Tampan,cerdas,mapan adalah gambaran dari seorang lelaki bernama Fattan Ghifari. Seorang dokter umum yang bekerja di salah satu rumah sakit swasta yang cukup besar di kotanya.
Wajah tampan dengan postur tubuh ideal menjadikan dirinya seorang dokter yang cukup di favorit kan di rumah sakit. Banyak dari sesama dokter di sana yang terpesona ketampanan seorang Fattan. Belum lagi para suster dan tidak ketinggalan para pasien yang kebanyakan para ibu muda dan gadis-gadis cantik. Mereka tak bisa berpaling dari pesona lelaki itu. Di tambah keramahan dan sikap santun yang di miliki oleh Fattan, menambah nilai lebih pada lelaki berumur 29 tahun tersebut.
Namun lelaki berpawakan tegap itu sepertinya masih setia dengan kesendiriannya. Tak pernah terlihat Fattan mengandeng seorang wanita di sampingnya.
" Pagi Dok !'' sapa lembut gadis manis berbalut pakaian berwarna hijau.
" Pagi Sasti" balas Fattan pada seorang perawat yang bekerja khusus membantu dirinya. Mereka di tempatkan pada ruangan yang sama bersama dua perawat lain yang hari itu belum nampak keberadaannya.
" Yang lain mana Sas ?" tanya Fattan yang menyadari belum adanya dua perawat lain.
'' Sedang mengambil file pasien yang baru masuk dok '' sahut Sasti , tampak Fattan mengangguk kemudian melangkah menuju meja kerjanya. Dahi lelaki itu mengernyit mendapati kotak makan berada di atas meja kerjanya.
'' Ini ? '' tanya Fattan seraya mengangkat kotak makan dengan tatapan mengarah pada wanita yang juga menatap kearahnya dengan sesungging senyum manis.
'' Buat dokter '' jawab Sasti dengan wajah tersipu.
'' Makasih ya '' Fattan berujar, meski belum membuka kotak tersebut.
'' Sama-sama dok '' wanita itu tersenyum senang, kemudian kembali dengan pekerjaannya. Sedang Fattan menatap kotak makanan tersebut sembari menghela nafas.
Bukan sekali dua kali ia mendapat kiriman makanan atau perhatian lain. Kadang ia ingin menolak namun rasanya terlalu sombong . Tapi saat ia menerima pemberian mereka, seperti dirinya memberi harapan palsu. Karena tak ada di antara mereka yang mampu meluluhkan dokter tampan tersebut.
'' Pagi dok '' sapa dua wanita muda yang tak lain perawat yang biasa mendampingi dirinya saat kunjungan pasien rawat inap.
'' Pagi,sudah lengkap ya ?. Kita langsung kunjungan '' ucap Fattan seraya beranjak dari tempatnya duduk. para perawat segera bersiap dengan peralatan mereka.
Langkah tegap Fattan keluar ruang kerjanya. Diikuti tiga perawat di belakangnya yang selalu menatap punggung lebar itu dengan tatapan kagum. Wibawa seorang Fattan semakin terlihat saat menggunakan pakaian dinasnya. Jas putih yang membalut tubuh itu semakin membuat gagah pria yang memiliki senyum ramah itu.
'' Selamat pagi ibu '' sapa lembut Fattan saat memasuki ruang rawat. Dimana seorang wanita tua terbaring di atas ranjang rumah sakit di temani wanita muda di sampingnya.
'' Pagi dok '' balas si penunggu yang langsung menggeser duduknya , memberi ruang pada Fattan yang memeriksa sang wanita yang masih terbaring lemah.
Dengan sigap para perawat melaksanakan tugas masing-masing. Saat Fattan berdialog ringan dengan para pasien, mereka mencatat keluhan setiap pasien. Dengan ramah dan wajah penuh senyum, Fattan mengunjungi setiap pasien umum yang di rawat inap. Menanyakan keluhan mereka dengan ramah.
Selesai kunjungan, Fattan kembali keruangannya. Pasien rawat jalan sudah menunggu, cukup banyak pasien hari itu. Mereka mengantri satu persatu masuk untuk di periksa dokter tampan di bantu para perawat.
'' Masih ada berapa pasien Na ?'' tanya Fattan pada salah satu perawat yang bertugas memanggil masuk pasien.
'' Satu lagi dok '' sahut wanita itu. Fattan melihat jam yang melingkar di pergelangan tangannya. Sebentar lagi waktu prakteknya habis.
'' Oke, silahkan di panggil masuk !'' titah Fattan . Kemudian menundukkan kepalanya melihat data pasien yang baru saja dia tangan.
'' Siang dok '' sapa lembut seorang wanita, yang entah kenapa terasa begitu familiar di telinga Fattan. Lelaki itu mengangkat kepalanya,dan keduanya saling tatap tanpa kata yang terucap. Perputaran bumi seakan berhenti sejenak, berporos pada dua insan yang kini saling terdiam dengan tatapan saling mengikat.
'' Shazna '' lirih Fattan saat ia mulai bisa mengendalikan perasaan terkejutnya. Wanita yang baru saja di sebut namanya tampak melengos. Memalingkan wajah dari tatapan lelaki yang kini tersenyum lebar.
'' I got you , Shazna Rivania'' sambung Fattan sembari bangkit dari duduknya.
'' Maaf Sus, sepertinya lain kali saja saya periksa.'' ucap wanita bernama Shazna itu. Wanita berambut hitam bergelombang itu hendak berbalik.
'' Eitss mau kemana ?'' Langkah cepat Fattan menghentikan langkah Shazna yang hendak keluar ruangan. Lelaki itu memegang pergelangan wanita yang kini menatap tajam ke arah dirinya.
Bukan merasa terintimidasi dengan tatapan mata sang wanita. Fattan nyatanya tersenyum lebar sembari menarik pelan wanita itu menuju meja kerjanya .
'' Lepas Tan '' geram Shazna .
'' No '' sahut Fattan sembari mendudukkan wanita berpakaian rapi ala kantoran itu di kursi.
'' Kalian boleh istirahat dulu '' ucap Fattan sembari menatap tiga perawat yang sedang menatap bingung sang dokter. Ketiga wanita muda itu saling pandang,dan mengangguk bersamaan. Ketiga perawat itu keluar ruangan dengan pertanyaan yang mengendap di benak mereka.
'' Akhirnya setelah sekian lama, takdir masih berpihak denganku Shaz '' ujar Fattan yang kini mengungkung wanita itu dengan dirinya memegang dua sisi kursi kerjanya. Shazna memalingkan wajah saat Fattan begitu dekat dengan dirinya.
'' Ini cuma kebetulan aja '' sahut wanita berwajah cantik dengan bibir yang tampak sensual itu. Fattan tersenyum manis dengan tatapan tak lepas dari wajah wanita yang menjadi cinta pertama yang membuatnya tak bisa membuka hati untuk wanita lain. Wanita yang berhasil menguasai seluruh hati lelaki tampan itu.
'' Gak ada yang kebetulan di dunia ini Shaz,aku yakin pertemuan kita adalah rencana Tuhan. Dan kamu tahu, berapa lama aku menunggu saat ini ?'' tanya Fattan, Shazna menoleh dengan tatapan kesal yang terlihat jelas di sorot matanya.
'' Dan aku gak mau tau Fattan Ghifari. Saat kamu memilih mengakhiri hubungan kita. Aku tidak pernah ingin tahu apapun tentang kamu'' ucap dingin Shazna. Fattan menunduk dengan sorot mata sayu. Kemudian lelaki itu berdiri dengan lututnya di hadapan wanita yang kini tak mampu lagi ia baca hatinya.
Fattan meraih tangan sang wanita, dengan kasar Shazna menepisnya, namun Fattan mengeratkan genggamannya.
'' Maaf atas kesalahan yang lalu. Dan sama seperti yang aku katakan dulu. Aku akan kembali setelah aku meraih mimpiku. Maaf mungkin terlalu lama aku menemukan kamu. Setelah wisuda aku mencari kamu, tapi kamu sudah pindah rumah . Beberapa teman dekat kamu tak ada yang tahu keberadaan kamu'' jelas Fattan , namun tak merubah tatapan dingin sang wanita.
'' Aku sudah tidak perduli lagi. Sekarang kita adalah dua manusia dewasa yang tak terikat apapun. Jangan pernah berharap apa-apa dari pertemuan tidak di sengaja ini. Aku bukan Shazna yang kamu tinggalkan sembilan tahun yang lalu Fattan '' ucap tegas Shazna yang kemudian menarik paksa tangannya dalam genggaman Fattan.
Baru saja Shazna berdiri, wanita itu tampak memegangi kepalanya. Fattan sigap berdiri,dan beruntung saat tubuh wanita itu luruh Fattan segera menangkapnya.
'' Shaz, kamu kenapa ?'' panik Fattan melihat wanita berbulu mata lentik itu terpejam dalam pangkuannya.
" Shaz !" panggil Fattan kembali, namun wanita itu tetap diam. Fattan mengangkat tubuh sang wanita dengan rasa khawatir. Ditidurkan di atas ranjang yang biasa digunakan Fattan untuk memeriksa para pasiennya.
Sigap Fattan memeriksa Shazna yang terbaring lemah. Tampak lelaki itu menghela nafas, sesaat setelah memeriksa tensi darah wanita itu.
" Kenapa kamu gak jaga diri kamu dengan baik Shaz ?,apa yang kamu lakukan sampai kamu darah rendah seperti ini ?" dialog Fattan seorang diri.
Tampak Fattan menarik kursi plastik untuk di letakkan di dekat ranjang dimana Shazna di tidurkan. Mata lelaki itu tak lepas memperhatikan wajah cantik yang masih memejamkan mata. Hati kecilnya menuntun tangan Fattan menyentuh wajah Shazna. Debaran dalam dadanya masih sama seperti saat dulu ia mengenal wanita itu untuk pertama kalinya.
Rentang waktu yang begitu lama memisahkan mereka, nyatanya tak merubah rasa yang masih saja bersemayam dalam dada seorang Fattan. Lelaki itu menyusuri wajah cantik yang kini terlihat lebih dewasa. Tangannya tak berhenti membelai pipi putih itu. Biarkan ia menjadi pengecut kali ini saja. Menyentuh seseorang yang datang sebagai pasiennya. Namun apalah daya saat hati tak bisa lagi menahan rindu yang sudah menumpuk dalam dada.
" Apa aku terlambat datang Shaz ?" lirih Fattan. Sorot mata sayu itu tak bisa berpaling, sampai mata yang terpejam itu tampak mengerjap. Fattan sigap berdiri dan kembali memeriksa keadaan Shazna. Dokter tampan itu melihat pergelangan tangannya. Waktu istirahat hampir selesai.
" Aku kenapa ?" tanya Shazna sembari memegang kepalanya. Fattan yang sedang menulis sesuatu di lembar kertas menoleh sejenak .
" Kamu pingsan Shaz, tekanan darah kamu terlalu rendah. Kamu sering terlambat makan dan kurang tidur, benar ? " tanya Fattan, wanita itu memalingkan wajah. Tanpa menjawab pertanyaan sang mantan. Merasa Shazna masih enggan berkomunikasi dengan dirinya. Fattan mengambil ponsel dan menghubungi salah satu perawat.
" Bisa tolong keruangan saya ?"pertanyaan Fattan setelah sambungan telepon terjawab. Tak banyak percakapan yang keluar dari bibir dokter itu. Dan sepertinya perawat itu sudah mengiyakan titah sang dokter. Terbukti tak berselang lama, suara pintu ruangan Fattan di ketuk dari luar.
" Ya masuk " sahut Fattan yang masih duduk di kursi yang ia letakkan di sebelah ranjang tempat Shazna masih terbaring. Meski wanita itu enggan menatap Fattan apalagi berbicara dengan lelaki itu.
" Siang dok,ada yang bisa saya bantu ?" tanya perawat bernama Sasti dengan sikap formal. Walaupun matanya tak bisa untuk tak melirik wanita yang berbaring di dalam ruangan dokter idamannya .
"Siang Sas,tolong kamu tebus obat ini di apotik setelah itu bawa obat ini ke sini " titah Fattan seraya mengulurkan secarik kertas. Sasti meraih kertas tersebut dengan perasaan getir. Pupus harapan dirinya tentang dokter tampan itu. Terlihat jelas perlakuan Fattan terhadap wanita yang terlihat lemah itu terasa istimewa.
Fattan memang baik terhadap setiap orang. Namun tak pernah seperhatian itu terhadap seorang wanita.
" Baik dok " jawab Sasti singkat , kemudian wanita itu keluar dari ruangan Fattan . Fattan beranjak dari duduknya. Lelaki itu mengambil kotak makan yang belum ia buka. Kemudian membawanya mendekat pada Shazna.
" Kamu makan dulu, habis itu minum obat" tutur lembut Fattan. Shazna menoleh sekilas saat Fattan sedang membuka tutup makanan. Setangkup sandwich terdapat di dalamnya.
" Kamu makan ini dulu " ucap Fattan sambil mengulurkan kotak makan ke hadapan Shazna.
" Gak usah sok perhatian " ketus Shazna tanpa menoleh ke arah Fattan.
" Kamu boleh benci sama aku Shaz, silahkan benci aku semau mu. Tapi ini bukan untuk aku,ini untuk tubuh Kamu. Tolong Shazna, makan ini habis itu kamu harus minum obat " bujuk Fattan.
Shazna tampak menelan ludah, terlihat sekali wanita itu gugup berhadapan dengan masa lalunya. Tanpa bersuara wanita itu mengambil sandwich dalam kotak makan. Perutnya yang sudah meronta ingin diisi. Membuatnya lupa kalau sedang berakting jaim.
Wanita itu tak bisa mengelakkan hati , sejak saat ia di pertemukan dan tatapan mereka bertemu. Shazna sadar ada rasa yang seharusnya sudah tak lagi ada. Susah payah ia melupakan seorang Fattan,dan kini ia di pertemukan lagi dengan perasaan yang masih saja sama.
Sikap jutek yang sedari tadi di perlihatkan dara cantik itu , hanya untuk menutupi perasaannya yang terasa meluap-luap dalam dada.
Shazna menghabiskan makanan milik Fattan , lelaki itu sigap mengambilkan air mineral yang diambilnya dari dalam sebuah kulkas nini yang terdapat dalam ruangan dirinya. Beberapa saat keduanya terjebak dalam situasi yang canggung. Mereka memilih diam namun sesekali sudut mata mereka saling melirik satu dengan yang lain.
" Permisi dok " suara sang perawat yang masih di ambang pintu dengan kresek putih berisi obat yang baru ditebusnya di apotek rumah sakit.
" Ya masuk Sas " sahut Fattan. Perawat itu mendekat dan menyerahkan obat pada Fattan.
" Kamu minum obat dulu Shaz " ujar Fattan seraya membuka beberapa obat dari bungkusnya. Sang perawat duduk di kursi yang tersedia di ruangan tersebut khusus untuk para perawat yang membantu dokter. Matanya mengawasi pergerakan dua manusia itu dengan tatapan cemburunya. Dan saat mendapati kotak makan yang ia bawakan khusus untuk Fattan terletak di meja dekat ranjang , hatinya tersulut rasa kesal luar biasa.
Apalagi saat melihat bagaimana perhatian Fattan pada wanita yang datang sebagai pasien tersebut. Tampak Fattan sedang membantu Shazna duduk dan meminum obatnya. Terlihat begitu mesra dan tak bisa di pungkiri jika mereka tampak begitu cocok. Seorang lelaki tampan bersanding dengan wanita cantik , sungguh pasangan yang sangat ideal. Sayang mereka berdua adalah mantan.
" Kamu mau kemana ?" suara Fattan mengisi ruangan itu. Tampak di ranjang Shazna sedang berusaha duduk dan memegangi dua sisi kepalanya dengan dua belah tangannya.
" Aku harus kembali ke kantor " jawab Shazna, Fattan terlihat menghela nafas. Kemudian lelaki itu memegang pergelangan tangan Shazna.
" Aku gak ijinkan kamu kembali ke kantor Zhas ".
" Aku gak butuh ijin kamu Tan " ucap Shazna sembari menatap tajam lelaki itu.
" Aku gak perduli Shaz,tapi aku gak akan biarin kamu kerja dengan keadaan kamu seperti ini" ucap Fattan yang semakin mengeratkan genggamannya di pergelangan tangan sang mantan.
Tatapan tajam Shazna mengarah pada Fattan yang juga memasang wajah tegas.
" Sas,tolong buatkan surat keterangan untuk Ibu Shazna Rivania, beliau harus istirahat " titah Fattan pada Sasti tanpa mengalihkan pandangannya pada Shazna.
" Baik dok " sahut Sasti. Shazna berusaha melepaskan tangannya dari genggaman Fattan. Namun Fattan masih saja menggenggamnya, Tatapan mata lelaki itu masih tertuju pada sang wanita. Namun tatapannya kini berubah melembut dan penuh kerinduan.
" Jangan melewati batas Dokter Fattan " ucap Shazna , mempertegas hubungan mereka saat ini.
Shazna melangkah pergi meninggalkan ruangan Fattan dengan wajah di tekuk. Fattan, segera melepaskan jas putih miliknya dan melangkah cepat mengejar wanita dari masa lalunya itu.
'' Sasti aku keluar dulu '' pamit Fattan pada Sasti yang hanya bisa mengangguk pasrah. Sepertinya tak ada lagi harapan untuk dia mendekati sang dokter idaman. Langkah cepat Fattan mampu mengejar Shazna yang memang tak terlalu cepat berjalan. Pusing di kepalanya cukup terasa. Belum lagi tubuhnya yang terasa lemas.
'' Shaz ! '' panggil Fattan saat mereka sudah cukup dekat. Shazna menatap kesal lelaki yang mengikuti dirinya. Wanita itu menghentikan langkahnya, dengan sorot mata tajam ia menatap Fattan yang sudah berdiri di hadapannya.
'' Apalagi si Tan ?'' tanya Shazna.
'' Obat kamu '' ujar Fattan seraya menyodorkan plastik bertuliskan rumah sakit dimana mereka sedang berada.
Dengan menghela nafas panjang, Shazna meraih plastik berwarna putih dari tangan Fattan.
'' Makasih '' ujar Shazna kemudian melangkahkan kaki kembali. Fattan bukan berbalik arah ia tetap mengekor di belakang wanita yang melangkah anggun dengan high heels yang menunjang kaki jenjangnya.
Shazna kembali membalikkan tubuhnya, saat menyadari Fattan masih berada di belakangnya , ketika ia memasuki area parkir.
'' Mau apalagi kamu ?'' sinis Shazna , belum Fattan menyahut Shazna kembali berucap .
'' Oh iya, sorry aku belum bayar ya '' . Shazna mengambil dompet dalam tas selempang. Fattan mendekat dan menahan tangan Shazna yang hendak mengambil uang.
'' Gak Shaz, bukan itu. Aku antar kamu pulang '' ucap Fattan. Shazna mengambil kunci mobil di dalam tas.
'' Terima kasih,aku bawa kendaraan'' ujar Shazna seraya mengangkat kunci mobil. Untuk di perlihatkan pada Fattan. Namun tak di sangka, lelaki itu justru mengambil kunci mobil milik Shazna.
'' Aku yang bawa '' ucap Fattan setelah membuat Shazna melongo karena kelakuannya. Tanpa mengindahkan Shazna yang terdiam di tempat. Lelaki itu memencet tombol di kunci untuk tahu mobil mana milik wanita itu.
Setelah menemukan mobil milik wanita cantik yang masih mengisi penuh hatinya , baru Fattan menyadari Shazna tak mengikuti langkahnya. Lelaki itu berbalik dan menarik lengan wanita pujaannya yang kini terlihat semakin cantik dan menggoda. Tubuh wanita itu kini terlihat lebih berisi. Membuat lekukan tubuhnya semakin terlihat. Berbeda dulu saat mereka masih bersama. Usai remaja belum membentuk sempurna setiap bagian tubuh wanita itu.
'' Fattan Ghifari , aku bisa balik sendiri '' ucap Shazna dengan gigi mengatup saking kesalnya dengan kelakuan mantannya itu. Dan lelaki itu seakan tak perduli, dengan terus melangkah sembari menggenggam erat pergelangan tangan Shazna. Lelaki itu membuka pintu mobil untuk penumpang bagian depan. Mempersilahkan Shazna masuk dengan senyum manisnya. Mengabaikan wajah kesal wanita itu.
Fattan menunduk dengan separuh tubuhnya masuk kedalam mobil dan meraih seat belt dan memakaikan untuk wanita yang kini membeku saat wajah keduanya begitu dekat. Debar jantung Shazna meningkat lebih dari saat tadi melihat lelaki itu untuk pertama kali setelah sekian lama tak bertemu.
Nafasnya seakan ikut berhenti saat menghirup aroma tubuh yang begitu maskulin. Tak bisa di pungkiri , lelaki itu terlihat mempesona dengan wajah yang lebih dewasa. Dan aura yang sungguh menggetarkan kembali hatinya.
Wanita itu bisa kembali bernafas lega,saat Fattan telah menegakkan kembali tubuhnya. Tampak Shazna menghela nafas, menenangkan debar jantungnya yang tak biasa.
'' Jadi kemana ?'' tanya Fattan setelah masuk dan duduk di belakang kemudi dan mengenakan seat belt. Shazna melirik sekilas lelaki di sampingnya. Kemudian menyebutkan alamat kantor ia bekerja.
'' Kamu tinggal di daerah sana ?'' tanya kembali Fattan yang kini sedang mengeluarkan mobil dari area parkir.
'' Gak,itu tempat aku kerja '' jawab Shazna dingin.
Fattan menoleh ke arah Shazna yang melihat keluar jendela. Lelaki itu menghentikan laju mobilnya setelah keluar dari tempat parkir.
'' Kamu gak mungkin balik ke tempat kerja Shaz , kasih tubuh kamu istirahat '' ucap tegas Fattan yang justru mendapat senyum sinis wanita itu. Wanita itu menoleh dan beradu pandang dengan Fattan yang kini memperlihatkan wajah tegasnya.
'' Dokter Fattan,saya tahu anda seorang dokter. Tapi anda tidak berhak mengatur hidup saya. Silahkan keluar dari mobil saya, karena saya juga tidak berkenan untuk anda antar. Karena anda dokter bukan sopir saya '' ucap Shazna tajam dengan bahasa formal. Fattan menatap nanar wanita di hadapannya.
'' Aku antar '' hanya itu yang terucap dari bibir lelaki yang kini digelayuti berbagai macam pertanyaan di kepalanya. Karena wanita di sampingnya tak lagi sama dengan Shazna nya dulu. Tenyata waktu telah merubah banyak hal yang tak bisa ia kendalikan. Mungkin juga tentang perasaan wanita itu padanya.
Namun mengapa ia tidak pernah bisa merubah perasaan cintanya. Mungkinkah ia yang tak mau merubahnya ?, hingga ia terkurung dalam lingkaran rasa yang tak pernah berubah ?.
Sepanjang perjalanan,tak ada lagi percakapan dari dua manusia yang terikat pada lingkaran masa lalu. Fattan dengan rasa bahagia berbalut kecewa. Saat menyadari wanitanya tak lagi sama. Tak ada lagi Shazna nya yang menatap penuh cinta. Namun hanya ada tatapan tak suka yang terpancar dari sorot mata wanita lebih muda dya tahun darinya itu.
Sementara Shazna diambang dilema, saat harus di pertemukan kembali dengan cinta masa lalu. Cerita yang telah ia tutup lama. Rada yang telah ia abaikan keberadaannya. Namun takdir membuat mereka kembali bertemu saat ia tak mungkin lagi berbagi kisah masa lalu.
'' Kamu kerja di sini ?'' suara Fattan, mengisi sunyi dalam mobil tersebut,saat ia telah memasuki area perkantoran tempat Shazna bekerja.
'' Iya, makasih udah di antar. Tapi sorry aku gak bisa pinjemin kamu mobil aku '' ucap Shazna seraya membuka sabuk pengaman. Fattan yang telah menghentikan laju mobilnya tampak mengamati sekitar.
'' It's oke ,aku pake taksi online.'' Sahut Fattan dengan senyum di bibirnya.
Keduanya turun dari dalam mobil. Fattan mengembalikan kunci mobil milik Shazna.
'' Thanks '' ucap Shazna lagi. Fattan tersenyum menatap wajah tertunduk Shazna yang sedang membuka tas dan meletakkan menyimpan kunci mobil.
'' Aku masuk dulu '' pamit Shazna yang hanya menoleh sekilas ke arah Fattan. Bukan ia tak menyadari tatapan lelaki itu. Ia hanya tak ingin terperangkap dalam pesona dokter tampan berkarisma yang ada di hadapannya.
'' Iya '' jawab Fattan, Shazna tak lagi menoleh. Ia beranjak meninggalkan Fattan yang masih berdiri mematung menatap kepergiannya.
'' Shaz !" panggil Fattan, setelah wanita itu beranjak beberapa meter darinya. Shazna menghentikan langkahnya tanpa kembali menoleh ke belakang.
'' Jaga kesehatan, tekanan darah kamu rendah. Makan yang teratur, banyakin istirahat. Jaga diri baik-baik Shaz '' ucap Fattan, Shazna mengangguk . '' Terima kasih '' hanya itu yang terucap dari bibir wanita itu. Tampak Shazna menghirup nafas dalam dan mengerjapkan mata. Berharap air matanya tak jatuh.
'' Maafkan aku Tan,tapi keadaan kita tak lagi sama '' lirih Shazna dalam hatinya. Kemudian ia kembali melangkah tanpa lagi menoleh ke belakang. Meninggalkan pria masa lalunya yang masih menatap langkahnya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!