NovelToon NovelToon

My Darling

1

🍄🍄🍄🍄🍄🍄🍄🍄🍄🍄🍄🍄🍄🍄🍄🍄

" Zha "

" jangan lupa, bla - bla - bla " ucap seorang wanita melalui sambungan telepon mengingatkan seorang gadis cantik yang saat ini tengah terburu-buru mempersiapkan diri untuk pergi bekerja.

" iya " ucap gadis cantik yang saat ini mengenakan hijab putih, senada dengan sepatu sneaker yang dia kenakan, sedangkan untuk setelan pakaian yang dia kenakan terkadang warna sesuai hari di saat dia bekerja.

Gadis cantik yang saat ini sibuk memeriksa kelengkapan yang akan dia bawa, adalah satu-satunya putri keturunan dari tuan Adhitama yang memiliki perusahaan yang cukup besar, dan bonafit. Namun gadis ini memilih untuk hidup bersama sang ibu dan adik, daripada hidup bersama sang ayah.

Dimana di masa lalu , sang ayah menyematkan luka di sanubari nya, yang hingga kini masih saja melekat di sana. Bukan membenci, bahkan rasa benci itu terkalahkan oleh rasa cinta kepada sang ayah, akan tetapi kecewa mendominasi hati sang gadis ini, sehingga rasa terluka itu masih terus tersimpan sempurna tanpa ingin dia bagi kepada orang lain, bahkan kepada ibunya tersayang.

Brmmm.... Brmmm......

Bunyi suara knalpot sepeda motor matic milik sang ibu yang sudah tidak terpakai lagi dikarenakan sang ibu pernah mengalami kecelakaan yang membuat gadis bernama Zhafira yang di sapa Zhaza memaksa sang ibu untuk berlangganan ojek saja, atau di antar oleh sopir jika dia atau adiknya tidak dapat mengantarkan sang ibu pergi bekerja sebagai pengajar di salah satu sekolah swasta.

Zhafira melajukan kendaraan nya menuju tempat nya bekerja, namun lebih tepatnya sebagai tempat dia merealisasikan ilmu yang dia dapatkan di bangku sekolah. Zhafira merupakan salah satu mahasiswi di fakultas ilmu keperawatan, dan sedikit beruntung karena pada akhirnya dia menyelesaikan pendidikannya meskipun hanya sebatas program diploma saja.

Itu sudah cukup bagi Zhafira, daripada tidak sama sekali, oleh karena itu dia mengimplementasikan ilmunya melalui bekerja sebagai perawat terampil di bidang nya. Akan tetapi , Zhafira yang sejak awal merupakan pebisnis, cukup sulit membagikan waktu ketika dia harus memenuhi tugas sebagai perawat.

Bahkan beberapa kali seorang sahabat dekat, yang sudah bersikap seperti saudara kandung, meminta Zhafira untuk berhenti bekerja di rumah sakit saja, agar lebih fokus dalam mengurusi perusahaan yang sudah pasti mengahasilkan pundi-pundi uang yang lebih bermanfaat.

Namun, sekali lagi Zhafira mencoba menyakini orang-orang terdekatnya bahwa dia mampu, dia tidak akan melalaikan kewajibannya sebagai CEO sukses yang mampu mengantarkan perusahaan sang ibu di puncak kesuksesan , ketika Zhafira memimpin roda perusahaan, sehingga membuat Aisyah, sang ibu yang masih menjadi Presdir cukup santai di masa tuanya.

Bahkan kedua anak Zhafira meminta Aisyah untuk rehat saja dari kerjaan sebagai pengajar, dan duduk manis, menikmati hidup dengan happy - happy saja, jalan - jalan, suka - suka sang ibu. Balik lagi , namanya orang tua, lebih betah beraktivitas untuk mengisi waktunya, apalagi Aisyah merupakan wanita mandiri sejak sang suami,

yah sejak sang suami mengkhianati pernikahan mereka, dan Aisyah memilih untuk berjuang menghidupi ke-tiga anaknya, menjadi single parent yang wonder woman, dimanfaatkan nya istilah otot kawat tulang besi. Dan ini juga lah menjadi titik awal keberhasilan Aisyah yang mampu menjadikan anak-anak Aisyah menjadi sosok luar biasa.

Zhafira masih begitu fokus dengan setir kendaraan nya ketika melajukan motor matic ke arah tempat dia bekerja di salah satu rumah sakit swasta yang terkenal kualitasnya. Walaupun tidak lebih besar dan terkenal seperti milik keluarganya.

Zhafira lebih memilih bekerja di rumah sakit milik orang lain yang notabene nya milik salah satu sahabat nya, dimana Zhafira juga menjadi salah satu investor di rumah sakit tersebut. Kok bisa Zhafira bekerja di rumah sakit bukan milik keluarganya. Hal ini terjadi, karena pernah Zhafira bekerja di rumah sakit yang dia dan ibunya bangun untuk mengenang sang abang kesayangan.

Akan tetapi perlakuan orang - orang di sekitar Zhafira, yang membuat Zhafira merasa sungkan, oleh karena itu Zhafira memilih untuk bekerja di rumah sakit lain, dikarenakan agar dia bisa mengeksplore kemampuannya.

Namun perjalanan Zhafira hari ini harus sedikit tersendat, karena di ruas jalan yang akan dilalui oleh Zhafira melakukan perbaikan yang membuat jalan sedikit lebih sempit

meskipun di pertengahan perjalanannya, jalan yang dia lalui mengalami perbaikan jalan,yang membuat ribuan kendaraan memburu untuk terus melaju di jalan yang semakin sempit .

Bukan itu saja, debu hasil pekerja yang sedang mengebor aspal jalan membuat debu semakin tebal, semua tercampur menjadi polusi udara, belum lagi tajamnya sengatan sinar matahari siang hari ini membuat tubuh Zhafira berderai peluh, dan terselimuti debu.

Namun rasa lelahnya, tidak menurunkan semangat nya untuk bekerja hari ini, karena beberapa waktu lalu dia harus absen dari jadwal kerja di rumah sakit karena dia harus memeriksa berkas-berkas di cabang perusahaan yang ada di kota yang cukup jauh dari kota tempat tinggal nya saat ini.

Beruntung nya dia memiliki sahabat yang juga memilih menjadi asisten pribadi Zhafira untuk mengatur jadwal atau schedule harian Zhafira, bahkan menyeleksi beberapa perawat pengganti yang siap kapan pun mengisi jadwal kerja Zhafira di rumah sakit, jika Zhafira lagi sibuk-sibuknya di perusahaan.

Anggie, yang termasuk salah satu sahabat memilih bekerja di perusahaan Zhafira, padahal sesungguhnya Anggie memiliki tanggung jawab di perusahaan sang Daddy yang sama besarnya dengan milik sang paman. Namun karena rasa cinta begitu besar, Daddy Anggie mengalah, dan membiarkan Anggie bersama Zhafira, akan tetapi Anggie yang memiliki tanggung jawab, tetap harus bertanggung jawab akan kewajibannya, sehingga mau tidak mau, Zhafira membuat dua ruangan di satu lantai yang dia tempati. Satu ruangan milik nya dan satu ruangan milik Anggie dengan di jaga oleh sekretaris masing-masing.

Sehingga, mau tidak mau Zhidan yang notabenenya adalah adik kandung Zhafira harus mengalah, memiliki ruangan yang berdampingan dengan ruangan Presdir. Padahal seharusnya ditempati oleh Zhafira sebagai CEO, tapi apa boleh buat, Anggie mampu memonopoli sang kakak jika dalam mode on damage nya.

Jarak tempuh perjalanan dari rumah menuju rumah sakit tempat Zhafira bekerja , biasanya bisa di tempuh dengan waktu relatif singkat, hanya sekitar kurang lebih dua puluh, atau tiga puluh menit bila terjadi kemacetan. Namun hari ini, luar biasa sekali Zhafira harus rela satu jam lebih di ruas jalan ini, yang otomatis Zhafira pasti akan mengalami keterlambatan. Zhafira bukan mengkhawatirkan mesin finger atau mesin yang mencatat kedatangan akan mencatat keterlambatannya, yang akan berimbas dengan pemotongan jasa bagi karyawan/ karyawati yang terlambat.

Keterlambatan Zhafira akan membuat rekan-rekan kerja yang bekerja di shift sebelum dirinya akan terlambat pulang, itu yang membuat Zhafira bergegas untuk segera sampai. Bahkan Zhafira sampai berlarian ke arah mesin finger print yang terletak di pintu masuk rumah sakit di tempat yang aman dari pasien dan keluarga pasien.

" Fira " teriak salah satu rekan kerja Zhafira yang sama-sama bekerja sebagai paramedis di rumah sakit tersebut. Dan rekan Zhafira lainnya juga akan menyapa Zhafira dengan sapaan seperti itu juga, karena hanya keluarga dan orang-orang terdekatnya saja menyapa Zhafira dengan sapaan Zhaza.

Sapaan, atau nama sapaan yang sudah berlaku sejak Zhafira masih bayi,

" bunda "

" adik bayinya "

" kasih nama Zhaza saja, supaya sama dengan abang "

" Zhaza , adiknya abang Zhayn " ucap almarhum putra sulung Aisyah

itulah kenapa hingga saat ini, Zhafira disapa oleh orang-orang terdekatnya dengan sapaan akrab Zhaza, untuk orang lain cukup Fira atau Zhafira ketika dia memperkenalkan diri nya kepada orang lain.

" Hei "

" kok kamu bengong saja , Fira " ucap Silvi sedikit menepuk pundak Zhafira

" telat nih " ucap Zhafira dengan lirih

" iya "

" sunat " ucap Silvi dengan wajah yang sudah di tekuk, sambil memberikan kode di jarinya seperti tanda gunting, sedangkan Zhafira saat ini sedang mengkhawatirkan rekan satu profesi sebelum shift dia bekerja.

Zhafira cukup mengerti dengan apa yang dimaksudkan oleh Silvi, karena semua pegawai mengetahui makna dari kode yang Silvi kode melalui kedua jari telunjuk dan tengah nya.

Apalagi keterlambatan pada jam kerja akan sangat mempengaruhi penilaian kinerja pegawai yang tentunya akan berimbas pada insentif yang mereka dapatkan , ini merupakan salah satu cara rumah sakit mendisiplinkan kinerja para pegawainya

" buruan yuk, Vi "

" belum lagi kita harus segera membersihkan tubuh kita terlebih dahulu sebelum masuk kedalam ruangan "

" aku perlu mandi, dan mengganti pakaian kerja aku terlebih dahulu

" kasihan teman-teman pasti saat ini menunggu untuk handover dari shift sebelumnya ke shift aku sekarang " ucap Zhafira dengan cepat, dan juga setengah berlari menuju ke lantai rumah sakit dimana tempat nya bekerja.

Hari ini para senior Zhafira sudah sepakat untuk mengerjai Zhafira yang sangat terkenal suka minim informasi, karena Zhafira sering malas membuka obrolan group. Ketika Zhafira tiba di ruangan tempat dia bekerja, Zhafira di sambut dengan wajah-wajah cemberut, bahkan saah satu nya memilih mengekspresikan merah padam, pertanda dia sedang marah karena Zhafira terlambat dari jam shift kerja

" maafkan saya , mbak "

" maafkan saya , kakak "

" maafkan saya , abang, " ucap nya Zhafira dengan sopan dan santun sembari menyembunyikan ketakutan nya, Zhafira tahu jika dirinya salah, oleh karena itu, Zhafira terdiam dan menundukkan kepalanya , pertanda jika dirinya merasa bersalah karena terlambat kerja hari ini. Kalau pun dia akan mendapatkan kemarahan dari para seniornya , Zhafira berusaha siap dan ikhlas jika dirinya di tegur, asal tidak anarkis saja, menurut isi kepala Zhafira

Sedangkan beberapa senior Zhafira yang melihat ekspresi wajah Zhafira merasa kasihan . Sehingga mereka saling melihat satu sama lain memberikan kode agar segera mengakhiri sandiwara mereka. Namun beberapa orang masih suka menjahili Zhafira karena ekspresi wajah Zhafira terlihat begitu mengemaskan.

Zhafira yang merasa jika dirinya diperhatikan dengan intens, membuat dia berfikir apa yang salah dengan penampilannya, sehingga Zhafira dengan polosnya memindai penampilan nya baik baju, hijab, dan lain sebagainya.

Mungkin baju yang dia kenakan saat ini kusut, namun tidak begitu terlalu, hanya bekas terlipat saja, Zhafira pun segera merapikan hijab nya yang mungkin saja sedikit miring, kemudian Zhafira menatap sepatu dia kenakan, seperti baik-baik saja, dan tidak ada yang salah pada dirinya.

" Oh,"

" mungkin saja saat ini mereka menertawakan aku yang sudah pasti akan mendapatkan pengurangan insentif bulan ini " Zhafira bermonolog di dalam batinnya

" Fira "

" kamu tahu kesalahan kami " ucap salah satu senior, dan dijawab Zhafira dengan anggukan kepalanya

" iya "

" saya tahu, kak "

" saya datang terlambat " ucap Zhafira dengan hati-hati. Tentu saja hal itu membuat semua senior Zhafira menertawakan ketidaktahuan Zhafira

" Fira "

" makanya kamu itu, update dong dengan informasi terbaru di group "

" apa gunanya handphone kamu kalau tidak update informasi di group " ucap salah satu senior Zhafira

" maafkan saya, kak " ucap Zhafira, ketika seniornya sedikit menyinggung dan menyindir fungsi handphone Zhafira. andaikan dia tahu, bahwa banyak hal penting yang Zhafira urus, daripada hanya sekedar informasi yang tidak cukup penting seperti ini, hanya uang receh bagi orang-orang seperti Zhafira. Namun Zhafira sama sekali tidak pernah menyombongkan diri, bahkan Zhafira pernah menemukan uang lima ribu rupiah di jalanan, hal itu membuat Zhafira sangat excited, walaupun akhirnya uang tersebut masuk ke kotak amal masjid, setidaknya Zhafira merasa sangat beruntung mendapatkan rezeki nomplok.

" untuk hari ini, ada dispensasi waktu kerja "

" karena ada perbaikan ruas jalan utama menuju ke arah rumah sakit kita "

" begitu, Fira " ucap seorang rekan kerja Zhafira yang berbicara sedikit santun kepada Zhafira

" oleh karena itu, bukan hanya kamu saja yang datang terlambat kerja hari ini, Fira "

" ucap Marni dengan seutas senyuman di wajahnya.

" Oh "

" Alhamdulillah "

" kalau memang seperti itu " ucap Zhafira ber- Oh ria, dan kemudian mengucapkan kalimat syukur.

" sorry, guys, "

" aku datang terlambat " ucap Dadang, yang kebetulan satu shift dengan Zhafira siang hari ini

" Loh "

" ternyata abang juga bisa datang terlambat juga yah ,bang , " ucap Zhafira kepada teman satu profesi nya, yang selalu datang tepat waktu

" iya "

" lagi ada perbaikan di ruas jalan utama menuju ke arah rumah sakit kita hari ini "

" semua orang sudah tahu kok "

ucap Dadang menjelaskan kepada Zhafira. Dan Zhafira hanya menganggukkan kepalanya saja, ternyata memang benar jika hanya dirinya lah orang yang tidak mengetahui informasi seperti ini, karena Zhafira sangat sibuk pagi hari tadi, dimana dia harus memimpin rapat melalui zoom meeting karena waktu tidak memungkinkan untuk dirinya ke perusahaan , sedangkan dia harus bekerja di rumah sakit pada siang hari nya .

shuuuuuuuttttt........

"berisik " ucap mbak Niar baru saja tiba ke bangsal anak VVIP yang merupakan pegawai senior yang juga menjabat sebagai supervisor di rumah sakit Royal Medical Centre. Ketika handover sudah mixed with ghibah beberapa berita kekinian.

" Ayo "

" handover, "

" operan shift " ucap Khoirul, sebagai peralihan perhatian akan kedatangan mbak Niar sebagai supervisor siang hari ini.

Handover memang kegiatan wajib yang harus dilakukan ketika di jam pergantian shift kerja sebelum dan sesudah. Handover juga dilakukan sebagai tata laksana dari rincian uraian tugas perawat jaga yang sedang berdinas yang sesuai dengan SOP keperawatan.

Oleh karena itu baik shift kerja sebelum dan shift kerja sesudah mendatangi setiap kamar pasien yang tentu saja ada pasien berguna untuk memperkenalkan perawat yang akan melanjutkan tugas perawat sebelumnya kepada pihak keluarga. Sedangkan manfaat dari handover visitasi ini berguna untuk perawat jaga mengetahui siapa saja pasien, dan keluhan pasien maupun keluarga pasien di waktu jam perawat jaga berdinas.

Para perawat jaga mulai memperkenalkan diri masing-masing kepada pasien dan keluarga pasien, bahkan pasien dan keluarga pasien dapat mengetahui nama perawat jaga yang berdinas dengan melihat name tag pada pakaian kerja mereka. Perawat jaga juga tidak pernah bosan memberikan senyuman hangat kepada para pasien dan keluarga pasien yang dirawat di Rumah Sakit tersebut , sebagai salah satu bentuk service excellent personality. Dan Zhafira tidak pernah lupa untuk melakukan hal tersebut, kecuali mengingat nama dan wajah orang yang baru di kenalnya.

*

*

*

*

*

*

*

🌺🌺

2

🍄🍄🍄🍄🍄🍄🍄🍄🍄🍄🍄🍄🍄🍄🍄🍄

Setelah para perawat jaga baik shift sebelum dan sesudah masa dinasnya selesai melakukan handover dan visitasi awal yang menjadi kewajiban para perawat untuk ke setiap ruangan yang di huni pasien dan keluarga pasien, Zhafira dan rekan kerja Zhafira yang bekerja di shift siang hari ini mulai fokus pada uraian tugas masing-masing.

Mereka mulai membuka, membaca, dan mempelajari isi dari buku rekam medis, atau buku catatan riwayat pasien. Baik itu mengenai riwayat sakit sebelum nya, diagnosa dokter tentang penyakit yang saat ini di derita oleh pasien, sehingga pasien sampai harus di rawat inap, yang artinya membutuhkan perhatian yang intens dari dokter, dan paramedis.

Selain itu, buku catatan rekam medis juga berisi catatan penting dokter dan perawat mengenai riwayat alergi atau tidak nya pasien, tekanan darah, suhu, riwayat pemakaian obat selama dalam perawatan, dan hasil-hasil pemeriksaan medis lainnya, baik hasil pemeriksaan laboratorium, usg, ekg, eeg , dan lain sebagainya, sebagai penunjang dokter menegakkan diagnosis terhadap penyakit yang di derita oleh pasien.

Hasil pemeriksaan penunjang merupakan salah satu hal penting untuk seorang dokter dapat menuliskan terapi obat yang akan diberikan kepada pasien, demi memberikan terapi yang tepat bagi pasien, yang tentu saja berharap kesembuhan bagi pasien.

Zhafira dan beberapa rekan kerja Zhafira yang bekerja di shift kerja yang sama, saat ini mereka sedang fokus mengisi assessment keperawatan yang menjadi catatan kinerja perawat, sehingga mereka harus mengerjakan nya dengan serius, karena hal ini akan menjadi bukti bila terjadi sesuatu. Oleh karena itu, tidak sembarangan untuk merangkai kata di kertas yang terlihat biasa saja. Setiap lembaran kertas harus diisi dengan baik dan lengkap, bahkan di dalam kertas tersebut harus di isi nama perawat, tanda tangan, dan juga nomor surat izin kerja yang biasanya sudah dibuat dalam cap, sehingga cukup di tekan cap nya , maka nama perawat beserta nomor surat izin kerja akan terlihat di sana, dan perawat cukup membubuhinya dengan tandatangan saja.

Setelah selesai dengan berkas-berkas yang harus diisi mereka, Zhafira mengajak satu rekan kerja nya untuk kembali melakukan visitasi ke ruangan pasien yang menjadi salah satu tugas mereka. Zhafira melangkahkan kakinya bersama Anisa yang juga menjadi rekan satu shift dengan nya saat ini.

Mereka mengetuk pintu ruangan rawat inap pasien sebelum mereka berdua mulai masuk ke dalam area ruangan rawat inap pasien,

"hai, suster cantik, " ucap dan sapa seorang anak gadis tersenyum manis dengan memperlihatkan deretan gigi yang sudah lumayan banyak ronggah atau hilang, khas anak-anak yang suka mengkonsumsi makanan manis dan terkadang lupa membersihkan giginya.

Gadis kecil itu melambaikan tangannya kearah Zhafira , seakan-akan sejak tadi dia menanti kedatangan para perawat untuk datang berkunjung ke ruangannya. Zhafira yang melihat gadis kecil itu yang penuh semangat menyambut kedatangan mereka, membuat Zhafira segera bergegas menghampiri gadis kecil itu dengan memberikannya senyuman manis di wajah cantiknya, begitu juga dengan Anisa yang mulai berjalan mendekati area sekitar pasien.

" hai juga "

" apa kabar kamu hari ini, cantik "

ucap Zhafira dengan lembut, sambil memegang dagu gadis kecil itu ,dan sedikit menggoyangkannya, bertingkah gemas melihat wajah imut pasien.

"aku sudah lebih baik, suster

" sudah sangat sehat sekali "

" suster " ucap gadis kecil itu dengan suara khas anak-anak, bahkan gadis kecil itu mengepalkan tangannya yang terbebas botol infus dengan penuh semangat, melihat antusiasme sang gadis kecil yang menolak lama istirahat di rumah sakit membuat Zhafira membalas dengan senyuman, dan memberikan satu cup muffin pada gadis kecil itu

" wah "

" terimakasih, suster " ucap gadis itu penuh rasa haru

" sama-sama, cantik " ucap Zhafira sembari mengelus-elus puncak kepala sang gadis kecil.

" masih suka kedinginan, tidak " tanya Anisa dengan ramah, dan dengan lugunya gadis kecil itu menggelengkan kepalanya

" suhu tubuhnya membaik, ibu "

" tekanan darah juga semakin membaik "

" ritme jantung, nadi juga sudah membaik " ucap Anisa, setelah memeriksa kondisi gadis kecil itu, sedangkan Zhafira mencatat hasil yang sudah di periksa oleh Anisa ke dalam notebook kecilnya yang selalu ada di saku baju kerja nya.

" kalau begitu sudah boleh pulang, suster " tanya sang ibu

" untuk itu nanti silahkan ibu tanyakan langsung dengan dokter Anton, SpA . dimana dokter Anton, SpA sudah menjadi dokter penanggung jawab anak ibu "

" pada saat beliau visitasi besok pagi, ibu " ucap Anisa dengan ramah

" Oh iya "

" terimakasih, suster " ucap sang ibu pasien

" sama-sama, ibu " ucap Anisa yang masih bersikap ramah

" yah, susternya sudah mau pergi " ucap gadis itu dengan kecewa, tergambar dari raut wajahnya yang cemberut

" jangan cemberut dong "

" nanti cantik nya hilang "

" nanti suster inshaallah akan datang memeriksa kondisi kamu lagi "

" karena suster juga masih mau memeriksa orang yang juga menginap disini "

" oke " ucap Zhafira yang sama ramah dengan teman satu profesinya tadi.

Setelah berhasil membujuk pasien gadis kecil ini, Zhafira dan Anisa segera undur diri, meninggalkan ruangan rawat inap yang ini menuju ruangan rawat inap lainnya.

Annisa dan Zhafira termasuk perawat yang paling disukai anak-anak, oleh karena itu mereka masih dipertahankan untuk tetap berada di bangsal VVIP anak, karena selain mereka di sukai oleh anak-anak, mereka cukup ramah dengan keluarga pasien. Terkadang mereka juga menjelaskan sesuatu yang ingin diketahui oleh keluarga pasien. Jika itu masih sesuai dengan ilmu mereka, maka mereka akan menjelaskan hal itu, namun bila itu bukan di ranah ilmu mereka, maka mereka pasti menolak memberikan informasi dengan kalimat yang sopan dan santun agar keluarga pasien tidak merasa tersinggung atau kecewa kepada mereka.

Kali ini mereka berdua berjalan menuju ruangan yang berada di paling ujung, dengan fasilitas lebih baik dari VVIP lainnya, bahkan memiliki value yang terbaik. Anisa yang sudah lebih dahulu masuk ke dalam ruangan segera menyapa pasien dan keluarga pasien, Akan tetapi tidak ada respon dari keduanya, membuat Anisa menatap ke arah Zhafira, sedangkan Zhafira hanya menghardikan kedua bahunya, pertanda jika dia tidak tahu harus bersikap apa, karena tidak ada respon.

Zhafira hanya membaca riwayat penyakit pasien melalui buku catatan rekam medis pasien saja, bahkan Zhafira baru kali ini bertemu dengan pasien. Karena beberapa hari lalu Zhafira baru saja menyelesaikan cuti yang dia ajukan, yang sudah dapat dipastikan pasti di ACC oleh direktur utama rumah sakit, tanpa perlu Zhafira mengemukakan alasan dia mengajukan permohonan cuti.

" halo "

" adik "

" perkenalkan, saya suster Zhafira dan ini suster Anisa "

" kamu siapa namanya, tampan " ucap Zhafira mengawali percakapan dengan memperkenalkan dirinya sendiri terlebih dahulu kepada pasien, selanjutnya baru menanyakan hal-hal yang menyenangkan bagi pasien sebelum kebagian inti yang ingin Zhafira dapatkan

" Ken " ucap Kendrick singkat

" Ok "

" sekarang, boleh suster tanya nih "

" mohon dijawab yah " ucap Zhafira

" boleh kakak minta waktu nya sebentar " ucap Zhafira dengan ramah. Dan entah kenapa Kendrick memberikan umpan balik yang sangat baik saat dia berkomunikasi dengan Zhafira tidak seperti ketika mereka beramah tamah dengan Kendrick. Annisa menahan rasa penasarannya, mungkin nanti akan dia tanyakan dengan Zhafira ketika mereka sampai di nurse station.

Jika Zhafira sibuk berkomunikasi dengan pasien, maka Annisa mengambil tugasnya untuk memeriksa vital sign dan lain sebagainya, seperti yang dia lakukan terhadap pasien-pasien sebelumnya .

Annisa mencoba membangun komunikasi dengan keluarga pasien, akan tetapi pria itu sibuk menatap wajah cantik Zhafira, mendengarkan percakapan yang terjalin antara Zhafira dan adiknya. Pria itu cukup terkejut dengan tingkah sang adik, yang menjadi banyak bicara ketika Zhafira berbicara dengan adiknya.

Sedangkan Annisa sedikit cengo ketika dirinya di kacang'in oleh pria tampan ini

" Baiklah tuan "

" baik anda maupun pasien "

" bila ada keluhan "

" silahkan anda konfirmasi dengan kami yang saat ini sedang bertugas "

" permisi, tuan " ucap Anisa mengakhiri kunjungan nya di ruangan rawat inap ini dengan perasaan dongkol namun mempertahankan sikap ramah, karena itu sudah menjadi salah satu penilaian.

Zhafira dan Anisa segera keluar dari kamar rawat inap pasien terakhir yang harus mereka kunjungi. Melihat wajah kesal Annisa membuat Zhafira menanyakan kenapa dia terlihat sangat kesal. Dengan menggebu-gebu Annisa menjelaskan bagaimana dirinya di kacang'in oleh keluarga pasien yang terakhir kalai mereka kunjungi.

Mendengarkan cerita dari sang rekan kerja , Zhafira berusaha menahan diri agar suara tawa nya tidak terdengar renyah

" tertawa saja, Fira "

" jangan di tahan-tahan, nanti keluar jadi kentut tuh suaranya "

" yah, anggap saja itu resiko kerja lah " ucap Annisa yang sudah mulai melunak ketika rasa kesalnya sudah terlampiaskan

Karena Zhafira berjalan tidak fokus ke depan membuat Zhafira menabrak orang di depan nya, sehingga membuat mereka berdua terjatuh. Annisa binggung mau menolong siapa terlebih dahulu, yang satu rekan satu profesi, dan yang satunya lagi keluarga pasien.

Satu orang pria dengan setelan formal, sedikit membentak Zhafira ketika melihat sang nyonya terjatuh. Zhafira bukan merasa takut akan suara pria itu, Zhafira malah fokus membantu wanita itu untuk berdiri padahal dirinya sendiri bisa saja terluka juga.

" ibu tidak apa-apa " ucap Zhafira yang langsung memindai tubuh wanita yang sudah berdiri dengan sempurna di depannya, sesekali Zhafira memberikan sentuhan di beberapa bagian tubuh meminta wanita itu memberikan respon kepada Zhafira jika dia merasakan sakit.

Tanpa Zhafira sadari jika wanita itu sejak tadi sibuk menilai Zhafira dari ujung kepala hingga ujung kaki, dari ujung kaki hingga ujung kepala, bahkan wanita itu tidak fokus menjawab pertanyaan yang Zhafira ajukan kepada dirinya, Seutas senyuman terbit di wajah cantiknya yang menolak tua.

Dari kejadian itu, wanita itu rela jika dirinya harus merasakan sakit ketika terjatuh yang sakit nya tidak terlalu terasa, hanya sedikit malu saja, sebab akibat terjatuh, sepatu yang dia gunakan sedikit rusak, membuat dirinya tidak nyaman pada waktu berjalan dengan sepatu itu lagi.

Namun satu buah kartu nama dari gadis yang menabraknya membuat wanita itu terus tersenyum di sepanjang jalan menuju ke arah ruangan anaknya yang sedang dalam perawatan medis rumah sakit.

setelah kejadian Zhafira terjatuh, Annisa memberi tahu adegan kronologi itu kepada rekan-rekan satu shift mereka suang hari ini. Tentu saja hal itu membuat rekan-rekan Zhafira menertawakan Zhafira yang sulit sekali move on dari sikap ceroboh nya.

Namun Zhafira tidak habis akal, dia mulai mencari bahan peralihan perhatian, agar para rekan-rekan satu shift Zhafira berhenti membully dirinya, hingga Zhafira melihat beberapa bungkus parsel di atas meja nurse station.

Dengan membujuk para rekan-rekan satu shift dengan Zhafira, dia menawarkan diri untuk membagikan beberapa paket parsel kepada rekan lain yang berada di bangsal sebelum bangsal mereka jaga saat ini, satu lantai di bawah lantai mereka.

Setelah Zhafira menyelesaikan acara pembagian beberapa parsel yang diberikan oleh keluarga pasien. Zhafira membuka ponselnya karena ada notifikasi pesan masuk, dan Zhafira segera memeriksa pesan itu, yang takut nya pesan penting yang harus segera dia balas.

Zhafira yang sedang konsentrasi membalas pesan-pesan di ponselnya, dan membaca beberapa berkas yang dikirimkan oleh Anggie melalui email, sehingga membuat Zhafira lupa melihat situasi dan kondisi. Bahkan meskipun Zhafira berada di dalam lift sekali pun Zhafira tetap fokus pada handphone.

Karena tepat seperti pikirannya, jika Anggie mengirimkan pesan melalui email mengenai berkas-berkas yang harus dia pelajari besok hari, dan beberapa laporan- laporan penting yang harus dia periksa dan tanda tangani segera.

Tanpa terasa , lift yang saat ini ditumpangi Zhafira telah berbunyi

Tring......****Ting****.....

pintu lift pun segera terbuka.

Zhafira hanya memindai kondisi di hadapannya sebentar, begitu aman tidak ada orang Zhafira kembali fokus pada ponselnya, Tanpa Zhafira sadari, begitu pula dengan pria itu sadari jika beberapa detik lagi mereka akan mengalami tabrakan yang sudah pasti tidak bisa dihindarkan lagi, karena mereka sibuk dengan ponselnya masing-masing.

Zhafira sudah tentu tidak menyangka jika dirinya akan mengalami hal seperti ini lagi setelah beberapa waktu lalu juga merasakan dinginnya lantai rumah sakit. Tubuh mungil Zhafira terpental ketika bertabrakan dengan tubuh atletis sang pria. Saat melihat Zhafira yang akan terjatuh ke lantai dengan Zhafira yang pasrah jika dia harus kembali terjatuh secara refleks pria itu menarik tubuh Zhafira dengan tempo cepat, dan tidak mengukur kecepatan tarikan sehingga membuat Zhafira membentur dada bidang pria tersebut, terlihat seperti sedang berpelukan.

Zhafira menyangka jika dirinya akan terjatuh tanpa sadar menutup kedua bola matanya dengan erat, namun ketika ada gerakan seakan-akan tubuhnya melayang karena tarikan, sampai tubuh mereka sangat dekat, bahkan Zhafira mencium aroma parfum yang di gunakan pria itu. Bahkan beberapa detik Zhafira dapat mendengarkan detak jantung pria itu berpacu dengan cepat,

Zhafira segera ingin melepaskan dekapan sang pria namun naas nya , mengapa sang pria tampan tanpa sengaja menginjak ballpoint Zhafira yang terjatuh dari kantong saku nya, sehingga membuat mereka berdua terjatuh ke lantai dengan posisi Zhafira berada di atas tubuh pria itu, bahkan kedua nya terkejut saat merasakan kecupan di bibir mereka.

Karena mereka berdua masih shock dengan kejadian yang terjadi begitu cepat, membuat mereka berdua sempat terdiam sebentar, sampai di saat manik mata mereka bertemu,

1...

2...

3....

6...detik kemudian mereka berdua baru tersadar akan itu.

" maaf " ucap Zhafira setelah dia mengucapkan astaghfirullah mengingat jika dirinya telah melakukan dosa, bahkan menundukkan pandangannya, menahan air matanya agar tidak terjatuh.

Zhafira yang selalu menjaga pandangannya, menjaga dirinya, harus mengalami hal ini, tentu saja dia merasa sangat berdosa, berkali-kali kalimat istighfar dia lantunkan sembari menahan tangisannya.

Walaupun Zhafira menundukkan pandangannya, bahkan wajah nya, pria itu melihat ada kesedihan yang digambarkan dari ekspresi wajah Zhafira, membuat pria itu menyunggingkan senyuman. Karena biasanya wanita merasa bangga dan bahagia mendapatkan sentuhan dari dia, Akan tetapi wanita ini,

" tunggu "

" air mata ? "

" dia menangis "

" **** ! " ucap pria itu sedikit emosi, sehingga membuat dia merasa perlu membuktikan bahwa wanita ini hanya pura-pura saja atau seperti itu adanya

Pria itu menyodorkan sapu tangan di hadapan Zhafira, namun Zhafira hanya menggelengkan kepalanya saja

" berikan kartu nama tuan "

" saya akan bertanggung jawab " ucap Zhafira dengan suara yang sangat pelan.

Pria itu berlalu pergi meninggalkan Zhafira yang masih di posisi sebelumnya setelah memberikan sebuah kartu nama

" Kenzie Harith Abrisham " ucap Zhafira membaca nama di kartu nama itu.

*

*

*

*

*

*

*

🌺🌺

3

🍄🍄🍄🍄🍄🍄🍄🍄🍄🍄🍄🍄🍄🍄

Hari ini sepertinya hari yang penuh ujian bagi Zhafira. Setelah kejadian di depan pintu lift, Zhafira tiada henti mengucapkan kalimat istighfar baik terucap maupun di dalam batinnya saja.

Bahkan Zhafira merasa dirinya tidak bekerja secara profesional hari ini, sudah beberapa kali Zhafira mengecek kembali pekerjaannya, mengulangi nya berkali-kali karena Zhafira merasa jika fokus nya sedikit teralihkan ketika bayangan kejadian itu terus berulang-ulang menari di ingatan nya., mungkin seperti kaset rusak saja.

Bukan karena menikmati sebuah rasa dari apa yang terjadi, namun lebih tepatnya menyesali kenapa hal itu sampai bisa terjadi. Sehingga untuk pertama kalinya Zhafira menyesali kecerobohannya. Dalam kondisi lebih baik, lebih tenang, Zhafira berusaha menstimulasi otak nya untuk berfikir hal-hal positif, dan juga mengintrospeksi dirinya sendiri apalagi setelah melakukan sholat taubat, hatinya merasa lebih baik karena untuk pertama kalinya Zhafira merasa bahwa dirinya telah melakukan dosa besar.

Dalam keheningan suasana masjid, sekali lagi Zhafira menstimulasi dirinya , bahwa apa yang terjadi adalah cara Tuhan memperingatkan dirinya untuk lebih teliti, untuk tidak bersikap ceroboh lagi, dan Zhafira harus belajar mengubah kebiasaan buruk nya ini, meskipun hal itu sangatlah sulit bagi Zhafira, akan tetapi mau tidak mau Zhafira harus berusaha memperbaiki sikap nya ini daripada terjadi yang lebih buruk dari kejadian yang baru saja terjadi tadi.

Dalam kondisi yang masih belum membaik , walaupun Zhafira telah melakukan sholat taubat, Zhafira memilih untuk segera menghubungi seorang ustazah yang selalu menjadi guru spiritual nya dalam memperdalam ilmu agamanya, Zhafira menceritakan tentang apa yang baru saja menimpa dirinya, menanyakan tentang banyak hal, ini itu, membangun komunikasi dua arah hingga membuat dirinya terpuaskan akan setiap jawaban yang diberikan oleh seorang ustazah yang telah menjawab setiap pertanyaan nya dengan hadist - hadist sohih yang bisa meyakinkan bahwa hal itu benar. Salah satu jawaban dari sang ustazah berikan adalah ketika ustazah mengatakan bahwa segala sesuatu yang terjadi pada diri kita adalah Qodarullah atau takdir Allah yang bisa saja terjadi atau pasti terjadi karena atas kehendak Allah, dan hal itu mungkin saja atau bisa saja terjadi secara tiba-tiba, baik secara tanpa sengaja atau dengan sengaja, allahualam bisawab.

Dan untuk Qodarullah inilah kita harus bisa husnudzon atau berfikir positif akan segala hal yang merupakan kehendak dari Allah. Oleh karena itu, kita tidak boleh merasa menyesal atas apa yang baru terjadi, sudah terjadi dalam hidup yang kita jalani ini, dan untuk itu pasti ada hikmah yang ingin Allah sampaikan kepada kita atas apa yang terjadi, sehingga kita bisa mengambil sikap dengan cara memperbaiki diri menjadi lebih baik, itulah kunci agar kita ikhlas ketika mendapatkan ujian, dan merasa tenang ketika sudah melampaui ujian tersebut, seperti itulah ucapan sang ustazah yang mampu membuat Zhafira merasa jauh lebih baik dari perasaan sebelumnya.

Namun karena hal ini belum pernah terjadi dalam hidupnya Zhafira, dan belum pernah melakukan kontak fisik dengan lawan jenis sebelumnya kecuali kepada adiknya yang merupakan mahram baginya, membuat rasa tidak nyaman masih saja terasa begitu mengingat kejadian itu. Oleh karena itu, Zhafira mencoba metode yang pernah diajarkan oleh seorang terapis profesional di bidangnya , dimana hubungan silaturahmi diantara mereka masih terjaga, sehingga apa salahnya jika Zhafira melakukan lagi metode yang pernah diajarkan kepada dirinya sehingga dapat menghilangkan perasaan yang tidak nyaman itu pergi tidak berbekas , namun ada konsekuensi yang ditanggung oleh Zhafira yaitu sedikit menghilangkan memori di beberapa moment.

Zhafira melanjutkan kembali tugasnya sebagai perawat setelah menghabiskan waktu isoman di dalam masjid, tanpa mengisi perut nya yang sudah meminta hak sejak dari tadi. Namun Zhafira tetap mengabaikan hal itu yang dianggapnya tidak terlalu penting, hingga tanpa terasa waktu kerjanya akan segera berakhir hanya dalam waktu tidak lebih dari satu jam lagi. Zhafira dan para rekan satu shift dengan dirinya mulai mempersiapkan diri dan beberapa hal yang akan dijadikan bahan handover dengan rekan kerja di shift selanjutnya.

Sedangkan untuk permasalahan yang tadi, Zhafira telah meminta Anggie untuk menyelesaikan permasalahan dengan pria tersebut tanpa harus dia bertemu lagi, yang hanya membuang-buang waktu berharga nya, ucap Zhafira kepada Anggie, padahal bukan hal itu poin nya, tentu saja karena Zhafira terlalu malas berhubungan dengan seorang pria., itu saja alasan utama Zhafira merasa enggan menyelesaikan sendiri permasalahannya. Dan hal lainnya, itu karena Anggie juga berucap agar Zhafira tidak perlu lagi merasa khawatir dengan kemungkinan-kemungkinan yang mungkin bisa saja terjadi, agar Zhafira tidak perlu lagi terlalu memikirkan hal yang sama sekali tidak penting menurut Anggie, walaupun pada kenyataannya Anggie di bantu sang asisten pribadi yang selalu siap membantu Anggie dan Zhafira.

Tanpa diketahui oleh Zhafira dan Anggie, jika Samuel terpaksa menjual salah satu informasi tentang Zhafira agar tuan muda Abrisham mau melepaskan permasalahan ini secara baik-baik, kalau Samuel mau memberikan informasi yang diinginkan oleh sang tuan muda.

Samuel menganggap bila informasi yang diminta oleh tuan muda Abrisham tentang Zhafira masih dianggap informasi umum, dengan mudah Samuel memberikan informasi itu tanpa ragu, karena Samuel tidak yakin jika tuan muda Abrisham akan meminta informasi lebih.

Kalimat tuan muda Abrisham yang terdengar biasa saja bagi Samuel membuat Samuel mengembangkan senyuman, dan mengucapkan kalimat perpisahan ketika tuan muda Abrisham berjanji tidak akan memperpanjang permasalahan ini lagi.

Akan tetapi tidak untuk Leon, yang sudah mengubah raut wajah menjadi lebih serius, apalagi ketika Samuel meninggalkan ruangan pertemuan

" selidiki gadis itu "

" dia pikir mampu menipu aku dengan informasi palsu seperti itu " ucap Kenzie dingin tanpa menatap orang kepercayaan nya.

Anggie merasa tenang ketika mendengar kabar dari Samuel yang sudah memberikan kabar baik, tapi entah kenapa Anggie merasa tidak tenang meskipun Samuel memberikan kabar baik.

" Sam "

" berhati-hatilah "

" air yang beriak tanda tidak dalam "

" begitu pula sebaliknya " ucap Anggie dalam sambungan telepon.

" iya , nona "

" saya akan lebih hati-hati "

" saya juga merasakan aura berbeda dari tuan muda Abrisham " ucap Samuel

" Hm "

" aku tidak ingin Zhaza berhubungan dengan keluarga Abrisham "

" mereka "

" you know that "

" jika mereka menginginkan sesuatu, maka mereka akan berusaha keras mendapatkan nya "

" begitu pula jika mereka tidak menginginkan sesuatu, maka mereka akan berusaha keras untuk menjatuhkan hingga tidak bersisa "

" aku tidak ingin perpecahan terulang kembali "

" Daddy sudah nyaman dengan kondisi saat ini, Sam " ucap Anggie dengan tegas, seolah-olah Samuel saat ini berada di hadapannya.

" baik, nona "

" saya akan berkordinasi dengan David, dan Pierre untuk memperhatikan ini lebih teliti lagi " ucap Samuel, sebelum Anggie memutuskan sambungan telepon nya.

Anggie menghembuskan nafasnya dengan berat, sesekali menekan pelipis nya,

" Zha "

" elo yah "

" ck "

" merepotkan " ucap Anggie menatap luas hamparan bangunan cakrawala yang menghiasi kota yang kini menjadi tempat tinggal Anggie bersama Zhafira.

Jika Anggie saat ini mengkhawatirkan Zhafira, maka orang yang Anggie khawatirkan malah sibuk memikirkan makanan apa yang akan dia bawa pulang ke rumah untuk ibunya tercinta, dan adiknya tersayang. Zhafira yang sudah mengakhiri waktu kerjanya di rumah sakit, segera mengganti pakaian kerja dengan pakaian yang akan dia pakai untuk perjalanan pulang ke rumah.

ting...tong ....ting....tong.....

Zhafira yang sudah sampai dengan selamat di tempat tujuan nya yaitu rumah milik sang ibu, Aisyah.

Rumah Aisyah, adalah rumah yang sejak awal menjadi saksi bisu perjuangan Aisyah menghidupi kedua anaknya, dimana Aisyah merintis usaha dari minus, minus pengalaman, minus modal, namun tidak minus doa, karena Aisyah mengajarkan kepada anak-anaknya untuk terus melangitkan doa', walaupun di hujam dengan berbagai cobaan dan ujian hidup

" anakku"

" Allah tidak akan pernah memberikan ujian kepada hambaNya, melebihi batas kemampuan yang dia miliki "

" ujian, cobaan hidup hanya lah cara Allah rindu akan cara hambanya meminta dengan melaksanakan perintahNya, dengan melantunkan untaian doa kepadaNya, seperti yang tertuang dalam surah Ghafir ayat 6 " berdoalah kepada -Ku, niscaya akan Aku perkenankan bagimu ( apa yang kamu harapkan) "

" salah satunya yaitu berdoalah , niscaya Allah akan mengabulkan doa-doa kamu "

" jadi "

" bersabarlah "

" karena janji Allah pasti, nak "

" Allah akan bersama orang-orang yang sabar ' ucap Aisyah mengingatkan kedua anaknya yang masih dalam fase krisis iman. Aisyah bahkan mengajak kedua anaknya semakin memperkuat keimanan dengan menempatkan Zhafira dan Zhidan di tempat yang tepat, agar Zhafira khususnya bisa melampaui fase tersulit dalam hidupnya. Walaupun Aisyah tidak bisa terus mendampingi sang putri, setidaknya Aisyah selalu mengirim untaian doa di setiap setelah sujudnya.

ceklek, suara knop pintu utama rumah dibuka oleh seorang perempuan paruh baya yang masih terlihat cantik. Tanpa tedeng aling Zhafira segera memeluk tubuh perempuan yang telah melahirkan, dan berjuang untuk hidup nya.

Zhafira yang sudah mengucapkan kalimat salam, dijawab oleh Aisyah dengan sedikit tertahan oleh karena perbuatan Zhafira yang memeluknya cukup erat.

Bahkan Zhafira tanpa rasa malu bermanja-manja kepada sang ibu.

Kecupan demi kecupan disematkan oleh Zhafira kepada sang ibu, untuk mengobati rasa rindu nya yang sudah delapan jam lebih tidak bertemu dengan nya.

" bunda pasti sangat merindukan putri kesayangan bunda, kan " ucap Zhafira dengan jumawa

" ish dah "

" pede sekali anda yah "

" nggak tuh " ucap Aisyah, sembari berjalan ke halaman depan rumah untuk segera mengunci pintu pagar, karena hari sudah cukup malam. Lagi pula Zhafira adalah penghuni rumah terakhir yang pulang, tidak akan ada lagi yang akan datang sehingga Aisyah segera bergegas untuk mengunci pagar rumah.

" yah "

" broken heart deh akuh nya " ucap Zhafira dengan ekspresi badmood

" terserah deh "

" suka-suka bunda aja "

" ngomong-ngomong hari ini bunda masak apa, bund " ucap Zhafira cukup excited setelah dia melupakan hal yang tidak penting untuk dia ingat.

" nggak usah banyak tanya, mandi sana gih "

" bau tuh keteknya, perlu dimandikan tuh " ucap Aisyah

" wangi begini, dibilang bau " ucap Zhafira yang sudah mengendus-endus ketiaknya, karena gerah dan terasa sangat lengket Zhafira memutuskan menuruti perintah sang ibu, namun sebelum beranjak Zhafira melabuhkan kecupan lagi di area sekitar wajah Aisyah.

" Zhaza ! "

" muka bunda bau liur kamu semua nih " teriak Aisyah, saat Zhafira berhasil melarikan diri menuju ke arah kamar nya yang terletak di lantai dua rumah Aisyah, berada tepat di samping kamar adiknya, Zhidan.

Setelah Zhafira pergi untuk menunaikan permintaan Aisyah, Aisyah kembali sibuk memeriksa semua pintu rumah, jendela, dan lain sebagainya, khas seorang ibu yang memastikan rumah dalam keadaan aman, maka seorang ibu baru bisa tidur dengan nyenyak dan nyaman.

Aisyah belum segera kembali ke kamar nya setelah kedatangan sang putri. Biasanya Zhafira akan mengajak Aisyah, dan Zhidan untuk bercengkrama walaupun hanya sebentar untuk menciptakan hubungan emosional yang erat antara satu dengan lainnya anggota keluarga yang berada dalam satu rumah.

Walaupun hanya sekedar bercerita hal-hal receh tentang keseharian mereka ketika mereka mengisi hari mereka dengan kegiatan masing-masing.

Zhafira yang sudah mandi, terlihat lebih fresh dari sebelumnya, nampak Zhafira menuruni setiap anak tangga menuju ruangan keluarga. Zhafira tanpa sungkan merebahkan tubuhnya di sofa yang sama dengan Aisyah. Bahkan Zhafira meletakkan kepalanya di atas paha Aisyah. Aisyah pun segera merespon dengan mengelus- elus puncak kepala anaknya yang sudah tidak berbalut hijab.

Hanya di dalam rumah Aisyah, Zhafira melepaskan hijab nya. Oleh karena itu, Aisyah memutuskan untuk tidak memakai jasa ART atau asisten rumah tangga, karena Aisyah ingin anak-anaknya,dan dirinya nyaman berada di dalam rumah mereka sendiri. Selain itu, Aisyah bisa menerapkan prinsip hidup pada anak-anaknya untuk mandiri, saling membantu, dan sikap-sikap yang baik untuk dikembangkan dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Satu hal penting, yaitu bila ada rahasia penting yang hanya boleh diketahui oleh orang yang sangat dekat, maka rahasia itu akan aman terjaga.

Bukan berarti jika memiliki asisten rumah tangga tidak aman, akan tetapi ada positif dan negatif dari setiap keputusan yang diambil. Dan menurut Aisyah jika keputusan nya ini adalah keputusan yang terbaik.

Aisyah masih betah berada di ruangan keluarga, Aisyah nampak seperti menonton televisi padahal sesungguhnya saat ini Aisyah tengah merenungi bagaimana masa depan Zhafira dan Zhidan.

Rumah tangga nya hancur karena pengkhianatan yang dilakukan oleh sang suami dengan kekasih di masa lalu sang suami, sehingga membuat Aisyah terpaksa harus merelakan melepaskan sang suami demi kebahagiaan yang diinginkan.

Aisyah rela melepaskan demi menjaga hatinya, dan hati ketiga anaknya, bahkan Aisyah rela meninggalkan semua yang dia miliki bersama sang suami hanya untuk membuktikan bahwa dirinya adalah wanita tangguh.

Akan tetapi sesuatu yang menjadi pilihan terbaik untuk nya dan anak-anak mengantarkan mereka pada kerasnya kehidupan, Aisyah bahkan terkadang merasa sangsi dengan pilihan nya saat itu, yang bukan hanya mengubah kehidupannya, namun juga mengubah pola pikir anak-anaknya.

Dimana ketiga anaknya menjadi dingin terhadap sosok ayahnya sendiri, bahkan cenderung menolak kehadirannya, apalagi ketika putra sulung Aisyah dan Adhitama yang harus meregang nyawa akibat keegoisan dan hasrat memiliki harta dan pria yang sudah menjadi mantan suami Aisyah.

Hal itu pula lah yang menjadi sebuah titik awal Zhafira menutup pintu hatinya terhadap hadirnya pria dalam kehidupannya. Zhafira tidak ingin terluka, tidak ingin tersakiti hanya oleh karena seorang pria . Zhafira bahkan tidak pernah terpikir untuk mengenal pria, tidak pernah ingin memiliki dan dimiliki oleh seorang pria, dan tidak akan pernah terbuai oleh rayuan cinta seorang pria yang biasanya mengatasnamakan kata cinta, namun kemudian menyakiti perempuan, ketika perempuan itu sudah terjatuh dalam genggaman tangannya.

Berkedok kata cinta, kemudian ketika hasrat ingin memiliki terpenuhi, ketika ambisi sudah terpenuhi, maka seiring waktu berjalan rasa itu perlahan-lahan akan mulai pupus dengan sendirinya, yang katanya cinta, perlahan akan dihempaskan begitu saja seperti sampah, ketika rasa itu telah habis tidak tersisa. Oleh karena itulah Zhafira sangat tidak ingin terjebak dalam satu kata " cinta ".

Cinta yang tidak pernah lekang di makan waktu, adalah cinta seorang ibu kepada anak-anaknya, cinta sang Khaliq, cinta Allah kepada makhluk ciptaannya, terlebih dari itu, bukan lah cinta, menurut pemikiran Zhafira. Karena sejatinya cinta, selalu ingin memberi tanpa pernah meminta, selalu berkorban tapi tidak pernah mau mengorbankan, itulah cinta menurut pemikiran Zhafira.

Zhafira rela memberi, rela berkorban untuk orang-orang dengan kasih sayang dan itu tulus, tapi tidak untuk cinta, karena cinta nya hanya dia berikan kepada orang-orang terpilih saja.

*

*

*

*

*

*

*

🌺🌺

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!