NovelToon NovelToon

Sepasang Pedang Gerhana

Chapter : 1 – Awal

Dunia telah berubah....

Ratusan tahun yang lalu, ada sebuah pertempuran besar-besaran yang menjadi legenda di seluruh daratan. Legenda ini diceritakan turun-temurun melalui mulut ke mulut atau ketika mendongeng kepada seorang anak yang hendak tidur.

Pertempuran Hitam Putih, setidaknya itulah yang mungkin paling tepat untuk dijadikan judul dari cerita rakyat tersebut. Sebuah peperangan yang sangat dahsyat, melibatkan hampir semua pendekar golongan putih dan hitam, bahkan pemerintahan juga ikut andil pula di dalamnya.

Di masa tersebut, daratan Utara dan Selatan dikuasai oleh dua kekaisaran raksasa dan kuat. Di wilayah Utara, berdiri kekaisaran Song yang memiliki banyak pendekar kuat atau yang biasa orang sebut sebagai pendekar sejati.

Di bagian Selatan, seluruh daratan itu dikuasai oleh sebuah kekaisaran bernama kekaisaran Chu, yang dimana terdapat tujuh keluarga bangsawan dengan sebutan keluarga penguasa. Memiliki banyak sekali pendekar sungguh pun tak terlalu kuat jika dibandingkan pendekar Utara.

Dua kekaisaran ini damai dan hidup tentram, tak pernah sekali pun terlibat bentrokan karena leluhur mereka sejatinya masih memiliki hubungan. Akan tetapi itu hanyalah sebuah kisah lama, karena saat ini seluruh daratan telah menyatu menjadi satu kesatuan yang dipimpin oleh kekaisaran Chang.

Dan ketika dua kekaisaran bersatu inilah maka saat itu keadaan dunia banyak mengalami perubahan. Contoh mudahnya adalah, baik Selatan maupun Utara, para pendekar yang hidup di dua wilayah ini sama kuat dan tangkas. Tak seperti dahulu yang sedikit banyak terlihat perbedaannya.

Kemudian keluarga bangsawan yang bernama tujuh keluarga penguasa, sudah lenyap. Karena sistem pemerintahan kekaisaran Chang adalah sama rata, tak ada bangsawan lebih tinggi atau rendah. Jika itu keluarga bangsawan, maka sama tinggi dan sederajat, mengesampingkan keluarga kaisar tentunya.

Para pahlawan yang dikenal sampai saat ini antara lain adalah Pendekar Hantu Kabut dan Si Gadis Hantu, yang dimana dua orang pendekar besar ini dijuluki orang sebagai Sepasang Naga Putih. Sosok utama dalam Pertempuran Hitam Putih.

Juga ada pula seorang kakek misterius yang konon kemunculannya macam setan. Kadang muncul di sini, besok muncul di sana. Dia ini dijuluki sebagai Pengelana Tanpa Bayangan, yang entah siapa nama aslinya.

Ada pula seorang pendekar sastrawan yang terkenal dengan nama Sastrawan Sakti. Seorang sastrawan yang selain pandai ilmu sastra, juga lihai sekali ilmu silatnya.

Dan masih banyak lagi para pendekar besar yang ikut bertempur dalam perang itu.

Tapi yang membuat keadaan saat ini benar-benar geger adalah, tentang ditemukannya tiga buah pusaka serta kitab dari pendekar-pendekar kuno yang disebut Raja Dunia Silat.

Konon, Raja Dunia Silat ini berjumlah lima orang dan kesaktiannya dapat diibaratkan setingkat dengan para dewa. Tentu saja hampir semua orang menganggap cerita ini bohong dan bualan belaka, namun tak sedikit pula catatan serta riwayat sejarah di berbagai perpustakaan yang menjelaskan tentang keberadaan mereka.

Tentu saja berita ini segera menjadi topik perbincangan di sana-sini, terkhususnya di kalangan orang-orang dunia persilatan. Entah itu di jalan, pelabuhan, penginapan apalagi di kedai makan, semua orang membicarakan akan berita tersebut yang benar tidaknya belum dapat dipastikan.

Yang membuat geger lagi adalah, tentang munculnya sepasang pedang pusaka yang bernama Sepasang Pedang Gerhana. Sepasang pedang yang memiliki kesaktian ampuh sekali, dan banyak orang bilang pedang itu memiliki sebuah kutukan. Namun, sudah ratusan tahun pula sepasang pedang ini menghilang dan baru kali ini terdengar lagi namanya.

Tentu saja yang mengenal akan keberadaan Raja Dunia Silat dan Sepasang Pedang Gerhana adalah para tokoh tua atau kutu buku yang sering membaca berbagai buku sejarah. Mereka ini pun hanya tahu informasi tersebut dari buku-buku atau penuturan guru-guru mereka. Tak pernah melihat langsung.

Sepasang Pedang Gerhana, adalah sepasang pedang pusaka yang ketika dalam proses pencairan bilah pedangnya sebelum ditempa, bertepatan dengan fenomena langka sekali. Yaitu sebuah fenomena gerhana matahari pada siang hari dan gerhana bulan pada malam hari di waktu bersamaan, atau dalam satu hari terdapat fenomena dua gerhana sekaligus.

Sepasang pedang ini dipercaya tidak ada yang bisa menandingi ketajamannya. Tapi tentu saja tak ada yang mampu membuktikan, semua itu hanya dongeng.

...****************...

"Sepasang Pedang Gerhana....hem, menarik juga cerita ini. Tapi...mana ada gerhana matahari dan gerhana bulan yang terjadi dalam waktu satu hari. Benar-benar si penulis ini pandai sekali membuat cerita."

Anak lelaki berusia paling banyak dua belas tahun itu menutup bukunya dan meletakkannya kembali di rak buku. Dia lalu memandang ke luar jendela yang mana pada saat ini hari masih siang dan keadaan cukup terik.

Namanya Sung Han, seorang yatim piatu yang harus bekerja sebagai kacung di sebuah jasa pengiriman barang bernama Rajawali Putih. Bocah ini bekerja di sini sebagai kacung semenjak tiga tahun lalu, yang kata ketua mereka tiba-tiba datang dan ingin bekerja di tempat ini.

Parasnya cukup tampan, apalagi dengan sepasang matanya yang berwarna kuning cerah bagaikan cahaya teduh sang bulan. Tenang dan menenangkan.

Alisnya tebal, hidungnya mancung dan rahangnya kokoh kuat. Tubuhnya tegap dan cukup tinggi untuk anak seumurannya. Bahkan saat ada seorang guru silat dari pedesaan melihat postur tubuh Sung Han ini, spontan dia berseru.

"Wah, dia tentu berbakat sekali. Ahli silat!"

Padahal kenyataannya jauh daripada itu.

Sung Han semenjak kecil tak pernah bersentuhan apalagi mempelajari ilmu silat. Sudah semenjak kecil dia kehilangan orang tuanya dan bahkan sudah lupa akan wajah mereka. Sehingga setiap harinya hanya dia habiskan untuk bekerja demi mencukupi kebutuhan sehari-hari.

"Lebih baik aku bergegas untuk membantu paman Tang. Dia bisa memarahiku jika aku terlambat!" gumamnya dan segera keluar ruangan.

Di luar gedung Rajawali Putih, ternyata sudah berkumpul banyak sekali orang yang sedang mengangkuti barang-barang. Kiranya mereka sudah melakukan persiapan untuk pengiriman barang kali ini.

"Plakk!"

"Aduh!"

Sung Han sontak meringis kesaktian saat ada sebuah tamparan tepat mendarat di pelipisnya. Begitu memandang, kiranya ada seorang gadis cilik seumurannya yang memandangnya marah.

"Kutu buku, kau telat lagi!! Apa sih yang kau baca sampai-sampai terlambat sedemikian lambatnya!?" ujar gadis itu marah.

"Eh...Tang Qian, kenapa kau galak sekali...?" keluh Sung Han tak terima.

Orang yang dipanggil Tang Qian itu kembali mencela, "Jangan merengek!! Cepat bekerja, bantu aku mengangkuti barang itu!"

"Baik...."

Orang yang dipanggil Tang Qian ini adalah anak dari paman Tang, pemimpin rombongan pengiriman barang kali ini. Gadis itu amat cantik jelita, cerewet bukan main dan omongannya tak jarang sangat pedas.

Tapi meskipun begitu, ada rasa sayang yang teramat sangat di hati Sung Han setiap kali memandang matanya. Entah apa itu Sung Han masih terlalu dini untuk memahaminya.

Sung Han membantu Tang Qian mengangkuti kotak-kotak barang itu. Bersama ayah Tang Qian yang juga ikut membantu, maka pekerjaan itu menjadi cepat selesai.

"Hei...bawa barang ini sekalian!!"

Semua orang cepat menoleh untuk menemukan pria paruh baya yang membawa sebuah peti kecil sebesar sepemelukan orang dewasa. Itu cukup besar sebenarnya.

"Oh...paman Gak, apa itu?"

"Orang yang memberikan ini adalah orang yang sama dengan yang memberi permintaan untuk mengirimkan barang-barang itu. Dia bilang untuk memastikan peti ini selamat karena isi dalam peti ini amatlah penting." jawab seorang pria yang dipanggil paman Gak itu.

"Hah, memang apa isinya?"

"Mana kutahu? Orang itu bilang tak boleh membukanya. Dan ini memang sulit dibuka. Sudahlah, sudah menjadi peraturan bahwa kerahasiaan barang pelanggan menjadi tanggung jawab kita. Jika memang dia tak ingin kita melihat isinya, apa masalahnya? Ayo lekas bawa!"

Dengan hati bingung, dibawalah peti satu ini bersama mereka yang segera berangkat menuju kearah Timur.

"Sung Han, ayo ikut!" ajak Tang Qian dengan wajah berseri.

"Mana boleh begitu, masih banyak pekerjaan yang harus kulakukan. Bersih-bersih halaman, ruang depan, dapur–"

"Ayah, Sung Han boleh ikut?"

Belum juga penjelasan Sung Han selesai, gadis yang terkesan nakal ini sudah memotong dengan permohonan ijin kepada ayahnya.

"Ah, tentu saja boleh, siapa yang melarang? Lagipula bukankah ketua sendiri sudah mengijinkan jika kau ingin ikut tinggal bilang? Kau saja yang selalu menolak." jawab paman Tang.

"Paman, tapi...."

"Jangan cerewet, ayo naik!" potong Tang Qian cepat-cepat dan mendudukkan Sung Han di kursi sebelahnya.

"Tak usah gugup begitu, anggap kami keluargamu. Bukankah begitu?" ujar paman Tang melihat tubuh Sung Han kaku dan kikuk saat duduk di tengah-tengah kerumunan orang itu.

"Ya, kita semua keluarga besar!!!" seru mereka semua serempak.

Sung Han setuju akan hal itu dan memang sudah lama sekali dia menganggap seluruh anggota Rajawali Putih adalah keluarga. Tapi bukanlah itu yang membuat dia kikuk dan gugup, melainkan karena satu hal lain.

"Sialan, dia wangi sekali!! Apakah dia mendudukkan aku di sebelahnya hanya untuk pamer kewangian ini?" batin Sung Han meronta-ronta saat tubuh mungil Tang Qian menempel dekat di sampingnya.

"Tang Qian, bisa tolong sedikit menjauh?"

"Apa, kau tak suka denganku!?"

"B-bukan begitu...."

"Plakk–plakk!!"

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

BERSAMBUNG

Chapter : 2 – Hati yang Berdarah

Kemana tujuan mereka pergi Sung Han sama sekali tidak tahu dan memang tidak ingin tahu. Sebenarnya dia ikut hanya karena menuruti paksaan dari Tang Qian yang juga sama tidak tahunya seperti dia soal kemana tujuan dari perjalanan kali ini.

Agaknya gadis itu pun tak terlalu peduli dengan tujuan perjalanan ini karena dia sedari berangkat sampai sekarang ini hanya asyik memandangi alam sekitar dengan senyum merekah.

"Woah....hey Sung Han lihat, bunga itu seperti mawar tapi juga seperti jamur. Oh...yang itu, seperti bunga lotus tapi bahkan lebih cantik lagi. Dan....woahh, gunung itu bentuknya seperti gadis cantik sedang tidur menyirih."

Demikianlah antara lain gadis itu berseru-seru penuh kekaguman akan sekitar yang memang harus diakui keindahannya. Bahkan Sung Han sendiri juga amat kagum akan semua itu. Tapi tentu saja yang paling menarik hatinya adalah sosok yang memaksanya ikut dalam perjalanan kali ini.

Sudah dua hari lamanya perjalanan ini berlangsung, sudah beberapa desa dan sawah terlewati sampai tibalah pagi ini di sebuah hutan rindang di salah satu lembah pegunungan.

Karena masih pagi, embun-embun serta kabut tipis belum terusir pergi dan akibatnya, hawa sekitar menjadi sejuk sekali. Diam-diam Sung Han sampai menggigil sampai giginya bergemelutuk.

"Nih pakai..."

Tanpa ragu-ragu, Tang Qian yang agaknya menyadari kondisi Sung Han segera menyelimutkan selimut tebal berbahan bulu beruang itu di tubuhnya. Dia juga memakai selimut itu kepada dirinya sendiri sehingga posisi Sung Han dan Tang Qian saat ini sedang berselimut dalam selimut yang sama.

Dengan gugup Sung Han berkata lirih, "Terima kasih..."

Satu jam berselang dan saat matahari mulai naik tinggi, tiba-tiba kereta tempat Sung Han dan Tang Qian berada berhenti. Di luar sana mereka juga mendengar seruan-seruan beberapa orang yang entah sedang membicarakan apa.

"Apa itu, ayo kita lihat!" ajak Tang Qian menarik lengan Sung Han untuk diajaknya keluar dari dalam kereta.

Ternyata di luar sana, anggota-anggota Rajawali Putih sudah berhadapan dengan beberapa orang yang bersikap mengancam. Di punggung dan pinggang mereka tersarung sebatang pedang, maka tahulah Sung Han bahwa para penghadang yang berjumlah lima orang ini adalah pendekar.

"Maaf kepada tuan-tuan, apakah sebab yang menjadikan anda berlima menghadang perjalanan kami?" tanya ayah Tang Qian sopan seraya membungkukkan badan.

Orang tertua dari lima orang itu segera maju dan membalas penghormatan Tang Qian sambil berkata, "Benarkah yang sedang berhadapan dengan kami ini adalah orang-orang dari jasa pengiriman Rajawali Putih?"

"Benar tuan."

"Kalau begitu beruntung bagi kami yang sudah menunggu beberapa hari di sini. Mohon maaf tuan sekalian, adakah tuan-tuan dari jasa pengirim Rajawali Putih ini membawa sebuah peti kecil kira-kira berukuran segini?" orang itu kembali berkata sembari memperagakan besar peti yang dimaksud dengan tangan.

Paman Tang mengerutkan kening dan teringatlah akan sebuah peti kecil yang diberikan oleh pengurus disaat mereka hendak berangkat. Dia memasang raut curiga dan bertanya, "Memang apa urusan tuan-tuan dengan peti tersebut?"

"Oh, jawaban anda menyatakan bahwa anda sudah tahu akan peti yang dimaksudkan. Bolehkah saya melihat isinya?"

Sampai sini pandangan paman Tang berubah menjadi tak senang, "Mohon maaf, tapi kerahasiaan barang pelanggan sudah menjadi tanggung jawab kami."

Mendengar jawaban ini, salah satu dari lima orang itu, yang wajahnya membayangkan watak keras dan kasar dengan penuh brewok maju selangkah dan menyela. "Jangan bohong kalian! Pura-pura tidak tahu dan mencoba menghindari kami?"

Tentu saja bentakan yang sekonyong-konyong terucap dari mulut orang tersebut membuat semua anggota Rajawali Putih mengerutkan kening heran. Sebelum ada yang sempat bertanya, orang yang tertua dari lima orang itu kembali berkata.

"Maafkan atas kekasaran kawan saya ini tuan, tapi tolong...ini perintah dari ketua kami dan harus dilaksanakan. Kami ingin melihat isi daripada peti itu."

Paman Tang selaku pimpinan perjalanan ini kelihatan ragu-ragu. Lantas dia berbisik-bisik kepada teman-temannya untuk menentukan keputusan apa yang paling tepat untuk saat ini.

Setelah beberapa menit berdiskusi, akhirnya paman Tang berkata, "Baiklah, sepertinya tuan-tuan sekalian tidaklah membohong dan sangat berhubungan dengan peti itu. Tapi mohon jangan ambil peti itu, barang itu tanggung jawab kami. Jika anda sekalian hendak mengambilnya, ambilah di rumah orang yang menjadi alamat dari pengiriman barang-barang ini."

"Itu tergantung situasi, tapi saya harus mengucapkan terima kasih." jawab orang tersebut.

Paman Tang mengangguk dan menggapai Sung Han untuk mendekat. Dia lantas meminta tolong kepada bocah cilik ini untuk mengambilkan peti tersebut. Setelah Sung Han sudah datang bersama peti yang dimaksud, sontak lima orang itu menampakkan ekspresi yang sulit diartikan dan menahan nafas.

"Silahkan tuan." paman Tang mempersilahkan.

Orang tertua tadi cepat-cepat mendekat dengan urat wajah yang seluruhnya menegang. Dia mencoba membuka peti itu namun nihil, tak ada hasil. Tapi jelas tergambar di wajahnya bahwa pria itu mengenali peti tersebut. Satu hal yang sangat membingungkan para pengirim barang.

"Buka paksa!" ujar salah satu dari lima orang itu yang agaknya tidak sabar.

Orang itu nampak sedikit ragu-ragu. Tapi setelah berpikir sejenak, akhirnya dia menurut juga untuk membukanya paksa.

Orang ini mengepalkan tangan kanannya erat, kemudian secepat kilat, dengan pengerahan tenaga dalam, dia meninjukan kepalan tangan kanan itu kearah peti. Seketika tutup peti terbuka dan nampaklah oleh semua orang apa yang berada di dalamnya.

"Aaaahhhh!!" Tang Qian sudah tak tahan untuk memekik dan memalingkan muka.

"Woah, apa ini!?" seru ayahnya tak kalah terkejutnya.

Terdengar seruan-seruan kaget melihat isi dari dalam peti tersebut. Namun yang paling kaget adalah orang yang membuka itu. Tak hanya kaget, dia juga merasa sedih sekali sampai tak tahan untuk menitikkan air mata.

"Ayah....."

"Bangsat kalian!! Beraninya bersekongkol dengan sekumpulan iblis itu dan memandang sebelah mata kepada perkumpulan Naga Hitam kami hah?" orang yang brewok dan berwatak keras tadi tiba-tiba membentak marah.

Ayah Tang Qian yang kebingungan dan kaget itu lekas berkata seraya menjura hormat, "Maaf tuan, tapi kami sama sekali tidak tahu menahu soal ini. Dan...ah, kiranya tuan-tuan dari perkumpulan Naga Hitam? Lalu, milik siapakah kepala ini?"

Memang isi daripada peti kecil itu adalah sebuah kepala, kepala manusia!! Melihat dari kerutan di wajahnya, orang ini tentu usianya tak kurang dari enam puluh tahun, rambut dan jenggotnya yang putih itu berubah menjadi warna merah terkena darahnya sendiri. Benar-benar keadaan yang mengenaskan.

"Bohong!!" seru pria yang lainnya.

"Kalian hendak lari dari kesalahan? Kalian sudah menginjak-injak harga diri kami, nah sekarang enyahlah kalian, Rajawali Putih!!" seru pria brewok tadi yang sudah mencabut pedang dan mengayunkannya kepada paman Tang.

"Berhenti, jangan serang!! Rajawali Putih belum tentu bersalah!! Ini pasti ada sesuatu!!" pria yang tertua dari lima orang itu berseru dan mencoba untuk mencegah. Tapi semua sudah terlambat, berbareng dengan bentakan brewok tadi, pertempuran kecil-kecilan pecah dan pihak Rajawali Putih mau tak mau harus melawan untuk melindungi diri.

"Hiiaatt!!"

Tang Qian melompat dan membantu ayahnya. Memang gadis kecil ini sungguh pun masih dua belas tahun, tapi sedikit banyak dia bisa main silat dikarenakan ayahnya yang mengajarinya langsung. Tapi bagaimana pun juga, empat orang lawan itu terlalu lihai untuk seukuran paman Tang, apalagi Tang Qian, sebentar saja dia sudah terpelanting.

Pihak Rajawali Putih memang menang jumlah, tapi ternyata empat orang lawan mereka itu lihai sekali sehingga pihak Rajawali Putih terdesak. Sedangkan pria tertua yang tadi menyebut ayah kepada sang "kepala", hanya mampu terbengong dan memandang sayu.

"Mati kau!!"

Sung Han yang bingung mau apa, karena tak bisa silat dan tak bisa membantu, menjadi kebingungan dan ketakutan. Apalagi ketika ada sebuah pedang menyambarnya dari belakang, dia memekik keras.

"Aaahhhh!!"

"Croookk!!"

Tubuh kecil itu terpelanting dan roboh dengan mandi darah. Matanya melotot dan mulutnya terbuka, membayangkan rasa sakit luar biasa. Sung Han terbalak ketika mengetahui siapa adanya orang tersebut.

"Tang Qian!!!" pekiknya histeris dan buru-buru menyambut tubuh itu.

"Tang Qian...kenapa?? Kenapa kau bodoh sekali!?" umpat Sung Han yang mulai mengangis.

"Uhuk..." dengan ekspresi yang masih sama, terbelalak kesakitan, Tang Qian memuntahkan darah segar.

Sung Han berniat menggendong gadis itu untuk dibawa ke tempat aman. Tapi tepat di depan matanya, di dalam pangkuannya, sebuah pedang meluncur deras dari atas menembus perut Tang Qian sampai menancap di pahanya.

"Tang Qiaaaaaannn!!"

Rasa sakit yang timbul dari tusukan di paha itu tak ia hiraukan, semua perhatiannya malah tertuju pada Tang Qian yang sekarat dan berkelojotan hebat. Wajahnya kian memucat dan darah mengucur deras dari perut dan mulut. Tak berselang lama, gadis itu berhenti berkelojotan bersamaan dengan melayangnya nyawa.

"Nah, kau akan menyusulnya." ucap orang yang membunuh Tang Qian dengan senyum lebar.

Saat Sung Han memandang, kiranya orang itu adalah lelaki brewok yang sikapnya beringasan tadi, yang memancing perkelahian ini. Maka tanpa rasa takut, Sung Han memandangnya tajam, sama sekali tak takut dengan pedang yang sudah tercabut dari perut Tang Qian dan sedang meluncur membacok kepalanya itu.

"Jangan bunuh anak kecil!! Hentikan semuanya!!"

Terdengar teriakan nyaring dan Sung Han merasakan ada seseorang yang mengangkatnya. Ternyata orang itu adalah orang tertua yang tadi menangisi "kepala" dalam peti. Karena menyelamatkan Sung Han, punggungnya kena gores pedang temannya sendiri.

Lalu sedetik kemudian, orang itu melemparkan Sung Han jauh ke dalam hutan seraya berseru. "Lari!!"

Ketika Sung Han melihat si brewok hendak mengejar, orang itu sudah lebih dulu menghadang. Ternyata, orang yang menjadi pemimpin para penghadang tadi bukanlah yang terkuat, justru sebaliknya. Tapi mungkin sekali karena kedudukannya yang tinggi sebagai anak dari pemilik kepala dalam peti, sehingga dia menjadi pemimpin rombongan.

Dengan pandangan nanar, Sung Han melihat mayat-mayat anggota Rajawali Putih yang bergelimpangan di sana-sini. Hanya paman Tang saja dan dua orang kawannya yang melawan mati-matian dan agaknya hampir tamat juga.

"Lari bocah!!" orang tertua dari lima orang itu kembali membentak. Kali ini mendorong Sung Han dengan hawa pukulannya untuk membuat pemuda itu menjauh.

Dengan tangis air mata dan luka dalam di hati mudanya, Sung Han tak punya pilihan lain selain lari sejauh-jauhnya. Sampai tubuh kecil yang malang itu menjauh, terdengar teriakan yang terus bergema di seluruh penjuru hutan.

"Tak akan kulupakan ini....! Tak akan kulupakan ini....! Tak akan kulupakan ini....! Akan kuingat wajah kalian....! Akan kuingat!!!"

Dia berlari tak tentu arah. Tak sadar bukannya berlari kearah Barat dimana markas Rajawali Putih berada, dia malah lari menuju Selatan yang menjadi tempat Pegunungan Tembok Surga.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

BERSAMBUNG

Chapter : 3 – Konflik

"Akan kuingat.....akan kuingat.....akan kuingat kalian semua...."

Sung Han terus berkata dengan kemarahan dan api dendam yang berkobar dalam dadanya. Walaupun seiring bertambahnya waktu tubuh mudanya itu kian melemah, tapi sinar yang menyorot keluar dari sepasang mata kuning cerah bagai cahaya rembulan itu tak pernah sedikit pun meredup apalagi melemah. Justru makin lama makin mencorong dan menajam.

Sudah seharian penuh Sung Han terus berlari tanpa tujuan yang sebenarnya dia berlari mengarah Selatan, menuju Pegunungan Tembok Surga. Siang ini, dia sampai pada sebuah hutan belantara yang banyak sekali pohon-pohon tinggi. Walau begitu, anak ini sama sekali tak punya niat untuk sekedar berteduh di bawah pohon guna memgembalikan tenaganya.

Hingga kurang lebih setengah jam kemudian, nafas Sung Han makin lemah dan jalannya mulai gontai tak karuan. Kadang ke kanan, kadang ke kiri, kadang hampir terjungkal ke belakang atau menyosor ke depan, seperti orang mabok.

Beberapa saat setelahnya, anak ini mulai merasakan kakinya gemetaran dan mulai lumpuh, nafasnya sesak sekali diiringi tubuhnya yang sakit-sakit. Dia tak paham apa maksud dari reaksi tubuhnya ini, tapi dia hanya mengikuti naluri untuk jatuh ke depan dan menutupkan mata.

"Akan kuingat....kalian....semua...." ucapnya untuk terakhir kalinya sebelum tubuhnya jatuh ke depan.

"Bruk."

Aneh dan ajaib, jika saat ini Sung Han masih sadar, agaknya bocah itu akan lari terkencing-kencing karena mengira telah bertemu setan penjaga hutan. Tapi untung bahwa keadaannya sekarang sudah pingsan, maka anak itu hanya diam saja.

Tepat saat tubuh Sung Han jatuh, tiba-tiba ada bayangan berkelebat dan tahu-tahu di situ sudah berdiri seorang pria yang melihat dari wajahnya mungkin baru berumur tiga puluhan tahun. Pria ini lekas menahan tubuh Sung Han agar tidak jatuh ke atas tanah.

Wajahnya tampan dan tenang, kulitnya putih dan berhidung mancung. Rambut panjangnya ia gelung ke atas dengan membiarkan sisi kanan dan kirinya menjuntai ke bawah di samping kanan kiri wajahnya. Di pinggangnya, nampak sebatang pedang yang berukir indah sekali. Dengan gagang berwarna hitam dan sarung hitamnya yang berukiran indah, dimana ukiran-ukiran itu berwarna merah gelap.

Pria ini memandang Sung Han penuh perhatian. "Anak yang malang...." gumamnya dengan menampakkan ekspresi yang jelas menunjukkan rasa iba.

Orang ini mengecek nadi Sung Han dan sedikit menghela nafas lega saat mengetahui bocah itu hanya kelelahan saja. Tapi dia cukup terkejut saat mengetahui ada sebuah luka tusuk di salah satu paha Sung Han.

"Hah....apa yang terjadi denganmu anak muda....?" gumamnya sambil memondong tubuh Sung Han dan dibawanya pergi seperti menghilang.

...****************...

Pusaka dan kitab Raja Dunia Silat, Sepasang Pedang Gerhana, benar-benar membikin geger dan kacau seluruh dunia persilatan. Banyak sekali partai-partai besar baik dari golongan hitam atau pun putih yang amat mendambakan dan mencari harta warisan itu.

Salah satu dari sekian banyaknya partai dunia persilatan yang mencari-cari warisan itu adalah perkumpulan Naga Hitam dan jasa pengiriman barang Rajawali Putih.

Perkumpulan Naga Hitam dipimpin oleh seorang yang bernama Giok Shi. Seorang kakek gundul yang selalu berpakaian hitam-hitam dengan sulaman naga emas di dadanya. Matanya sipit seperti orang ngantuk, tapi sejatinya dari balik mata itu menyorot sinar tajam yang mampu membuat orang lain merasa jeri.

Walaupun nama perkumpulan dan penampilan dari ketuanya nampak menyeramkan, tapi sejatinya partai Naga Hitam adalah salah satu partai golongan putih yang amat disegani. Sudah banyak tokoh-tokoh hitam yang dibuat mampus di tangan Naga Hitam. Tapi tak jarang pula yang menganggap mereka golongan sesat karena suatu hal.

Sedangkan jasa pengiriman barang Rajawali Putih, adalah sebuah jasa pengiriman yang amat terkenal dengan tanggung jawabnya. Selama organisasi ini berdiri sampai sekarang, mungkin barang-barang kiriman yang tak sampai tujuan jumlahnya tak lebih dari jumlah jari tangan kanan dan kiri.

Tapi ada juga yang menyebut mereka ini adalah sebuah perkumpulan silat, karena memang orang-orang di dalamnya lihai-lihai dan tak kalah tangguh dengan anggota partai besar sekali pun. Bahkan dibanding Naga Hitam, dapat dikatakan kekuatan mereka seimbang.

Tapi entah setan dari mana yang mengacau, dua perkumpulan ini terlibat konflik karena adanya kepala dalam peti. Karena hal itulah, maka Rajawali Putih dan Naga Hitam terus bersitegang setiap harinya.

Dan hari ini, dua puluhan orang Naga Hitam berbondong-bondong mendatangi markas Rajawali Putih untuk membuat perhitungan dengan sang ketua.

"Sie Kang, keluar kau dan tunjukkan tanggung jawabmu yang selama ini kau banggakan!!" teriak seorang paruh baya dari Naga Hitam memanggil nama ketua Rajawali Putih.

Mendengar bentakan yang sangat tidak bersahabat ini, serentak beberapa anak buah Rajawali Putih sudah melompat keluar gerbang dan menyambut tamu tak diundang ini dengan sikap tak bersahabat pula.

"Mau apa Naga Hitam kemari? Minta pertanggung jawaban? Heh, jika memang itu mau kalian, mintalah kepada orang yang mengirim kepala itu!!"

"Dan kalian pengirimnya!!"

"Goblok, kami hanya mengantar! Pengirim yang sebenarnya masih kami cari sialan!"

Saat suasana kian memanas, dari dalam markas terdengar bentakan halus tapi tegas.

"Hentikan!"

Sedetik kemudian, mereka terkejut dengan kedatangan kakek jangkung yang mengenakan jubah longgar berwarna putih bersih. Rambut serta jenggot sudah putih semua dan dibiarkan terurai lepas. Matanya memandang tajam kepada dua puluh orang tamunya ini.

"Minta pertanggung jawaban? Hei tuan-tuan, tahukah kalian siapa musuh kita yang sebenarnya?"

Dua puluh orang itu termenung sejenak, namun hanya sebentar sebelum salah seorang dari mereka menimpali. Kali ini suaranya lebih halus karena bagaimana pun juga, dia merasa segan terhadap ketua Rajawali Putih yang bernama Sia Kang ini.

"Tuan, tapi peti yang berisi kepala itu dikirimkan oleh kalian Rajawali Putih. Coba anda beri penjelasan."

"Pengirim dari barang-barang itu, serta kepala itu adalah seseorang yang berjubah lebar. Mukanya ditutup dengan cadar dan kepalanya ditutupi tudung jubah. Kami tak tahu siapa dia tapi aku yakin dia tahu akan isi dari peti itu, dan memang ingin mengadu domba kita." jawab Sie Kang tenang.

"Kira-kira siapakah yang berani mengadu domba kita?"

"Apakah kalian lupa bahwa kita ini termasuk salah satu partai yang mencari harta warisan Raja Dunia Silat sekaligus Sepasang Pedang Gerhana. Tidakkah kalian berpikir jika kita ini termasuk partai kuat dan dianggap ancaman oleh kelompok yang mengadu domba itu? Karena itulah mereka ingin membuat kita lemah."

Sie Kang yang menjelaskan panjang lebar itu didengarkan penuh perhatian. Diam-diam dua puluh orang itu membenarkan pendapat Sie Kang yang masuk akal itu, bahkan beberapa dari mereka sempat berpikir demikian.

Setelah berdiskusi dengan kawan-kawannya, pemimpin dari dua puluh orang itu berkata hormat kepada Sie Kang.

"Maafkan kelancangan kami yang berani mengganggu. Kalau begitu biarlah kami sampaikan segala ucapan dan pendapat tuan kepada ketua kami. Sekian, kami mohon diri."

Berturut-turut dua puluh orang itu pergi. Hal ini tentu mendatangkan rasa penasaran di hati anggota Rajawali Putih. Maka mereka tak tahan untuk bertanya.

"Ketua, kenapa dilepas? Mereka berani memfitnah kita!"

"Benar ketua!"

"Tenang....jika kita bertempur, maka pihak ketiga akan tertawa di akhir. Mari masuk dan lihat apa yang terjadi selanjutnya. Jangan menuruti nafsu."

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

BERSAMBUNG

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!