NovelToon NovelToon

Hanya Istri Pajangan

Pernikahan!!

Seorang perempuan cantik dalam balutan pakaian pengantin mewah duduk di ranjang pengantinnya.

Wajah cantiknya tak menunjukkan ekspresi apapun, datar. Dia tak terlihat bahagia sama sekali dengan pernikahannya tersebut.

Perempuan muda nan cantik itu mengangkat wajahnya ketika mendengar suara pintu dibuka dari luar. Seorang laki-laki awal tiga puluhan memasuki kamar, dan laki-laki itu adalah orang yang sekarang menyandang status sebagai suaminya.

"Aku tahu kau tidak bahagia dengan pernikahan ini, Serra Shim. Tapi mau bagaimana pun keadaannya sekarang, kau harus tetap menerimanya, karena sekarang kau dan aku sudah resmi menjadi suami-istri!!"

Serra menatap lelaki yang telah resmi menjadi suaminya dengan sinis. "Aku tidak amnesia sehingga kau harus mengingatkanku lagi, Leo!!" ucapnya datar.

"Dan ingat batasanku disini, kau memang berstatus sebagai istriku. Tapi jangan pernah berharap untuk menjadi Nyonya di rumah ini, karena kau tidak layak!!"

"Aku juga tidak berharap!!" Serra menyela cepat. "Jika bukan demi balas Budi pada keluarga angkatku yang telah merawat dan membesarkanku. Aku juga tidak sudi menikah dan menjadi istrimu!!"

Dengan emosi Leo mengangkat tangannya dan hendak menampar Serra, tapi dengan cepat ditahan olehnya. "Jangan pernah main tangan padaku, karena aku bulan boneka yang bisa kau jadikan tempat permainanmu!!" Serra menghempaskan tangan Leo dan pergi begitu saja.

"Akhhh..." Leo menarik rambut Serra hingga membuat gadis itu kesakitan. "Yakk!! Apa yang kau lakukan? Leo, lepaskan!! Sakit!!"

"Ini adalah akibatnya jika kau berani melawanku, untuk itu jangan pernah main-main denganku!!" ucapnya sambil mencekik leher Serra.

Serra menatap laki-laki itu dengan marah. Jika bukan demi orang tua angkatnya, dia pasti sudah melawan si brengsek ini.

Karena jika dia melawan, bisa-bisa merekalah yang menjadi korban.

Dan alasan Serra menerima pinangan orang tua Leo adalah demi membalas Budi pada orang tua angkatnya. Mereka yang telah merawatnya dari kecil hingga dewasa. Meskipun dia sendiri tidak tau apakah selama ini mereka tulus atau tidak pada dirinya.

Orang tua angkatnya memiliki hutang pada orang tua Leo, dan karena tidak bisa melunasi semua hutang-hutangnya, maka Serra-lah yang menjadi gantinya. Dia harus menikah dengan Leo sebagai jaminan hutang orang tua angkatnya.

.

.

Leo mendatangi sebuah klub malam, yang terletak di pusat kota. Dan kedatangannya telah ditunggu-tunggu oleh seorang perempuan cantik berambut sebahu. Perempuan itu berlari menghampiri Leo dan langsung memeluknya.

"Dasar jahat!! Kau benar-benar kejam, Leo!! Kau menikahi wanita lain dan mencampakkan diriku!!" perempuan itu mulai terisak di pelukan Leo. Dia benar-benar tidak bisa terima Leo menikahi perempuan lain.

Leo menghela napas. Kemudian dia mengangkat kedua tangannya dan membalas pelukan wanita itu. "Maafkan aku, Lia. Aku benar-benar tidak bermaksud untuk mengkhianati dirimu apalagi mencampakkanmu"

"Lalu kenapa kau tetap menikah dengannya?!"

"Asal kau tahu saja, jika pernikahan itu terjadi bukan karena keinginanku sendiri melainkan orang tuaku. Merekalah yang memaksaku untuk menikahi wanita itu, karena jika aku menolak, maka seluruh harta warisannya akan jatuh ke tangan adikku!!" ujarnya menjelaskan.

Lia mempoutkan bibirnya. "Tapi tetap saja itu sangat menyakitkan!! Dan seharusnya kau tau itu!!" Ucapnya dengan kesal.

Leo mengecup kening kekasihnya dengan lembut, lalu memeluknya semakin erat."Sekali lagi aku minta maaf, Lia. Aku berjanji, akan menceraikan perempuan itu dengan segera lalu menikahimu."

"Janji?"

"Iya baiklah, aku berjanji!!"

Lia dan Leo telah berpacaran selama dua tahun, tapi sayangnya hubungan mereka tak direstui oleh orang tua Leo. Menurut mereka Lia bukan perempuan baik-baik, karena dia bekerja di Club' malam dan selalu memakai pakaian yang tidak sopan. Apalagi sikapnya yang sedikit kurang ajar, itulah yang jadi alasan mereka tidak pernah setuju dengan hubungan keduanya.

Kemudian Lia melonggarkan pelukannya."Dan bisakah malam ini menjadi milikku? Aku ingin kau menghangatkanku seperti biasanya," mohon Lia.

Leo mengecup singkat bibir Lia. "Apapun yang kau inginkan, Sayang."

.

.

Serra menatap tempat tidurnya yang kosong dan tertawa. Rasanya Dia tidak percaya, jika sekarang statusnya sudah menjadi istri orang. Dan malam ini, seharusnya menjadi malam pertama bagi mereka berdua, tetapi sayangnya suaminya pergi meninggalkan dirinya.

Lalu apakah Serra mengharapkan malam pertama itu terjadi? Maka jawabannya tidak!! Karena Serra memang tidak pernah mengharapkannya, dan dia tidak pernah Rela jika harus menyerahkan mahkotanya kepada orang brengsek seperti Leo.

Dengan satu tarikan. Ribuan kelopak-kelopak Mawar itu berserakan di lantai. Dia bertanya-tanya, orang gila dari mana yang mau menyusun ribuan kelopak bunga diatas tempat tidur?! Apakah mereka benar-benar tidak memiliki pekerjaan?!

Kemudian Serra naik ke atas tempat tidur dan duduk sambil menekuk kedua kakinya lalu memeluknya. Serra meletakkan kepalanya di atas lututnya, wajah cantiknya kembali datar dan tak berekspresi apapun.

Serra meraih ponselnya yang ada di atas meja, dan menghela nafas panjang. Tak ada panggilan sama sekali dari orang tua maupun saudara angkatnya, apakah mereka benar-benar sudah tidak peduli padanya?!

Memangnya Apa yang bisa Serra harapkan sekarang?! Mereka akan menghubunginya dan menanyakan keadaannya? Itu rasanya tidak mungkin, karena bagaimana pun juga dirinya hanyalah anak pungut. Lagipula pasti mereka berpikir jika hidupnya sekarang sudah Makmur karena menikahi pria dari keluarga kaya.

.

.

"Huwaa... banyak sekali uang dan perhiasan yang kita dapat dari mereka!!"

Itu tak bisa menahan rasa bahagianya ketika melihat sebuah koper yang penuh dengan uang dan emas batangan. Uang dan emas itu mereka dapatkan dari keluarga yang meminang salah satu putri di keluarga tersebut.

Uang dan emas-emas itu adalah mahar pernikahan dari keluarga mempelai pria, untuk keluarga mempelai wanita. Padahal mereka memiliki hutang yang sangat besar, tetapi mereka malah mengirim banyak sekali uang dan emas.

"Kita sekarang kaya raya, suamiku. Ternyata anak itu berguna juga untuk kita!!"

"Kau benar sekali, Sarah. Ini benar-benar diluar dugaan. Aku tidak pernah berpikir jika mereka akan memberikan mahar yang sangat besar. Aku pikir mereka hanya hutang hutang kita saja."

"Dan jika tau begini akhirnya. Kenapa tidak dari dulu saja kalian menjual anak pungut itu?!" sahut perempuan itu 'Rossa'

Namun ucapannya tak dihiraukan oleh kedua orang tuanya. Mereka terlalu sibuk dengan uang dan emas-emas itu. Keluarga mereka yang miskin sekarang mendadak kaya. Benar-benar ketiban durian runtuh.

Wanita itu meraup uang sebanyak-banyaknya dan memasukkan ke dalam tas. "Aku akan pergi ke mall dan salon. Bagaimanapun juga sekarang kita adalah orang kaya, dan sebagai orang kaya kita harus merubah penampilan dan gaya!!"

"Aku setuju dengan, Mama. Tunggu apa lagi, ayo pergi sekarang!!"

Tentu saja mereka tak menyia-nyiakan kekayaan yang mereka miliki saat ini. Dengan uang dan emas-emas itu, mereka bisa membeli apapun yang diinginkan. Karena uang dan emas-emas yang mereka miliki saat ini tak akan habis saking banyaknya.

.

.

Bersambung.

Tuan Muda Kedua!!

Serra membuka matanya dan mendapati tempat di sampingnya masih kosong. Rasa dingin ketika diraba, menandakan jika tempat itu tak tersentuh sama sekali. Ya, artinya Leo tak pulang semalaman. Serra tertawa mengejek, lebih tepatnya menertawakan dirinya sendiri.

Wanita itu bangkit dari tempat tidurnya dan berjalan ke kamar mandi. Sekujur tubuhnya terasa lengket semua, dan minta untuk segera dibersihkan.

Dan tak lama setelah pintu kamar mandi di buka. Sosok Leo muncul di kamar itu dengan penampilan yang sedikit berantakan. Aroma alkohol yang begitu menyengat, tercium ketika dia menghembuskan nafas.

Leo melepas pakaiannya lalu membuangnya ke dalam tong sampah. Leo kemudian merebahkan tubuhnya yang terasa lelah, semalaman dia bermain kuda-kudaan dengan Lia. Dan itu menguras seluruh tenaganya.

Suara air dari kamar mandi menyadarkannya. Dan tentu saja dia tahu siapa yang ada di dalam sana, itu adalah Serra, perempuan yang sekarang telah resmi menjadi istrinya. Dia sedang mandi, itulah yang Leo pikirkan. Karena apa lagi jika tidak mandi?!

Selang sepuluh menit, pintu kamar mandi dibuka dari dalam dan terlihat Serra yang keluar dari dalam sana. Aroma bunga sakura yang begitu semerbak berkaur di hidung Leo ketika Serra keluar. Serra menatap suaminya itu.

"Dari mana saja kau?! Kenapa jam segini baru pulang?!" tanya Serra penasaran.

"Bukan urusanmu!!" Leo menjawab dengan dingin.

Serra mendecih sebal. Dia melewati Leo begitu saja. Tak ada gunanya berbicara dengannya. Manusia menyebalkan seperti dia tidak akan menyenangkan untuk diajak berbincang.

"Malam ini akan ada perjamuan penting!! Mama dan Papa ingin agar kita hadir, dan selama acara itu berlangsung jangan coba-coba mempermalukan diriku, atau kau akan tahu akibatnya!!"

Serra menghentikan langkahnya. Kemudian dia menoleh kebelakang. "Aku tahu Posisiku dan juga peranku!! Jadi kau tidak perlu cemas!!" ucapnya dan berlalu.

Perempuan itu menutup matanya dan menghela napas. Di rumah ini, dia tidak memiliki status apa-apa meskipun telah menjadi istri Leo yang sah. Karena pria itu tak pernah menganggapnya, apalagi mengakuinya sebagai istri. Karena bagi Leo, Serra hanyalah sebuah pajangan saja, dan tak lebih dari itu. Namun Serra tak peduli, dan itu tak penting sama sekali.

.

.

Seorang laki-laki terlihat meninggalkan bandara. Kaca mata hitam bertengger di hidung mancungnya Dia memakai pakaian casual, yaitu celana jeans kebiruan dan t-shirt putih polos yang dipadu dengan rompi berwarna hitam tampak setia melekat di badan atletis laki-laki berumur 25 tahun tersebut.

Para wartawan yang sedari tadi menunggu kedatangan CEO muda tersebut segera menyerang lelaki itu, Luis, yang langsung melengos menuju mobil yang datang menjemputnya berniat menghindari para media masa.

"Tuan Muda kedua, boleh wawancara sebentar soal hubungan gelap Anda dengan seorang wanita dari Amerika baru-baru ini?" Tanya seorang wanita yang mengikuti CEO

muda yang telah melebarkan sayapnya di luar negeri itu sembari menyodorkan perekam suara.

Tampak teman-teman satu profesi dengannya memotretkan kamera milik masing-masing, dan bersiap mencatat sesuatu dalam sebuah agenda kecil saat Luis Qin membuka suara. Tapi sayangnya yang mereka dapatkan hanyalah harapan kosong saja.

"Tuan Muda Kedua, tolong klarifikasi tentang gossip pernikahanmu."

"Tuan Muda Kedua, apa benar kau telah memiliki seorang anak?"

"Tuan Muda Kedua, apa kau memang mempunyai rumah simpanan di Beijing yang ditempati anak dan istrimu?"

Pernyataan demi pertanyaan diajukan satu persatu dari para wartawan yang sudah lebih dari dua hari menunggu kedatangan Luis tanpa henti. Bahkan mereka sampai rela menunggu berjam-jam hanya untuk mendapatkan kebenaran dari sebuah berita yang sedang hangat-hangatnya, yaitu kebenaran seorang Luis Qin yang telah lama menikah dan memiliki seorang anak.

'Sial, berita murahan dari mana yang mereka dapatkan?!,' batin Luis kesal dengan penuturan para pencari berita yang mengikutinya.

Jika dibiarkan saja, mereka malah semakin menjadi-jadi. Dengan cepat Luis berjalan menuju mobil jemputannya dengan lindungan dari beberapa bodyguard.

Ya, dia memang harus membawa bodyguard kemana pun ia pergi. Karena jika tidak, maka akan sulit baginya untuk lepas dari para pemburu berita.

"Kita langsung pulang saja!!" sebelum sopir yang menjemputnya bersuara, Luis sudah lebih dulu memberitahukan tujuannya. Karena dia ingin langsung pulang agar dia bisa segera beristirahat di rumah.

Luis menutup matanya. Membutuhkan waktu lebih dari empat puluh lima menit untuk tiba di rumahnya. "Tuan Muda, kenapa saat pernikahan, Tuan Muda Leo, Anda tidak hadir?" tanya sopir itu memecah keheningan. Dan pertanyaan itu memaksa Luis untuk membuka kembali matanya.

Laki-laki itu menghela napas. "Karena aku terlalu sibuk. Aku tidak mungkin mengorbankan pekerjaanku, hanya untuk menghadiri acara tidak penting seperti itu!! Toh yang menikah adalah Leo, jadi untuk apa aku yang harus repot-repot pulang?! Lebih baik bekerja daripada harus membuang-buang waktu hanya untuk sebuah pernikahan!!" jawabnya menuturkan.

Dan sopir itu hanya menganggukkan kepala. dia tahu betul Jika hubungan Luis dan Leo memang kurang baik. sejak kecil mereka Berdua selalu menjadi rival dalam hal apapun, dan itu berlangsung sampai sekarang. Sedangkan hubungan Luis dengan kakak tirinya justru terjalin dengan sangat baik, dan dia adalah satu-satunya orang yang bisa Luis percayai.

"Memangnya perempuan seperti apa yang Leo nikahi? Apakah dia perempuan yang cantik dan menarik?" tanya Luis sedikit penasaran.

Sopir itu mengangguk. "Ya, Tuan Muda. Dia adalah perempuan yang sangat cantik, anggun dan menarik. Tapi sayangnya nasibnya kurang beruntung karena dinikahi oleh laki-laki seperti, Tuan Muda Leo. Dia adalah pria yang sangat buruk, dan semoga saja nasibnya mujur." Ujar sopir itu.

mendengar ucapan sopir itu membuat Luis menjadi semakin penasaran pada kakak iparnya. Memangnya secantik apa dia, sampai-sampai orang menyimpang seperti sopirnya itu mengakui kecantikannya?! Luis jadi semakin tidak sabar untuk segera bertemu dengannya.

"Aku akan tidur sebentar, jika sudah sampai di rumah, bangunkan aku!!" pinta Luis.

Sopir itu pun mengangguk. "Baik, Tuan Muda." Jawabnya menimpali.

.

.

Seorang wanita berusia akhir empat puluh tahunan terlihat menghampiri Serra sambil membawa sebuah kotak beludru merah berbentuk segi empat. Senyum lembut menghiasi sudut bibirnya, membuat gadis itu ikut tersenyum juga.

"Sayang, kemarilah. Mama ingin menunjukkan sesuatu padamu," wanita itu kemudian mengajak menantunya itu untuk duduk. "Ini adalah perhiasan turun temurun keluarga Qin, dan Mama ingin memberikannya padamu. Kau harus menyimpannya baik-baik ya."

Serra membuka kotak perhiasan itu dan sedikit terkejut saat melihat isi di dalamnya. Kemudian dia mengembalikan perhiasan itu pada ibu mertuanya.

"Maaf, Ma. Tapi aku tidak bisa menerimanya, karena perhiasan ini terlalu istimewa dan merupakan harta Karun keluarga Qin, jadi aku tidak berani menerimanya. Aku tidak layak sama sekali,"

Wanita itu menggeleng. "Tidak, Sayang. Kau layak, karena bagaimana pun juga dirimu adalah menantu keluarga Qin sekarang. Jadi kau harus menerimanya ya."

Serra menatap ibu mertuanya itu dan menghela napas panjang. Dia sungguh merasa tidak enak untuk menerima perhiasan tersebut. Tetapi dia juga merasa tidak enak jika menolaknya. Jadi dengan terpaksa Serra menerima perhiasan tersebut.

"Baiklah, Ma. Aku akan menyimpannya. Tapi ketika aku merasa tidak pantas dan layak, jangan keberatan jika aku mengembalikannya kembali padamu." Ucap Serra sambil menggenggam tangan ibu mertuanya.

Wanita itu mengangguk. "Baiklah, Sayang."

.

.

Bersambung.

Mengingatkan Pada Seseorang

Kepulangan Luis yang begitu tiba-tiba, tentu saja mengejutkan Nyonya Qin. Pasalnya Luis tak memberi kabar jika dia akan pulang hari ini, dan tau-tau dia sudah ada di rumah.

Luis dan Leo adalah kakak beradik, dan Luis merupakan putra bungsu dalam keluarga Qin.

"Dasar, anak nakal. Jika ingin pulang, kenapa tidak mengabari Mama terlebih dulu?" Nyonya Qin memukul lengan putra bungsunya, kemudian memeluk Luis dengan erat. "Luis, Mama merindukanmu,"

Setelah empat tahun menetap di luar negeri, ini adalah kepulangan Luis yang pertama. Selama ini dia mengembangkan bisnis milik mendiang Kakeknya yang hampir saja gulung tikar, dan berkat keuletan Luis dan tekadnya yang besar, akhirnya perusahaan itu mampu berdiri kembali.

"Jika aku memberitahu, Mama. Maka itu bukan kejutan namanya," ucapnya seraya melepaskan pelukan ibunya. "Oya, dimana Leo dan Istrinya? Apakah mereka berdua sedang pergi berbulan madu? Bukankah mereka berdua masih pengantin baru,"

Nyonya Qin menggeleng. "Kakakmu masih di kantor, sementara kakak iparmu ada di taman belakang. Sepertinya dia sedang memetik bunga, kakak iparmu itu sangat menyukai mawar."

Mendengar kata 'menyukai mawar' membuat Luis teringat pada seseorang. Dulu sekali, dia pernah mengenal seorang gadis yang sangat menyukai bunga cantik namun berduri tersebut. Namun tiba-tiba gadis itu menghilang, dan mereka tak pernah lagi bertemu hingga detik ini.

"Ada apa, Lu? Kenapa tiba-tiba melamun?" tegur Nyonya Qin melihat Luis yang tiba-tiba diam dan melamun.

Luis mengangkat wajahnya dan menggelengkan kepala. "Tidak apa-apa, Ma. Ya sudah aku ke kamar dulu, aku sangat lelah dan ingin segera beristirahat." ucap Luis dan dibalas anggukan oleh ibunya.

"Baiklah,"

Setibanya di kamar, Luis langsung merapatkan tubuhnya yang terasa lelah pada tempat tidurnya yang super nyaman. Perjalanan dari luar negeri benar-benar menguras tenaganya.

'Kakak iparmu itu sangat menyukai mawar.'

Tiba-tiba Luis bangkit dari berbaringnya, setelah kata-kata ibunya kembali berputar di kepalanya. Buru-buru ia berjalan ke arah balkon. Dia ingin melihat langsung, seperti apa wajah kakak iparnya, benar-benar dia atau bukan? Karena di dunia ini, tak hanya dia saja yang menyukai mawar.

Namun Setibanya di balkon, Luis tak melihat seorang pun di taman, hanya siluet seorang perempuan berambut coklat panjang berjalan ke dalam rumah. Tak terlihat seperti apa parasnya, yang terlihat hanya punggungnya saja.

"Sial!! Kenapa aku menjadi penasaran dengan perempuan itu?!" ucap Luis memaki dirinya sendiri.

Luis meninggalkan balkon dan kembali ke kamarnya. Bodoh amatlah dengan perempuan itu, lebih baik dia istirahat saja, daripada harus memikirkan perempuan yang sama sekali tak ada hubungannya dengan dirinya.

.

.

"Lia, ayolah. Jangan ngambek begitu, Sayang."

Leo mencoba membujuk Lia yang sedang ngambek padanya. Perempuan itu tidak terima saat Leo mengatakan akan membawa istrinya pergi ke sebuah perjamuan mewah malam ini, jelas-jelas Lia sangat ingin pergi ke sana juga.

"Kau benar-benar menjengkelkan, Leo!! Kenapa harus perempuan itu? Kenapa bukan aku?! Kau tahu sendiri bukan, jika aku ingin sekali menghadiri jamuan mewah tersebut, tetapi kau malah membawa perempuan itu bukan aku!!" ujar Lia sambil menekuk wajahnya.

Leo tersenyum, kemudian menarik perempuan itu kepelukannya. "Tidak perlu kesal apalagi sedih, Sayang. Kau tetap bisa datang, kok. Memang bukan sebagai pasanganku, tetapi sebagai asisten pribadiku, spesial. Bagaimana, kau setuju bukan?" ucap Leo sambil melonggarkan pelukannya.

"Hm, sepertinya tidak terlalu buruk. Baiklah aku setuju,"

"Aku sangat ingin memasukimu sekarang juga, bisakah kau menemaniku bermain sebentar?"

Lia menyeringai seraya menganggukkan kepala. Mana Mungkin dia bisa menolak, ketika Leo mengajaknya untuk bermain. Apalagi Leo selalu membuatnya puas, dan Lia sangat menyukai bagaimana ketika Leo mendominasi dirinya.

"Tunggu apa lagi, ayo pergi ke toilet."

.

.

Sebuah bangunan mewah yang memiliki tiga lantai, seorang perempuan muda terlihat sibuk dengan mawar-mawar segar yang baru dia petik dari taman belakang.

Beberapa vas bunga berjajar di atas meja, samping kanannya. Perempuan itu tak hanya sendirian, dia bersama beberapa pelayan yang turut membantunya.

Aroma semerbak mawar yang begitu menenangkan, menyambut kedatangan Nyonya Qin. Ibu dua anak itu tersenyum lembut, membuat Serra ikut tersenyum juga.

"Sayang, apa kau yang merangkai bunga-bunga mawar ini? Sangat cantik dan terlihat mewah mewah," ucap Nyonya Qin memuji hasil karya menantunya. Dan rangkaian bunga yang Serra ciptakan, mengingatkan Nyonya Qin pada sahabatnya yang saat ini berada di luar negeri.

"Kau terlalu memuji, Ma. Aku masih perlu banyak belajar lagi," jawab Serra.

"Kau terlalu merendahkan diri, Serra. Memang benar apa kata orang, bahkan bunga liar sekali pun bisa menjadi bunga yang sangat cantik, jika berada di tangan yang tepat. Dan Mama sangat kagum dengan hasil karyamu ini, buket-buket bunga cantik ini mengingatkan Mama pada seorang sahabat yang saat ini berada di luar negeri," ujar Nyonya Qin panjang lebar.

Tiba-tiba Nyonya Qin terdiam, saat dia mengingat sesuatu. "Serra, bagaimana Leo memperlakukanmu? Apakah dia bersikap baik padamu atau tidak?" tanya Nyonya Qin penasaran. Pasalnya dia tahu, jika Leo tidak menyukai Serra sama sekali.

Serra tak lantas menjawab pertanyaan Ibu mertuanya. Dia menatap wanita itu selama beberapa detik. Lalu pandangannya kembali pada bunga-bunga cantik di depannya.

"Aku tidak ingin mengadu domba antara Mama dan dia, tetapi aku juga tidak bisa berbohong apalagi menyembunyikan sebuah kebenaran pada Mama. Leo, tidak pernah bersikap baik padaku. Apalagi memperlakukanku layaknya seorang istri. Bahkan, aku tidak memilih status apapun di rumah ini!!" Jawab Serra panjang lebar.

Bisa saja dia berbohong pada ibu mertuanya, dan mengatakan jika Leo selalu bersikap baik padanya. Tetapi Serra rasa, hal itu tidak ada gunanya.

Untuk apa membela seseorang yang tidak bisa menghargai dirinya sama sekali, meskipun Leo berstatus sebagai suaminya, tetapi Serra tidak bisa menghormatinya, karena sedikitpun leo tidak pernah l menghargainya sebagai seorang istri.

"Anak itu benar-benar keterlaluan, lihat saja bagaimana Mama akan memberikan pelajaran padanya nanti!! Mama, sangat tidak rela jika kau diperlakukan tidak adil seperti ini oleh Leo. Nanti Mama akan mencoba untuk bicara dengannya. Tenang saja, Serra. Karena Mama selalu berada di pihakmu!!"

Nyonya Qin benar-benar tidak bisa menerima apa yang Leo lakukan pada Serra. Dia pasti akan memberi pelajaran pada putranya itu, karena sudah bersikap semena-mena pada menantunya.

Dan sangat menyayangi Serra, dan dia juga sudah menganggapnya sebagai Putri kandungnya sendiri. maka dari itu Nyonya Qin tidak terima jika Serra sampai diperlakukan dengan buruk oleh orang lain, bahkan itu oleh putranya sendiri!!

"Terimakasih, Ma."

"Sama-sama, Sayang,"

.

.

Bersambung.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!