NovelToon NovelToon

Hasrat Terlarang Istri Tuan Dingin

01 - Malapetaka

Ohayooo minaaa…

Selamat datang bagi pembaca baru… Mohon maaf, karena kedepannya karya ini akan diperbaiki dari segi kerapian tulisan juga perbendaharaan kata yang jauh lebih baik lagi. Tidak mengubah alur sama sekali, hanya membenarkan typo dan kata kurang pantas :)

Oh, iya— satu lagi, visual juga othor ganti, bakalan makin jatuh hati pastinya :D

Selamat membaca, reader terSayang Aku Gak?

⋅•⋅⊰∙∘☽༓☾∘∙⊱⋅•⋅

“Ughhh…”

Terdengar suara seorang wanita muda yang terbangun dari tidur malam yang terasa aneh di benaknya. Dia mengerjapkan mata berulang kali dan mencoba bangkit mengangkat tubuhnya keluar dari ranjang. “Uh— seingat aku, semalam aku bersama Zayn?” gumamnya kemudian menekan kepalanya yang terasa masih berputar-putar.

Tiba-tiba, dia tersadar, matanya membeliak dan menunduk memperhatikan tampilannya yang polos hanya berbalutkan selimut tebal.

“Aaarrrghhh!!”

Wanita itu lantas berteriak kencang sekencang-kencangnya. Dia merasa tidak ingat apapun pasal semalam, yang ia tahu dia keluar bersama mantan pacarnya.

“Berisik!”

Wanita itu terdiam dengan membulatkan kedua matanya yang sudah basah oleh air mata. “S-siapa, itu?” lirihnya takut menaikkan selimutnya.

“Kamu sudah bangun, Nona Kecil?” tanya si pria dewasa yang terlihat matang sempurna. Pria itu tengah duduk dengan cerutu di tangan kanannya.

Glek!

Seketika gadis yang dimaksudkan si pria menelan ludahnya serat. Walau terlihat samar karena membelakangi cahaya, gadis itu sudah bisa menerka seperti apa rupa si pria dewasa itu.

‘Sepertinya aku tidak asing dengan suara ini?’ Gadis itu kembali bermonolog dalam benaknya, dia mencoba mengingat kejadian semalam. Tanpa disadarinya, semua potongan kejadian semalam terlintas kembali di dalam kepalanya walau terasa samar. “Oh my God!”

Gadis itu akhirnya tersadar, dia menoleh kiri dan kanan memindai tempatnya berada. Dia tidak punya waktu untuk sekedar menangisi takdirnya saat ini. Melihat gelagat aneh si gadis, si pria dewasa mengerutkan keningnya.

“Apa yang sedang kamu pikirkan, hah?” tanyanya kemudian kembali menekan.

Si gadis tersadar dan menoleh cepat pada si pria yang terdengar murka padanya. “M-maaf, Tuan… Sepertinya saya tidak seharusnya disini!” terang si gadis berusaha bangkit dengan menarik seluruh selimut membelitkannya menutupi tubuhnya yang polos.

“Heh–” Pria itu terdengar seolah mengolok si gadis. “Lalu, kamu pikir kamu seharusnya dimana, hm?” Si pria dengan tenang kembali menyesap cerutu tebalnya. Dia juga tidak segan mengepulkan asap tebal itu dan menunjukkannya di depan si gadis yang kini terbatuk.

“Uhhuuk!”

Pria itu bangkit, dia mematikan cerutu di atas asbak tebal di samping tempatnya. Perlahan dengan gaya yang gagah dia mendekati keberadaan gadis muda yang mencuri atensinya mulai sekarang dan mungkin seterusnya.

“Jangan harap berpikir untuk kabur dariku, Nona Kecil!” Dengan satu tarikan keras dan kasar, tubuh si gadis terhempas di depan dada bidang si pria yang sedari tadi terasa arogan memperlakukannya.

“Aaargh!” Si gadis memekik terkejut juga takut. Tak lama, pandangan wajah si gadis terlihat terhenyak tak ingin mengedipkan matanya.

Senyum smirk terpetakan jelas di wajah rupawan pria di depannya. “Apa sudah puas menatap ketampananku, Nona Kecil?”

“Aaargh, ti-dak—” Seperti tengah kecolongan, gadis muda itu lantas menunduk gusar dengan wajah yang sedikit memerah menahan rasa malunya.

Si pria kembali tersenyum culas, salah satu tangannya bergerak mengangkat dagu si gadis. “Listen… Mulai sekarang, kamu adalah wanitaku!”

“Apa?” Si gadis sontak mendongak dengan wajah penuh tanya. “B-bagaimana bisa, anda tiba-tiba berkata saya wanita anda? Kenal saja tidak!” protes si gadis yang masih dalam rengkuhan tubuh si pria besar.

“Karena semalam kamu sudah menunjukkannya!” tutus si pria terasa ambigu.

“Hah? Menunjukkan apa? ID Card?” jawab si gadis konyol dengan rupa yang membuat si pria menahan tawanya.

“Ppfft! Kamu sungguh lucu… Apa kamu tidak ingat permainan panas kita semalam, hm?”

Deg!

Jantung si gadis mendadak bekerja keras dua kali lipat dari sebelumnya. Debaran jantungnya mungkin bisa terasa oleh si pria yang memang semakin mendekatkan tubuh mereka agar tidak lagi memiliki jarak.

“I-itu—” Si gadis mengerutkan kening berusaha keras mencari alasan karena pada dasarnya dia memang tidak ingat. “Seingatku, semalam aku datang ke klub dengan pacarku.” Si gadis berucap dengan kehati-hatian. “Aku pikir aku mabuk, aku tidak tahu mengapa aku terjebak disini!” Si gadis membuang wajahnya, dia ingin melarikan diri, namun sayang, tubuhnya terlalu lemah untuk berontak di tengah cekalan tangan si pria.

Si pria melepaskan cengkraman tangannya, dia kembali terlihat terkekeh, sedetik kemudian pria besar itu mengangkat tubuh si gadis dan mendudukkannya dalam pangkuan.

“Aaargh!” Lagi-lagi si gadis berteriak kencang dengan melingkarkan kedua tangan di belakang tubuh si pria.

“Apa pacarmu itu bernama Zayn Alexander?”

Si gadis kembali terbelalak, semoga jantungnya bisa bertahan dari serangan tiba-tiba seperti ini sepanjang waktu. “D-dari mana, an-da mengetahui nama pacarku?” tanya si gadis terbata juga kembali dilanda ketakutan luar biasa.

“Tentu saja aku mengingat namanya, dia pria yang berhutang banyak padaku!” tukas si pria angkuh di depan wajah si gadis yang masih terlihat polos.

Glek!

“Apa kamu tidak tahu? Pacarmu itu membayar hutangnya yang sudah jatuh tempo dengan memberikan tubuhmu untuk aku nikmati… Dengan kata lain—”

Tidak perlu waktu lama untuk si gadis terlihat berkaca-kaca, dia tidak ingin percaya apa yang baru saja di dengarnya.

“Heh— aku merasa iba padamu, tapi— semuanya sudah terlambat, pacarmu menjualmu padaku, kamu adalah budakku mulai sekarang sampai aku bosan!”

Bagai tersambar petir di pagi hari yang cerah ini, si gadis terpaku di tempatnya. Jiwa raganya seolah tidak berada di tempat yang sama. Dia sudah tidak bisa bersumpah serapah merutuki kejahatan mantan kekasihnya. Sedetik kemudian, satu bulir bening air mata si gadis jatuh begitu saja.

“A-anda pasti sedang berbohong, bagaimana mung—”

“Untuk apa aku berbohong padamu!”

Si pria memotong kalimat si gadis yang jelas belum selesai. Dengan perlahan si pria besar itu menyeka air mata si gadis yang kini terdengar tengah terisak pilu. “Aku tidak peduli pada tangisanmu, sekarang—”

Bruk!

Dengan cepat tangan si pria menarik beberapa lembar berkas di atas nakas samping tubuhnya dan menunjukkannya pada si gadis belia.

“Tanda tangan!”

“U-untuk apa, Tuan?” tanya si gadis kembali terbata mengatur pernafasannya.

“Ini dokumen kontrak kerja sama kita.” bisik si pria tepat di depan cuping telinga si gadis. “Ingat, kamu budakku… Patuhi setiap aturan yang tertulis disana, dan jauhi segala larangannya. Sebagai imbalannya, kamu boleh mengajukan apapun kecuali menghilang dari pandanganku!”

“A-apa tidak ada cara lain, Tuan?” tanya si gadis parau. “Bagaimana jika aku melunasi hutang Zayn dan membebaskanku?”

“Heh— apa kamu mampu? Apa kamu tahu berapa hutang pokok pecundang itu berikut bunganya?”

Si gadis terdiam, dia tidak lagi banyak komentar. Tubuhnya bergetar seraya kembali terisak, terdengar helaan nafas berat dari si pria seolah batas kesabaran pria itu sudah habis sekarang.

“Dengar, kamu satu-satunya wanita yang bisa mengambil keuntungan dariku, aku pastikan kamu tidak akan menyesal dengan kerja sama ini!”

‘Hah! Kerja sama katanya? Jelas ini perbudakan!!’ batin si gadis memekik tidak terima. Namun, sejurus kemudian dia berpikir ulang. ‘Aku harus balas dendam!! Zayn, kita lihat, kedepannya, aku akan menuntut semua rasa sakit ini!!’

***

Bernama lengkap Faye Yvonna Luke, anak angkat dari pasangan tuan Luke Atkinson dan istrinya nyonya Jovanca Camellia. Pasangan itu tidak memiliki anak hampir tiga tahun lamanya. Mereka mendatangi sebuah panti dan mengadopsi Fay, panggilan akrab gadis cantik itu. Keajaiban justru terjadi setelah mereka mengangkat Fay jadi bagian dari keluarga mereka. Nyonya Jo dinyatakan mengandung buah hati yang mereka tunggu dan mereka impikan. Anak kandung mereka bernama Gracella Luke yang menjadi adik angkat Fay. Semenjak kehadiran Greic, kehidupan Fay berubah. Kedua orang tua angkatnya tidak lagi memperhatikannya seperti dulu saat mereka mengadopsinya. Fay berusaha mengerti, apa yang bisa di harapkan dari sekedar anak angkat semata.

Sedangkan, pria dingin yang berusaha menjerat Fay adalah tuan muda kedua dari keluarga besar Smith. Beliau adalah Harvey Smith, memiliki karakteristik pria yang dingin, angkuh dan juga kejam. Demi ambisinya dia tak segan menghalalkan segala cara agar dia bisa mendapatkan apa yang ia inginkan.

Mungkin benar keduanya berjodoh, karena secara kebetulan, Harv sebutan akrab pria paling berpengaruh di negaranya itu membutuhkan seorang istri untuk memenangkan sejumlah saham yang akan menentukan nasib bisnisnya ke depan. Sedangkan, Fay sendiri membutuhkan kekuatan yang besar demi ambisi balas dendamnya tidak hanya untuk mantan kekasihnya. Namun, dia juga ingin memberi pelajaran pada keluarga yang sudah mengangkatnya anak, namun, kembali membuangnya dengan tidak hormat.

To be continued…

Credit of Pic : Faye by Dilraba Dilmurat, Harvey by Daniel Henney.

02 - Melepas Rindu

Satu tahun kemudian…

Waktu bergulir dengan sangat cepat, satu tahun sudah terlewati begitu saja. Di salah satu perusahaan cukup besar di kota XY, seorang wanita cantik tengah membereskan perlengkapan dirinya dan bersiap pulang dari aktivitas sebagai buruh corporate.

"Fay, hang out yuk!" ajak rekan kerja satu langkahnya.

“Yuk!” sahut Fay cepat tanpa berpikir panjang.

Keduanya saling melemparkan senyuman dan keluar ruangan dengan sumringah. Rekan kerja Fay bernama lengkap Vanesha, namun, dia sendiri selalu memanggilnya dengan nama kecil Nes saja. Keduanya bekerja di salah satu perusahaan kontraktor XCorp. Fay tidak memiliki banyak rekan kerja selama dia disana. Hanya rekan satu langkah dan satu divisi nya lah yang selalu menemani harinya menjadi pekerja kantoran. Keduanya memang terlihat seperti adik dan kakak, memiliki hobi yang sama yaitu senang menghabiskan waktu di klub dan berfoya-foya.

“Rumornya lu digosipkan ada hubungan khusus sama Si Bos!” ucap Vanesh membuka obrolan saat keduanya mampir di salah satu cafe sebelum benar-benar bersenang-senang.

“Apa yang bisa diharapkan dari gosip?” sahut Fay tenang dengan wajah sumringah.

“Cih… Baguslah, bisa godain bos sendiri banyak manfaatnya kok…” cibir Vanesh entah dalam kontek baik atau buruk.

“Hmm, friend with benefits!” seru Fay menggoda dengan mengangkat kedua alisnya manja.

“Iiiiwh, cinta beneran mampus lo!” pekik Vanesh tak kalah sengit mengingatkan rekan kerjanya.

“Gak lah, gue bukan remaja yang sibuk galauin cinta-cintaan…”

Fay mengaduk minuman miliknya sebelum menenggaknya habis. “Lagian ya, kan lumayan buat mengusir kesepian, gak ada lagi tuh update status gabut, iya gak?”

“Hahaha, parah sih lu!!” Vanesh menoyor bahu rekan kerjanya gemas.

Keduanya kembali berkelakar menggunjing kelakuan sendiri. Fay memang sudah mendengar dirinya dirumorkan memiliki hubungan dengan bos mereka yaitu Devan William. Sayangnya, keduanya tidak mengambil pusing untuk menjawab benar atau tidak.

Tring!

Sebuah notifikasi pesan masuk terdengar di telinga Fay, wanita cantik itu lantas merogoh tas mahalnya dan memeriksa siapa yang mengirimkannya pesan.

[ My Husband : Malam ini aku pulang, bersiaplah di Condo! ]

Fay tersenyum culas tanpa menunjukkan pada rekan kerjanya. Dengan lincah jemari lentiknya membalas pesan barusan.

[ Faye : Oke Sayang, aku menunggumu! Mmmuach… ]

“Oh iya, Nes… Sorry, barusan keluargaku mengabari dan menantikan aku pulang ke rumah sekarang.” bual Fay pada rekan kerjanya.

“Hah? Mendadak? Cih… Sebal aku!” rutuk Vanesh kesenangannya menghilang saat Fay membatalkan rencana mereka untuk bersenang-senang.

“Sorry, gue janji besok gue ganti!” Fay menunjukkan senyuman cantik juga jemari yang bertaut.

Fay bangkit dan beranjak dari sana, dengan langkah tegap dan percaya diri, Fay menuju salah satu minimarket yang tak jauh dari sana.

Status pernikahannya dengan tuan besar Harv jelas dirahasiakan olehnya. Dia juga bebas meminta kompensasi apapun di depan suaminya selama tidak melanggar aturan juga dalam batas wajar. Fay keluar dari kediaman Luke setelah adiknya dengan tidak tahu malu merebut mantan kekasihnya, keduanya bersiap melangsungkan pernikahan. Fay merasa tidak perlu mereka tau bagaimana hidupnya sekarang. Dia hanya sedang berpikir kapan waktu yang tepat untuk membalaskan dendamnya.

Fay berjalan menuju area parkir mencari keberadaan mobilnya. Tak berapa lama, dia dikejutkan dengan sebuah pelukan seseorang.

“Aarghh!” Dengan sigap Fay menoleh dan mengetahui langsung siapa yang begitu berani melakukan hal itu padanya. “Dev!”

“Kamu pergi begitu saja, Sayang!” keluh si pria yang diketahui adalah partner in crime-nya.

“Loh, kamu kan tahu sendiri aturan mainnya, Sayang!” seru Fay mendorong tubuh atasan yang sekaligus teman FWB atau friends with benefit-nya.

“Aku lelah terus menyembunyikan hubungan kita, Fay!” Pria yang bernama lengkap Devan itu mulai terlihat menunjukan wajah serius. Fay merespon dengan menyeringai seperti biasanya. Dia paling bisa mengendalikan keadaan mereka sejauh ini.

“Dev, aturan mainnya adalah kita tetap menjadi teman saling membutuhkan. Jika kamu merasa membutuhkan pasangan serius, silahkan tinggalkan aku dan cari—”

“Faye!!” Dengan cepat pria itu menghardik kalimat sarkas yang selalu menyakiti perasaannya.

Fay hanya tidak tahu, bahwasanya Devan sendiri sudah terjebak dalam hubungan gelap mereka. Pria itu jatuh cinta pada lawan main FWB-nya.

“So— masih mau denganku? Maka kamu harus menuruti persyaratanku!” Fay memasuki mobilnya dengan mengerling manja membuat Devan terlihat tidak bisa melakukan apapun di depannya.

“Kamu jahat!” rutuk Devan tak kalah kekanak-kanakan.

“Hehe— sorry Sayang, not today, oke?” Dengan cepat Fay menyalakan mesin mobil dan keluar dari sana sebelum ada seseorang yang memergoki mereka.

“Aaargh, Shiiit!” Devan memukul angin, selalu seperti itu jika sudah berdekatan dengan kekasih gelapnya. Nyali Devan yang semula menggebu, menciut saat melihat senyuman memabukkan yang diberikan Fay padanya. “Apa kamu tidak bisa menyadari perasaanku selama ini, Faye?”

***

Tak berapa lama Fay sudah berada di area penthouse yang diberikan Harv sebagai hadiah pernikahan mereka. Wanita muda itu sedikit tersentak saat melihat siluet seseorang yang diyakini adalah suaminya.

“Sayaaang!” Fay memekik manja dan mendekati suaminya. “Kamu kok udah sampe duluan? Katanya pulang malam?” Tanpa menunggu lama Fay sudah merengkuh tubuh proporsional suami diatas kertasnya.

“Ini sudah malam!” tukas si pria terdengar seolah tengah marah, dia juga bersikap seolah ingin mendapat bujukan manja yang bertubi-tubi dari istrinya. ‘Cepat bujuk aku, aku sedang marah!’

Fay terkekeh menyadari sikap kekanak-kanakan suaminya, dengan lembut bibirnya sudah mendarat di wajah kokoh suaminya. Harv menyeringai, tanpa menunggu lama pria itu kembali mengendalikan permainan.

“Aargh!” Fay pura-pura terkejut, dia memekik manja seraya melingkarkan kedua tangan di belakang kepala suaminya.

Keduanya berpagutan mesra menguarkan rasa rindu yang sudah lama mereka pendam selama beberapa bulan terakhir ini.

“Sayang—” Fay mencoba mendorong tubuh suaminya yang sudah menuntut. “Aku baru pulang, aku mandi dulu ya…” pintanya memelas.

“Oke, kita mandi sama-sama!”

Harv melonggarkan pelukan, dia membelai wajah cantik istri yang dirindukan selama ini.

“T-tapi—” Fay bersikap menolak, dia sudah mengerucutkan bibir justru membuat suaminya semakin gemas padanya. “Ayolah, setiap pulang tahu mesum saja!” rutuknya kemudian.

“Aku masakin makanan kesukaanmu, ya?” Fay tidak kehabisan akal, dia terus merayu suami mesumnya.

Sudah satu tahun lamanya mereka menjalani biduk rumah tangga di bawah kontrak kerja sama saling menguntungkan. Dalam perjanjian pernikahan, tidak ada batasan ataupun hal yang terlihat merugikan dua belah pihak jika bukan persoalan perceraian yang hanya boleh diajukan oleh pihak laki-laki. Itu artinya, Fay tidak bisa menuntut perceraian, mau suka atau tidak, Fay tidak bisa mengajukan banding atas hal ini.

Hal yang jadi tuntutan utama bagi Harv untuk istrinya hanya masalah fisiologis. Selebihnya, Harv sendiri tidak pernah terlihat ingin mengekang Fay. Pria itu juga tidak pernah setiap waktu bersama istrinya, keduanya hanya akan bertemu jika Harv menginginkan mereka bertemu, selebihnya mereka seolah tidak pernah menjalin hubungan.

Fay kembali tersadar dari lamunannya, dia merintih saat suaminya kembali mencoba menggagahinya di ruang tengah. ‘Pria mesum ini!’

Wanita cantik itu terkulai lemas dengan pakaian yang sudah terbuka dan berantakan karena ulah tangan nakal suaminya. “Aku sungguh sempat tidak percaya, suamiku akhirnya tahu jalan pulang kerumahnya!”

Pernyataan sarkas istrinya disambut gelak tawa Harv. Pria itu melangkahkan kaki menuju lemari pendingin, dia menenggak habis satu botol air mineral dan menoleh tampan pada wanitanya. Fay terduduk dengan tampilan yang sengaja tidak diperbaharuinya, dia malah bersikap nakal menggoda prianya.

Harv kembali mendekat dengan raut wajah kembali penuh hasrat. “Kamu merindukanku?”

“Hm!” Fay mengangguk patuh, Harv tersenyum hangat dan kembali mengecup mesra pipi istrinya.

“Aku sudah katakan, kamu tidak perlu bekerja dan ikut kemanapun aku pergi,” tutur Harv lembut menggigit cuping telinga istrinya.

“Aargh!” Fay tersentak, dia kembali mengerucutkan bibirnya sebal. Dia juga memukuli dada bidang suaminya tanpa belas kasihan. “Sebal-sebal… Selalu seperti itu!”

Harv terkekeh, dia menarik tangan Fay dan menggendongnya menuju kamar mereka.

To be continued…

Credit of Pic : Devan by Yang Yang, Vanesha by Pharita Babymonster

03 - Menahanmu Disisiku

Keesokan harinya, Fay mengerjapkan kedua netranya, dia sungguh malas terbangun sekarang. Dia merasakan tubuhnya babak belur setiap kali suaminya berkunjung menemuinya. ‘Suruh siapa aku hanya penghangat kasur yang legal, sisanya pria itu mana mau ambil pusing!!’

“Uugh… Aku perlu ke salon memperbaiki kecantikanku… Hihi!” Fay berusaha bangkit, dia merasakan tulangnya seperti patah. Gerakan tubuhnya terhenti saat dia melihat siluet seseorang di area wardrobe.

Fay memicingkan kedua netranya, dia terdiam dan mengerjapkan kedua matanya. “Sejak kapan pria itu masih bisa berada di rumah?” gumamnya penasaran.

Seperti yang sudah sangat Fay hafal akan kebiasaan prianya. Harv yang merupakan suaminya itu hanya akan berada di rumah saat meminta hak fisiologisnya, setelahnya— pria itu akan menghilang bak ditelan lautan. Jadi, hal yang tidak mungkin bagi Fay saat dia terbangun suaminya masih berada disana sekarang.

“Sayang?” seru Fay mendekat perlahan.

“Morning, Sweety…” Harv merespon menyapa tak kalah membuat jantung Fay seolah melompat dari tempatnya.

‘Aaargh, mengapa pria ini terlalu sempurna!’ pekik Fay frustasi dalam benaknya. ‘Sudahlah, menggodanya sekarang tidak akan membuat aku mati. Justru aku ingin melihat kesungguhan hatinya… Biasa juga aku tidak tahu malu… Huhu…’

“Aku beneran merasa kalau yang datang sekarang bukan suamiku, loh!” Fay mendekat menanggalkan selimutnya. Dia merengkuh tubuh suaminya dan mendongak menggoda membuat Harv ikut terperanjat atas godaan istrinya.

“Memangnya kenapa?” tanya Harv pura-pura tidak terjadi peperangan dalam batinnya yang kembali bergejolak meminta hak biologisnya.

“Biasa kan kamu datang semaunya lalu pergi tanpa pamrih, eh pamit maksudnya… Hehe!” seloroh Fay membuat Harv tak kuasa melebarkan senyuman.

“Aku kan kerja,” jawab Harv menahan tawa mencubit lemah hidung Fay. “Lagian, kamu emang gak kerja ya? Ini udah jam tujuh lewat tiga puluh loh!”

Deg!

Seketika Fay membulatkan bola matanya, tingkah absurd-nya barusan terhenti, Harv tidak tahan lagi menertawakan tingkah lucu wanitanya.

“Aaarrkkk!!” Fay memekik nyaring tanpa jeda lama.

Bagi buruh korporat seperti dirinya, penilaian absensi adalah hal yang utama demi mendapatkan tambahan bonus tahunan.

“Haha!” Harv menggelengkan kepala, dia beranjak menjauh menuju salah satu lemari mencari dasi yang akan digunakannya.

“Aaah, shiiibal!” rutuk Fay kesal, dia menatap jam di nakas, memang benar waktu sudah menunjukan pukul setengah delapan. Itu artinya, dia sudah terlambat jika harus memaksakan pergi sekarang. Senyumnya mengembang dengan pikiran yang seolah tengah merencanakan sebuah kejahatan.

“Sayang,” Fay kembali mendekat, dia mengambil alih dasi yang ada di tangan suaminya seolah bersikap ingin mengenakan pada suaminya seperti biasa. Hanya saja, seringai iblis terbit di wajah Fay membuat kening Harv mengerut.

“Hari ini aku terlambat bekerja, semua ini salah suamiku yang tidak tahu waktu mengerjaiku semalam!” Fay menggerutu cepat seperti seorang reporter lapangan. Tangan yang seharusnya memakaikan dasi di leher Harv, justru digunakan untuk mengikat kedua tangan suaminya. Pria dingin itu kembali terkekeh dengan sikap kekanak-kanakan Fay. “Jadi— sebagai hukumannya, anda harus menemaniku sekarang juga, jika tidak— anda tidak perlu lagi menemuiku selama-lama-lama-lamanya…”

“Haha!” Harv sungguh gemas dengan kelakuan istrinya yang absurd tapi bikin dia cinta. “Sweety, pagi ini aku ada rapat—”

“Baiklah!” Fay segera menyela kalimat suaminya dengan setengah emosi. Wajahnya terlihat tidak bersahabat membuat Harv terdiam dan menyadari kemarahan istrinya. “Maaf— aku tahu, Presdir SCorp tentu tidak memiliki waktu banyak untuk—” Giliran Fay terdiam, dia sungguh merasa konyol sekarang.

Fay sadar, dia hanya istri kontrak, dia tidak perlu meminta waktu suaminya. Fay segera membuka ikatan dasi yang dibuatnya, tak lama senyuman cantik kembali membingkai wajahnya yang polos tanpa make up seolah tidak terjadi peperangan dalam batinnya.

Harv tidak menyukai keadaan mereka sekarang, dengan cepat pria itu merengkuh tubuh istrinya dan menyesap kuat bibir pucat Fay. Fay sempat terkejut dengan kelakuan suaminya, tak lama dia tersenyum miring. ‘Kamu yang mulai ya, Harv…’

Tak perlu lama Fay mendorong tubuh suaminya yang mulai menggila, dengan cepat dia turun bersimpuh dan mencoba melepaskan gesper ikat pinggang mahal milik suaminya. Harv mendongak menahan tawa, dia tahu apa yang akan dilakukan wanitanya jika sudah memimpin permainan panas mereka.

Harv tidak menolak dan tidak ingin menghentikan kegilaan istrinya. Dia justru menikmatinya, pria itu mendongak juga menarik rambut panjang Fay agar tidak mengganggu aktivitas istrinya dengan senjata kebanggaannya. ‘Fay… Kamu paling tahu kesenanganku!’

Sebelum gairahnya meledak, Harv menghentikan aksi istrinya. Pria itu lantas menggendong kembali Fay dan menjatuhkannya dengan kasar di atas ranjang.

Fay menyeringai penuh kepuasan. “Aku pikir anda lebih mementingkan rapat di kantor dibanding menemani istrinya bercin— ta,” Dengan menggunakan gaya sensu-al-nya, Fay kembali mencibir suaminya.

Harv tidak ingin merespon, pria itu sibuk menanggalkan pakaiannya. Tanpa basa-basi dia kembali membuat ruangan itu seperti terkena badai aqua laguna. Fay sampai mengumpat dan bersumpah serapah atas tindakan kasar suaminya jika sudah tersulutkan gairahnya.

Fay terkulai lemas di saat suaminya masih sibuk mengejar kepuasannya. ‘Dia sungguh tangguh luar biasa.’

“Sayang,” Fay kembali menggoda dengan nada manjanya. Kedua tangannya menguar rambut tebal suaminya.

“Ya?” Harv merespon di tengah deru nafasnya yang memburu.

“Bukankah kamu harus ke kantor, ini sudah jam delapan loh!” pancing Fay melingkarkan kedua tangan di belakang kepala suaminya yang mendongak mengejar kepuasan.

“Apa kamu tidak ingin aku temani, Nyonya Smith?” Harv menunduk meraup bibir kesukaannya.

Fay tertegun, ini pertama kalinya Harv tertahan dan memilih bersama dirinya dibanding mengejar jadwal bisnisnya yang selalu padat merayap. Mendadak debar jantungnya seperti agak lain dari biasanya, wanita itu menelan ludahnya serat.

“Apa aku tidak salah dengar?” Fay menatap sayu ke arah wajah Harv yang sudah dibasahi oleh peluhnya.

“Apa keahlianku menurun sampai bisa membuat istriku berbicara banyak disaat kita sedang bercin-ta?”

Keduanya menghentikan aktivitas panas mereka, Harv begitu kesal Fay terus mencercanya dengan berbagai pertanyaan dan pernyataan. Dia sampai tidak bisa lagi menikmati permainan panasnya.

“Sepertinya begitu—” ungkap Fay menggoda menangkup salah satu tangan di wajah kokoh nan rupawan milik suaminya.

“Heh—” Harv terkekeh, dengan cepat dia membalikkan tubuh Fay dan menyerangnya brutal tanpa ampun.

“Aaarghh! Cukuuup… Aku yang salaaah... Aaarhh!!” pekik Fay salah strategi sekarang. Harv tidak ingin lagi merespon rutukan atau racauan istrinya, dia hanya ingin mengejar kepuasannya sekarang.

Tubuh Fay terkulai lemas, begitupun tubuh suaminya yang menjatuhkan diri di samping tubuh istrinya. Fay berbalik di sisa tenaga yang ia punya. “Aku sungguh senang, suamiku memilihku dibanding pekerjaannya.”

"Ini di luar prediksi antartika loh!" sambungnya konyol.

Harv terkekeh, dia mengecup perlahan kening istrinya. “Anything for you, Sweety…”

‘Seandainya kamu tahu Fay, aku sudah merelakan pertemuan bisnisku kali ini. Aku juga kehilangan investasi senilai US$ 500 ribu hanya untuk menemani dan memuaskan gairahmu.’

Harv bermonolog dalam benaknya, sudah semakin jelas pria itu bertingkah seolah dia sedang jatuh cinta pada istri kontraknya.

Fay tersenyum bahagia, dia mengeratkan pelukan dengan wajah sumringah. Keduanya benar-benar bertingkah seolah seperti pasangan normal lainnya yang terlihat bahagia dengan pernikahan mereka. Mereka juga terlihat benar-benar saling mencintai satu sama lain, pada kenyataannya— dalam perjanjian kontrak pernikahan mereka, dilarang melibatkan perasaan yang mungkin bisa merugikan salah satu pihak atau keduanya. Kali ini, keduanya seolah melanggar perjajian mereka. Apa mungkin selembar kontrak itu masih berlaku untuk hubungan mereka jika kenyataannya keduanya sudah saling jatuh cinta?

To be continued…

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!