terakhir, maafkan kakak yang terlihat memaksakan kamu ...."
"Kak Nessa, cukupkan. Aku akan menikah dengan kak Lio. Tapi ini atas permintaan kakak, dan hanya sebagai penolong buat rumah tangga kakak saja."
Akhirnya, aku punya keberanian juga untuk menjawab iya pada kak Nessa. Walaupun rasanya sangat berat untuk aku menjawab hal itu.
Kak Nessa terlihat sangat senang dengan jawaban yang aku berikan. Ia langsung memeluk aku dengan sangat erat. Sambil berucap terima kasih padaku, ia juga terlihat mengeluarkan air matanya.
"Terima kasih sayang. Dan maafkan kakak Vanny, kak memaksakan kamu melakukan apa yang kakak mahu."
"Kak Nessa, untuk apa minta maaf padaku. Kamu adalah kakakku yang sangat baik, bahkan yang terbaik. Aku melakukan ini semua, karna aku sayang sama kamu kak."
"Aku janji, ini adalah permintaan terakhir aku padamu Vanny. Lain kali, kakak gak akan minta apapun padamu lagi," ucap kak Nessa lirih.
"Jangan bilang gitu kak, kamu bisa minta apa saja padaku. Selagi aku bisa memenuhi permintaan kamu, maka aku akan memenuhinya."
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!