°°°
“Hikss ... kenapa Lo mutusin gw sih, Al!?”
“Gak ada alasan untuk mutusin Lo, Zoy!”
Dikantin, semua murid-murid dari kelas 10-12 berkumpul untuk melihat perdebatan dua kekasih itu.
Zoya Kianan Alexander, 11–A Fisika. Gadis yang dikenal paling tomboy dan paling berani itu kini justru sedang menangis sesenggukan sekarang, hatinya begitu hampa.
Bagaimana tidak hampa? Pacarnya, Alzihan Anggara atau yang kerap kali dipanggil Zihan itu memutuskan hubungan mereka yang sudah terjalin selama tiga tahun, sejak mereka SMA.
SMA? Lalu kenapa kelas Zoya 11–B Fisika? Sebab di Universitas Nusantara ini, menggunakan kelas dengan nama yang seperti itu.
Kembali lagi ke kisah Zihan dan juga Zoya. Saat ini dengan nafas yang memburu, Zoya berusaha memohon bahkan bertekuk lutut agar Zihan mau balikkan padanya.
Tapi itu justru mengundang cibiran serta sindiran dari siswa-siswi yang ada disana, seorang Zoya si gadis tomboy itu bertekuk lutut? Apakah pantas? No everybody.
“Zoy, berhenti!”
Sebelum Zoya bertekuk lutut, seorang gadis dengan sweater pink justru berteriak dan membelah kerumunan tak berguna itu.
Ia menarik kerah baju Zoya agar segera bangkit dan berusaha menyadarkan nya, bahwa yang dia lakukan itu akan mempermalukan dirinya sendiri.
“Berhenti berharap, Zoy!” ujarnya menepuk pelan kedua pipi Zoya, Jennie Alandria Putri.
Jennie Alandria Putri, seorang gadis bermata coklat dengan otak yang cerdas. Diantara Zoya cs, hanya dia yang mampu untuk bersikap dewasa.
“Hikss .. MINGGIR! GW MASIH CINTA SAMA AL, JEN! GW CINTA SAMA DIA! GW GAK MAU PUTUS SAMA DIA!” sarkas nya dengan nada tinggi sembari menunjuk Zihan yang sedang berdiri tegap disana.
Plakk!
Pipi Zoya terasa panas, tangisan Zoya dan juga kebisingan yang disebabkan siswa-siswi mulai diam.
Tamparan yang begitu nyaring itu membuat pandangan mereka terahlikan, Zoya memegangi pipi kanan nya yang terasa panas itu dan menatap tajam kearah seorang gadis yang sudah berani menamparnya.
“Mana harga diri Lo!? Semurah itu harga diri Lo, Zoy? Punya mata sama telinga kan? Dipake! Zihan udah mutusin Lo, jadi gak usah bertekuk lutut sama dia. Gak ada gunanya!” pungkas gadis itu, Zoya hendak balik menampar gadis itu tapi ditahan oleh Jennie.
“Apa yang dibilang Xien itu benar!”
Xien Clooney, seorang gadis paling berani yang dikenal dengan sebutan 'Bad Gril'. Dengan pakaian basket yang masih ia kenakan, Xien buru-buru kekantin saat mendengar bahwa Zoya terlibat masalah dengan Zihan dari adik kelas mereka.
“Kalian gak usah ikut campur! Minggir sana, gw masih cinta sama Zihan!” bentak nya, semua orang dibuat terkejut dengan bentakan tersebut. Why? Because, ketiga nya adalah best friend dan tidak pernah sekalipun diantara mereka ada yang membentak.
“Lo udah buta, Zoy! Hanya karena Zihan, Lo bod*h!” umpat Xien. Dengan emosi yang memburuh, gadis itu menarik kerah seragam Zoya dan melemparkan bola basket kesayangan nya kesembarang arah.
“Ck! Lepas. Al, t--tunggu!”
Saat Zihan ingin pergi, detik itu juga Zoya mendorong tubuh Xien hingga gadis itu mundur beberapa langkah.
Zoya kembali mengejar Zihan, dan segera menarik tangan kekar itu untuk minta penjelasan sekali lagi.
“Lepas!” titah nya, Zoya menggeleng. Tanpa basa-basi, Zihan langsung menghempaskan tangan mantannya itu.
“Aku mau minta penjelasan dari kamu sekali lagi, Al!” ucap nya.
“Gw gak bisa jelasin! Pokoknya, mulai detik ini kita udah gak ada hubungan apapun itu! Jadi please, lupain Gw.” finish nya, lalu Zihan meninggalkan Zoya sendirian.
“Hikss ... Gw gak akan pernah bisa lupain Lo, Al!”
Dengan langkah berat, Zoya berjalan menelusuri tiap lorong sembari mengingat kenangan indah yang pernah ia alami bersama Zihan.
Tak peduli dengan cibiran serta ocehan para siswi-siswi yang mulai menggosipi nya, Zoya terus melangkah kan kakinya menuju kelas.
Dilihat nya, kedua bangku teman nya kosong. Zoya tau, Xien dan juga Jennie pasti sudah cabut dari sekolah. Mungkin karena risih dan malas bertemu Zoya, sebab Zoya tadi sempat membentak mereka.
“Maaf, Xien dan Jennie!” gumam nya, ia menarik ransel pink nya dan cabut dari sekolahan.
Dengan kecepatan diatas rata-rata, Zoya melajukan mobilnya membelah jalanan Jakarta yang tidak terlalu ramai itu.
Ia terus mengumpati Zihan dan terus mengoceh tidak jelas di mobilnya, ia terus menangis. Mungkin besok pagi, matanya akan bengkak karena tangisan nya itu.
Berbanding terbalik dengan kedua sejoli yang saat ini sedang menikmati angin sepoi-sepoi disebuah taman.
Alzihan, cowo itu ternyata juga cabut dari sekolah. Kini, ia dengan seorang gadis cantik sedang berduaan dengan senyum yang terus terbit diwajah keduanya.
“Al, gimana?”
“Aku udah mutusin Zoya, aku gak mau diantara hubungan kita ada perusak.”
“Maksud kamu Zoya perusak!?”
Zihan terkekeh. “No, baby. Aku gak bermaksud kayak gitu, udah jangan dipikirin yah?!"
Gadis itu menatap sendu tangan Zihan yang sedang menggenggamnya erat. Air mata nya lolos begitu saja, Zihan tau mengapa kekasih nya itu menangis.
“Aku itu sahabat Zoya, Al. Ibarat kata, aku itu yang ngerusak hubungan kamu sama dia!”
Zihan menyeka air mata itu. “No, baby. Ini adalah takdir dari Tuhan, gak ada yang bisa ngerubah.”
“Zoya akan mendapatkan yang lebih baik daripada aku.”
______________
PRANGG!
“Nggak! Aku gak mau, Pa!”
“Zoya, tolong mengerti!”
Ada yang bilang, Ayah adalah cinta pertama dari putri nya. Namun bagi seorang Zoya Kianan Alexander, Papa nya bukan lagi cinta pertama nya sejak Papa nya dihasut oleh ibu tirinya.
Ya, ibu kandung Zoya telah meninggal sejak umur Zoya 12 tahun. Saat Zoya berumur 15 tahun, Papa nya menikah lagi dengan seorang wanita yang mempunyai seribu satu rencana licik diotaknya.
“Zoya gak mau menikah! Zoya masih cinta sama Zihan, Pa!” sarkas nya, sang Papa justru tersenyum remeh.
“Secinta itu kamu sama orang yang udah tega bohongin kamu?”
“Maksud Papa!?”
“Zoya, kau telah buta karna cinta. Zihan sudah menikah dengan sahabat mu itu, Fika!”
Degg!
Waktu serasa berhenti untuk sementara, tenggorokan Zoya serasa tercekat mendengar ucapan Papa nya.
Fika Alerea Ananda, salah satu teman dari Zoya bahkan Fika adalah orang yang selama ini mendukung hubungan nya dengan Zihan. Tapi rupa-rupa nya, Fika ada seorang pengkhianat. Ia tak menyangka, Fika yang dikenal polos itu ternyata telah menikung dirinya.
“Gak mungkin!”
“Mereka menikah sejak dua bulan lalu! Dan asal kamu tau, saat ini gadis itu telah mengandung anak dari Zihan! Jadi berhenti berharap.”
“Hikss, nggak mungkin!”
“Berhenti menangisi seseorang yang sama sekali tidak mencintai mu, Zoya. Papa harap, setelah kamu menikah dengan Tuan M kamu bisa melupakan dia.”
“Ck! Zoya gak mau dijodohin, Pa. Jadi stop!”
“Zoya, i'ts true best!”
-Zoya, ini jalan terbaik
“No! Is no't true best, i'am not children!”
-Tidak, ini bukan jalan terbaik, aku bukan anak-anak lagi.
“Terlambat, Tuan Muda sudah menyetujui nya. Jadi jangan membantah, nanti malam kau akan menikah!”
“Hiksss, PAPA JAHAT! ZOYA BENCI SAMA PAPA. TERUTAMA LO, WIDIA!”
“Zoya, jaga kata-kata mu. Dia ibu kamu!”
“No, She no't my mother!”
-Tidak, dia bukan ibu ku.
Dengan air mata yang terus membanjiri pipinya, Zoya berlari menaiki anak tangga menuju kamar nya.
Ia membanting pintu hingga membuat suara yang begitu nyaring, dia bersender dinding.
Kesialan yang beruntun, itu kata yang sesuai untuk Zoya saat ini. Sungguh hari yang begitu pahit, hari ini seharusnya menjadi hari bahagia dirinya.
Pertama, ia putus dengan Zihan. Kedua, ia bertengkar dengan Xien dan juga Jennie. Ketiga, ia tak menyangka jika selama ini Fika menikung dirinya. Dan yang keempat? Ia justru harus menikah dengan seseorang yang sama sekali tidak ia kenal.
Setidak nya kemarin saat ulang tahun nya, kedua teman nya merayakan nya dengan suprise sederhana tapi sangat berarti di hidup Zoya.
“Xien, Jennie ... Gw butuh kalian.”
Brukk!
Detik itu juga, Zoya tidak sadar diri. Dengan pintu yang terkunci, apa mungkin Papa dan Mama tirinya itu akan menemukan Zoya yang pingsan? I think, no.
.
°°°
“Apa kita udah keterlaluan yah sama dia?”
“Hm, besok kita minta maaf!”
“Kalian lagi ngomongin apa?”
Pandangan Jennie dan juga Xien terahlikan pada seorang gadis dengan oufit cewe kue itu. Berbeda dengan Xien yang selalu berpenampilan cewe mamba (serba hitam), dan Jennie memakai oufit serba hijau yang biasa disebut dengan istilah 'cewe bumi'.
“Fika?”
Ya, gadis itu Fika. Fika datang ketempat tongkrong Zoya cs, yaitu trek balapan. Xien menang balapan tadi, jadi Genk mereka sedang merayakan nya.
“Zoya mana?!” tanya Fika seraya celingak-celinguk.
Mendengar nama Zoya, Xien dan Jennie diam dan tak ingin bicara. Tapi bagi Xien, Zoya tetaplah sahabat nya. Ia pun angkat bicara dengan wajah datarnya itu.
“Dia gak ada disini, dia ada masalah sama Zihan.”
“Kenapa?”
Entah pura-pura polos ataupun memang sengaja menutupinya, Fika bertanya seolah-olah dia tak mengerti kejadian nya.
“Putus.” ucap Jennie, Fika hanya ber-oh riah saja. Tapi ada rasa bersalah diwajah nya.
'Semoga aja Zoya dapat yang jauh lebih baik dari pada Zihan, please kabulin!' batinnya penuh harap.
_____________
“Akhhh!”
Dengan susah payah, gadis itu terus melihat sekeliling nya.
Ruangan mewah yang begitu asing Dimata nya, nuansa kamarnya kan purple kenapa sekarang jadi mewah bak istana ratu Elizabeth saja? Why?
“G--gw ada dimana, i--ini kebaya!?”
Zoya, gadis itu membelalakkan matanya saat kebaya biru itu tiba-tiba ada ditubuh nya. Ia bangkit dari king size bed itu, dan menatap pantulan dirinya dicermin.
Polesan make up sederhana, rambut disanggul, dan baju kebaya biru . Ya kira-kira begitu lah penampilan nya sekarang, ia terkejut bukan main dengan penampilan nya yang sekarang ini.
Saat ingin melepas kebaya itu, tiba-tiba ada dua pelayan yang masuk ke kamarnya setelah mengetok. Dua pelayan muda itu, mengajak nya untuk keluar kamar.
Saat menuruni anak tangga, banyak pasang mata yang memperhatikan nya dengan tatapan yang sulit untuk diartikan. Apa mereka tertegun akan kecantikan Zoya atau sebaliknya.
“Wah, itu kah istri Tuan Marcel? Cantik sekali yah.”
“Masih muda, sesuai dengan Tuan Marcel yang sangat tampan!”
“Benar-benar pasangan yang begitu serasi yah? Akhh, saya iri sekali. Sudah cantik, dan tampaknya dia gadis yang baik!”
Ocehan orang-orang itu mulai menyeruak ditelinga Zoya, gadis itu samar-samar mendengar 'Istri Tuan Marcel. Siapa yang dimaksud dengan istri? Apakah dirinya?.
Dua pelayan tadi membawa nya untuk duduk di sebuah kursi diatas panggung yang tidak terlalu megah itu.
“Kenapa saya dibawa kesini!?” tanya nya pada salah satu pelayan yang hendak pergi.
“Kamu akan menikah, Zoya.”
Bukan pelayan tadi yang menjawab nya, justru Alfareado–Papa Zoya yang menjawab nya. Dan wanita ular itu alias Widia yang tidak henti-hentinya menempel pada Alfareado dengan senyum smrik dan wajah licik nya itu.
“Ck! Zoya udah bilang kan, Pa!? Zoya gak pengen nikah.” bantah nya dengan bisikan.
“Terlambat, semua ini sudah siapkan! Jadi jangan buat papa malu.”
Setelah mengatakan itu, Alfareado dan juga Widia pergi untuk berbincang-bincang dengan penghulu.
Tap!
Tap!
Zoya menggeleng cepat saat ada pria tua yang berjalan kearah nya, apakah ini suami nya? Keriput, tua, buncit dan beruban?.
Katanya tampan, ini mah tampan dari hongkong. Masa tua gini dibilang tampan, wah rabun tuh mata para tamu undangan.
“Whatss! Ini jodoh Gw?! Ogah! Gak mau nikah gw!” sarkas nya, tanpa ia sadari suara nya naik satu oktaf hingga para tamu undangan menatap nya.
Tak ada angin tak ada hujan, para tamu undangan justru tertawa terbahak-bahak saat mendengar penuturan gadis itu, Zoya hanya mengerenyitkan dahi nya heran.
“Saya tidak setua itu.”
Suara bariton itu membuat Zoya menatap intens pemuda dengan balutan tuxedo hitam itu.
Pemuda itu menyuruh Pak tua tadi untuk pergi yang ternyata merupakan seorang kepala pelayan dari ketering makanan yang ia pesan, kemudian pemuda tampan itu duduk disamping Zoya.
Glek!
Ciptaan Tuhan memang sempurna, lihat saja wajah pemuda disamping Zoya ini.
Berwajah tegas, hidung mancung, alis hitam, berkulit putih, rambut yang acak-acakan tapi terkesan keren, leher jenjang, bibir pink. Akhhh! Kaum hawa akan tergila-gila pada pemuda itu.
“Sudah puas memandang Saya?” ucap nya tanpa melihat Zoya, Zoya yang tersadar langsung memalingkan wajahnya.
“Mari kita mulai!” ucap penghulu yang mendatangi mereka.
Penghulu dan pria tampan itu saling berjabat tangan, keringat dingin mulai membanjiri wajah para tamu undangan.
“Bismillahirrahmanirrahim, saya kawinkan engkau Zevan Ziyon Pramuditya bin Andhara Pramuditya dengan saudari Zoya Kianan Alexander binti Alfareado Alexander dengan mahar berupa uang tunai sebesar 1M dan seperangkat alat sholat dibayar tunai!”
“Saya terima nikah dan kawin nya Zoya Kianan Alexander binti Alfareado Alexander dengan mahar berupa uang tunai sebesar 1M dan seperangkat alat sholat dibayar tunai!”
“Bagaimana para saksi?!”
Para tamu undangan mengangkat gelas mereka dan ...
“SAH!!”
Tepat hari ini, hari paling bersejarah dalam hidup Zoya Kianan Alexander yang sekarang resmi menjadi istri dari Tuan Zevan Ziyon Pramuditya.
Zoya justru sedang melamun, etss! Jangan berfikir bahwa Zoya sedang melamun karena melihat ketampanan pemuda itu yah. Zoya tertegun sebab mahar nya yang senilai 1M wah bisa kaya mendadak, bomat dikatain matre.
“Zoya, ayo salam sama suami kamu!” perintah dari seorang wanita paru baya cantik, bukan Widia! Seperti nya dia adalah ibu dari suami Zoya.
Deg!
Deg!
Cup!
Rasanya Zoya perlu kerumah sakit, detak jantung nya seketika menjadi tidak normal saat pemuda itu mencium puncak rambut nya, Zoya dengan ragu juga mencium punggung tangan sang suami.
“Mulai detik ini kamu adalah istri dari Marcel, yah!?” wanita paru baya itu berucap.
“Ma, biarin mereka berdua bersenang-senang dengan status mereka sekarang.” ucap sang suami.
Andhara Pramuditya– Papa dari Pemuda yang diyakini adalah bernama Marcel. Yuna Pramuditya– Istri dari Andhara dan juga ibu dari Marecl.
Dengan wajah dingin dan tak ikhlas, Marcel menggandeng tangan Zoya untuk keluar dari gedung itu.
Sebuah mobil hitam klasik dengan hiasan bunga datang, Marcel menarik paksa Zoya untuk masuk.
Zoya terkejut saat Marcel memperlakukan nya dengan kasar seperti ini, padahal didepan semua orang tadi, dia justru sangat romantis.
“Kecepatan penuh, Vel!”
“Baik, Tuan Muda!”
20 menit, waktu yang cukup singkat karena asisten pribadi melajukan mobil dengan kecepatan diatas rata-rata.
Zoya mendongak kan kepala nya saat melihat sebuah rumah mewah dengan logo 'Z' mungkin artinya 'Marcel atau Ziyon'. Zoya kaget saat Marcel menarik paksa tangan nya, bahka Zoya sampai meringis kesakitan.
“Asstt, Z-Marcel s--sakit!” rintih nya saat pergelangan tangan nya yang ditarik Marcel serasa ingin putus.
“Panggil saya Tuan Muda!” titah nya dengan suara berat, sampai-sampai Zoya tak berani menatap mata elang Marcel.
Ibarat tuli, bisu, dan buta. Ya begitulah gambaran yang sesuai untuk orang-orang yang ada di rumah mewah itu, sudah jelas Zoya ditarik paksa oleh pemuda itu tapi tak satu orang pun yang ingin menolong nya.
Pemuda itu mah jalan tinggal jalan, lah Zoya? Dia tidak akan pernah bisa mengimbangi langkah jenjang pemuda itu saat dia menggunakan kebaya seperti ini.
Brukk!
Marcel menghempaskan tubuh Zoya ke lantai hingga gadis itu meringis kesakitan.
Berbeda dari kamar pengantin yang biasa nya bernuansa romantis dengan beberapa kelopak bunga mawar, kamar pengantin Zoya justru seperti kapal pecah. Serpihan kaca dimana-mana, banyak debu dan seprainya saja berantakan.
“Bersihkan tempat ini dalam waktu 20 menit!”
BARKK!
Tanpa embel-embel apa pun, pemuda itu membanting pintu kamar hingga menimbulkan suara yang membuat Zoya ketakutan.
Dengan terus meniup pergelangan tangan nya yang merah, Zoya terus membersihkan tempat itu. Ia merintih kesakitan saat jari nya tergores serpihan kaca.
“Hikss, Mom! Zoya kangen ...” lirih nya.
Dua puluh menit setelah nya, Zoya telah mengganti baju nya dengan kemeja putih dan celana pendek hitam diatas lutut. Sebenarnya, ia merasa sangat risih dengan pakaian itu tapi hanya itu yang ada.
Zoya saat ini sedang memandangi bintang-bintang yang bertabur dilangit malam, beban dikedua pundak nya semakin berat.
Andai saja teman-teman dan juga ibu kandungnya ada disini, beban nya pasti akan hilang seketika. Mengingat hanya Xien, Jennie dan juga Fika lah yang selalu ada untuk dirinya.
Meskipun pun Zoya sudah tau jika Fika-lah yang sudah merebut Zihan darinya, tapi entah mengapa Zoya yakin bahwa Fika tidak berniat untuk menikung nya.
“Kau berniat menggoda Saya?”
Zoya berbalik dan mendapati Marcel yang tengah berdiri tegap dengan Baluran kemeja putih yang terbilang transparan itu.
“Apa maksud Anda, Tuan?” tanya Zoya sembari memiringkan kepalanya.
“Ck! Jangan berpura-pura polos, dengan pakaian seperti itu, kau pikir aku akan tergoda?” sahut nya, jari telunjuk nya menunjuk pakaian yang sedang dipakai Zoya.
“Saya bukan wanita penggoda, lagi pula tidak ada baju lain di lemari selain ini. Jadi jangan bilang seolah-olah Saya sedang menggoda Anda!” sungut Zoya dengan berani.
Pemuda itu tak menjawab nya, ia merebahkan dirinya dikasur king size nya itu. Ia menepuk-nepuk sebelah kasur tersebut, Zoya mengerenyitkan dahinya.
“Sini!”–Marcel menepuk-nepuk banyak disebelah kanan nya.
“M--maksud Tuan, saya tidur bersama Tuan begitu? S--saya belum siap untuk melakukan nya, Tuan Muda!” lirih Zoya seraya merapatkan kedua lututnya
“Siapa yang mengatakan kau akan tidur bersama ku? Tidak akan. Ambil bantal ini, dan tidurlah disofa!”
Sambil menghentakan kedua kakinya, Zoya berjalan menuju kasur itu dan mengambil bantal yang dimaksud lalu ia lemparkan ke sofa.
“Matikan lampunya!”
°°°
Puk!
Puk!
Merasa terganggu dengan suara tepukan itu, Zoya bangun dari mimpinya. Ia melihat seorang wanita paru baya dengan pakaian yang sedikit kusam.
“Hoamm! Ada apa?” tanya Zoya dengan suara khas orang bangun tidur.
“Syuutt! Nyonya Muda, anda harus bangun untuk menyiapkan segala kebutuhan Tuan Muda!” ucap Bibi itu.
"Lah kok Gw yang disuruh? Kan ada banyak pelayan disini, dikira gw babu apa!?" batin Zoya, ia pikir setelah menikah dengan Zevan maka hidupnya akan baik-baik saja ternyata sama saja seperti hidup dengan ibu tirinya, penuh penyiksaan.
“Ya udah, Saya harus ngelakuin apa!?” tanya Zoya dengan suara yang masih sedikit serak.
“Siapin air hangat, air putih untuk ia minum, jas, dasi, sepatu, kemeja, celana dan sebagainya, Nyonya Muda.” ucap Bibi tua itu diakhiri dengan menunduk, Zoya hanya mengangguk pelan.
Zoya bukan lah gadis pemalas, hanya saja sejak dulu ia selalu dimanjakan oleh ibu kandungnya dan juga Alfareado. Tapi semenjak dengan ibu tiri, dia selalu disiksa dan diperlakukan seperti babu.
Zoya segera membuat kan air hangat dan mengambil pakaian serta air putih sesuai yang diperintah kan Bibi tadi.
Sejenak, Zoya memandang wajah Marcel yang sangat sempurna itu. Sungguh semua kaum hawa pasti akan sangat tergila-gila pada nya tapi tidak dengan Zoya, hatinya masih setia pada Zihan.
“Hufh! Andai saja gw nikah nya sama Al.” gumam Zoya.
“Siapa Al!?”
Zoya terperanjat kaget saat Marcek tiba-tiba membuka mata dan juga suaranya, sampai-sampai tangan Zoya tidak sengaja menyenggol gelas yang berisi air hingga tumpah ke seprai.
“Gadis bod*h!”
“M--maaf, Tuan Muda. Saya tak sengaja!” ucap Zoya, ia tak berani menatap mata Marcel yang setajam elang itu.
“Bersihkan!” titah nya dengan suara berat lalu pergi ke kamar mandi seraya mengambil handuk.
Beberapa menit setelah nya, Marcel keluar kamar mandi dengan handuk yang melilit pinggang nya sehingga perut sixpack nya terlihat.
Cklek!
Zoya yang sudah berganti pakaian di kamar mandi sebelah pun membuka pintu kamar, ia memakai sweater coklat dengan rok mini berwarna orange.
“Akhhh!”
Saat Zoya melihat Marcel yang keluar kamar mandi hanya menggunakan handuk yang melilit pinggang nya, segera Zoya menutup matanya dan membelakangi Marcel.
“M--maaf, S--saya tidak sengaja, T--Tuan Muda.” ucap Zoya, ia segera membuka kenop pintu.
“Mau kemana kamu!?” tanya Marcel yang masih menggunakan handuk dipinggang nya, kini pemuda berusia 22 tahun itu sedang menggenggam tangan Zoya yang berada di kenop pintu.
“M--mau sekolah, Tuan Muda!”
“Siapa yang mengizinkan mu!?”
"Pertanyaan konyol macam apa itu, siapa yang mengizinkan kamu? Dih, biaya universitas, gw bayar sendiri kalee! Nih orang songong banget, emang mau punya istri bod*h apa!?" batin Zoya seraya menggerutu serta mengumpati Marcel.
“Jawab, gadis bod*h!”
“Papa yang mengizinkan Saya, Tuan Muda. Katanya saya harus jadi anak yang cerdas, dan bisa membanggakannya!” sahut Zoya.
“Tidak ada yang patut dibanggakan dari gadis bod*h seperti mu.”
Entah kenapa, hati Zoya terasa sangat sakit saat mendengar penuturan sari Marcel. Tapi masa bod0h lah, lebih sakit saat ia diputusin oleh Zihan.
“Jadi kau akan tetap diam seperti patung atau berangkat hah!?” sentak Marcel, Zoya segera mengangguk.
Untung lah saat pernikahan kemarin selesai, Alfareado membawakan mobil pink kesayangan nya yang ia beri nama, pinkky. Jadi dia bisa berangkat dengan mobil nya itu, ia malas untuk menggunakan mobil mewah milik keluarga Marcel hanya untuk sekolah.
~oo0oo~
Bimbang, ya itulah yang saat ini Zoya alami. Bukan bimbang tentang bagaimana caranya meminta maaf kepada Xien dan Jennie, tapi ia bimbang tentang hidup nya yang seakan dunia menginginkan nya untuk sengsara.
Saat ini Zoya tengah menelusuri tiap lorong yang ada, banyak gosip tentang hubungan dia dan juga Zihan dari mulut-mulut yang tidak berguna itu.
"Asli! Tuh mulut pengen gw sumpelin cabe deh! Gatel banget gosipin masalah orang. Ini juga, Xien sama Jennie kemana sih!?" batin Zoya seraya melihat sekeliling setelah meletakkan ranselnya dibangku nya.
Zoya memilih untuk kelapangan basket, tempat yang biasa Xien datangi karena dia adalah ketua tim basket.
Benar saja. Saat sudah sampai ditengah lapangan hijau itu, Zoya dapat mendengar dengan jelas teriakan para penggemar Xien saat gadis itu memasukkan bola nya ke keranjang.
Bum!
Gadis dengan rambut hitam tersanggul itu hanya menunjukkan ekspresi datar saat bola nya berhasil mencetak angka, Xien yang menyadari keberadaan Zoya pun segera menghentikan permainan nya.
“Kenapa?”
Xien bukanlah gadis yang suka bertele-tele, ia langsung menanyakan kenapa Zoya datang kemari. Xien tau, ada rasa bersalah dihati Zoya saat ini.
Zoya menggaruk tengkuknya yang tak gatal, ia terkekeh sesaat. “G--gw mau minta maaf, Xien! Makasih karena Lo sama Jennie udah nyadarin Gw semalem!”
Xien tak merespon.
“Gw kira Lo gak bakal ngomong kayak gitu!”
Bukan Xien yang berbicara. Dari belakang, seorang gadis berambut coklat sepunggung dengan kemeja pink mendatangi Zoya dan juga Xien.
“Jennie!?”
“Hai.”
“So ... kalian maafin aku gak nih!?” tanya Zoya yang belum mendapatkan jawaban, Xien dan Jennie saling bertukar pandang lalu tersenyum.
“Kita maaffin Lo kok! Lo itu sahabat terbaik kita, Zoy!” ujar Xien yang langsung memeluk tubuh Zoya, disusul Jennie.
“Tentang Zihan, ternyata ...”
“Gw udah tau, Jen! Fika kan yang buat Zihan mutusin Gw? Gw tau, cuma Gw gak mau mutusin persahabatan kita hanya karna gituan!” nasehat Zoya.
“Aelahh! Udah dewasa niee yee pemikiran nya!?” Jennie bercelatuk sembari menyenggol lengan kiri Zoya membuat gadis itu hampir terjungkal.
“Gw yakin Lo bakal nemuin jodoh yang jauh lebih baik daripada Zihan, Zoy!” lirih Jennie, Zoya menatap lekat mata coklat Jennie.
"Jodoh yang lebih baik dari mana, Jen? Gw aja dijodohin sama orang yang gak gw kenal, orang nya sih tampan tapi dinginnya nya itu lohh! Issh gerem banget gw, dan yang pasti gw belum bisa move on dari Al!" Batin Zoya, tapi ia hanya mengangguk pelan saat Jennie mengatakan hal tersebut.
“Yuk masuk kelas, gak usah dengerin ocehan gak penting dari mulut-mulut pedas tetangga!” lanjut Jennie lalu merangkul Zoya dan juga Xien.
10:30 WIB
Saat ini kantin sedang ramai-ramainya, mungkin karena tadi ada pertandingan bola basket antar sekolah. Universitas Nusantara memenangkan pertandingan itu, dan mereka begitu senang.
Tentu saja yang membawa kemenangan untuk Universitas Nusantara adalah Xien Clooney, pentolan terbaik dalam basket di Universitas itu.
“Kyaa>
Xien dan juga Jennie hanya berekspresi datar dan juga cuek saat gadis sok polos itu datang dan langsung menyambar pelukan Xien yang masih menggunakan seragam basketnya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!