Embun namanya. Seorang wanita yang berparas cantik dan lugu. Dengan tubuhnya yang ramping dan postur cukup tinggi bagi ukuran seorang wanita. Embun memiliki karakter yang cukup berani, tapi cenderung tidak banyak bicara. Sosoknya yang anggun di kagumi oleh banyak kaum pria sejak di bangku sekolah hingga saat ini bekerja.
Embun adalah seorang gadis yang tumbuh di kota kecil yang menenangkan dan memutuskan untuk pergi ke ibu kota setelah mendapatkan rekomendasi kerja dari temannya yang telah lebih dulu bekerja di ibu kota. Tepatnya satu tahun setelah lulus kuliah di kampus dekat tanah kelahirannya dengan tujuan ingin menjadi wanita karir yang hebat.
Di usianya yang menginjak dua puluh empat tahun, Embun telah tumbuh menjadi wanita yang lebih dewasa daripada wanita seusianya. Dia sudah terbiasa berada di keadaan yang mengharuskan untuk bisa mandiri dan bertanggung jawab atas dirinya sendiri dan adiknya.
Ya, Embun memiliki seorang adik laki-laki yang berbeda tiga tahun darinya. Dia adalah Ardi, berusia dua puluh satu tahun dan sedang menempuh bangku kuliah semester lima.
Embun dan Ardi terbiasa hidup hanya berdua sejak mereka berada di bangku sekolah SMP. Orang tua mereka bekerja di suatu kota sebelah timur dari kota asal mereka.
Keluarga Embun bukan termasuk golongan kelas atas, tapi juga tidak kekurangan. Keluarga mereka adalah keluarga yang cukup sederhana dan berusaha bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan keluarga mereka.
Sejak di bangku sekolah dasar Embun selalu menjadi murid yang berprestasi dan membanggakan, juga seorang kakak yang sangat menyayangi adiknya, begitu pula sang adik. Mereka selalu kompak meskipun terkadang diwarnai pertengkaran layaknya seorang kakak beradik.
Hingga pada saatnya Embun pergi ke ibu kota untuk bekerja, dan Ardi berkuliah di kota yang jaraknya kurang lebih dua jam dari kota asal mereka. Rumah mereka di kota kecil itu untuk sementara waktu tidak berpenghuni dan hanya Ardi saja yang sesekali pulang untuk membersihkan rumah mereka supaya tetap terjaga dengan baik.
Kehidupan Embun di ibu kota cukup baik, hanya saja dia tidak terlalu banyak kawan. Karena sikapnya yang cenderung pendiam dan tidak terlalu suka menghabiskan waktu diluar rumah kecuali bekerja. Tapi dia cukup bahagia dan menikmati kehidupannya.
Hingga suatu hari bertemu dengan Juan, putra seorang pengusaha yang waktu di bangku sekolah terkenal tampan dan sombong. Sewaktu SMP Juan tinggal bersama neneknya di kota kecil yang sama dengan Embun.
Karena kenakalannya yang sering menghajar orang di sekolahnya di Kota Besar, orang tua Juan memindahkannya di kota asal ibunya untuk memberikannya pelajaran. Disitulah pertemuan pertama mereka yang membuat Juan jatuh hati pada Embun yang masih polos saat itu.
Ketika bertemu kembali dengan Embun, Juan berusaha memperjuangkan cintanya lagi. Tapi saat berusaha menolong wanita itu, tanpa di duga Juan melakukan hal yang tidak seharusnya melukai harga diri dan masa depan wanita berparas cantik itu.
Meskipun dilakukan tanpa sengaja dan dalam kondisi tidak sadar secara penuh, tetap saja sudah merusak harga diri dan kehormatan yang telah dijaga oleh Embun. Penyesalan seorang Juan tidak berhenti disitu, saat mengetahui kenyataan yang lebih membuatnya terluka tapi tidak bisa berbuat apa-apa karena pengaruh kuat dari seseorang yang memiliki kekuasaan.
Ya, seorang pria yang mempunyai kekuasaan dan kekuatan lebih besar dari Juan tiba-tiba datang ingin merebut cintanya lagi karena alasan yang tidak bisa diterima oleh Juan. Pria yang sangat berusaha keras mendapatkan Embun meskipun dengan cara yang salah.
Karena ulah pria itu Embun terluka dan hidupnya kacau. Wanita itu seperti bukan menjadi dirinya sendiri bahkan merasa hidupnya sudah tidak berarti lagi. Segala yang dimiliki Embun seperti sirna karena ulah pria itu.
Perjuangan Embun tidak hanya sampai disitu, tapi wanita itu harus berjuang melawan dirinya sendiri yang di ambang kehancuran karena ulah laki-laki itu.
Karena masa lalu pria itu akhirnya membuat Embun menjadi korban dari semua yang terjadi. Hidupnya seperti sudah bukan miliknya lagi. Kenyataan semakin membuatnya ingin mengakhiri segalanya dengan cara yang salah karena wanita kuat itu kini sudah rapuh dan tidak mampu lagi menopang beratnya keadaan yang dia alami.
Tapi saat semua kekacauan terjadi, seperti pelangi sehabis hujan. Begitu juga hidup Embun, seperti muncul secerah harapan saat pria itu melepaskan dan merelakannya pergi.
Tapi tidak benar-benar dilepaskan, karena pria itu menyadari bahwa Embun yang selama ini dia sangka wanita masa lalunya, mulai menyadari bahwa pria itu mulai jatuh cinta dan memilikinya sebagai Embun bukan wanita masa lalunya.
Pria itu ingin berjuang dengan cara yang benar dan memperbaiki segalanya, begitu juga harus bersaing bersamaan dengan Juan yang bagian dari dirinya ada pada Embun.
Tapi pria itu tidak pantang menyerah dan ingin memperjuangkan mereka untuk menjadi bagian dari dirinya tanpa paksaan.
Saat semuanya telah kembali pada tempatnya masing-masing dan ingin memulai hidup baru, Tiba-tiba wanita itu menghilang entah kemana. Juan dan pria itu tidak berhenti mencari keberadaan Embun.
Embun memilih meninggalkan segalanya karena hatinya yang begitu terluka dengan dalam, cintanya pada salah satu pria itu pun ia paksa untuk membuangnya karena rasa sakit hatinya pada para pria yang mempermainkan nya.
Embun berjuang dengan kehidupannya sendiri tanpa satu orang pun yang tahu dimana keberadaanya, termasuk keluarganya. Bahkan saat sangat adik tercinta pergi untuk selamanya karena sakit, Embun juga tidak mengetahuinya.
Dan ibundanya yang tercinta juga sakit karena kehilangan sosok anak-anaknya membuat tubuhnya rapuh. Sang ayah berusaha kuat menahan segalanya dan tetap tegar sambil menunggu putri mereka pulang ke rumah.
Sakit hati dan trauma dalam yang membuat Embun hingga melupakan segalanya termasuk keluarganya, karena hatinya yang beku. Embun tidak menyangka saat kepergiannya telah banyak yang terjadi diluar sepengetahuannya. Penyesalan yang tidak bisa membangkitkan siapapun termasuk adik tercintanya.
Keikhlasan dan hati yang menerima membuat Embun kembali memiliki semangat untuk hidup dan memaafkan orang-orang yang menyakitinya dan keluarga wanita itu.
Dan hanya cinta sejatinya yang sanggup mengembalikan segalanya termasuk mencairkan hati Embun yang beku menjadi kembali menghangat. Pria yang mencoba memperbaiki kehidupan Embun dengan membangun kehidupan pernikahan dengan wanita itu untuk mengembalikan kehancuran dan kepercayaan wanita itu pada cinta.
Aku tidak akan melepaskan mu apapun yang terjadi, meskipun aku tahu itu akan melukai hatimu.
Apakah aku harus memilih merelakan mu? Bukan karena aku tidak mau memperjuangkan mu, tapi jika kau terus bersamaku aku tahu kau akan terluka. Dan merelakan mu mungkin adalah cara terbaikku menjagamu.
Seperti biasa pagi ini Embun mempersiapkan segala sesuatunya untuk berangkat bekerja.Mulai dari membuat sarapan pagi hingga membersihkan rumah semua Embun lakukan sendiri.
Embun tinggal di kontrakan yang tidak terlalu besar tapi cukup untuk dirinya beristirahat dan beraktivitas ketika libur.
Wanita cantik itu lebih memilih kontrak rumah daripada kos karena dirinua tidak suka kebisingan dan tidak terlalu suka harus berinteraksi dengan banyak orang.
Tepat pukul 06.30 WIB Embun menaiki taksi online menuju tempat kantornya. Setelah memakan waktu sedikit lama karena jalanan yang macet, akhirnya Embun sampai di kantor nya. Embun segera menuju lift yang membawanya ke ruangan tempatnya bekerja.
Ketika di Lift Embun bersebelahan dengan seseorang yang memakai pakaian serba hitam. Mulai dari stelan jas; kemeja; kacamata dan masker semua hitam. Tapi Embun acuh saja. Embun keluar terlebih dahulu dari lift menuju ruangannya.
"Happy Birthday Embun.. " teriak seisi ruangan yang dj huni sembilan orang karyawan dan pimpinan ketika Embun memasuki ruangannya. Embun begitu terkejut dan menutup mulutnya dengan kedua tangan.
Embun benar-benar tidak ingat akan hari lahirnya sendiri yang menjadi peringatan bahwa hari ini usianya telah bertambah satu tahun.
Ya, Embun berulang tahun genap dua puluh empat tahun hari ini. Tidak terasa usianya hampir setengah abad.
"Selamat Ulang tahun ya Embun Nastiti Wijaya" ucap Ibu kepala divisi yang bernama ibu Ayuning, sambil merentangkan tangan dan memeluk Embun serta menyerahkan kotak kecil berisi jam tangan warna putih sebagai hadiah untuk karyawannya tersebut.
"Trimakasih banyak ibu" peluk erat Embun pada atasannya yang baik hati itu.
"HBD Embun, sukses selalu untukmu" susul pak Wiyono selaku wakil divisi sambil menyalami Embun.
"Trimakasih banyak ya pak" jawab Embun sambil membalas jabat tangan pak Wiyono.
"Selamat Ulang Tahun yaaa sayangku.. " teriak heboh mbak Nina sambil membawa kotak kado, dia adalah seorang seniornya yang sejak pertama kali masuk bekerja selalu membimbing dan membantu Embun jika ada kesulitan.
Kemudian disusul semua karyawan yang ada di ruangan tersebut untuk bersalaman dan berpelukan dengan Embun memberikan selamat ulang tahun serta tidak lupa potong kue yang sudah disiapkan oleh atasan dan teman-teman Embun.
Embun begitu terharu mendapatkan perhatian yang begitu besar dari teman dan atasannya tersebut, padahal Embun belum dua tahun bekerja tapi sudah di sayang seisi ruangan.
"Hei, aku rasa ada yang memberikanmu hadiah spesial" ucap seorang teman laki-laki sambil mengerlingkan mata dan menunjuk bangku kerja Embun. Sontak semua mata tertuju pada arah yang sama.
"Cieee cieee cieee.. uhukkk uhukkk" goda seisi ruangan pada Embun.
Hadiah yang dimaksud adalah sebuah buket bunga besar yang diletakkan di atas bangku kerja Embun.
"Wah, pasti dari kekasihmu" ucap teman perempuan Embun. Seisi kantor mulai heboh menggodanya sambil memakan potongan kue ulang tahun yang telah di bagikan pada mereka seisi ruangan tersebut, mereka begitu penasaran siapa kekasih Embun karena wanita itu hampir tidak pernah menunjukkan kedekatan dengan pria manapun.
Sampai jam kerja dimulai barulah mereka membubarkan diri kembali ke posisi mssing-masing dan memulai pekerjaan mereka. Setelah kembali mengucapkan terimakasih pada rekan-rekannya, wanita itu segera menuju bangku kerja nya dan mengambil buket bunga yang besar itu untuk melihat siapa pengirim dari bunga cantik tersebut.
Sejak tadi Embun sudah sangat penasaran dengan buket tesebut, dari siapakah buket bunga yang terdiri dari bunga mawar putih, bunga tulip merah dan bunga gardenia putih yang sangat indah yang diletakkan di bangku kerjanya itu? Karena hingga detik ini Embun belum memiliki kekasih dan juga tidak sedang dekat dengan siapapun.
Cintaku yang hilang, telah kembali pada dirimu. Kau milikku dulu sekarang dan sampai kapanpun..
Selamat ulang tahun..
Embun membaca secarik kartu yang terdapat tulisan tangan pengirim, tapi tidak ada identitas yang tertera. Bentuk tulisan tangan itu sangat asing bagi wanita itu.
Embun mencoba bertanya pada teman yang datang terlebih dahulu di kantor, tapi mereka berkata bahwa buket itu sudah ada sejak mereka datang.
Embun mencoba menghubungi pekerja kebersihan dan bertanya tentang buket itu, tapi jawaban mereka sama. Buket itu sudah ada saat mereka masuk ke ruangan itu.
Embun ingin sekali melihat dari CCTV kantor, tapi Embun rasa ini terlalu berlebihan jika harus bertanya kepada kepala keamanan. Akhirnya Embun memutuskan untuk mengabaikannya saja.
Embun menyandarkan bunga itu di sisi meja kerjanya. Wanita itu tidak membuangnya Dan baginya cukup lumayan untuk menjadi mempercantik meja kerjanya.
Dan Embun kembali fokus bekerja dengan berusaha menepis semua rasa penasaran nya. Dirinya yakin itu hanya salah satu orang yang iseng dan mengaguminya saja. Dan menurutnya karena tidak berbahaya jadi dirinya memutuskan untuk membiarkannya.
***
Pukul 17.00 WIB.
Waktunya jam kantor telah selesai. Embun segera merapikan meja kerjanya karena kebetulan semua pekerjaannya juga telah selesai, kemudian dirinya menutup semua draft kerja di komputer dan bersiap untuk pulang.
Embun menuju keluar ruangan bersama teman-teman sekantornya, hanya tersisa dua orang yang masih ada di dalam ruangan yang masih menyelesaikan pekerjaan mereka.
Embun dan teman-temannya berjalan menyusuri koridor hingga memasuki lift sambil bercengkrama dan tertawa bersama. Tapi saat keluar lift, Embun melihat seseorang yang tadi pagi di lihatnya di lift berdiri dari kejauhan melihatnya.
Wanita itu merasa sedikit aneh karena keberadaan pria asing itu. Tapi Embun berusaha mengabaikan nya dan hanya menganggap kebetulan saja, meskipun dalam hati Embun sedikit merasa takut dan khawatir.
Saat berjalan menuju pintu keluar masuk utama kantor, pria itu tiba-tiba berjalan melewati Embun dengan jarak yang sangat dekat.
Dirinya cukup terkejut karena tiba-tiba pria itu sudah melewatinya, bahkan saat jarak dekat bisa mencium aroma parfum nya yang menurut Embun sangat harum. Dan pria itu ternyata termasuk memiliki potur tubuh yang sangat tinggi.
Wanita itu berusaha untuk tidak berpikiran macam-macam terhadap pria itu dan berusaha berpikir bahwa pria itu hanya sedang terburu-buru dan kebetulan saja bertemu lagi dengan nya.
Meskipun jauh dalam lubuk hatinya, seperti merasa kalau pria itu memiliki maksud tertentu terhadap nya. Embun sempat menaruh curiga kalau pria itu yang meninggal kan buket bunga cantik di bangku kerja nya itu.
Setelah perdebatan dalam batin nya dan tidak menemukan indikasi jelas tentang pria itu, maka Embun benar-benar mengabaikan nya.
Saat Embun mulai berpisah dari teman-teman nya di halaman kantor karena sebagian besar temannya menuju tempat parkir untuk mengambil kendaraan atau pun mobil pribadi mereka.
Embun melanjutkan perjalanan untuk menunggu taksi online, karena wanita itu malas menggunakan transportasi umum yang terlalu berdesakan.
Dari kejauhan tanpa Embun sadari, ada seseorang dari dalam mobil sedan berlogo kuda dari Jerman yang mengawasi nya dari kejauhan.
Tidak terasa sudah kembali senja..
Lampu-lampu jalan mulai menampakkan dirinya. Tapi langit cukup cerah untuk bisa menikmati bintang yang akan mulai nampak.Tak luput Embun, yang menikmati angin dan langit senja indah yang tidak akan di lewatkan.
Wanita itu berjalan menyusuri anak jalan dekat kontrakan nya karena setelah beberapa saat berkendara dengan taksi online Embun meminta untuk berhenti beberapa ratus meter dari rumah kontrakan nya itu untuk menghirup udara segar karena perjalanan yang memakan waktu karena padat nya jalan.
Saat berjalan beberapa meter, Embun memutuskan untuk sekalian mampir ke Restauran dekat rumah kontrakannya supaya nanti ketika sampai di rumah kontrakan tidak perlu lagi memasak atau keluar untuk mencari makan.
Embun memutuskan untuk mampir di tempat makan langganan nya yang dekat dengan tempat tinggal nya, ketika Embun memasuki pintu utama, ada sepasang mata yang tidak berhenti memandangi nya.
Embun yang masih memakai pakaian kerja stelan rok bawah lutut dan blazer nampak sangat anggun dan cantik meskipun terlihat lelah namun tetap masih terlihat rapi.
"Embun.. " panggil pria usia sekitar lima puluh tahunan yang masih terlihat gagah dan berwibawa itu.
Sosok yang dipanggil pun reflek mencari sumber suara dan melihat siapa yg memanggilnya.
"Om Hartono" ucap Embun terkejut dan menghampiri pria paruh baya itu yang ternyata adalah Om Hartono, ayah dari teman sekelasnya waktu di bangku SMP di Kota kelahiran Embun.
Tapi setahu Embun keluarga Om Hartono sejak dulu memang tinggal di Kota Besar ini, hanya Juan saja yang sempat tinggal di Kota kecil Embun sampai lulus SMP.
"Apa kabar om? " tanya Embun lagi pada om Hartono sambil bersalaman.
"Om baik nak.. apa kabarmu? Sudah lama sekali om tidak pernah bertemu denganmu" jawab om Hartono sambil menepuk pundak Embun
"Saya sehat dan baik om. Syukurlah kalau om sehat" jawab Embun.
"Kau tinggal dimana nak? Ohh sebentar.. mari kita panggil pelayan dan pesan makanan terlebih dahulu" instruksi Om Hartono sambil membimbing Embun duduk di salah satu sudut tempat makan tersebut dan mencari meja kursi yang kosong dan nyaman untuk mereka makan dan berbincang.
"Ayo duduklah" bimbing om Hartawan, Embun hanya mengangguk sambil tersenyum.
"Jadi.. kau tinggal dimana nak? Kenapa kau bisa di Kota ini" lanjut om Hartawan
"Saya ada rumah kontrakan di dekat sini om, sejak sekitar lebih dari satu tahun yang lalu saya pindah di kota ini untuk bekerja" jelas Embun
"Lantas, kau bekerja dimana nak? " tanya om Hartawan
"Saya bekerja di GF Group om, " jawab Embun menjelaskan.
"Oh GF Group. Hebat kau nak" ucap om Hartono tersenyum tulus pada Embun.
"Terimakasih banyak om" jawab Embun. Percakapan terhenti karena pelayan datang ke meja mereka untuk menanyakan pesanan.
" Selamat malam, silakan tuan dan nona menunya" kata pelayan sopan.
"Saya minta Beef Tongue Steak dengan Blackpepper Sauce nona dan satu juice mix sayur" pesan om Hartono pada pelayan setelah beberapa saat membaca buku menu yang telah disediakan.
"Saya Chicken Cordon Bleu dan Ice Lemon Tea" sahut Embun menambahkan pada pelayan yang segera mencatat pesanan mereka berdua dan kemudian pamit undur diri untuk menyiapkan makanan yang mereka pesan.
"Oh ya Embun.. bagaimana kabar ayah dan ibumu? Sudah lama aku juga tidak berkomunikasi dengan mereka" tanya om Hartono sambil menerawang seperti mengingat masa dulu. Tante Nadia sendiri dan Ibu Embun dahulunya adalah seorang sahabat kecil karena mereka berasal dari Kota yang sama.
"Ayah ibu sehat om. Dan tante Nadia bagaimana kabar nya om? " tanya Embun pada om Hartono.
"Syukurlah, senang mendengarnya. Nadia juga sehat dan baik. Juan juga sehat dan baik Embun, kau tidak mengingat nya? " Jawab Om Hartono sambil tersenyum penuh arti.
"Oh Syukurlah om. Tentu saja saya ingat om" jawab Embun tidak peka terhadap senyuman om Hartono.
"Ha ha ha.. Aku hanya bercanda. Kau berkunjung lah ke rumah dan berbincang lah dengan Nadia, pasti dia akan sangat senang melihat mu" ucap om Hartawan berharap.
"Baiklah om saya akan mengunjungi tante Nadia jika nanti libur" kata Embun.
"Baiklah Embun. Oh makanan telah datang, cepat sekali. Mari kita makan terlebih dahulu" kata om Hartawan melihat makanan yang telah datang.
"Baik om. Selamat makan" kata Embun pada om Hartawan yang disambut dengan anggukan.
Kemudian mereka menikmati makanan mereka dengan lahap. Dan ternyata barulah Embun mengerti, disini adalah tempat makan favorit om Hartono dan tante Nadia saat masih kuliah.
Setelah beberapa waktu berlalu mereka menyelesaikan makan malam dengan obrolan yang ringan hingga makanan mereka telah habis tak tersisa sedikitpun.
Setelah beberapa saat mengobrol ringan, mereka memutuskan untuk menyudahi acara makan malam yang tidak di sengaja itu.
Dan setelah mereka menyelesaikan tagihan di kasir yang sempat diwarnai perebutan karena Om Hartono dan Embun yang sama-sama ingin menyelesaikan tagihan mereka alias mentraktir satu sama lain yang akhirnya om Hartono lah yang membayar tagihan mereka malam itu.
Setelah mengucapkan terimakasih kemudian mereka saling berpamitan satu sama lain sambil berjalan keluar tempat makan untuk melanjutkan aktivitas masing-masing dan berakhir dengan saling bertukar nomor ponsel.
Sesampai nya di pinggir jalan yang akan memisahkan mereka, Embun terkejut oleh seorang yang dulu nya dia kenal masih anak remaja, kini terlihat dewasa dan sangat tinggi dan tampan.
"Juan.. " ucap Embun terkejut dengan keberadaan Juan yang sudah di depan mata dan menatap tajam ke arah mereka berdua.
"Juan, sapa lah Embun. Papa tidak sengaja bertemu dengannya disini" jelas om Hartawan.
"Halo Ju.. apa kabarmu? " sapa Embun terlebih dahulu sambil mengulurkan tangannya pada Juan.
"Halo.. aku baik " jawab Juan menyambut uluran tangan Embun dengan senyuman tipis yang menambah ketampanan nya, tapi kemudian mereka diam bingung melanjutkan percakapan apa.
"Sudah? Apakah begitu saja cara kalian anak muda bertegur sapa? " tanya om Hartawan keheranan pada kedua muda-mudi itu sambil menatap Embun dan Juan bergantian.
Melihat tidak ada jawaban dari mereka akhirnya om Hartawan yang mengakhiri pertemuan mereka dan memutuskan untuk berpamitan satu sama lain.
Setelah Om Hartawan melambaikan tangan pada Embun sambil memasuki mobil bersama Juan, wanita itu kembali berjalan ke arah kontrakannya yang tidak terlalu jauh dari restauran favoritnya itu.
Sungguh pertemuan yang tidak di duga dengan Om Hartawan dan Juan teman sekolah lamanya, batin Embun.
Tapi dari kejauhan, tanpa mereka semua sadari nampak seseorang yang sedang memperhatikan mereka semua. Sosok pria menggunakan motor sport dengan jaket hitam dan kacamata hitam mengawasi mereka sejak tadi.
"Bagaimanapun caranya aku tidak akan melepaskan wanita itu sebelum dia menjadi istriku dan ibu dari anak-anak ku"
"Awasi dia terus, aku masih ingin tahu banyak hal tentang dirinya, termasuk siapa saja yang ingin mendekatinya" perintah pria itu pada sambungan telepon di sebrang.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!