" Seperti yang sudah kita bicarakan sebelum pernikahan terjadi, setelah anak ini lahir Sheril akan melanjutkan studinya ke luar negeri dan anak ini boleh kalian ambil dan rawat dan seperti perjanjian juga kalau saat ini kamu boleh menalak anak saya." titah Wijaya pada Derel dan menyerahkan bayi yang baru saja dilahirkan oleh Sheril.
Derel mengambil bayi merah itu dengan rasa yang sangat sedih dan tangan gemetar karena dia tidak tega anak sekecil itu harus berpisah dari sang ibu tanpa pernah sekalipun bisa merasakan kasih sayang sang ibu.
Bayi kecil itu pun tidak pernah merasakan makanan terbaik untuk seorang seorang anak yang diberikan oleh ibu yang di sebut ASI.
Tapi dia harus bisa berhati besar untuk menerima keadaan dan keputusan ini karena dengan menerima perpisahan dengan Sheril itu berarti dia bisa merawat bayi mungil itu sebab kalau tidak Derel hanya tidak bisa lagi melihat anaknya walaupun dari jauh karena keluarga Sheril akan memberikan anak mereka ke keluarga mereka untuk diadopsi.
Derel dan keluarga tentu saja tidak mau karena bagaimanapun bayi kecil itu tidak bersalah dan adalah darah daging dari Derel.
" Baik Pa saya tahu mulai saat ini saya talak Sheril. Dan mulai hari ini kami resmi berpisah dan saya tidak akan mengganggu hidup Sheril tapi saya yakin kekuatan cinta kami yang akan menyatukan kami kembali ". Derel mendekap tubuh bayi kecil itu dengan penuh kasih sayang dan mencium seluruh wajah bayinya dan meninggalkan rumah sakit bersama keluarga nya.
Setelah bayi perempuan mungil itu di bawa oleh Derel dan keluarga, Sheril sadar dan langsung bertanya pada kedua orang tuanya " Pa ... Ma ... mana anak aku?".
" Anak kamu sudah di bawa keluarga mantan suami kamu yang tidak berguna itu". kata Pak Wijaya sinis.
" Mantan suami? Apa maksud Papa bicara seperti itu?." tanya Sheril pada Pak Wijaya.
" Kamu lupa perjanjian sewaktu kamu menikah dengan pecundang itu? Jika anak itu lahir maka kalian akan bercerai dan kamu harus ke luar negeri untuk melanjutkan sekolah kamu".
" Tapi Pa setidaknya aku lihat anak aku dulu, tapi aku belum sadar pun status aku langsung berubah menjadi seorang janda". Sheril menangis meratapi nasibnya yang tidak bisa melihat anaknya. Dia tidak tahu bagaimana rupa anaknya yang selama sembilan bulan ini berada di rahim nya.
" Tidak ada lagi alasan pokonya kamu harus ikuti kemauan Papa karena kemarin Papa sudah mengikuti kemauan kamu untuk kamu bisa menikah mengandung dan melahirkan anak kamu.".
" Tapi Pa...". Sheril mencoba meminta penawaran pada Pak Wijaya dan Pak Wijaya yang melihat itu langsung berkata.
" Titik tidak ada lagi tawar menawar dan semua sudah Papa urus kamu tinggal berangkat Minggu depan." Pak Wijaya juga langsung menyuruh dua bodyguard untuk menjaga kamar inap Sheril dan Pak Wijaya beserta istri meninggalkan rumah sakit.
...****************...
" Bagaimana ini Derel anak ini nangis terus". kata Ruri ibu Derel.
" Mungkin dia lapar ma?." kini Pak Rusman yang menjawab karena Derel harus fokus dengan jalan didepannya.
Ibu Ruri mendekatkan jari telunjuk nya ke bibir bayi yang belum punya nama itu dan benar saja dia seperti ingin menghisap telunjuk Ruri.
" Iya seperti nya bayi ini lapar. Kalau begitu kita singgah ke apotik dan beli susu formula".
" Iya Ma". Derel mengarahkan mobil mereka ke sebuah toko obat dan membeli sekaleng susu.
Setelah selesai membeli susu formula dia tidak lupa membeli botol susu dan juga dot untuk bayi mungil itu. Derel juga membeli popok bayi dan semua keperluan bayi sampai orang tua Derel bingung kenapa anaknya begitu tahu apa yang diperlukan oleh seorang bayi. Itu semua karena Sheril sudah mencatat semua keperluan bayi mereka dalam sebuah buku kecil karena mereka sudah menyiapkan perpisahan ini dengan matang. Karena mereka juga tahu bagaimana Pak Wijaya sangat membenci pernikahan mereka.
Derel masuk kembali kedalam mobil dan menyerahkan semua keperluan bayi mungil itu.
Derel juga menyerahkan botol susu yang siap untuk di minum oleh bayi itu dengan meminta pihak apotik membuatkannya. Setelah susu dalam botol itu habis bayi itu kembali tenang dan kembali tidur. Setelah bayi itu tidur ibu Derel langsung buka suara.
" Derel kamu harus lanjutkan kuliah kamu dan kamu harus berjuang membesarkan anak ini. Kamu juga harus buktikan pada Pak Wijaya bahwa dia sudah salah menilai kamu. Kamu tidak perlu kuatir dengan si cantik ini Mama akan menjaganya ya kan Pa?". tanya ibu Ruri pada sang suami.
" Iya Ma pasti itu dan nanti rumah kita akan ramai". Seru Pak Rusman tetap berpura-pura kuat walaupun sebenarnya batinnya menangis melihatnya nasib pernikahan anak dan cucunya yang harus hidup tanpa kasih sayang seorang ibu. Tapi seorang ayah dan kakek dia harus memberikan kekuatan kepada anak dan cucunya itu.
" Mau kamu kasih nama siapa anak kamu ini Rel?". tanya ibu Ruri.
" Aku juga belum tahu Ma". jawab Derel yang masih fokus dengan jalan didepannya.
" Bagaimana kalau kita kasih nama Deshe kepanjangan dari nama kamu dan Sheril , Derel dan Sheril. Bagaimana? ". tanya ibu Ruri pada anak dan suami nya
" Iya bagus itu Rel". kata Pak Rusman.
" Boleh Ma aku setuju karena Sheril juga melakukan ini bukan karena kemauannya sendiri tapi karena terpaksa ". terdengar suara Derel sangat berat karena harus berpisah dengan wanita yang sangat dia cintai.
" Kamu harus kuat Derel demi Deshe ". ibu Ruri mencintai menguatkan anaknya.
" Iya Bu aku tahu aku kuat kok dan aku akan kuliah sambil berusaha untuk bisa membuktikan pada Pak Wijaya kalau aku bukan pecundang seperti yang selama ini dia katakan ".
" Bagus kamu harus semangat dan motivasi dirimu untuk melakukan sesuatu untuk keberhasilan kamu".
" Semangat Papa demi Deshe ". ibu Ruri menirukan suara anak kecil seolah -olah Deshi bayi mungil itu yang berbicara.
" Iya sayang Papa akan semangat dan buat kamu bangga pada Papa ". Derel membelai lembut pipi bayi merah itu.
Bayi itu seperti tahu apa yang di rasakan sang ayah dia tersenyum seperti memberi semangat kepada sang Ayah.
" Lihat dia senyum Derel itu tandanya dia setuju kalau kamu harus semangat dan jadikan Deshe semangat kamu ".
" Iya Ma pasti itu".
" Terimakasih ya Allah karena engkau kirimkan bayi mungil ini untuk menemani hari-hari aku dan lindungilah Sheril dimanapun dia berada. Jika kami memang berjodoh dipersatukan kami kembali ". doa Derel pada sang kuasa pemilik segala alam semesta.
Tidak menunggu waktu lama akhirnya mereka sampai dirumah sederhana namun asri itu. Rumah yang tidak terlalu besar namun sangat banyak di tumbuhi dengan tanaman dan bunga -bunga yang indah.
" Ayo kita masuk ke rumah dulu dan jangan lupa turunkan semua keperluan Deshe Derel!.
" Iya Bu".
" Selamat datang di rumah Deshe. Sekarang kamu tinggal sama Papa kakek dan nenek di sini. Kamu sehat selalu ya sayang". ibu Ruri meletakkan tubuh mungil itu di sebuah box baby yang sebenarnya sudah di siapkan oleh Derel yang dipilih oleh Sheril.
" Dia tidur sangat nyenyak karena sudah tidak lapar lagi. Tapi .. kamu harus jadi ayah siaga karena dia akan terjaga kalau dia pipis pup dan juga lapar". pesan ibu Ruri.
" Iya Bu aku paham". kata Derel tersenyum karena ibunya mencoba mengingatkan kalau dia sekarang jadi orang tua.
Pagi-pagi sekali Derel sudah membersihkan pakaian Deshe dan sudah menjemur pakaian Deshe. Semua dia lakukan dengan senang hati karena sekarang prioritas utama Derel adalah Deshe.
" Wah cepat sekali kamu bagun Derel?".
" Iya Bu setelah sholat tahajud aku tidak bisa tidur lagi makanya aku nyuci baju -baju Deshe. Ibu mau sholat subuh?".
" Iya ibu mau sholat kamu sudah sholat subuh Rel?".
" Ini aku mau ambil wudhu Bu ".
" Iya sebelum Deshe keburu bangun ibu juga mau masak untuk sarapan setelah selesai sholat ".
" Iya aku juga mau kuliah Bu, nanti aku titip Deshe ya Bu ".
" Iya kamu jangan kuatir pasti ibu jaga walaupun kamu tidak minta karena bagaimanapun Deshe adalah cucu ibu".
" Terimakasih Bu mungkin kalau tidak ada ibu dan ayah aku tidak tahu harus minta bantuan sama siapa lagi untuk menjaga Deshe".
" Iya sudah kamu sholat subuh sana keburu kesiangan ".
" Iya Bu ". Derel pun kembali ke kamar untuk sholat subuh dan mempersiapkan perlengkapan kuliah nya.
Derel menang masih terbilang muda usianya baru dua puluh tahun dan sekarang sedang duduk di bangku kuliah semester awal.
Kesalahannya melakukan sesuatu yang belum waktunya membuat dia tidak bisa lagi berkumpul menghabiskan waktu dengan bersenang senang seperti kebanyakan pemuda seusia dirinya. Karena diusianya yang terbilang muda dia sudah punya tanggung jawab seorang anak perempuan lucu yang memerlukan biaya yang tidak sedikit.
Sebagai seorang Papa muda dan sebagai anak kuliahan dia harus bisa membagi waktu dengan baik. Derel juga memulai membuka usaha di bidang kuliner di sekitar kampus karena walaupun dia lelaki tapi dia sangat pintar dalam memasak. Dia juga membuka bengkel motor dan dia sekarang berkuliah di universitas ternama dan mengambil jurusan teknik mesin.
Hobi memasak dan mengotak atik mesin memang bertolak belakang namun Derel mampu menjalankannya dan bukan itu saja dia juga sekarang sedang mempelajari tentang mesin mobil karena dia juga ingin membuka bengkel mobil bermodalkan uang warisan dari sang Nenek Derel bisa mewujudkan cita-citanya untuk bisa menjadi orang sukses.
...****************...
Sepuluh tahun berlalu begitu cepat Deshe juga sudah tumbuh menjadi gadis kecil nan cantik serta pintar. Kepintaran Deshe diwarisi dari kedua orang tuanya. Wajah cantik tapi dia punya sifat tomboy ,mungkin itu karena dia dibesarkan oleh Derel tanpa bantuan seorang istri.
" Papa kita jadikan perginya?". rengek Deshe pada sang Ayah.
" Jadi dong sayang".
" Kakek dan nenek boleh ikut tidak Des?". kata ibu Ruri.
" Boleh dong Nek, emang Nenek mau ikut? Nenek kan lagi sakit".
" Iya Nenek lagi sakit jadi harus tetap dirumah kamu sama Papa saja perginya ya sayang?".
" Iya nek. Nenek cepat sembuh jangan lupa minum obat".
" Iya sayang. Cucu nenek memang pintar ".
" Bu kami berangkat dulu. Aku juga mau membicarakan tentang cabang restoran dan bengkel aku yang baru Bu ".
" Iya ibu doakan semua lancar ".
" Amin kamu pergi dulu".
" Hati-hati ".
" Aku senang melihat Derel menjadi pria dewasa yang matang serta mapan ". ucap pak Rusman.
" Iya Pak padahal dulu aku sempat berpikir apa dia sanggup membesarkan Deshe seorang diri sambil kuliah dan bekerja sekaligus. Tapi ternyata sekarang dia bisa buktikan kalau dia mampu dan sekarang dia sudah punya segalanya hanya dalam waktu sepuluh tahun".
" Iya ya Bu , coba saja kejadian itu tidak pernah terjadi pasti sekarang dia sudah bahagia dengan Sheril".
" Sudahlah Pak semua sudah terjadi seandainya mereka berjodoh mereka akan dipertemukan kembali tapi walaupun begitu aku juga siap kan Mama baru untuk Deshe". kata ibu Ruri.
" Siapa Bu. Apa ada wanita yang mau sama Derel yang punya buntut begitu".
" Ya ada lah Pak wong anak aku itu cakep dan sukses lagi siapa yang tidak mau. Hanya saja dia tidak sempat mikir masalah cinta karena sibuk kerja makanya aku carikan dia jodoh.".
" Apa dia mau?". tanya pak Rusman.
" Ya kita coba saja dulu.". kata ibu Ruri.
" Aku kok ya tidak yakin dia akan mau ya Bu?".
"Sebenarnya aku juga belum yakin tapi aku kasihan melihat Derel menjadi papa muda dan harus mengurus Deshe seorang diri Pak ".
" Iya ya Bu kita saja yang mengurus Derel berdua kerepotan. Tapi sejauh ini Derel baik baik aja Bu. Berarti dia memang tidak perlu istri Bu".
" Ohh bapak ini kita coba saja dulu. Lagian kita juga tidak tahu toh kabar Sheril. Entah juga sekarang dia sudah menikah lagi dan punya keluarga baru".
" Iya juga ya Bu".
Disebuah tempat permainan anak Deshe semangat bermain di dampingi seorang pemandu wisata anak sedangkan Derel dia masih sibuk dengan urusan pekerjaan dengan salah satu rekan bisnisnya.
Derel sering seperti ini dalam membagi waktu antara menjadi single parent untuk Deshe. Dia bekerja di tempat Deshe bermain.
" Des ... mainnya jangan jauh-jauh ya sayang".
" Iya Pa". walaupun Deshe hanya dibesarkan oleh Derel tanpa seorang ibu Deshe tidak pernah sekalipun merasa kurang kasih sayang karena Derel selalu memberikan kasih sayang yang cukup untuk Deshe dibantu oleh ibu Ruri dan Pak Rusman.
Deshe juga mandiri dan tidak cengeng dia mencoba untuk mengerti dengan keadaan Papa nya yang seorang single parent itu. Dia sadar kalau dia berbeda dengan teman nya yang lain yang punya orang tua lengkap. Walaupun terkadang rasa iri muncul pada teman -teman nya yang punya seorang Mama.
Mereka yang selalu di sisir dan rambut di ikat dengan berbagai model oleh sang Mama. Seperti saat ini Deshe sedang melihat sosok seorang ibu dan anak perempuan yang sedang bercanda dan pemandangan itu membuat hati Deshe sedih dan menitikkan air mata. Dan itu terlihat oleh Derel dan Derel langsung mendekati Deshe.
" Kamu kenapa sayang kok sedih". Derel mendekap erat tubuh Deshe.
" Aku pingin punya Mama Pa. Kayak anak itu". tunjuk Deshe ke arah ibu dan anak itu.
" Emang Mama bisa dibeli kan nggak sayang".
" Papa nikah saja sama guru Deshe ibu Mona". pinta Deshe.
" Papa tidak mau menikah lagi sayang, Papa tidak bisa membagi waktu dan cinta Papa dengan orang lain selain kamu sayang". Derel menciumi puncak kepala anaknya dengan penuh kasih sayang.
" Pa .. kalau Papa tidak mau nikah lagi bagaimana Deshe bisa dapat mama?". tanya Deshe dengan air mata yang mengalir.
" Kan sudah ada nenek sayang. Nenek bisa kamu anggap sebagai mama kamu ".
" Beda dong Pa Nenek ya Nenek Mama ya Mama ". kata Deshe mengingatkan sang Papa bahwa Nenek dan ibu itu berbeda.
" Sheril apa kamu tidak akan kembali lagi bersama dengan kami. Apa kamu tidak merindukan anak kita dia sangat merindukan sosok ibu nya sayang ". batin Derel.
" Papa kenapa Papa nangis? Maafkan Deshe ya Pa Deshe janji tidak akan minta Mama lagi". kata Deshe sambil tersenyum dan memeluk tubuh Derel erat.
" Iya sayang Papa tahu Deshe tidak bermaksud membuat Papa sedih. Sekarang kita pulang yok ! Pasti nenek sama kakek nungguin kita".
Mereka pun meninggalkan tempat bermain itu dan pulang menuju rumah mereka.
Sesampainya dirumah Derel langsung masuk ke dalam kamar dan dia membuka laci meja kerjanya dan mengeluarkan selembar foto. Foto itu adalah foto Sheril yang sedang tersenyum dan terlihat sangat cantik.
" Sayang kapan kamu pulang dan temui aku dan anak kita kami merindukan kamu. Kamu tahu sekarang anak kita sudah besar. Dia sudah pandai menuntut". gumam Derel pada foto Sheril.
" Aku bingung bagaimana cara untuk menjelaskan setiap kali dia minta seorang Mama. Pulang lah sayang kami merindukan kamu. Aku juga sudah sukses sekarang pasti Papa kamu sudah mau menyetujui pernikahan kita". Derel bermonolog pada dirinya sendiri.
Ketika Derel sedang melihat foto Sheril dia tidak sadar kalau saat itu Deshe masuk ke dalam kamar Derel. Deshe yang melihat sang ayah menangis melihat foto seseorang langsung memeluk tubuh Derel.
" Papa kenapa kok nangis dan itu foto siapa?". Deshe mengambil foto itu dari tangan Derel dan memandangi foto itu.
" Cantik" seru Deshe " Ini pacar Papa?". tanya Deshe pada Derel.
" Deshe sini nak Papa mau beritahu kamu sesuatu". Derel menepuk kasur yang kosong disebelahnya untuk memberikan tempat pada Deshe duduk disampingnya.
" Ada apa Pa seperti nya Papa mau bicara serius?". tanya Deshe bingung karena untuk pertama kalinya Derel berbicara seserius ini pada dirinya
" Sayang kamu tahu siapa yang ada dalam foto ini?". tanya Derel serius.
Deshe hanya menggeleng pelan tanda kalau dia memang tidak tahu siapa wanita yang ada dalam foto itu.
" Dia ini Mama kamu". kata Derel.
Mendengar itu Deshe bukan nya senang dia malah sangat marah
" Jadi selama ini Papa nyimpan foto Mama dan tidak pernah menunjukkan foto ini pada Deshe ".
" Sekarang mana Mama Pa kita harus ketemu sama Mama ".
" Tidak bisa sayang karena mama jauh dia ada di luar negeri ".
" Jadi Mama ninggalin kita dan tidak mau sama kita Pa?".
" Mama punya alasan untuk itu sayang. Dia pasti merindukan kita dan dia akan mencari kita sayang ". Derel mencoba menjelaskan.
"Tidak Mama itu jahat Mama tidak sayang sama aku dia sudah pergi tinggalkan kita , Deshe benci Mama hiks hiks hiks ".
" Sayang jangan nangis ya nanti kamu juga tahu kenapa Mama tinggalkan kita. Itu bukan karena Mama sengaja tapi karena ada sesuatu hal yang mengharuskan Mama untuk pergi".
" Papa bohong sama Deshe ". Deshe pergi ke kamarnya dan menangis karena yang dia menganggap Mama nya tidak menyayanginya.
...****************...
Dirumah kediaman keluarga Wijaya ternyata Sheril sudah pulang dari luar negeri.
" Pa aku sudah menyelesaikan tugas aku untuk menjadi seorang sarjana lulusan dari universitas terkemuka di Inggris dan ini aku serahkan kertas ijazah dengan nilai terbaik. Tugas aku selesai! ". Sheril meletakkan ijazah itu didepan Pak Wijaya.
" Iya dan sekarang kamu harus berkerja di perusahaan Papa dan menjadi CEO di sambil menunggu adikmu Angga pulang untuk mengganti kan posisi Papa sebagai owner".
" Tidak Pa aku tidak mau sekarang aku ingin mencari keberadaan anakku." Sheril menolak permintaan dari sang ayah.
" Jangan pernah membantah Papa, kalau kamu tidak mau menjalankan perintah Papa... Papa pastikan kamu tidak akan bisa bertemu dengan anak kamu selamanya." kata pak Wijaya penuh penekanan.
Perintah Pak Wijaya bagaikan titah seorang raja yang tidak bisa di tentang jika berhadapan dengan pak Wijaya jangankan untuk menang seri saja itu hanya mimpi.
" Papa egois Papa jahat memisahkan ibu dan anak secara paksa dan tanpa aku tahu bagaimana rupa anak aku".
" Sudah jangan membantah Papa juga sudah siapkan calon suami untuk kamu dan kamu bisa punya anak lagi dari dia ". kata Pak Wijaya.
" Aku tidak mau menikah dengan siapa pun terkecuali dengan Derel titik". tangisan Sheril pecah.
" Pa ... kamu mau nikahkan sama siapa lagi putri kita ? Kasihan dia sudah cukup Pa kamu siksa dia secara batin. Papa pisahkan dia dari anak dan suaminya ". kata ibu Ratna mama Sheril.
" Sejak kapan kamu berani membantah keputusan aku Ma?".
" Anak kita bukan robot yang harus selalu dibawah kendali kamu Pa!."
" Sudah jangan banyak protes atau akan aku lakukan yang lebih kejam lagi pada Sheril kalau sampai dia tidak menuruti kemauan Papa." ancam Wijaya pada Ratna sang istri.
" Papa selalu begitu tidak pernah mau menjaga perasaan orang lain ." Ibu Ratna meninggalkan Wijaya yang tidak perduli dan terus menikmati makanannya.
Ratna masuk ke dalam kamar Sheril " Sudah sayang kamu jangan nangis terus kamu bisa kok cari anak kamu secara diam-diam tanpa Papa kamu tahu". Ratna menyarankan itu agar Sheril bisa lebih tenang.
" Iya tapi Mama kan tahu bagaimana Papa, Papa akan selalu menyuruh orang untuk memata-matai aku".
" Pokonya Mama selalu mendukungmu dan mencari bukan berarti kamu harus keluar rumah kan?." kata Ratna pada Sheril.
"Bagiamana caranya kalau aku tidak keluar rumah Ma?."
" Bisa dari sosial media misalnya ". kata Ranta.
" Aku sudah melakukan itu Ma dari dulu bahkan aku tidak pernah mendapatkan nya. Sepertinya Papa sengaja menyewa orang untuk mengunci akses aku ke Derel Ma". kata Sheril menangis dipangkuan sang Mama.
" Iya memang Papa kamu selalu begitu untuk menjaga keluarganya walaupun terkadang caranya berlebihan dan cenderung salah." kata Ratna.
" Aku rindu anak aku Ma".
" Iya sayang Mama tahu".
" Bagaimana caranya untuk melunakkan hati Papa Ma?".
" Sayang Mama juga tidak tahu tapi percayalah jika jodoh kamu dan Derel pasti bertemu. Mama yakin itu sayang."
" Tapi kapan Ma? Tunggu aku dan Derel tua atau mati?". kata Sheril dengan suara keras.
" Sayang kamu tidak boleh berbicara begitu percaya kekuatan cinta bisa mengalahkan segalanya. " Ratna mencoba menenangkan anak perempuan kesayangan nya itu.
" Sudah sekarang kamu ikuti saja omongan Papa kamu , mudah -mudahan dengan kamu banyak bertemu dengan orang banyak kamu bisa bertemu dengan Derel dan anak kamu". Ratna memeluk tubuh Sheril.
" Iya ma aku akan coba walaupun ini sangat berat padahal kalau Papa mau , mungkin satu jam saja Papa bisa mendatangkan Derel di depan ku. Tapi sepertinya aku harus bertindak dan saatnya melawan Papa ".
" Sayang melawan Papa dengan kekerasan itu sama dengan kamu menggali lubang yang lebih besar lagi untuk kamu tidak bisa bertemu dengan Derel ".
" Maksud Mama?". Sheril tidak mengerti.
" Kamu tahu Papa sebenarnya Papa itu baik dia hanya kecewa pada kamu dan Derel yang membuat kesalahan sampai kamu hamil di luar nikah. Kamu tahu sendiri bagaimana dulu Papa sangat menyayangi dan mempercayai kamu sampai Papa membebaskan kamu bergaul dengan siapa saja. Tapi semua itu kamu balas dengan mencoreng wajah Papa dengan arang dan melempar kotoran ke wajah Papa. Itu sebabnya Papa marah. Kamu tahu selama sepuluh tahun terakhir ini Papa sangat menjaga adik kamu Angga sampai dia tidak bisa berteman dengan sembarang orang. Jadi kamu juga jangan egois Sheril kamu tidak lihat Angga sekalipun ia tidak pernah bisa bebas". jelas Ratna pada sang anak.
" Iya Ma aku juga kasihan sama Angga karena aku dia tidak bisa bebas menikmati masa remaja nya ". kata Sheril yang mengingat nasib adiknya lebih tragis dari dirinya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!