NovelToon NovelToon

Ranjang Balas Dendam Yang GiLa

1. Melayanimu

Malam yang dingin cocok untuk melepaskan gairahnya yang sedang bergejolak setelah menelan obat terlarang.

Wanita itu sendiri masuk ke dalam kamar hotel dan naik ke ranjang. Sudah lama ia merencanakan aksi balas dendamnya dan malam ini ia yakin akan menjebak CEO tampan ke dalam percikan apinya.

Yaitu, Genta Mitsyukai yang ia benci..

"Ahh… uuummhh… aku sudah tidak tahan lagi, tapi dia masih belum datang. Jangan-jangan dia sudah tahu aku ada di sini dan tidak mau melihatku? Ahh..." desah Raisa yang dari tadi sudah menahan efek obat perang sang. 

Karena tidak mau rencananya kacau, ia beranjak dari ranjang dan sengaja memperlihatkan tubuhnya yang seksi di balik dress putih yang tipis dan transparan.

Raisa masuk ke dalam kamar mandi, berdiri di depan cermin dan melihat pantulannya. Ia menyeringai dan berbicara seperti psikopat.

"Setelah aku bercinta dengan dia malam ini, aku yakin citranya akan hancur, dan semua orang akan menuduhnya sebagai pria sampah!"

"Dan perusahaan berita tidak akan berhenti meliput rekaman syurku dengannya, hahaha… Ceo Genta yang terkenal berwibawa dan baik hati itu akan dicap pelaku kriminal, dan hubungan dengan kekasihnya juga akan berakhir, hahaha…."

"Aku tidak sabar melihat bagaimana ekspresinya di depan semua media, pasti sangat menyedihkan."

Setelah tertawa sambil membayangkan keberhasilannya, Raisa mengepal tangan.

"Cih, sialan. Aku merasa seperti penjahat. Tapi yang penjahat itu adalah mereka! Keluarga Nero punya hutang yang harus mereka bayar atas perbuatannya pada orang tuaku."

"Tunggu saja, satu demi satu dari kalian akan aku siksa. Aku sudah bersumpah akan membalaskan kematian orang tuaku yang kalian bunuh."

"Gadis kecil yang dulu ditemukan sekarat, kini waktunya bangkit dan balas dendam."

Krek!

Raisa sontak kaget saat mendengar pintu kamar hotel dibuka oleh seseorang. Ia perlahan mendekati pintu di sebelahnya, membuka sedikit dan mengintip siapa yang masuk.

Senyum Raisa melebar memandangi punggung pria yang setiap hari ia lihat di kantor. Punggung kekar itu yakin milik CEO Genta.

Hati Raisa pun makin senang ketika pria tinggi itu yang membelakanginya meminum habis isi gelas di atas meja yang sudah diberikan obat perang sang.

"Yes, akhirnya dia masuk sendiri dalam jebakanku. Aku tidak perlu lagi repot-repot merayunya meneguk isi gelas itu. Sekarang dia pasti mulai terkena efeknya, ini saatnya aku keluar menariknya bercinta."

Raisa membuka lebar-lebar pintu kamar mandi, membuat pria itu menoleh cepat padanya, tapi Raisa melirik sedikit ke fas bunga yang terdapat kamera tersembunyi yang sudah siap merekam percintaannya.

Glug!

Raisa terdiam sejenak ketika mendengar pria itu meneguk ludah. 'Cih, apa dia barusan tergoda setelah melihat tubuhku yang seksi? Wajahnya sangat munafik,' batin Raisa sambil berjalan menghampirinya.

"Ahhh…" Raisa sengaja menjatuhkan dirinya. Sontak pria itu dengan tangannya yang gesit segera memeluk pinggang Raisa. Keduanya pun saling pandang dengan jarak yang amat dekat. 

"Hei, kau siapa? Mengapa berada di sini?" 

Raisa yang setengah sadar dari efek obat, sedikit terkejut mendengar pertanyaan Genta. Perasaan Raisa makin marah.

'Apa-apaan dia ini? Kenapa pura-pura tidak kenal aku?' batin Raisa yakin sekali penyamarannya sejak awal sebagai wanita malam yang suka menggoda sudah tertanam di kepala CEO itu.

Raisa pun memeluknya dari belakang lalu berkata lembut. "Aku Raisa, datang untuk menghiburmu," ucapnya lalu memeluk dari depan. Wanita itu pun mendongak dan membuka dasi di depannya.

"Hei, kau sudah gila?" Pria itu menepis tangan Raisa, membuat wanita itu kembali setengah sadar.

"Kenapa kau kasar padaku? Bukan kah malam ini kau meminta aku menghiburmu?" kata Raisa sebenarnya bohong.

"Aku tahu kau sedang kesepian, tapi kau tidak usah bersedih lagi, aku yang akan menemanimu malam ini," kata Raisa lalu membuka lagi dasinya, dan satu demi satu melepas kancing kemeja putih pria di depannya, sehingga Raisa terdiam sesaat setelah melihat tubuh Genta begitu gagah dan sixpacknya yang menggoda.

Pria itu juga hanya terdiam saja dadanya sudah polos, dan dipegang-pegang, namun sepintas ia tersenyum jahat.

"Oh, begitu ya, jadi kau datang untuk menghiburku?" tanya pria itu memastikan dulu. Raisa pun mengangguk kecil dengan wajah imut.

"Memangnya kau siapa, Nona?" tanya pria itu sambil mengangkat tubuh Raisa ke atas ranjang lalu naik ke atas tubuhnya.

Glug! Raisa menelan ludah melihat posisinya yang sangat dekat. 'Wah, apa dia sudah terkena efek sampai membawaku ke ranjang?' pikir Raisa deg-degan ketika tangan pria itu mengelus wajahnya yang cerah dan lembut.

"Kau cantik, tapi akan lebih cantik kalau kau mau menjawab pertanyaanku, siapa kau?" 

Raisa cemberut merasa kalau Genta sedang pura-pura lupa ingatan. Ia pun mengangkat dua tangannya kemudian merangkul lehernya.

"Aku wanitamu, malam ini akan melayanimu, Genta."

Deg!

Sebelum lepas kendali, Raisa sempat mendengar detak jantung pria di atasnya berdetak keras.

"Emhh… aku sudah tidak tahan," desah Raisa sepenuhnya tidak dapat lagi mengendalikan diri untuk bercinta. Tidak seperti pria di atasnya nampak marah.

"Oh sangat disayangkan, kau berhubungan spesial dengan lelaki itu namun malam ini kau akan berakhir di ranjang bersamaku,"

"Tapi mendengar kau menyebut pria lain, aku jadi tidak berselera padamu," ucap pria itu ingin beranjak pergi sebelum dirinya juga hilang kendali.

"Sialan, bisa-bisanya aku dijebak begini," katanya baru sadar kalau minuman di gelas tadi berisi obat perang sang.

"Cih, dia cantik dan licik juga," decih pria itu memungut kemeja hitamnya di lantai, lalu menoleh ke ranjang. Sontak ia terkejut Raisa tidak ada di atas sana membuatnya tidak jadi menelpon seseorang.

"Loh, kemana dia?" 

"Ahhhh…umhhh…tolong…aku." Suara rintihan pun mengagetkannya. Buru-buru ia ke sisi lain ranjang. Matanya membola melihat Raisa tergeletak di lantai dengan tubuh yang sudah polos.

Glug! Pria itu menelan salivanya lagi. Hampir tergoda dua semangka dan rawa-rawa di bawah sana, namun ia berusaha menepisnya.

"Hei, Nona, aku peringatkan padamu, jangan coba-coba berurusan dengan keluarga Nero," ucapnya segera memapah Raisa dan kembali menelpon.

"Halo-" 

"Halo, Tuan, ada apa–"

"Ahhh… jangan telpon, jangan begini, aku tidak mau ada orang lain, aku ingin berdua dan bersamamu malam ini," racau Raisa tanpa sadar langsung melucur ke bibir pria itu.

Pria itu terpaku, mulutnya dicum bu oleh Raisa. Sontak ia menghempaskan Raisa ke atas ranjang.

"Halo, Tuan, anda baik-baik-" 

Tuuut…

Panggilan diputus secara sepihak, pria itu meletakkan ponselnya di atas meja kemudian melihat emosi ke Raisa.

"Cih, apa aku benar-benar gila sekarang?" Pria itu mengacak-acak rambutnya. Namun seketika berhenti saat Raisa menarik celananya.

"Umhh… jangan pergi, tetaplah bersamaku," pinta Raisa terlihat wajahnya sudah memerah.

"Ah sial, aku juga tidak bisa menolaknya."

Chup!

Pria itu terpaksa naik ke ranjang, melepas semua pakaiannya dan menerima pelayanan Raisa. Berciuman dan berlanjut ke paling dalam. Keduanya saling terbuai dengan gairah yang menggebu-gebu dan semakin panas. Percintaan itu pun telah direkam hingga ke puncak *******.

"Oh yeah, lebih dalam lagi, dan keluarkan sebanyak-banyaknya di dalam rahimku, ahhhh psshaah."

Raisa yang pertama kali bercinta, bagai wanita liar yang sedang menggila digagahi olehnya malam ini. Setelah saling bertukar kehangatan di atas ranjang, keduanya ambruk dan kemudian tanpa sadar tertidur di bawah satu selimut sepanjang malam.

.

Note : Judul aslinya bukan ini, tapi beda. Karena terkena sensor jadi ganti judul lain. Mohon tinggalkan jika merasa kurang layak untuk dibaca🙏😊

2. Lumayan Enak

"Raaiii, buruan keluar, kita hampir kesiangan nih ke kantor!" panggil Bella, sahabat Raisa dan sekaligus pemilik rumah tempatnya tinggal.

Ceklek!

"Uhhh, kamu pergi saja deh duluan ke kantor," tolak Raisa keluar dari kamarnya dengan penampilan acak-acakan.

"Ya ampun, kau kemarin habis dari mana sih sampai kusut-kusut begini?" Bella terkejut sahabatnya itu bagai manusia tanpa jiwa.

"Biasa, kerja sampingan," jawab Raisa bohong, ia tentu tidak akan membocorkan cinta satu malamnya kemarin.

"Hmm… yang benar nih?" selidik Bella tidak percaya.

"Ya dong, aku ini kan harus cari uang banyak-banyak biar bisa beli rumah, jadi jangan tatap aku begitu. Aku terlihat penjahat di rumah ini." Kata Raisa risih.

"Oh jadi kamu yakin tidak masuk kerja hari ini?" tanya Bella lagi dan melirik ke dalam kamar Raisa yang juga berantakan.

"Astaga, kau ini cewek tapi kamar berantakan begini, mau jadi apa nanti kau setelah menikah?" omel Bella nampak kesal pada sahabatnya itu.

"Berisik ah, kau pergi kerja saja gih. Nanti aku beresin kamarku sendiri," usir Raisa lalu menutup kamarnya.

"Yaelah, sifatnya jelek sekali. Hmp!" cetus Bella lalu berangkat kerja. Sedangkan Raisa berdiri di dalam kamarnya sambil memandangi satu persatu bajunya yang berceceran di lantai.

"Cih, ini gara-gara aku sibuk cari baju seksi, jadi berantakan semua isi kamarku," decak Raisa jadi kesal sendiri kamarnya bagai kapal pecah.

Usai membersihkan kamar, ia pun mengambil kacamatanya lalu keluar sambil membawa sebuah kotak obat penjegah hamil.

"Sialan, harusnya aku minum ini saat pulang ke sini, tapi karena pinggangku sakit, aku jadi ketiduran di kamar." Raisa meneguk obatnya lalu menghabiskan isi gelas di tangannya. Setelah itu, Raisa duduk di meja, melahap habis sisa nasi goreng buatan Bella.

"Uhh, semoga saja tidak ada benihnya yang tertanam di perutku." Raisa nampak ogah mengandung anak. Dia cuma ingin balas dendam dengan menyebarkan rekaman syurnya.

"Tapi, cara mainnya lumayan enak sih, apa dia juga begitu pada Sena?" gumam Raisa berpikir Genta dan Sena sudah melakukan itu sebelumnya.

"Ah sial, tidak ada waktu memikirkan mereka berdua, aku harus menyebarkan rekaman itu hari ini!" Setelah mencuci piringnya, Raisa kembali masuk ke dalam kamar.

"Oh, di mana kameraku?" 

Raisa terus mencari kameranya, namun tetap saja tidak ditemukan.

"Aishh, kemana sih kameraku!" desis Raisa menggigit ujung kuku jempolnya lalu diam beberapa saat.

"Jangan-jangan tidak sengaja jatuh?" gumam Raisa langsung panik, ia segera keluar lagi dan mencari di seluruh rumah, namun tetap saja tidak ada.

"Ahhhh sialan! Kenapa masih tidak kutemukan! Di mana sih kamera itu!" Raisa kalang kabut, ia mulai frustasi.

"Duh, jangan sampai kameranya hilang, kalau beneran hilang, bisa tamat hidupku!" Raisa mondar mandir mencari ke sudut-sudut rumah. Tapi tetap juga ia tidak menemukan apa-apa.

"Bagaimana ini? Aku sudah kehilangan kepera wananku, sekarang aku tidak boleh kehilangan kameraku! Hanya itu satu-satunya aku bisa menghancurkan keluarga Nero."

Raisa masuk ke kamarnya lagi, mencari lagi, dan mondar mandir lagi, namun tidak ada hasilnya. Raisa benar-benar kehilangan kameranya.

"Okay, aku harus tenang dulu," katanya pada diri sendiri di pantulan cermin.

"Raisa, coba kau ingat dari kamar hotel, apa kau sungguh-sungguh sudah membawa pergi kameramu dari fas bunga itu?" tanya Raisa pada pantulannya lagi.

Beberapa menit keheningan memenuhi kamar kecil. Raisa sedang berpikir keras dan mengingat dia yang pulang dari sana.

"Ahhhhh bodoh, dasar bodoh! Kenapa aku bisa gegabah begini sih, huaaaa…. tamat sudah hidupku!" teriaknya baru sadar dia pulang dengan tangan kosong.

"Duhhh, aku harus gimana? Apa aku ke sana sekarang? Tapi hari ini tidak ada jadwalku bertemu dengan Genta, masa aku berbohong lagi ke staf hotel?"

Raisa menjambak rambutnya hingga berantakan dan mengutuk dirinya yang ceroboh.

"Baiklah, tidak ada waktu lagi, aku harus menyamar jadi wanita cantik lalu ke sana hari ini juga." Raisa kembali bertekad. Ia pun masuk ke dalam kamar, merubah 180° penampilannya, yang dari wanita cupu ke wanita cantik menggunakan make up. Dari Raisa yang berambut pendek, berubah jadi Raisa yang dikenal sebagai wanita malam.

Setelah memakai rambut panjang palsu, ia bergegas pergi dari rumah Bella, kemudian mencari taksi. Tidak lama menunggu, taksi berhenti di depannya. Raisa pun buru-buru masuk sebelum menjadi pusat perhatian orang. Tetapi, tetap saja ia menjadi pusat perhatian Pak Supir karena kecantikannya yang mempesona, ditambah dress merah ketat yang cocok sekali di tubuh Raisa.

"Cih, ini yang aku benci kalau jadi cantik, aku seolah-olah objek pertontonan oleh pria buaya."

Pak Supir terkejut dengan ucapan itu, ia jadi kecewa melihat sifat jelek penumpangnya.

"Tujuannya mau kemana, Nona?" tanya Pak Supir.

"Hotel bintang lima," jawab Raisa terus terang.

"Ahhaha… baiklah." 

Raisa hanya berdecak mendengar supir menertawainya. Mungkin sekarang supir taksi berpikir ia adalah wanita penggoda yang sedang menuju ke tempat langganannya. 

Usai turun dari taksi dan membayar, ia pun berjalan ke arah pintu masuk hotel sambil mengabaikan pandangan orang-orang. 

"Wah, siapa dia?"

"Seksi sekali,"

"Apa dia model?"

"Dia pasti wanita yang kaya,"

"Apa jangan-jangan dia tinggal di sini?"

"Sialan, aku baru melihat wanita secantik itu ada di dunia ini."

Raisa merasa puas sendiri karena mendapat beberapa pujian. Akan tetapi di tengah-tengah langkahnya, tiba-tiba ponselnya berdering, membuat wanita cantik itu berhenti sejenak di depan pintu masuk.

Dua matanya membelalak melihat nama pemanggil adalah CEO Genta.

"Oh, kenapa dia menelponku? Apa dia mau bahas percintaan kita kemarin hari ini juga?" Raisa deg-degan, tapi seketika menyeringai.

"Ya, aku tahu dia baru menyadari perbuatannya, dan pasti ingin membuatku tutup mulut, tapi tidak semudah itu, aku tidak akan tunduk padanya,"

"Setelah kudapatkan kamera itu, aku akan langsung menyebarkannya, toh juga wajahku tidak tertangkap kamera, hahahaha…. aku memang ratunya balas dendam," tawa Raisa lalu memperbaiki suaranya sebelum mengangkat panggilan itu.

"Ekhm, baiklah. Aku hanya perlu tenang!" katanya kemudian menekan tombol hijau.

"Halo, Genta, mengapa sepagi ini menelponku?" tanya Raisa dengan suara lembut.

"Raisa, hari ini ada yang harus kita bicarakan," 

Raisa tersenyum smirk, merasa tebakannya benar.

"Oh kalau begitu ayo bertemu di hotel seperti biasanya, aku juga masih ingin bertemu denganmu," ucap Raisa mengepal tangan.

"Baiklah, tunggu aku di sana."

Tuuuttt…

Raisa berjalan secepatnya masuk ke gedung hotel, dan setelah mendapat persetujuan staf hotel, ia bergegas ke kamar milik Genta.

Setelah sampai di depan kamar, Raisa masuk dan mulai menggeledah isi kamar itu. Raisa tidak perlu merasa was-was karena kamar itu tidak punya CCTV. Karena itulah mengapa ia membawa kamera sendiri.

"Ah sial, kemana kameraku?"

"Harusnya ada di sini, tapi kenapa tidak ada?"

Raisa menggigit bibir bawah, perasaannya panik dan cemas kameranya bisa saja diambil staf hotel setelah membersihkan kamar itu.

"Duh, kemana sih?" desis Raisa duduk di tepi ranjang lalu berpikir lagi.

"Apa mungkin ada pada Genta? Dan karena itulah dia ingin mengajakku bertemu hari ini?" gumam Raisa seketika gelisah jika itu benar.

3. Tiga Kali Dalam Sebulan

"Apa mungkin ada pada Genta? Dan karena itulah dia ingin mengajakku bertemu hari ini?" gumam Raisa seketika gelisah jika itu benar.

"Tidak, aku dengar suara Genta normal, kalau dia ambil, harusnya dia marah padaku di telepon, apa mungkin kameraku ada di tangan staf hotel ini?" gumam Raisa ingin menjambak rambutnya, namun ia sadar tidak boleh merusak rambut palsunya, karena itu akan membuat penyamarannya terbongkar..

Sejenak, Raisa termenung. Mengingat kemarin percintaan liarnya di atas ranjang. Tanpa sadar, kedua pipinya merona.

"Ah sial, aku kenapa begini sih!" gerutu Raisa lalu menyentuh bibirnya.

Ia kembali mengingat bibirnya dilu mat, diku lum, dan tidak berhenti saling menyambar satu sama lain, serta hampir kecanduan pada rudal yang membuatnya menggila kemarin malam.

"Ahhh, kalau diingat lagi, bibir Genta lembut dan bau badannya wangi banget, pantas saja Sena betah di sampingnya, tapi kalau dia sudah melihat rekam syurku, dia akan langsung membuang pria busuk itu, hahahaha…" tawa Raisa sambil membayangkan pertengkaran Genta dengan artis Sena.

Ceklek!

Buru-buru, Raisa berdiri setelah seseorang yang tidak lain adalah Genta masuk ke dalam kamar dan menghampirinya yang sedang tersenyum manis.

"Genta, padahal kita baru-baru ini bertemu, tapi aku sangat merindukanmu," ucap Raisa langsung main peluk. 'Huek, aku sebenarnya ogah banget meluk dia, tapi demi rencanaku berjalan lancar, aku harus bersikap kecentilan begini,' batin Raisa dalam hati ingin muntah.

"Maaf, kau pasti sudah lama ingin bertemu," ucap Genta balas memeluknya dan terlihat bersalah.

"Selama ini hanya kau yang bersedia menemaniku, tapi sekarang sudah cukup hari ini, Raisa," lanjut Genta mendorong Raisa agar pelukannya terlepas.

"Apa maksudmu, Genta?" tanya Raisa dengan ekspresi sedih, dan membantin, 'Keterlaluan sekali, sudah tidur denganku kemarin, lalu dia mau membuangku? Sepertinya bukan Genta yang mengambil kameraku, tapi siapa?' pikir Raisa bingung.

"Sena sudah sadar dari komanya," jawab Genta mengagetkan Raisa.

'Apa? Sena sadar? Kenapa secepat ini?' Bukannya senang, Raisa dalam hatinya sangat marah.

"Lalu, kau akan membuangku dan melupakan hubungan kita selama ini?" tanya Raisa ingin sekali menampar wajah Genta.

Tangan Genta mendarat di bahu kiri Raisa, lalu perlahan mencondongkan kepalanya, bermaksud ingin mengecup leher putih wanitanya.

Raisa deg-degan dengan tindakan Genta, namun seketika Genta berhenti saat matanya melihat ada satu bekas cu pang.

"Raisa, apa ini? Kenapa ada bekas merah di lehermu?" tanya Genta dengan tatapan tajam.

'Loh, kok dia marah? Bukannya dia yang membuat bekas ini kemarin, apa sekarang dia main pura-pura lupa ingatan lagi?' batin Raisa heran.

"Oh jadi kau mulai bermain liar di belakangku, Raisa," ucap Genta nampak kecewa.

'Apa sih? Kok dia ngomong begitu! Selama ini aku cuma bertemu dengannya saja,' batin Raisa cemberut.

Melihat Raisa diam dan mulutnya cemberut, Genta menghembuskan nafas lalu duduk di tepi ranjang.

"Hah, aku tidak seharusnya marah begini, kau bebas mau dengan siapa," kata Genta membuat Raisa mengernyitkan kening. Raisa pun duduk dipangkuan Genta, kemudian menyandarkan kepalanya di dada pria itu.

"Genta, kau membuatku sedih, selama tiga bulan ini hanya kau yang aku temui, apa kau sudah lupa–" putus Raisa terhenti saat jari telunjuk Genta mendarat di bibirnya.

"Maaf, aku pasti membuatmu kesepian, tapi sekarang aku tidak bisa lagi bertemu denganmu, Raisa," kata Genta berpikir Raisa di depannya sedang berbohong.

'Tingkah Raisa hari ini aneh sekali, dia dulu tidak seberani ini mendekatiku, tapi sekarang dia seperti tahu aku akan meninggalkannya dan karena itulah dia bersikap sangat manis, dia cukup imut, tapi aku tidak mau Sena mengetahui hubungan gelapku ini,' batin Genta merasa tidak rela melepaskan Raisa, tapi tidak bisa juga membiarkan Sena tahu.

"Apa maksdumu? Kau ingin pergi kemana?" tanya Raisa merasa ada yang tidak beres. Sontak, Raisa terkejut tiba-tiba Genta mencu mbu bibirnya, namun rasanya lebih lembut, berbeda dari kemarin yang liar. Tetapi Raisa cukup merona dibuatnya.

"Raisa, jujur aku sangat menyukaimu, tapi demi keselamatanmu, ambillah ini," kata Genta memberikan sebuah tiket.

"Oh, apa ini, Genta?" tanya Raisa kaget.

"Ini tiket ke luar negeri," jawab Genta berdiri.

"Luar negeri? Untuk apa?" tanya Raisa ikut berdiri.

'Apa ini? Apa dia bermaksud menggagalkan balas dendamku?' batin Raisa kesal.

"Apa kau sedang membuangku, Genta?" tanya Raisa sambil pura-pura meneteskan air mata.

"Tidak Raisa, aku mengirimmu ke sana agar kau tetap hidup," jawab Genta segera menjelaskannya.

'Cih, hidup atau mati, yang aku inginkan cuma menghancurkan keluargamu,' batin Raisa mendecak.

"Raisa, dengarkan aku, selagi tidak ada orang yang tahu hubungan kita, kau pergilah ke sana, kau tidak usah khawatir, aku akan menjengukmu tiga kali dalam sebulan," tutur Genta kemudian memeluk hangat tubuh Raisa.

"Seberapa pun aku ingin melupakanmu, tetap saja aku tidak bisa, aku tidak mau kau dimiliki oleh orang lain, jadi turutilah kata-kataku," lanjut Genta mengecup lembut ujung kepala Raisa.

Raisa terdiam, hatinya bergejolak antara benci dan senang karena tebakannya benar kalau Genta punya sifat busuk, yaitu ingin menjadikannya simpanan dan ingin menundukkannya.

'Sialan, dia seperti orang yang berbeda dari kemarin malam, hari ini dia seperti ingin mengusirku dari negara ini, memangnya aku semenyedihkan itu?' batin Raisa lalu melirik tiket di tangannya.

'Hmm, bagus juga, setelah aku bongkar kebusukannya di depan media, aku akan kabur dengan tiket ini, hahaha….' batin Raisa tertawa jahat.

"Raisa, apa kau sudah paham, sayang?" Raisa terlonjat panggilan mesra itu keluar dari mulut Genta.

"Baiklah, aku paham, sayangku," balas Raisa 

bertingkah mesra lalu berbalik ingin pergi untuk mencari kameranya. Namun tiba-tiba, tangannya ditahan.

"Sebentar Raisa,"

"Oh, kenapa lagi?" tanya Raisa was-was.

Ahhhh…. Raisa kaget tiba-tiba Genta mengangkatnya ke ranjang dan menindihnya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!