NovelToon NovelToon

Suamiku Bukan Sampah

1. Dia jadi suamiku.

Viona masih mengenakan gaun pengantin, duduk ditepi tempat tidur king size kamar pengantin.

Dia merasa tidak percaya telah menikah dengan pria pujaan hatinya.

Pria dingin yang tidak begitu banyak bicara, yang selalu menyendiri dan tidak suka berbaur di tempat yang banyak orangnya.

Wajah yang selalu datar dan dianggap kebanyakan orang sangat menyeramkan.

Banyak wanita takut berdekatan dengan Bernard, dia terlihat menyeramkan dengan tatapan matanya yang tajam.

Bila dia memakai baju berlengan pendek, terlihatlah tubuhnya yang bertato, membuat para gadis sangat takut.

Kini disinilah Viona, dikamar Bernard yang telah menjadi suaminya.

Dia merasa sangat gugup.

Tujuh tahun lalu dia menyimpan rasa suka, dan dia pikir rasa itu akan hilang.

Ternyata tidak. Viona masih menyukai dan mencintai Bernard.

Viona enam tahun tidak pernah lagi melihat lelaki pujaan hatinya itu, yang selalu diam-diam dia perhatikan kalau sedang makan siang di sebuah cafe yang tidak jauh dari Kampus nya.

Bernard selalu makan sendiri disudut cafe. Penampilannya yang tampak tidak pernah rapi, terlihat cuek saja tidak peduli dengan tatapan mata orang yang terlihat merasa dia seperti preman.

Sebenarnya kakak Viona yang akan dijodohkan pada Bernard , Naira Natasya kakak Viona langsung berteiak sangat marah pada Ayah mereka.

Naira akan bunuh diri kalau dinikahkan pada seorang sampah seperti Bernard.

Ayah Viona mempunyai hutang budi pada keluarga Bernard, dan dulu berjanji pada kakek Bernard akan membalas budi suatu saat nanti.

Dan Tuan Pilhip ayah Viona merasa sudah waktunya untuk membalas budi, karena putri-putrinya sudah cukup umur untuk menikah.

Dia memang berjanji akan menikahkan dengan salah satu putrinya pada keluarga Peter Antonius.

Karena Naira yang paling sulung dan memang harus dia yang lebih dulu untuk menikah.

Tapi ternyata Naira tidak mau dijodohkan dengan Bernard Antonius, pria yang di anggap semua orang adalah sampah. Pria yang tidak berguna, yang tidak bisa diandalkan.

Tentu saja Naira tidak terima dengan perjodohan tersebut. Dia langsung mengamuk.

Viona juga tidak menyangka kalau pria yang dijodohkan pada kakaknya pria yang disukainya.

Begitu Naira menolak dinikahkan dengan Bernard, Viona langsung menyodorkan dirinya dinikahkan dengan Bernard Antonius.

Ayahnya tentu saja tidak mau kalau Viona yang akan menerima perjodohan tersebut. Viona adalah putrinya yang penurut dan juga sangat cantik, dia tidak rela bila Viona menikah dengan pria seperti Bernard.

Tapi Viona tetap meyakinkan Ayahnya bahwa dia akan tetap menikah dengan Bernard.

Akhirnya perjodohan itupun dilangsungkan juga.

Wajah datar dan dingin Bernard diam saja saat bertemu pertama kali dengan Viona.

Dan saat mereka menandatangani surat nikah, dan juga saat Pemberkatan, wajah Bernard tetap datar tidak ada ekpresi apa pun disana. Sangat dingin.

Viona masih ingat saat Pendeta mengucapkan bahwa mereka telah sah menjadi suami istri, ciuman tanda sah yang disematkan Bernard ke bibir Viona sedikitpun tidak menyentuh bibirnya.

Viona ingin sekali memajukan bibirnya agar menempel dibibir Bernard.

Tapi Viona tidak berani melakukannya, dia merasa canggung karena Bernard yang terlihat dingin.

Apakah dia memang tidak menyukai wanita? pikir Viona.

Viona tidak merasa kalau pernikahannya tidak akan bahagia. Dia hanya memikirkan bahwa dia bahagia telah menikah dengan pria yang telah dicintainya dari semenjak dia remaja.

Hallo semuanya....

salam kenal dariku 😁

Ini karyaku yang kedua...

Semoga semua para pembaca setia terhibur ya....

Mohon dukungannya 🤗🤗

bersambung......

2. Dingin.

Pintu kamar terbuka.

Bernard masuk tanpa melihat ke arah Viona, dia masuk ke walk in closet. Mengambil baju ganti, lalu membawanya ke kamar mandi.

Viona melihat lelaki yang menjadi suaminya tersebut sedikitpun tidak menoleh padanya.

Viona menghela nafas, tidak apa-apa, aku akan coba untuk pelan-pelan mendekatkan diri padanya, bisik hati Viona.

Dia tahu suaminya adalah pria pendiam. Dulu dia ingat Bernard tidak pernah punya teman.

Bernard selalu sendiri ke manapun kalau terlihat oleh Viona.

Dulu pernah dia lihat Bernard duduk sendirian ditepi sungai sambil melihat jauh ketengah sungai, pandangan nya kosong.

Waktu itu ingin rasanya Viona menghampiri Bernard, dan mengobrol dengannya.Tapi tidak dilakukan nya, karena takutnya Bernard akan pergi begitu melihat nya.

Pintu kamar mandi terbuka, Bernard keluar telah berganti baju piyama. Dia berjalan menuju sofa di sudut kamar.

Kemudian membaringkan tubuhnya disana.

Viona berdiri dari duduknya, lalu perlahan mendekati Bernard. Dengan hati-hati diapun bicara.

"Su..suamiku" sahutnya lembut.

Sontak membuat Bernard menoleh pada Viona, mata tajamnya menatap Viona seperti tidak percaya dengan pendengarannya.

"Mengapa kamu tidur disofa? tempat tidur sangat luas, tidurlah ditempat tidur" kata Viona sambil tersenyum manis.

Mata tajam Bernard berkedip, dia lama menatap Viona yang masih tersenyum padanya.

"Tidak perlu..kamu saja yang tidur ditempat tidur, aku disofa saja!" suara bariton itupun akhirnya keluar juga dari mulut Bernard.

"Tubuhmu akan sakit bila tidur disofa, kakimu yang panjang jadi tertekuk, besok pagi pasti terasa pegal"

"Tidak apa-apa...aku tidur disini saja!" Bernard kembali membalikkan badannya kembali tidur.

Viona pun menyerah, sepertinya Bernard tidak terbiasa diperhatikan. Dia seperti terganggu dengan kehadiran Viona.

Viona kemudian pergi kekamar mandi, dia membuka sendiri gaun pengantin nya.

Lama dia membuka gaun pengantin tersebut, tangannya sangat sulit meraih kancing di punggungnya.

Dia mencoba terus sampai tangannya terasa sakit karena dipaksakan untuk bisa menarik kancing tersebut.

Viona sampai berkeringatan hanya membuka kancing gaun saja.

Tiba-tiba dia merasakan gaunnya terasa longgar, dan hampir merosot kelantai kalau tidak cepat dia pegang.

Ternyata kancing gaun pengantinnya ada yang membantu membukakan nya. Viona menoleh kebelakang nya.

Bernard terlihat berdiri menjulang tinggi dibelakangnya. Ternyata dia yang membukakannya.

Wajah Viona merona memandang Bernard, punggung nya yang telanjang terlihat jelas dipandang Bernard.

Viona cepat-cepat memutar tubuhnya, dia sangat malu.

"Terimakasih.." sahut Viona, "Bukankah kamu sudah tidur?"

Bernard tidak menjawab, dia diam saja.

Memandang Viona sejenak, kemudian berbalik meninggalkan Viona dikamar mandi.

Setelah Bernard keluar dari kamar mandi.

Viona kemudian mengunci pintu kamar mandi.

Dibalik pintu kamar mandi Bernard berhenti melangkah mendengar Viona mengunci pintu kamar mandi. Entah apa yang dipikirkan nya memandang pintu yang tertutup tersebut.

Di dalam kamar mandi Viona membuka seluruh gaun nya, meletakkan di keranjang baju kotor.

Lalu membuka shower, membasuh tubuhnya yang penat. Seharian dia lama berdiri membuat kakinya begitu pegal.

Dia berlama-lama mandi untuk merilekskan tubuhnya. Sabun yang dipakai sangat wangi. Viona ber ulang-ulang menggosok tubuhnya karena menyukai aroma sabun tersebut.

Hampir satu jam lewat Viona baru selesai mandi. Dia mengambil handuk, melilitkan nya ke tubuhnya.

Lalu meraih handuk satu lagi untuk rambutnya yang basah.

Dia dengan masih mengenakan handuk keluar dari kamar mandi, lalu menuju walk in closet.

Sepasang mata yang dari tadi ternyata belum tidur, akhirnya kembali menutup matanya setelah melihat pintu kamar mandi terbuka.

Bersambung.....

3.Seperti inikah?

Setelah selesai memakai baju tidur di walk in closet, Viona mengeringkan rambutnya.

Viona melihat suaminya telah tidur disofa. Viona mengambil selimut, lalu menyelimuti suaminya tersebut.

Viona menatap wajah Bernard, dengan mata tertutup suaminya terlihat lebih enak dipandang.

Wajah Bernard yang tampan terlihat begitu tenang, hidungnya yang mancung, alis mata yang tebal dan bibirnya....

Tiba-tiba mata Bernard terbuka.

Viona terkejut melihat mata Bernard yang terbuka, dan jarak mereka yang dekat membuat Viona jadi sangat jelas melihat manik mata hitam suaminya tersebut.

Mereka sesaat saling memandang.

"Mau apa?" bibir yang tadi ditatap Viona terbuka mengeluarkan suara bariton, terdengar sangat dingin.

Viona sontak tersadar dari lamunannya, wajahnya jadi merona.

"Oh ti..tidak ada, aku hanya mau kasih selimut saja" Viona menelan ludahnya gugup.

Kemudian dia beranjak ketempat tidur, lalu masuk ke dalam selimut.

Bernard memandang Viona tajam, lama dia melihat Viona yang telah meringkuk dibawah selimut.

Setelah melihat Viona sepertinya sudah tidur, barulah diapun memejamkan mata lagi.

Esoknya saat Viona bangun, sofa tempat tidur Bernard sudah kosong. Viona meraba kasur disebelah nya, terasa dingin.

Berarti Bernard memang benar tidur disofa, ini malam pertama mereka sebagai pengantin baru, dan mereka tidur terpisah.

Viona melihat selimut yang dia pakaikan pada Bernard tadi malam telah terlipat rapi disofa.

Viona turun dari tempat tidur, lalu pergi masuk kekamar mandi. Dia menyikat gigi, lalu membersihkan diri.

Setelah selesai mandi Viona mendengar pintu kamar ada yang mengetuk.

Viona bergegas membuka pintu, diluar pintu telah berdiri seorang pelayan rumah keluarga Bernard.

"Nona...Nyonya besar menyuruh anda dan Tuan Muda untuk sarapan, mereka sudah menunggu diruang makan!" ucapnya pada Viona.

"Oh iya..baiklah, aku akan turun" kata Viona mengangguk.

Viona lima menit kemudian setelah selesai berpakaian dan merapikan rambut serta dandanannya pun turun kebawah.

Diruang makan telah menunggu kedua mertuanya, serta adik ipar dan kedua kakak iparnya.

Tapi dia tidak melihat suaminya disana.

"Mana suamimu?" tanya Ibu mertaunya sinis.

Viona tidak tahu mau menjawab apa, karena semenjak bangun tidur, dia tidak melihat suaminya dikamar.

Belum sempat Viona menjawab, Bernard sudah muncul dibelakang nya.

"Kamu sengaja ya..kami menunggu mu untuk sarapan..kamu pikir kami ini apa disini?! apakah kamu Tuan Besar yang harus kami tunggu??!" Ibu mertua Viona berteriak pada Bernard sambil memukul meja.

"Sudah tua tapi masih tidak punya otak!" ujar adik ipar Viona ketus.

Viona sangat terkejut dengan kata-kata adik iparnya tersebut.

Seperti inikah mereka menindas suaminya? Viona merasa tersinggung dengan kata-kata adik iparnya tersebut, itu tidak pantas diucapkan pada orang yang lebih tua.

"Cepat duduk, Papamu mau kerja..ini sudah mulai siang, bukan kayak kamu yang tiap hari hanya bersantai tidak ada kerjaan!!" sahut Ibu mertua Viona.

Kakak ipar Viona yang lain hanya diam saja, mereka sibuk sendiri mengobrol dengan istrinya masing-masing.

Begitu juga Ayah Bernard diam saja tidak menanggapi, dia masih asik membaca koran pagi.

Viona menarik kursi, lalu duduk.

Bernard menarik kursi disebelahnya, lalu kemudian duduk.

Sarapan disajikan oleh Pelayan. Dan saat giliran Bernard akan diberikan sarapan, sangat berbeda dengan yang lain.

Viona tercekat di kursinya, Bernard benar-benar diperlakukan berbeda. Viona merasakan dadanya sangat sakit, dia merasa ini sungguh sudah sangat keterlaluan.

Bersambung.....

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!