NovelToon NovelToon

Wanita Kesayangan SERJIO

WKS. Pertemuan

"Serius amat sih, lo? Jangan terlalu kaku jadi cowok! Bisa-bisa lo nggak kawin-kawin, haha!" ledek Erlan pada asisten sekaligus sahabatnya yang telah menemani dirinya berkarir selama beberapa tahun.

"Biasa aja!" jawab laki-laki bernama Serjio yang sedang memeriksa sebuah file penting. Tidak ada rasa ingin tertawa ataupun mendapati kelucuan dari ucapan Bosnya itu. Keduanya harus berangkat ke negara B untuk sebuah urusan bisnis yang begitu mendadak, jadi Jio cukup serius memeriksa beberapa file yang akan dia bawa.

Jio dikenal sebagai laki-laki dingin dan tidak banyak bicara selain masalah pekerjaan, apalagi urusan wanita. Jio sama sekali tidak tertarik hal yang merepotkan tersebut. Sampai-sampai sahabat yang menjadi Bosnya itu meledeknya sebagai pria ubnormal atau lebih sering disebut 'gay', lebih tepatnya penyuka sesama jenis.

Hari ini adalah hari berat untuk Jio karena lagi-lagi dia harus menyelesaikan masalah yang dihadapi oleh Erlan. Sebagai asisten yang handal dan profesional, Jio memang tidak pernah mengecewakan Erlan sama sekali selama dia bekerja. Semua hal yang Jio tangani, pasti bisa di handle dengan sangat apik.

Setelah melakukan perjalanan panjang, Jio dan Erlan pun tiba di negara B. Belum juga sampai di hotel, Jio mendapatkan sebuah pesan yang mengharuskan mereka untuk segera menemui klien penting di negara B tersebut. Terlihat Jio menghela napas berat dan memberitahukan pesan itu pada Erlan.

"Ck, pertemuan yang aneh!" gerutu Erlan yang sebenarnya sangat malas bertemu orang tersebut karena tempatnya yang tidak kondusif. Jio juga memilih diam, sebab sudah bisa dipastikan pekerjaannya kali ini cukup berat.

Setelah membersihkan diri dan bersiap, Erlan pun keluar dari kamarnya yang ternyata Jio sudah menunggu dia di luar. Namun ternyata pakaian yang dipakai mereka berdua sama persis. Yaitu sama-sama mengenakan setelan jas berwarna Navy dan keduanya benar-benar terlihat mirip. Hanya saja Jio memakai kacamata. Jadi ada perbedaan sedikit diantara keduanya. Entah kenapa setelah sekian tahun, baru kali ini mereka bisa memakai warna jas yang sama walaupun ada sedikit perbedaan style.

Tiba di sebuah Bar yang masih ada di kawasan hotel, Erlan menghentikan langkahnya lalu menatap Jio seolah menginginkan sebuah penjelasan. "Katanya ini Bar khusus, Bos. Jadi mari kita masuk!" kata Jio seolah tahu keraguan Erlan dan membuka pintu Bar.

Seketika itu juga suara dentuman musik DJ langsung menusuk telinga keduanya. Mereka sedikit terganggu dengan suara itu karena memang tidak pernah mengunjungi klub malam. Begitu langkah kaki mereka masuk, beberapa wanita seksi menghampiri dan menggoda Erlan serta Jio. "Hei, pilih aja! Lumayan kan!" ledek Erlan tidak membuat Jio merespon candaan itu. "Eh, aku mau telepon Diandra dulu, lupa belum kasih dia kabar. Lo duluan aja! temui klien gila yang ngajak kita ketemuan disini." Erlan kembali keluar dari ruangan berisik tersebut kemudian mencari toilet untuk menghubungi istrinya.

Jio pun mencari orang yang bernama Tuan Rocky sesuai dengan ciri-ciri yang disebut dalam pesan masuknya beberapa saat lalu. Cukup bingung dia mencari keberadaan orang tersebut diantara banyak orang sedang menikmati pesta dan bergoyang bersama wanita-wanita cantik.

Sungguh hal aneh memang, seharusnya membahas bisnis penting bukan di tempat yang berisik seperti itu bukan? Namun demi pekerjaannya, Jio hanya berpikir harus segera menyelesaikan tugasnya. Hanya saja, saat Jio menemukan orang yang dimaksud, dia sangat terkejut karena melihat sosok wanita yang dia kenal beberapa tahun lalu.

Wanita itu sendiri tidak peduli dengan Jio dan seolah tidak kenal dengannya. Tangan wanita tersebut terus mengayun meraba-raba tubuh Tuan Rocky bersama dengan beberapa wanita lainnya. "Benar-benar klien gila," batin Jio kesal.

"Hallo, Mr. Erlangga!" sapa Tuan Rocky membuat Jio mengangkat satu alisnya. Dia pikir Jio adalah Erlan. Tentu Tuan Rocky belum begitu paham dan tetap menyambut hangat kedatangan Jio dengan segera menjabat tangannya lalu mengajak Jio duduk bersebelahan.

"Have a nice day! Come on!" kata Tuan Rocky memberikan Jio segelas minuman berwarna coklat padanya dan memaksanya untuk segera meminum.

"No! I'm not drink this-"

"Haha ... come on, enjoy this place, Mr. Erlangga!" desak Tuan Rocky yang diiringi tawa semua orang disana. Terpaksa Jio meminum wine yang disodorkan tersebut demi segera menyelesaikan pekerjaannya.

Tuan Rocky kembali tertawa seraya menepuk bahu Jio dan kembali mengisi gelas kosong yang Jio pegang. Seberapa keras Jio menolak, Tuan Rocky terus menuangkan minuman memabukkan itu sampai Jio benar-benar mabuk dan hampir tidak sadarkan diri.

"Okey! You can have fun with Safira, Mr. Erlangga, haha!" ucap Tuan Rocky memberi kode pada wanita bernama Safira tersebut untuk membawa Jio pergi dari ruangan itu.

Safira pun memapah Jio keluar. Dengan langkah sempoyongan, Jio mengikuti langkah kaki Safira. Keduanya pun masuk ke dalam kamar hotel yang telah disiapkan sebelumnya.

"Ah, kenapa kepalaku sangat pusing? Tubuhku juga rasanya sangat aneh," gumam Jio. Sedangkan Safira akan menjalankan tugasnya. Dia pun menjatuhkan tubuh Jio di atas tempat tidur. Safira segera meraba tubuh Jio dengan sentuhan yang khas dan membuat rasa aneh semakin menjalar dalam diri Jio.

"Mari kita bermain, Tuan Erlangga!" bisik Safira, membuat Jio segera bangkit dan duduk di tepi ranjang.

"Safira! Aku bukan Erlangga!" ucap Jio sedikit meninggikan suaranya. Masih ada sedikit kesadaran pada Jio.

"Apa anda begitu mabuk sampai lupa nama sendiri? Benar-benar payah!" jawab Safira kemudian melepaskan dress mini yang dia pakai. Melihat Safira yang hanya mengenakan kain berbentuk kaca mata di dadanya juga kain segitiga di bagian intimnya, Jio semakin panas dingin. Apalagi warna merah kain-kain tersebut seolah menambah semangat Jio untuk segera menikmati apa yang ada di depan matanya.

Safira menyunggingkan senyum. Dia pun meliukkan tubuhnya di depan Jio. Benar saja, Jio langsung terpancing dan beranjak dari tempat tidur itu untuk segera menyentuh tubuh Safira yang menggoda tersebut. Namun tanpa sadar ternyata Safira meletakkan sebuah kamera kecil di atas nakas sebelum keduanya benar-benar bermain panas.

"Aku harap aku bisa melakukan tugasku dengan baik. Semangat Fira, demi Ibu kamu!" batin Safira menyemangati dirinya sendiri.

"Safira, aku menginginkanmu!" ucap Jio lirih. "Rasanya sangat panas!" Jio segera memeluk Safira dan menempelkan bibirnya. Keduanya masih sama-sama kaku karena itu untuk pertama kalinya, baik Jio maupun Safira sendiri.

Namun insting masing-masing menuntun mereka melakukan sebuah ciuman panas dan saling menuntut satu sama lain. Lama kelamaan ciuman itu semakin menggairahkan. Keduanya saling menyesap dan bertukar saliva. Jio yang sudah terbakar napsu membawa tubuh Safira untuk berbaring di atas tempat tidur. Dia pun meraba setiap inci tubuh Safira tanpa melepaskan tautannya.

Merasa semakin gerah, Jio segera melepaskan baju yang masih utuh di tubuhnya dengan cepat karena tidak mau melewatkan hal yang begitu nikmat itu. Safira juga melepaskan dua kain berwarna merah yang masih menempel di tubuhnya. Keduanya kini benar-benar tanpa sehelai benang dan kembali melanjutkan permainan mereka.

Desahann demi desahann lolos dari mulut masing-masing karena kenikmatan. Mereka melakukan hal terlarang, tetapi rasa yang tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata itu tidak membuat mereka berhenti begitu saja sebelum apa yang seharusnya keluar itu tuntas.

Malam yang mereka lewati pun menjadi malam panjang karena Jio tidak melakukannya hanya satu kali, tetapi berkali-kali karena pengaruh alkohol juga obat yang dimasukkan ke dalam minuman yang diberikan Tuan Rocky berdosis tinggi.

........

Hai ... selamat datang di karya terbaru akuh.

Ini adalah sekuel dari karya berjudul "Nikah Paksa dengan CEO Kejam" yang belum baca silahkan cus melipir baca ya hehe!

Buat kalian yang nggak suka dengan karya ini, tolong dengan sangat ... jangan pernah meninggalkan bintang selain bintang 5 ya karena itu cukup berpengaruh untuk kualitas dan penghasilan karya ini. Tidak suka, silahkan SKIP, jangan dzolim sama penulisnya ya hehe!

HAPPY READING YA!!!

WKS. Kamu Milikku

"Aw, pusing sekali kepalaku!" Jio berusaha membuka matanya yang masih terasa sangat berat. Pengaruh alkohol yang dia minum benar-benar membuat kepalanya pusing. Apalagi ini pengalaman pertamanya. Namun ada hal aneh yang memaksa dia untuk segera membuka mata, yaitu sebuah tangan yang menumpang di atas perutnya.

Jio terkejut bukan main saat melihat ada wanita di sisinya. Bahkan wanita itu sedang memeluk mesra tubuh Jio yang tanpa pakaian. Rasa terkejut Jio membuat wanita yang diketahui bernama Safira itu bangun.

"Em, udah pagi ya? Saatnya aku pulang berarti," gumam Safira kemudian turun dari tempat tidur. Jio semakin terkejut melihat tubuh Safira yang polos dengan langkah kaki yang sedikit aneh.

"Safira, kamu … bisa jelaskan ini? Kenapa ... maksudnya semalam kita melakukan hubungan suami istri?" tanya Jio seraya memungut celananya yang ada di lantai.

"Kamu pikir kita sama-sama nggak pake baju itu abis ngapain? Berenang?" sahut Safira dengan nada sinis.

Safira yang sudah mengenakan kembali pakaiannya segera menarik selimut berwarna putih yang ada di atas tempat tidur. Ada bercak merah disana. Tanda merah itu adalah bukti bahwa keduanya telah melakukan hubungan intim tanpa menikah terlebih dahulu.

"Ta-tapi ... tapi ak-"

"Tuan Erlangga yang terhormat! Saya hanya menjalankan tugas. Dan kalau saya hamil, saya pastikan saya akan mencari anda untuk bertanggung jawab karena saya dilarang minum pil pencegah kehamilan sebelum melakukan tugas. Sekarang saya harus pergi dan memberikan bukti percintaan kita semalam."

Safira mengambil sebuah kamera kecil yang dia letakkan di atas nakas semalam. Pangkal pahanya yang sedikit sakit membuat langkah kakinya terbatas.

"Safira, aku bukan Erlangga! Aku Serjio. Kita pernah satu sekolah, tapi kamu tiba-tiba menghilang tanpa kabar. Apa kamu lupa denganku?" jelas Jio langsung membuat Safira mematung dan menjatuhkan kamera kecil yang dia pegang. "Jadi sebenarnya sasaranmu adalah Erlangga? Dia Bos aku. Ck, aku rasa tugas yang kamu jalankan itu … gagal total!" sambung Jio seraya menyunggingkan senyum.

Safira terpaku cukup lama mendengar penjelasan Jio. Kamar hotel yang tadinya dingin tiba-tiba menjadi panas karena rasa gugup juga takut. Kedua tangannya mengepal erat. Laki-laki yang seharusnya tidur bersamanya itu adalah Erlangga, bukan Serjio. Tentu saja dia terkejut karena tugasnya benar-benar gagal. Kamera yang merekam semua aksi panas dirinya dengan Jio tidak ada gunanya lagi.

"Ng-nggak mungkin! Harusnya uang itu udah di transfer kan? Ini bukan salahku kan? Tuan Rocky sendiri yang memintaku untuk pergi dengannya," gumam Safira yang tiba-tiba menjadi gemetar. Dia rela menjual tubuhnya karena dia masih perawan hanya demi uang dua puluh ribu dollar untuk biaya ibunya di rumah sakit.

Awalnya Safira tidak punya niat untuk pergi ke seorang mucikari yang sedang mencari gadis perawan. Namun dia sangat terdesak demi sang Ibu yang harus mendapatkan penanganan khusus karena penyakit gagal ginjal dan jantung bengkak.

Safira memang bukan gadis biasa. Walaupun dia hanya lulusan sekolah menengah atas, tetapi otaknya cerdas dan gadis itu giat belajar beberapa bahasa asing. Dia bahkan bekerja sebagai guide di sebuah tempat wisata di Jakarta. Banyak turis yang menyukai keramahan Safira. Namun gajinya tidak cukup untuk mengobati penyakit sang Ibu.

Kondisi sang Ibu yang memburuk membuat Safira harus berpikir keras sampai akhirnya dia menemui seorang mucikari yang memberikan uang sangat cukup asalkan dia mau menurut. Safira bertekad untuk memberikan mahkotanya demi biaya perawatan yang tidak sedikit itu. Siapa sangka takdir berkata lain.

"Hm. Ternyata begitu! Kamu menjual tubuhmu demi uang? Kamu rela pergi ke luar negeri demi dollar? Berapa uang yang kamu butuhkan, katakan! Aku akan memberikannya. Tapi ... kamu harus menikah denganku."

Ucapan Serjio membuat Safira kembali terkejut, tetapi sedikit lega. Siapa yang sangka takdir memberikan dia seorang yang ingin menikah dengannya setelah mereka menghabiskan malam pertama tanpa ikatan cinta. Setidaknya kalau dia hamil, laki-laki itu mau bertanggung jawab. Namun bagaimana dengan tugas yang dia dapatkan karena dia melayani orang yang salah.

"Safira, liat aku!" titah Jio dengan suara datar. Sang pemilik nama tidak berbalik badan walaupun Jio memberikan waktu beberapa menit. Akhirnya Jio yang menghampiri Safira dan memeluknya dari belakang. "Aku serius! Sudah lama aku mencari keberadaanmu. Aku menyukaimu sejak kita masih sekolah." Sungguh Safira ingin sekali terbang ke angkasa karena pernyataan cinta itu.

"Ba-bagaimana mu-mungkin?" Safira gugup. Padahal dia telah bermain panas beberapa kali dengan Jio semalam. Namun pelukan yang dia rasakan kali ini jauh berbeda. Pelukan itu memberikan rasa hangat dan sebuah kenyamanan.

Jio pun membalikan tubuh Safira. Merengkuh kedua bahunya dan menatap lekat kedua mata dengan iris berwarna coklat. Kini keduanya saling berhadapan dan seolah berinteraksi lewat sorot mata. Safira benar-benar lupa siapa laki-laki yang ada di hadapannya itu. Aneh bukan? Jio langsung mengenali Safira, sedangkan Safira tidak ingat sama sekali dengan Jio.

"Aku menunggumu lebih dari sepuluh tahun, Safira. Kamu kemana aja selama ini? Kenapa kamu nggak ada kabarnya saat memasuki semester dua? Aku mencari mu bahkan mencari tempat tinggal mu. Tapi kamu udah pindah. Selama ini aku berharap kembali dipertemukan dengan wanita yang sudah mengambil sebagian hatiku, dan ... hari ini harapanku dikabulkan Tuhan. Safira ... aku benar-benar mencintaimu. Jadilah istri dan ibu dari anak-anakku, hm?"

Gugup? Tentu saja! Bahkan lidah Safira tiba-tiba kaku. Ini memang bukan pertama kali ada yang ingin menikahinya. Namun kali ini rasanya berbeda.

"A-a-ap-apa yang kamu katakan i-tu benar?" Jio pun memeluk Safira kemudian mencium ujung kepala dan membelai rambut lurus yang panjangnya hanya sebahu.

"Aku sangat serius! Kamu adalah cinta pertama yang aku cari selama ini, Safira!" jawab Jio dengan suara lembutnya.

Safira pun membalas pelukan Jio. Pipinya menempel pada dada bidang Jio yang tanpa beralaskan baju. Tubuhnya itu mempunyai bau yang khas dan Safira menyukainya. Keduanya berpelukan cukup lama hingga perasaan masing-masing menjadi lebih tenang.

"Apa kamu bisa membantuku lepas dari sini? Kamu bisa bawa aku pulang dengan selamat? Aku takut!" ucap Safira tentu berharap banyak pada laki-laki yang baru saja menyatakan cinta padanya. Jio semakin mengeratkan pelukannya seolah pertanda bahwa Safira akan baik-baik saja.

"Istirahatlah di kamarku. Aku akan membawamu kembali ke Indonesia dengan selamat. Urusan disini, kamu jangan khawatir! Aku bisa mengatasinya. Kamu hanya perlu beristirahat, hm?" Jawaban Jio benar-benar menjadi angin segar untuk Safira. Walaupun uang yang dijanjikan mucikari tersebut belum ditransfer, setidaknya Jio sudah berjanji akan memberikan gantinya.

Safira pun mengangguk dalam pelukan Jio. Kedua sudut bibirnya mengukir senyum yang begitu manis dengan lesung pipi yang menggemaskan. Entah perasaan apa yang dia rasakan saat ini. Rasa itu benar-benar tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata.

"Terima kasih! Terima kasih sudah menjadi malaikat untukku, Serjio!" ujar Safira seraya menitikkan air matanya.

Jio pun melepaskan pelukannya. Sorot mata mereka kembali bertemu, tetapi kali ini raut wajah keduanya berbeda. Ada pancaran cinta di mata masing-masing. Bukan hanya Safira yang bahagia tentunya, Jio jauh lebih bahagia karena menemukan cinta pertamanya yang telah dia tunggu lebih dari sepuluh tahun.

"Aku yang harusnya berterima kasih karena kamu kembali, Safira!" Wanita dihadapannya itu hanya mampu mengangguk pelan diiringi senyum yang begitu manis. "Bolehkan aku melakukannya lagi? Kamu begitu menggemaskan!" Entah kenapa pikiran kotor Jio kembali hanya karena melihat wajah cantik Safira.

Normal tentunya jika Jio ingin melakukan permainan panasnya lagi karena semalaman dia melakukan hal itu tanpa sadar.

"Serjio! Kamu mesumm!" jawab Safira seraya mencubit pinggang Jio.

"Aku ... em ... kamu menggemaskan! Aku ... benar-benar ingin melakukannya dalam keadaan sadar," pinta Jio serius. Safira ragu. Walaupun dia melakukan dengan sadar semalam, tidak bisa dipungkiri jika ada sedikit rasa ingin mengulang kembali permainan panas dengan laki-laki yang akan menikahinya.

"Apa kamu nggak sibuk?" tanya Safira lirih. Dia harus jual mahal terlebih dahulu karena malu jika harus mengiyakan langsung.

Jio pun memikirkan perkataan Safira. Dia hampir melupakan apa tujuannya ke negara B itu. Bahkan insiden salah sasaran ini juga seharusnya segera dia laporkan pada Bosnya karena ada yang berusaha menjebaknya. "Astaga ... sebenarnya hari ini seharusnya aku sibuk, tapi ... hanya sebentar saja, hm?" Otak Jio tentu masih terfokus pada wanita dihadapannya. Anggap saja sebagai imun tambahan agar pekerjaannya nanti berjalan dengan lancar.

........

WKS. Safira Diculik

Sebuah panggilan masuk dari pihak hotel membuat Jio yang sedang menikmati sarapannya langsung mendelik mendengar kabar dari penelpon tersebut. Tanpa basa-basi lagi, Jio segera beranjak meninggalkan tempat sarapannya dan berlari tanpa peduli dengan Bos yang sedang sarapan bersamanya. Sayang, saat menekan tombol lift, pintu itu tak kunjung terbuka hingga akhirnya Jio memilih tangga darurat.

Derap langkah kaki Jio benar-benar tidak terkontrol bahkan menabrak beberapa orang tanpa minta maaf setelah menerima laporan bahwa beberapa orang memaksa masuk ke dalam kamarnya kemudian menarik paksa Safira yang sedang beristirahat.

Jio tahu hal itu akan terjadi mengingat bagaimana kuasanya Tuan Rocky di negara B tersebut. Untungnya dia sudah menceritakan pada Bosnya masalah salah sasaran tersebut dan langsung menghubungi Tuan Frendik, orang yang lebih berkuasa dari pada Tuan Rocky.

"Siall!" pekik Jio saat dirinya terjatuh dan tersungkur ke lantai karena kakinya yang berjalan tidak beraturan itu tersandung. Namun tidak ada waktu untuk mengeluh sakit sebab wanita pujaannya saat ini pasti sedang ketakutan. Padahal dia telah berjanji akan membawa pulang ke Indonesia dengan selamat.

Jio semakin mengepalkan kedua tangannya saat tahu dia telah terlambat karena Safira sudah tidak ada di kamar begitu dia tiba. Jio kembali turun dari lantai lima menuju lobby utama.

"Tenang, Sayang! Kamu akan baik-baik saja. Aku janji!" gumam Jio terpaksa kembali menuruni anak tangga karena lift masih mengantri.

Benar saja dugaan Jio jika Safira telah berada di depan pintu utama hotel dan sedang dipaksa berjalan padahal Safira sudah berontak. Namun sayangnya kekuatan wanita itu tidak bisa membuatnya terlepas dari paksaan tersebut.

"Stop it! Don't touch Safira!" teriak Jio saat dua orang pria bertubuh kekar dan bertato dengan setelan jas serba hitam itu memaksa Safira untuk segera masuk ke dalam mobil. Untungnya Safira bukan wanita bodoh. Kedua pria yang lengah dan sedikit melonggarkan cekalan tangan mereka karena teriakan Jio, membuat dia mendapatkan kesempatan untuk melarikan diri. Segera Safira menginjak kuat kaki kedua pria menyeramkan tersebut secara bergantian.

Kedua pria itu langsung melepaskan tangan mereka karena mengaduh kesakitan. Saat itulah Safira segera lari dalam pelukan Jio. Tanpa ragu lagi, Jio pun membalas pelukan Safira agar wanita itu sedikit tenang.

"Gadis pintar!" ujar Jio seraya mencium ujung kepala Safira.

Tentu saja larinya Safira membuat pria bernama Tuan Rocky itu kembali marah. Kedua rahangnya terlihat mengeras. Gagalnya rencana untuk menjebak Erlan saja sudah membuat dirinya geram. Padahal itu juga atas kecerobohannya yang tidak terlalu paham dengan orang yang akan dia jebak karena perintah itu juga mendadak.

Saat Tuan Rocky tidak mendapatkan kabar apa pun dari Safira pagi itu, pria yang usianya hampir setengah abad tersebut langsung mencari tahu dan meminta rekaman cctv hotel itu dengan paksa. Sialnya lagi, Safira bersama Jio terlihat keluar dari kamar yang sengaja disiapkan untuk menjebak Erlan.

Namun yang membuat Tuan Rocky begitu marah adalah nama yang tertera atas kamar hotel yang dimasuki Jio bersama Safira. Itu bukan atas nama Erlan, Bos Jio, melainkan asisten pribadinya. Seketika itu juga atas kuasanya, Tuan Rocky memaksa untuk membuka kamar hotel tersebut demi menjaga hubungan baik dengan orang yang memerintahkan dia untuk menjebak Erlan.

(Yang penasaran bisa baca : Nikah Paksa dengan CEO Kejam)

Erlan tiba beberapa saat lebih lambat dari Jio karena Jio lari begitu cepat. Napasnya tergopoh-gopoh bahkan masih sibuk mengatur napas tanpa sempat bertanya pada Jio apa yang sebenarnya terjadi.

Tatapan membunuh terpancar jelas dari raut wajah Tuan Rocky. Disaat yang tepat, Tuan Frendik datang bersama beberapa bodyguard dan hal itu membuat nyali Tuan Rocky menciut. Belum Tuan Frendik menyapa, Tuan Rocky bergegas pergi karena tidak mau terlibat urusan dengan orang yang lebih berkuasa darinya.

Setelah mengucapkan banyak terima kasih pada Tuan Frendik atas bantuannya, Jio membawa Safira kembali ke kamarnya. Sedangkan Erlan terus bertanya di sepanjang perjalanannya menuju kamar, tetapi tidak mendapatkan jawaban dari Jio. Meskipun kesal, tetapi Erlan sadar jika sebenarnya Jio terlalu khawatir akan keselamatan wanitanya.

...***...

"Maaf, aku kurang hati-hati menjagamu, Sayang," ucap Jio saat keduanya telah duduk bersanding di sisi tempat tidur.

"Nggak, Mas! Ini bukan salah kamu. Wajar aja kalau sampai Tuan Rocky marah. Rencananya kan gagal. Tapi aku sangat terima kasih sama kamu, Mas! Kamu benar-benar penyelamat hidupku," ujar Safira kemudian memeluk Jio.

"Hari ini aku nggak begitu sibuk. Tapi mungkin kita akan butuh dua sampai tiga hari disini karena aku masih ada beberapa urusan. Apa kamu mau menunggu, atau kamu mau pulang duluan?"

Safira tidak langsung menjawab. Dia masih ada dalam pelukan Jio. Rasa hangat pelukkan itu membuat dirinya sedikit lebih tenang. Sebenarnya dia sangat ingin pulang karena alasannya pergi cukup tidak masuk akal dan sang Ibu sempat curiga. Namun dia juga takut jika harus pulang sendiri. Apalagi dia begitu membutuhkan uang yang dijanjikan Jio untuk pengobatan Ibunya.

"Aku nunggu kamu aja, Mas!" ucap Safira lembut seraya melepaskan pelukannya lalu tersenyum manis dengan lesung pipi yang sangat khas. Jio pun membalas senyum itu kemudian meraih ponselnya.

"Tulis nomor rekening kamu," titah Jio seraya memberikan ponselnya pada Safira.

"Apa kamu cenayang, Serjio?" tanya Safira benar-benar heran. Bagaimana bisa Jio membaca pikirannya? Baru saja dia berpikir sangat butuh uang yang dijanjikan oleh Jio.

"Panggil, Mas! Walau bagaimanapun, aku ini calon suami kamu loh!" kata Jio meledek. "Lagian panggilan Mas itu sangat manis dari pada kamu panggil nama aja, hm?" Lagi-lagi nada bicara Jio terdengar meledek. Namun sorot matanya masih tertuju pada ponsel yang belum diterima oleh Safira.

Ragu memang, tetapi Safira akhirnya menerima ponsel yang disodorkan Jio kemudian menulis nomor rekeningnya di ponsel tersebut. Tidak butuh waktu lama, Jio mentransfer uang seratus juta ke rekening yang baru saja Safira tulis dan memberikan bukti transfer itu pada Safira.

"Mas! Ini kebanyakan!" pekik Safira terkejut. "Nggak! Tulis rekening kamu, nanti aku transfer sisanya." Safira meraih kembali ponsel itu dan menyimpan nomornya lalu masuk kedalam room chat kemudian meminta Jio untuk menulis nomor rekeningnya di room chat tersebut lewat sorot mata. Jio hanya tersenyum dan malah meletakkan ponselnya di atas nakas.

"Berikan pengobatan yang terbaik untuk Ibumu. Tentu Ibu harus sehat dan berumur panjang supaya bisa bantu kamu momong cucunya nanti," ucap Jio membuat Safira langsung merona.

"Tapi ... itu ...." Sebuah kecupan singkat di bibir Safira, seketika membuatnya tidak melanjutkan protes atas yang yang diberikan Jio.

"Kamu calon istriku. Sudah hal yang wajar kalau aku memberikan yang terbaik untukmu, juga ibumu yang akan menjadi Ibuku." Safira pun kembali memeluk Jio diiringi tetesan air mata kebahagiaan.

........

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!