"Aku tidak peduli kamu mau melakukan pekerjaan apa, Mas. Yang aku tahu, kamu harus memberikan nafkah yang cukup untuk aku. Terserah kamu mau ke mana, mau merantau kek, apa kek, terserah kamu saja. Aku benar-benar sudah lelah hidup berkubang kan kemiskinan yang tiada akhir. Pernikahan kita sudah memasuki usia dua tahun, tapi tidak ada kemajuan sedikit pun yang kamu tunjukkan dari hasil keringat mu sebagai seorang suami. Kita masih saja tetap tinggal di rumah kontrakan dan untuk makan saja terkesan di irit-irit,'' Renata mengungkapkan isi hatinya kepada Seno. Malam itu, Renata merasa benar-benar sudah lelah hidup dengan Seno, lelaki yang ia terima pinangan nya dulu karena mereka memang sudah lama menjalin suatu hubungan sebagai sepasang kekasih. Dulu, saat mereka masih pacaran, Renata sangat-sangat mencintai Seno, tapi setelah menikah, rasa cinta nya itu perlahan terkikis seiring dengan Seno yang tak kunjung memberikan nya kenikmatan harta dunia yang cukup. Ia menganggap Seno tidak dapat diandalkan menjadi seorang suami.
Mendengar apa yang di katakan oleh Renata membuat hati Seno menjadi sakit. Tapi tak bisa ia pungkiri, apa yang dikatakan oleh sang istri memang benar adanya. Selama ini Seno sudah berusaha untuk membuat Renata bahagia, dengan melakoni pekerjaan apapun yang ia bisa, tapi sayang nya, rezeki yang banyak masih belum mau menghampiri dirinya. Selama ini Seno hanya bekerja sebagai kuli bangunan, gaji harian yang di dapatkan oleh dirinya hanya cukup untuk membayar kontrakan dan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Sepasang suami istri tersebut merupakan orang yang berasal dari kampung, lalu setelah menikah mereka memutuskan untuk merantau, meninggalkan kampung halaman mereka demi bisa hidup mandiri tanpa merepotkan orang tua.
Mereka asli dari Jambi, setelah menikah mereka merantau ke kota Palembang. Mereka kira hidup di kota Palembang akan mudah mendapatkan pekerjaan, tapi ternyata tidak.
''Baiklah, kalau begitu besok Mas akan merantau ke Jakarta, Dek,'' ucap Seno. Setelah berpikir beberapa saat, akhir nya ia meyakinkan dirinya untuk merantau ke Jakarta. Berharap, di Jakarta ia akan mendapatkan pekerjaan yang layak dengan gaji yang cukup besar sehingga ia bisa membahagiakan sang istri.
Seno dan Renata yang berasal dari kampung hanya bisa menyelesaikan studi mereka hingga sekolah menengah atas, mereka tidak melanjutkan kuliah, karena keterbatasan biaya. Mereka sama-sama berasal dari keluarga yang sederhana dan tidak bergelimang harta.
Tapi untuk soal wajah, mereka sama-sama rupawan. Renata memiliki paras yang cantik, begitu juga Seno, tubuhnya tinggi tegap dengan paras yang tampan. Karena mereka merupakan orang-orang tertampan dan tercantik di desa tempat mereka tinggal.
***
Setelah percakapan mereka malam itu, keesokan harinya, Seno melangkahkan kakinya keluar dari rumah kontrakan dengan ransel di punggung.
''Baik-baik kamu di sini, Mas akan selalu rutin mengirimkan kabar kepada kamu, Dek,'' ucap Seno saat dirinya dan Renata berdiri di teras rumah, Seno mengusap pucuk kepala Renata dengan lembut.
''Iya. Yang harus rutin kamu kirim itu uang, bukan kabar,'' balas Renata dengan wajahnya yang merenggut. Dirinya sama sekali tidak merasa berat melepaskan kepergian Seno ke ibukota karena ia benar-benar sudah lelah hidup miskin. Di usia pernikahan mereka yang kedua tahun, mereka masih belum di karunia seorang anak, karena Renata sendiri yang menolak untuk mempunyai anak, ia merasa belum sanggup kalau harus merawat dan membesarkan anak dengan kondisi ekonomi mereka yang masih sulit. Makanya Renata memutuskan memasang KB implan di lengannya di awal pernikahan mereka.
''Baiklah, Mas pergi,'' Seno tersenyum getir seraya mengacungkan tangannya kehadapan Renata, berharap Renata mengambil tangannya, menyalami dan mencium punggung tangannya, tapi Renata tak melakukan apapun.
''Udah, enggak usah pakai acara salam-salaman segala. Tuh tukang ojek nya udah nunggu dari tadi,'' ujar Renata seraya menunjuk ke arah tukang ojek yang sedang berada di atas motor dengan motornya yang terus menyala menunggu Seno. Tukang ojek itu akan mengantarkan Seno ke terminal.
Seno mengangguk kecil, setelah itu ia berjalan menghampiri tukang ojek dengan tangan ia lambai kan ke arah sang istri.
Seno memasang helm di kepala, ia menaiki motor setelah itu motor melaju meninggalkan halaman rumah kontrakan yang di huni nya. Ada sesak yang Seno rasakan di dada, karena ia harus berpisah sama sang istri demi mencari rezeki.
Usai kepergian Seno, buru-buru Renata masuk ke dalam rumah. Ia masuk ke dalam kamar, setibanya ia di dalam kamar, ia langsung saja mengambil ponselnya yang tergeletak di atas kasur. Lalu ia menghubungi seseorang.
''Suami aku sudah pergi. Ayo ke sini, Mas. Aku tunggu,'' ucap Renata kepada seseorang dengan senyum mengembang.
Bersambung.
Setelah melewati perjalanan yang lumayan jauh serta lumayan melelahkan, akhirnya Seno sampai di tempat tujuan.
Para penumpang lain berlomba-lomba untuk keluar dari dalam Bus yang di tumpangi, Seno masih duduk di kursinya, menunggu para penumpang yang lain sudah keluar. Ia memilih keluar paling belakangan karena ia tadi mau berdesak-desakan.
Setelah semua penumpang sudah keluar, Seno keluar dari dalam Bus, ia tersenyum lega karena kaki nya sudah berhasil menginjak tanah ibukota. Perjalanan nya dilancarkan serta tidak ada rintangan apapun.
"Alhamdulillah, ini toh rupanya bentuk Ibukota Jakarta,'' Seno mengedarkan pandangannya melihat setiap sisi Jakarta, sekarang dirinya sedang berada di terminal.
''Semoga saja di sini aku bisa mendapatkan pekerjaan yang layak dengan gaji yang cukup banyak, supaya aku bisa mengirimkan uang untuk istri ku yang ada di kampung,'' gumam Seno. Setelah itu ia berjalan, ia akan duduk sebentar untuk berpikir ke mana lagi setelah ia akan membawa langkah nya.
Rencananya Seno akan mencari kontrakan tempat dirinya tinggal di Jakarta. Di Jakarta Seno tidak punya kenalan, ia pergi ke Jakarta benar-benar hanya modal nekat, bekal pun tak banyak. Karena sang istri yang terus mendesak dirinya untuk merantau, membuat dirinya mau tidak mau harus merantau, berharap nasib baik akan berpihak padanya. Sebenarnya sudah berulangkali Renata memintanya untuk merantau, dan baru kali ini Seno menuruti perkataan sang istri, karena Seno merasa capek dan bosan mendengar rengekan dan gerutuan sang istri yang setiap malam nya hanya membahas soal perekonomian mereka yang sulit dan tidak stabil.
Hanya karena sering membahas perihal perekonomian setiap malamnya, membuat Seno tidak dapat jatah nya sebagai seorang suami pada malam hari. Sudah seminggu lamanya ia tidak menunaikan hasrat kelelakian nya kepada sang kekasih halal, bahkan malam sebelum ia merantau pun sang istri enggan untuk di sentuh, alhasil Seno hanya bisa pasrah, dirinya tidak akan memaksa kalau sang istri tidak bisa di sentuh.
***
Seno membawa langkahnya menyusuri jalanan Ibukota seraya pandangan nya sesekali menatap layar ponsel yang ia pegang. Ia melihat layar ponsel karena melihat google map sebagai petunjuk, di layar ponsel ia melihat tidak jauh dari tempat dirinya berada sekarang terdapat kontrakan, Seno akan berjalan ke sana, untuk sampai di sana Seno memilih jalan kaki, karena kalau jalan kaki hanya butuh waktu sekitar lima belas menit.
Selain melihat google map, Seno juga menunggu balasan dari sang istri, sedari ia sampai di Jakarta tadi, ia mengirimkan chat kepada Renata, memberi kabar kalau dirinya sudah sampai di Jakarta, tapi setelah beberapa menit berlalu, Renata tidak membalas pesan yang di kirim oleh nya. Padahal Renata sedang online. Lagi-lagi Seno hanya bisa bersabar dengan tingkah sang istri yang kentara sekali tidak menghargai nya serta tidak mengkhawatirkan nya.
Di tempat berbeda, saat Seno tengah menunggu balasan chat dari Renata, ternyata Renata sedang chat dengan seseorang.
[ Terimakasih Sayang, kamu memang pria yang baik dan dapat diandalkan. Nanti malam ke sini lagi, ya. Temani aku tidur, akan aku layani kamu sepuas nya sebagai ucapan terima aku untuk semua kebaikan kamu, ] senyum Renata mengembang saat menulis pesan tersebut. Lalu ia mengirim nya kepada seseorang dengan kebahagiaan yang begitu membuncah yang ia rasa. Pasalnya, orang itu telah menyuruh orang untuk mengirimkan kebutuhan pokok untuk dirinya, seperti beras, minyak goreng, telur, mie dan lain-lain. Orang yang memberikan itu adalah kekasih gelap Renata yang bernama Tomi, Tomi merupakan pria beristri yang di tempat tinggal Renata terkenal sebagai pria kaya, karena dia memiliki grosir toko sembako yang cukup besar dan memiliki cabang di beberapa tempat. Itulah alasan kenapa Renata bersedia menjalin hubungan gelap dengan Tomi, tanpa sepengetahuan Seno dan tanpa sepengetahuan istrinya Tomi.
***
Lima menit lagi Seno akan sampai di tempat tujuan, ia semakin mempercepat langkah kakinya karena dirinya ingin segera beristirahat, ia ingin segera merebahkan punggung nya yang terasa begitu pegal.
Tapi, saat ia melewati jalanan yang sepi, di depan nya ia melihat seorang wanita sedang menendang-nendang ban mobil. Wanita cantik dengan pakaian seksi.
''Duh, kok ban nya malah kempes di waktu yang tidak tepat sih? Mana aku tidak bisa mengganti dengan ban serep! Aku harus buru-buru ini, gimana nih!'' gerutu wanita itu dengan tangan berada di kepala. Seno bisa mendengar perkataan wanita itu, karena sekarang dirinya sudah mulai melewati wanita itu.
Bersambung.
"Ada yang bisa saya bantu, Mbak?'' setelah berpikir beberapa saat, akhir nya Seno memutuskan untuk menyapa wanita yang seperti tengah dalam kesulitan. Sekarang dirinya sudah berdiri di dekat wanita asing yang masih belum ia tahu siapa nama wanita tersebut.
Wanita itu menatap Seno sebentar, lalu ia menjawab.
''Em, alhamdulillah. Iya, kebetulan Mas lewat sini. Ini, ban mobil saya kempes, saya sedang butuh bantuan Mas untuk mengganti ban mobil saya dengan ban baru, apa Mas bisa bantu saya?'' jelasnya lalu bertanya.
''Insya Allah saya bisa, Mbak,'' Seno mengangguk kepala dengan seulas senyum. Seno punya pengalaman mengganti ban mobil, karena dulu ia pernah bekerja di sebuah bengkel.
''Ya udah, Mas tolong angkat ban serep nya ada di dalam bagasi. Mas tidak usah khawatir, aku akan membayar Mas dengan uang yang banyak asal Mas bisa bekerja dengan cepat, soalnya setengah jam lagi aku harus sampai di suatu tempat,''
''Baiklah,'' Seno mengangguk kecil.
Setelah itu Seno mulai melakukan pekerjaan nya, ia mengangkat ban mobil dari bagasi serta alat-alat yang di perlakukan untuk mengganti ban. Beruntungnya di dalam bagasi mobil milik wanita itu sudah lengkap dengan alat bengkel yang diperlukan kalau lagi dalam keadaan mendesak.
Keringat sudah mulai membasahi kening Seno saat beberapa menit ia mulai bekerja, wanita cantik itu berdiri di pinggir jalan di bawah pohon rindang. Sesekali ia menatap layar ponselnya dan sesekali juga ia melihat Seno yang sedang bekerja mengganti ban mobil.
''Kalau dilihat-lihat pria ini cekatan juga saat sedang bekerja mengganti ban mobil. Kira-kira apa dia sudah punya pekerjaan? Kalau belum, aku ingin menawarinya agar dia bersedia bekerja menjadi sopir pribadi aku. Aku butuh seorang sopir untuk menemani aku saat aku ingin ke mana-mana, saat aku melakukan perjalanan dalam urusan pekerjaan,'' ucap wanita itu di dalam hati seraya tersenyum kecil.
Setelah beberapa saat berlalu, akhir nya Seno selesai juga mengganti ban mobil.
''Sudah Mbak,''
''Terimakasih banyak, Mas,''
''Sama-sama,''
''Kalau saya boleh tahu nama Mas siapa?''
''Perkenalkan nama saya Seno, Mbak. Nama Mbak sendiri siapa?''
''Nama saya Saras,'' Seno dan Saras saling berjabat tangan. Bisa Seno rasakan, betapa lembut nya kulit tangan Saras, tetapi tak pernah terbesit sedikit pun rasa kagum Seno terhadap Saras apalagi berniat ingin menggoda nya, meskipun Saras begitu cantik dan seksi, tetapi Seno masih menjaga hatinya dari wanita lain, karena ia tidak mau mengkhianati Renata.
Seno menarik tangannya cepat, ia mengangguk kecil, lalu ia berpamitan kepada Saras. Seno akan segera mencari kontrakan untuk ia huni.
''Eh, Mas, nanti dulu, ini upah nya,'' ucap Saras saat Seno hendak membalikkan tubuhnya. Seno pun menoleh kembali kepada Saras, ia melihat Saras memegang uang mata merah yang cukup banyak. Uang itu Saras berikan kepadanya.
''Maaf Mbak. Saya tidak bisa menerima nya, uangnya terlalu banyak, lagian saya ikhlas membantu Mbak,'' tolak Seno begitu alus.
''Ambil saja Mas, aku ikhlas kok memberikan uang ini kepada Mas, Mas tenang saja uang ini halal hasil dari keringat saya sendiri, dan dengan uang ini Mas bisa jajan atau untuk beli rokok atau apa kek,'' Saras memaksa.
''Tidak usah Mbak,''
''Ini, ambil. Saya tidak punya banyak waktu untuk meladeni kamu,'' Saras lalu menarik paksa tangan Seno, setelah itu ia meletakkan uang bewarna merah sebanyak sepuluh lembar pada tangan Seno. Kali ini Seno tak bisa menolak, ia terbengong melihat ulah Saras.
''Oh ya, di antara uang uang itu ada kartu nama saya, kalau Mas lagi butuh kerjaan tinggal hubungi saya saja, ya. Kebetulan saat ini saya lagi butuh seorang sopir, kalau begitu saya pergi dulu,'' Saras sedikit berteriak, setelah itu mobil nya melesat pergi meninggalkan Seno yang masih tetap diam di tempat semula.
Seno berulangkali menepuk pipinya, ia juga berulangkali membalikkan uang yang ia pegang, ia tidak menyangka akan mendapatkan rezeki nomplok dari wanita cantik yang baru ia kenal.
Bahkan ia juga ditawarkan pekerjaan, Seno merasa jalan rezeki nya di ibukota di lancarkan oleh sang pencipta.
''Alhamdulillah Ya Allah,'' gumam Seno, ia menyimpan uangnya ke dalam saku celana, setelah itu ia berjalan menyusuri jalanan menuju kontrakan.
***
Di dalam mobil, seraya menyetir, Saras masih terus kepikiran dengan sosok Seno.
''Ah, aku yakin sekali dia akan menghubungi aku,'' gumam Saras percaya diri. Melihat penampilan Seno tadi, ia bisa menebak kalau Seno merupakan pria miskin dengan ekonomi bawah sekali, dari pakaian yang di kenakan oleh Seno serta sandal yang ia pakai. Sandal jepit serta pakaian yang sudah terlihat usang warnanya.
Renata memang tidak menyiapkan kepergian sang suami, selain itu, Renata juga sudah lama tidak membeli pakaian baru untuk Seno, sehingga Seno hanya memakai pakaian lama yang itu ke itu saja, hingga warna pakaian itu warna nya menjadi pudar karena sering di jemur dan di pakai.
''Dia manis juga,'' lagi-lagi Saras bergumam masih dengan pikiran tertuju kepada Seno.
Bersambung.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!