NovelToon NovelToon

Derita Ayu Ratapan Anak Tiri

Liciknya Rudi

Acara pernikahan sederhana digelar oleh Aditya dan Lisa hanya dihadiri oleh para sahabat keluarga dan juga sahabat, wajah Queen sangat bahagia melihat dua orang yang sangat dia cintai berada di kursi pelaminan.

"Kakak, kakak lihat ayah wajahnya senyum terus ya, berarti itu tandanya ayah senang ya Kak?" Pertanyaan Queen yang polos kepada Ayu meluncur dari bibir mungilnya.

Ayu tak menjawab, Dia mengulum senyum tipis menoleh ke arah Queen. Banyak momen di acara pernikahan itu diabadikan dalam foto dan setiap sesi foto wajah Ayu terlihat datar tidak seperti Queen yang sangat ceria dan bahagia.

Tiga hari setelah pernikahan Aditya mengajak Lisa untuk berbulan madu.

"Mas, aku kayaknya nggak tega kalau kita bulan madu berdua aja. Apa nggak sebaiknya kita ajak anak-anak aja, ya itung-itung sebagai liburan juga buat mereka. Sudah lama juga kan mereka tidak pergi keluar untuk bersenang-senang dalam acara liburan sejak bundanya pergi." saran Lisa pada Aditya saat mereka di kamar packing barang-barang yang akan dibawa saat bulan madu.

"Kalau Mas sih nggak keberatan, cuman-. Apa kamu nggak akan terganggu saat harusnya waktu yang begitu spesial buat kita berdua tapi kamu harus tetap mengurus anak-anak?" tanya Aditya pada Lisa.

"Nggak papa, lagian juga ini bukan bulan madu yang pertama buat kita. Kita sama-sama pernah menikah sebelumnya, jadi kalau kita ajak anak-anak ini malah akan jadi bulan madu yang beda dari bulan madu kita sebelumnya." jawab Lisa bersemangat.

"Aku tak salah memilih istri. Dia benar-benar sangat memperhatikan dan memikirkan anak-anak ku." batin Aditya tersenyum menatap ke arah Lisa.

Tok tok tok

"Masuk," suara Aditya mempersilahkan seseorang yang mengetuk pintu kamarnya yang tak lain adalah Ayu.

"Ada apa sayang? Sini masuk," tanya Aditya sedikit heran.

Lisa berjalan mendekat ke arah Ayu lalu memegang pundaknya lembut.

"Ada perlu sama ayah? Apa perlu tante keluar?" tanya Lisa yang tau kalau Ayu masih menutup diri pada dirinya.

"Jangan Tante! Ayu cuman mau bilang sama ayah sama tante kalau besok Ayu nggak bisa ikut liburan." suara Ayu pelan sambil tertunduk.

"Loh, kenapa Ayu nggak ikut? Kita udah pesan tiket 4 loh," suara Lisa mendadak meninggi karena kaget.

"Iya Sayang, kenapa mendadak tiba-tiba kamu membatalkan untuk tidak ikut liburan kita?" tanya Aditya ikut heran sambil beranjak dari duduknya mendekat ke arah Ayu.

"Maaf Ayah, Tante. Minggu ini jadwal try out, jadi Ayu nggak mau ketinggalan. Nanti kalau Ayu nggak ikut try out Ayu takut nggak dapat nilai tambahan. Lagian sekarang udah mulai rutin jadwal pengayaan untuk persiapan UN." jawab Ayu mengutarakan alasannya yang memang masuk akal.

Lisa dan Aditya saling memandang, Aditya mengangkat kedua alisnya untuk meminta pertimbangan Lisa dan hanya dibalas Lisa dengan mengangkat kedua bahunya.

"Kalau itu alasannya Ayah juga nggak bisa memaksa, Tapi benar kamu nggak apa-apa di rumah sendirian sama Bi Atin?" tanya sedikit khawatir.

"Iya Ayah, Ayah nggak usah khawatir. Ayu nggak papa." jawab Ayu sambil tersenyum ke arah Aditya.

"Ya udah, kalau begitu besok ayah akan tinggalin uang bekal buat kamu ya selama Ayah, tante dan Queen pergi liburan." ucap Aditya sambil membeli pucuk kepala Ayu.

"Ayu permisi Ayah, Tante," pamit ayo sebelum pergi meninggalkan kamar Aditya dan Lisa.

***

Keesokan paginya Ayu yang harus berangkat sekolah pagi tidak bisa mengantarkan keberangkatan Lisa, Aditya dan Queen ke bandara. Queen tampak merajuk dan kecewa begitu mendengar kakaknya tidak bisa ikut liburan bersama mereka.

"Nggak seru Yah, nggak ada ka Ayu nanti Queen di sono cuman main sendiri. ini mah bukan liburan namanya kalau nggak ada Ka Ayu." Rajuk Queen sambil menekuk wajahnya.

"Queen Sayang, kan ada Tante sama ayah yang nanti nemenin Queen main selama liburan." bujuk Lisa lembut penuh kasih sayang.

"Udah Sayang, muka cantiknya jangan ditekuk nanti hilang cantiknya loh, kan jadi nggak gemesin lagi." ucap Lisa sambil mencubit pelan pipi Queen yang tembem.

Senyum kembali merekah di wajah Queen membuat Lisa dan Aditya menghela nafas lega.

Keesokan paginya Ayu berangkat ke sekolah pagi-pagi sekali sebelum berangkat Ayu masih sempat ke kamar Queen, saat ayo masuk Queen masih terlelap tidur. Dengan sangat hati-hati sambil berjalan jinjit ayo mendekati ranjang Queen lalu jongkok di tepi ranjang itu.

"Maaf Dek kakak nggak bisa ikut liburan sama adik, semoga dedek bisa senang-senang sama ayah dan tante jangan sakit ya sayang. Cup." ucap Ayu sambil mengecup pelan kening Queen sebelum dia keluar dari kamar Queen.

***

Selama liburan bulan madu Aditya Lisa dan b

Queen begitu sangat bahagia menikmati kebersamaan mereka. Queen yang ceria seperti lupa akan kesedihan telah kehilangan bundanya.

"Mas, lihat Queen. Dia begitu ceria sekali, dia sepertinya sudah lupa akan rasa kehilangan atas kepergian kak Nirmala." ucap Lisa menatap jauh ke arah Queen yang sedang berlari menirukan gaya pesawat terbang di tengah padang rumput di tengah area camping.

"Mas, aku sudah berusaha semaksimal mungkin untuk mendekati Ayu. Tapi-"

"Iya, aku tahu Lis, Ayu memang keras kepala dan introver anaknya. Jadi aku mohon kamu mengerti." ucap Aditya sambil mengusap lembut rambut Lisa.

"Sepertinya butuh waktu lama untuk ku bisa dekat dengan Ayu." ucap Lisa sambil menghela nafas dalam.

Hari berikutnya Aditya dan Lisa menghabiskan waktu liburan bulan madu mereka bersama di pantai. Queen sangat senang bermain di pantai, Dia terlihat asik duduk di atas hamparan pasir putih sambil membuat istana pasir.

Kebahagiaan serasa melekat di antara mereka bertiga, sampai waktunya mereka kembali ke rumah.

***

Sementara itu di kantor tempat Aditya bekerja terjadi kehebohan di ruang direktur saat Rudi yang menggantikan posisi Aditya untuk sementara waktu menyerahkan laporan keuangan pada direktur.

"Rud, coba kau teliti lagi laporan minggu ini kenapa ada selisih yang sangat jauh untuk pengeluaran dan pemasukan." perintah Anton terlihat mulai kesal dan stress.

"Baik pak, secepatnya saya akan cari tahu." ucap Rudi dengan saraf mata penuh kelicikan ke arah Anton.

Rudi beranjak dari duduknya pergi meninggalkan kantor direktur menuju ruang kepala bagian keuangan tepatnya kantor Aditya. Begitu memasuki ruang kerja Aditya matanya langsung menyapu seluruh ruangan dengan tatapan penuh kesombongan.

"Sebentar lagi tempat ini akan menjadi milikku, begitu juga dengan posisi yang kau miliki Dit," ucap Rudi sambil mengulum senyum culasnya.

Rudi berjalan menghampiri kursi kerja Aditya lalu dia mendudukkan bokongnya di kursi itu sambil berputar-putar menatap langit-langit ruangan.

"Papan nama ini terlalu usang seperti sampah jadi lebih baik dibuang di tempat sampah." ucap Rudi mengambil papan nama dan jabatan Aditya lalu membuangnya begitu saja di tempat sampah.

10 menit kemudian Rudi kembali ke kantor dengan map di tangan yang berisi berkas-berkas laporan yang sudah direkayasa.

"Pak, ini laporan yang baru saya dapat ternyata laporan itu benar bukan selisih. Tapi memang ada sejumlah uang yang sangat besar yang sepertinya tidak masuk ke perusahaan tapi masuk ke kantor pribadi Pak Aditya dan di laporan ini pak Aditya yang menandatanganinya sendiri." lapor Rudi sambil menyerahkan berkas di tangannya.

"Kurang ajar! Dia mulai bermain curang. Lihat saja, begitu dia kembali masuk ke kantor. Aku akan langsung memecatnya dan melaporkan dia ke polisi." ancam Anton dengan wajah penuh kemarahan.

Bentakan Pertama Dalam Hidup

Siang jelang sore pesawat terbang yang dinaiki Aditya Lisa dan Queen lepas landas di bandara di kota mereka tinggal, baru keluar dari boarding pass sambil mendorong kereta barang tepat di pintu keluar kedatangan dua orang petugas reserse langsung menangkap dan memborgol Aditya.

Seketika kepanikan terjadi pada Aditya dan Lisa begitu juga Queen yang ketakutan melihat ayahnya ditangkap dua orang tak dikenal. Salah seorang polisi menunjukkan surat penangkapan tepat di depan wajah Aditya hingga membuat Aditya shock sekaligus bingung.

"Ada apa ini? Tolong kasih saya penjela--san, kenapa saya di tang-kap!" hardik Aditya berusaha memberontak.

"Bapak terkena pasal penggelapan uang perusahaan, untuk lebih jelasnya nanti di kantor. Kami mohon bapak bekerja sama." balas salah satu reserse yang menangkap Aditya.

"Mas! Pak, tolong jangan bawa suami saya. Ini pasti terjadi kesalahan, suami saya orang jujur gak mungkin dia korupsi." seru Lisa dengan wajah panik sambil memegang erat lengan suaminya yang sudah di borgol.

"Ayah!" seru Queen dengan wajah pucat karena takut melihat Aditya dengan kedua jempol terborgol.

"Cepat bawa dia pulang sayang, dan hubungi pak Haris." perintah Aditya pada Lisa sebelum ke-dua polisi menggelandangnya ke luar dari bandara.

"AYAHHH!! HUUUUU..,. AYAH JANGAN DI BAWA PERGII!! HUUUU...!" teriak Queen hendak berlari mengejar Aditya tapi lengan mungilnya di cekal Lisa.

Queen terus meronta sambil menjerit memanggil ayahnya sambil menangis sejadinya. Sementara Lisa berusaha sekuat tenaga untuk tidak meneteskan air mata di tengah kerumunan orang yang melihat pemandangan itu dengan tatapan sinis ataupun iba.

***

Bukti-bukti yang kuat membuat Aditya tak mampu menolak penahanan itu dan harus menerima tuduhan bahwa dia telah menyalahgunakan dana perusahaan yang jumlahnya sangat besar. Anton sebagai direktur memberikan waktu 2 * 24 jam kepada Aditya untuk bisa menyelesaikan urusan keuangan perusahaan dan ini membuat Aditya berpikir keras, bagaimana mungkin dia akan mengembalikan uang sebanyak itu dalam waktu dua kali 24 jam kepada perusahaan.

"Aku tidak bersalah dan tidak menggelapkan uang itu jadi buat apa aku harus menggantinya?" Pertanyaan Aditya diajukan kepada Haris sebagai pengacaranya saat Haris menanyai tentang kebenaran kasus yang menimpa Aditya.

"Baiklah Pak, saya percaya sekali dengan bapak. Dan saya harap jika ada hal apapun yang menyangkut kasus ini tolong ceritakan dengan rinci dan juga jujur pada saya jangan ada yang disembunyikan karena ini akan memudahkan kita untuk tau siapa dalang di balik kasus yang menimpa Pak Aditya." jawab Haris.

Haris mengeluarkan sebuah map yang berisi beberapa berkas lalu membuka map itu dan menunjukkan kepada Aditya.

"Pak Adit, kalau boleh tahu apakah ini benar tanda tangan Bapak?" tanya Haris ingin meyakinkan.

"Iya ini benar tanda tangan saya. Tapi kalau saya lihat catatan keuangan di situ saya tidak pernah merasa menyetujui draft itu." saut Aditya membaca dengan teliti setiap laporan keuangan yang ada di dalam draf yang dia tandatangani.

"Kalau dari tanggal laporan kejadian ini terjadi sebelum Bapak liburan bulan madu jadi ini bukti yang sangat kuat untuk menjebloskan bapak dipenjara." ucap Haris sambil telunjuknya menunjuk pada tanggal di mana laporan itu dibuat.

"Entahlah saya juga bingung tapi saya benar-benar tidak merasa membuat laporan itu atau menyetujui laporan itu." ucap Aditya makin pusing dan bingung hingga wajahnya tampak stres.

"Ya sudah Pak, saya akan cari tahu siapa orang yang sudah membuat laporan ini tanpa sepengetahuan bapak, tapi bapak menandatanganinya. Saya rasa untuk hari ini cukup itu saja." kata Haris sambil merapikan dan memasukkan berkas-berkas bukti yang dia dapat.

"Oh ya Pak, saya minta tolong, pinjamkan handphone bapak sebentar. Saya ingin menghubungi istri saya." pinta Aditya kepada Haris.

Harus menyerahkan emangnya lalu dengan cepat Aditya menekan nomor kontaknya hanya dalam hitungan detik nomor itu sudah terhubung.

"Halo sayang, ini Mas Adit. Dengar baik-baik pesan Mas, mas tidak melakukan kejahatan itu, mas tidak korupsi ini cuma fitnah dan mas dijebak oleh seseorang. Kamu tolong jaga anak-anak dan rumah selama mas di penjara. Mas yakin ada seseorang yang sengaja jahat sama Mas. Jadi tolong urusin segala urusan rumah, untuk keperluan hidup sehari-hari pakai tabungan Mas nanti kamu datang ke penjara sekalian bawa baju ganti dan rokok buat Mas, sekalian nanti Mas akan kasih tahu nomor PIN tabungan Mas." pesan Aditya pada Lisa.

"Iya Mas, nanti akan ku siapkan semua dan secepatnya menjenguk mas di kantor polisi." saut Lisa dengan mata mulai menggenang dan jatuh di kedua pipinya.

"Ingat sayang, bersikaplah biasa di depan anak-anak dan jangan beritahu apa yang terjadi dengan Mas." Kembali Aditya berpesan pada Lisa untuk merahasiakan keadaannya pada Ayu dan Queen.

"Iya Mas, iya. Hiksss," saut Lisa mulai terisak.

"Ya udah Mas tutup ya."

Klik

Sambungan telepon terputus Aditya lalu menyerahkan handphone milik Haris.

"Terima kasih Pak. Saya mohon sekali lagi, tolong carikan bukti-bukti yang menguatkan saya kalau saya tidak bersalah." pinta Aditya sebelum petugas membawanya kembali ke sel tahanan.

"Tentu saja Pak Adit karena anda adalah klien saya.' saut Haris.

Sementara di rumah Aditya, Queen masih menangis di ruang keluarga ditemani oleh Ayu yang bingung melihat Queen tidak berhenti menangis.

"Dede udah, jangan nangis. Ayo cerita, ada apa? Kalau Dede nangis nggak cerita sama kakak, kakak mana tahu. Ayo Dek cerita ada apa? Jangan bikin Ka Ayu bingung Dek." bujuk Ayu dengan wajah cemas bercampur panik melihat Queen menangis tapi tidak mengeluarkan suara.

Ayu memeluk tubuh mungil Queen lalu tangan kanannya membelai lembut rambut Queen.

"Ay- ay-yah hiksss." ucap Queen terbata diantara isak tangisnya.

"Ayah kenapa dek? Kenapa Ayah nggak pulang bareng sama adik sama Tante?" Ayo dek Jan diam saja." desak Ayu makin cemas agar mau bercerita.

Queen melepaskan pelukan Ayu lalu dengan sesenggukan dia mulai mengatur nafasnya turun naik.

"Ayah di tang-"

"QUEEN DIAMM!!" bentak Lisa keluar dari kamar sambil melotot ke arah Queen.

Bentakan Lisa membuat Queen terperanjat dengan mata membelalak karena kaget begitu juga halnya dengan Ayu yang langsung menoleh ke arah Lisa.

Lisa melangkah cepat mendekati Queen lalu memegang lengan kecil itu dan menyeretnya masuk ke dalam kamar. Melihat itu membuat Ayu bingung dia langsung beranjak dari duduknya dan berjalan cepat mengejar mereka berdua.

Brakk

Suara keras terdengar saat Lisa membanting pintu itu untuk menutupnya membuat Ayu yang berdiri tepat di depan pintu membelalakkan matanya terkejut luar biasa dengan sikap aneh Lisa. Begitu halya dengan Bi Atit yang berlari tergopoh dari dapur.

TOK TOK TOK TOK

"TANTE BUKA PINTU NYA!!" teriak Ayu sambil terus mengetuk pintu kamar Lisa.

Rasa takut dan cemas mulai memasuki pikiran Ayu, melihat Queen yang dibawa masuk ke dalam kamar dan tidak tahu apa yang akan dilakukan Lisa terhadap Queen membuat Ayu benar-benar panik.

Apa sebetulnya yang dilakukan Lisa terhadap Queen di dalam kamar ikuti episode selanjutnya.

Kerja Seperti Babu

Lisa melotot tajam ke arah Queen, sorot mata itu membuat Queen tertunduk dan tak berani menatapnya.

"Hiks hiks hiks." isak Queen berusaha untuk ditahan.

"Dengar kata tante! Queen mau Ayah cepat pulang kan?" tanya Lisa sambil melipat kedua tangan di depan dadanya.

Queen mengangkat wajahnya menengadah menatap ke arah Lisa.

"Iya Tante, Queen mau ayah cepat pulang. Hiks hiks," ucap Queen terisak dengan suara bergetar.

"Kalau Queen mau Ayah cepat pulang, jangan bilang apapun sama Kak Ayu atau siapapun kalau Ayah ditangkap polisi. Mengerti!" perintah Lisa menekan.

"Enggak, enggak. Queen nggak akan cerita sama siapa-siapa kalau ayah-" janji Queen terpotong saat Lisa meletakkan telunjuk tangan kirinya di bibir Queen dengan wajah pucat ketakutan.

"Baiklah kalau begitu, sekarang hapus air mata Queen dan jangan pernah menangis atau bersedih di depan Kak Ayu, mengerti!" perintah Lisa dengan sorot mata tajam.

"Iya tante." janji Queen sambil mengangguk.

"Sekarang keluarlah dan langsung tidur. dan ingat pesan tante. Tutup mulut!" pesan Lisa dengan wajah datar tanpa senyum.

Sekali lagi Queen mengangguk, lalu dia berjalan keluar dari kamar Lisa. Begitu Queen keluar dari kamar Lisa, Ayu menyambutnya dengan wajah cemas dan langsung memeluk Queen.

"Dede nggak kenapa-napa?" tanya Ayu cemas sekali memperhatikan Queen dari ujung rambut sampai ujung kaki.

Queen tidak menjawab dengan kata-kata dia hanya tertunduk sambil menggelengkan kepala. Queen lalu bergegas berjalan menuju kamarnya dan begitu sampai di kamar dia langsung membaringkan tubuhnya terlungkup di atas bantal.

Ayu lari mengejar Queen dengan rasa cemas dan curiga, begitu di dalam kamar Ayu melihat Queen yang sudah terbaring telungkup memeluk bantal. Ayu mendekati ranjang dan duduk di tepi ranjang.

"Dek, ka-."

"Queen ngantuk mau bobo." ucap Queen seperti sebuah penolakan kalau dia tidak ingin diganggu.

Ayu hanya bisa menghela nafas lalu tangannya terulur membelai rambut Queen penuh sayang.

"Bobo yang nyenyak sayang, semoga mimpi yang indah ketemu sama bunda." bisik Ayu di telinga Queen.

Queen menggigit ujung bantal sekuat tenaga agar tangisnya tidak terdengar oleh Ayu karena kata-kata yang keluar dari mulut Ayu, ingatannya akan Nirmala membuat Queen semakin sedih. Tapi jika mengingat perkataan Lisa membuat Queen takut dan dia berusaha untuk tidak terdengar tangisnya di depan Ayu.

***

Udara pagi terasa masih dingin, bunyi ayam berkokok dan juga perut keroncongan membuat Queen terbangun.

"Hoaaamm. Laperr." ucap Queen setelah menguap sambil menggeliat.

Queen menoleh ke samping dia melihat Ayu masih terus tertidur lelap.

"Kakak bangun. Kak, Kak Ayu bangun." ucap Queen sambil menggoyangkan pundak Ayu.

"Hoaaamm." Ayu menguap sambil mengucek kedua matanya.

Ayu menoleh ke sisi ranjang, tepatnya ke sebuah meja kecil tempat lampu kamar dan jam weker diletakkan. Waktu masih menunjukkan pukul 04.00 pagi.

"Masih gelap Dek, Kenapa sudah bangun?" tanya Ayu dengan wajah berantakan sambil tangannya membersihkan kedua ujung bibirnya.

"Queen laper Kak Ayu, perutnya bunyi dung dung dung dung gak mau diam terus sakit juga." rengek Queen sambil menekuk wajahnya.

Ayu menarik nafas dalam dia baru ingat semalam sebelum tidur Queen belum sempat makan malam, pantas aja kalau pagi ini perutnya sudah lapar.

"Sebentar ya Dek, kakak lihat di dapur. Siapa tahu ada sisa makanan semalam." ucap Ayu lalu beranjak dari tempat tidur berjalan menuju dapur.

Saat melewati ruang makan Ayu melihat tudung saji di atas meja makan lalu dia berjalan mendekat dan membuka tudung saji itu yang isinya kosong. Ayu kemudian berjalan mendekati magic com yang ada di sisi kulkas dan saat dia melihat isinya hanya ada setengah centong nasi.

"Lumayan, moga cukup buat Dek Queen nahan lapar." gumamnya.

Ayu membuka rak kitchen set bagian atas tempat laut disimpan tapi sayang tak ada lauk sedikitpun yang ditemukan. Ayu menarik nafas dalam.

"Mungkin di kulkas masih ada telur." gumamnya berharap.

Ayu berjalan mendekati kulkas dan membukanya di sana dia hanya menemukan sebutir telur.

"Alhamdulillah masih ada." soraknya pelan sambil tersenyum..

Ayu mengambil wajan teflon lalu dia menyalakan kompor. Sejak kepergian Nirmala Ayu mulai terbiasa menyiapkan lauk sendiri dan yang paling dia bisa masak hanyalah ceplok telor.

Sementara di kamar Lisa, dia merasa terganggu dengan bunyi yang keluar dari luar kamarnya hingga dia merasa kesal dan juga curiga.

"Berisik amat, jangan-jangan ada maling masuk rumah." terka Lisa lalu beranjak dari tidurnya dan berjalan perlahan keluar kamar menuju sumber suara berisik yang membangunkannya.

Begitu sampai di dapur, Lisa melihat Ayu dari belakang sedang memasak sesuatu.

"Lagi ngapain kamu Ay," suara ketus Lisa mengagetkan Ayu hingga membuat teflon panas di tangannya jatuh ke lantai.

PRANGG

"Aaww!" pekik Ayu saat sebagian telor dadar yang masih panas mengenai jari jari kaki kirinya.

"Tan-te!" pekik Ayu dengan mata membulat memandang ke arah Lisa.

Ayu tertunduk dan langsung berjongkok memungut teflon dan juga telur yang masih panas perlahan sambil meringis menahan panas dan rasa sakit.

"Jam berapa sekarang! Sudah berisik di dapur. Ganggu orang tidur aja!" geram Lisa dengan wajah marah menatap tajam Kak Ayu.

Ayu berdiri dengan teflon dan telur ceplok di tangannya.

"Maaf tante Queen lapar dari semalam dia belum makan, karena itu Ayu bikin telur dadar buat Dek Queen." saut Ayu dibalas dengan cibiran Lisa.

"Emang masih ada nasinya?" tanya Lisa sinis.

"Tinggal sedikit tante." jawab Ayu pelan.

"Ya udah kalau begitu nanti kamu masak nasi sekalian juga cuci piring-piring kotor terus isi termos buat nanti Tante bikin kopi satu lagi jangan lupa bersihkan rumah sebelum kamu berangkat ke sekolah dan ingat jangan berisik Tante mau lanjut tidur." perintah Lisa seperti seorang juragan pada babunya.

Ayu menatap heran ke arah Lisa, dari sorot matanya tampak dia ingin menolak semua perintah Lisa dan hal itu membuat Lisa menjadi geram dan kesal padanya dengan tatapan Ayu.

"Kenapa? Kamu nggak mau kerja? Hah!" bentak Lisa membuat Ayu kaget hingga jantungnya mau copot.

"I-ya tante Ayu kerjakan." saut Ayu tergagap sambil mengangguk.

"Jan berisik saat kerja!" pesan Lisa lalu berbalik badan meninggalkan Ayu yang terdiam mematung memandangi teflon dengan telur dadar di atasnya.

"Seandainya bunda masih ada-" gumam Ayu lirih dengan dada terasa sesak karena menahan air mata.

Bayangan kenangan akan indahnya masa lalu bermain di pikirannya, rasa rindu sosok Nirmala membuat aliran kecil di kedua pipinya. Ayu memejamkan matanya membiarkan sesaat pikirannya larut dalam kebahagiaan semu.

"Ayu kangen Bunda, kangen banget." bisik Ayu dalam pejam sambil menggigit bibir bawahnya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!