Indonesia 23:00 wib.
Suasana pada sebuah tempat di pinggiran kota sangat mencekam, angin berhembus dengan sangat kencang, semua pepohonan seakan melambai-lambai dan menari-nari mengikuti arus gelombang angin, derasnya hujan membuat orang sulit untuk melakukan aktivitas di luaran.
"Dady, apa yang harus kita lakukan ?". Tanya salah seorang anak lelaki yang berusia 10 tahun.
"Jangan khawatir, kita pasti bisa selamat". Jawab orang yang dipanggil Dady oleh anak lelaki itu.
Sementara tak jauh dari mereka sekelompok orang tersenyum menyeringai melihat ayah dan anak yang sudah tidak berdaya lagi.
"Kalian tidak akan bisa kabur, sekarang lebih baik kalian bersiap-siap untuk mati". Ucap salah seorang lelaki yang berada tepat di hadapan anak dan ayah itu.
"Kami tidak akan mati, tapi kaulah yang akan mati...". Teriak anak lelaki itu.
"Wow, aku tidak menyangka kalau putramu sangat berani". Ucapnya pada sang ayah.
Ayah lelaki itu melihat orang yang mengepung mereka dengan tatapan tajam, jika saja dia tidak bersama dengan putranya mungkin dia sudah menghabisi mereka semua, tapi mengingat nyawa putranya yang lebih berharga membuat ia tetap diam dan berusaha mencari celah.
"Boy, dengarkan Dady, kau harus lari ok". Bisik ayahnya pada putranya.
"No Dady, aku tidak mau meninggalkan Dady sendiri". Tolaknya.
"Dady, akan baik-baik saja, Dady janji akan menjemputmu saat keadaan sudah lebih baik". Ucap ayahnya meyakinkan putranya.
"Tapi Dady, bagaimana dengan Dady?". Tanya anak lelaki itu dengan polos.
"Percaya sama Dady, kita akan baik-baik saja nanti".
Anak lelaki itu hanya bisa pasrah, ia juga tidak bisa berbuat apa-apa mengingat keadaan sekarang, usianya yang baru 10 tahun membuat ia harus menjauh dari rombongan orang-orang yang berusaha mengincar nyawanya dan juga ayahnya.
"Baik Dady".
Ayahnya tersenyum lembut menatap putranya, sebenarnya ia tidak rela melepas putranya, tapi apa boleh buat hanya dengan cara seperti itu ia bisa melawan semua orang yang berniat ingin menghabisinya dan menyelamatkan putranya.
"Ingat untuk jangan melepas cincin yang Dady berikan, Dady janji akan segera menjemputmu nanti". Ucap ayahnya kembali.
Anak lelaki itu kembali mengangguk.
Setelah itu ayahnya langsung mengalihkan perhatian orang-orang yang menghadang mereka, dan pada kesempatan itu bocah lelaki tersebut langsung berlari menjauh meninggalkan ayahnya menghadapi orang-orang tersebut.
Salah seorang lelaki yang menyadari pergerakan anak lelaki itu langsung memerintahkan beberapa orang untuk mengejarnya.
"Kejar dia...." Teriak salah seorang lelaki.
"Lari nak...., lari sejauh mungkin....". Teriak ayahnya.
Bocah lelaki itu terus berlari dengan sekuat tenaga, ia terus menerobos derasnya hujan dan kencangnya angin, dengan sekuat tenaga anak lelaki itu mengindari kejaran pria-pria dewasa yang mengejarnya.
Anak lelaki itu langsung memasuki gelapnya hutan untuk menghindari orang-orang yang mengejarnya, ia bahkan tidak memperdulikan luka goresan yang terus mengenai kulitnya lagi.
Saat sudah merasa kelelahan anak lelaki itu melihat kebelakang, tatapannya hanya bisa melihat kegelapan saja, karena ia memang berada di tengah-tengah hutan yang lebat.
Sesaat anak lelaki itu beristirahat untuk memulihkan tenaganya lalu ia melanjutkan langkahnya kembali untuk keluar dari hutan itu.
Keadaan cuaca yang sangat buruk di tambah hutan yang lebat membuat anak lelaki itu sulit untuk menemukan jalan keluar, walau begitu ia tetap berusaha.
Anak lelaki itu hanya bisa meraba-raba tempat yang akan ia lalui karena keadaan yang benar-benar sangat gelap.
Setelah menempuh perjalanan 7 jam barulah anak lelaki itu bisa keluar dari hutan lebat itu, ia benar-benar sangat lelah karena berjalan semalaman.
Tubuh anak lelaki itu langsung tumbang begitu ia melihat jalan yang tidak jauh dari hutan tersebut, ia sudah tidak sanggup lagi berdiri karena luka-luka yang berada di sekujur tubuhnya, dan pada saat itu matanya juga ikut terpejam.
"Ayah....ayah..., Ada orang pingsan". Teriak seorang anak perempuan berusia 5 tahun.
"Ada apa Celsi". Tanya Sang ayah yang bernama Wira.
"Ayah apa dia tertidur ?". Tanya Celsi dengan polos.
Wira kemudian langsung melihat ke arah yang ditunjuk oleh putri kecilnya, ia sangat terkejut mendapati seorang anak lelaki yang tergeletak.
Dengan cepat Wira langsung memeriksa anak lelaki itu, karena ia merasakan jika anak lelaki itu masih bernafas ia segera mengangkat tubuh anak lelaki itu.
"Celsi, kau bisa berjalan sendiri kan?". Tanya Wira pada putrinya.
Hummm...jawab Celsi sambil mengangguk.
"Baiklah, pegang baju ayah, agar kau tidak tertinggal". Ucap Wira kemudian.
Dengan cepat ia langsung meraih baju ayahnya dan mengikuti langkah Wira.
Wira langsung membawa anak lelaki itu ke rumahnya, dengan cepat ia langsung mendorong pintu.
Ibu Celsi yang bernama Dini langsung menoleh saat mendengar seseorang membuka pintu dengan kasar.
"Siapa yang kau bawa ini". Ucap Dini dengan sedikit terkejut karena suaminya pulang bersama dengan seorang anak lelaki yang tampak memprihatinkan.
"Aku tidak tau, aku menemukannya di pinggir hutan". Jawab Wira.
Wira segera membawa anak lelaki itu ke sebuah kamar tamu yang ada di rumahnya.
"Panggilkan dokter". Ucap Wira pada istrinya.
Dini segera menghubungi dokter, tidak lama dokter langsung tiba.
Dokter tersebut langsung memeriksa keadaan anak lelaki itu dan memberi obat pada setiap luka goresan yang ada di sekujur tubuhnya.
Celsi hanya diam dan duduk di samping anak lelaki itu, ia terus memperhatikan wajah anak lelaki itu dengan seksama.
Saat anak lelaki itu membuka matanya, Celsi langsung berteriak memanggil ayah dan ibunya.
"Ayah..., Ibu...., Dia sudah sadar". Ucap Celsi dengan berteriak.
Mendengar suara melengking putri kecil mereka Dini dan Wira langsung menghampiri, di sana mereka langsung melihat anak lelaki itu yang sudah sadar.
"Kau sudah sadar?". Tanya Wira.
Anak lelaki itu hanya mengangguk menanggapi perkataan Wira.
"Siapa namamu?, Apa kau bisa bahasa Indonesia?". Tanya Wira kemudian.
Wira yang menanyakan hal tersebut karena ia melihat wajah tampan anak lelaki itu yang tidak seperti orang Indonesia, atau bisa dibilang lebih mirip turis, tapi rambut anak lelaki itu warna hitam, jadi Wira bisa simpulkan kalau anak lelaki itu adalah blasteran.
Anak lelaki itu hanya mengangguk kembali, ia tidak menjawab pertanyaan Wira, tapi ia mengakui kalau ia bisa bahasa Indonesia.
"Kakak, kakak, siapa nama kakak?". Tanya Celsi dengan suara imutnya.
Anak lelaki itu langsung melihat kearah Celsi, ia bisa melihat anak yang sangat imut dan tersenyum menatap dirinya.
Dini dan Wira meninggalkan anak lelaki tersebut karena sejak tadi ia hanya diam saja, tapi Celsi tetap berada di sana.
"Kakak, sebutkan nama kakak, agar Celsi bisa dengan mudah memanggil kakak". Celoteh Celsi.
Anak lelaki itu hanya diam, ia tidak berniat menjawab ucapan Celsi, namun Celsi selalu berbicara terus menerus bahkan celsi juga bercerita banyak hal.
Sesekali anak lelaki itu tersenyum mendengar celotehan Celsi.
"Kemarin Celsi digigit semut, sakit....". Ucap seksi.
"Celsi tidak menangis, tapi Ayah bilang kalau Celsi menangis karena air mata Celsi yang keluar". Celotehnya kembali.
Anak lelaki itu hanya diam dan terus mendengarkan celotehan Celsi.
Sesekali anak lelaki itu terkekeh melihat Celsi.
"Kakak tidak menyebutkan nama, jadi Celsi akan panggil dengan sebutan kakak Hans". Ucap Celsi.
Anak lelaki itu hanya menautkan kedua alisnya mendengar nama yang Celsi berikan.
"Kak Hans....". Teriak Celsi dari dalam rumah.
Orang yang dipanggil Hans oleh Celsi langsung menoleh dan melihat Celsi yang berdiri di ambang pintu belakang.
Anak lelaki yang dipanggil Hans oleh Celsi sekarang ini sudah mulai akrab dengan Celsi, karena dia sudah tinggal di keluarga itu selama 4 hari, orang tua Celsi juga memanggilnya dengan sebutan Hans.
Celsi langsung berlari menghampiri Hans.
"Kakak mau kemana?". Tanya Celsi sambil mendongakkan kepalanya melihat wajah Hans yang kalah tinggi dengannya.
"Kakak hanya ingin ke taman". Jawab Hans.
"Celsi ikut". Rengek Celsi dengan manja.
Hans kemudian langsung mengangguk, ia langsung menggandeng tangan mungil Celsi untuk berjalan beriringan dengannya.
"Kak Hans, orang mana?, Ibu bilang kakak bukan orang sini?". Celoteh Celsi.
"Kakak orang luar negri". Jawab Hans.
"Luar negri itu dimana kak?".
"Luar negri itu tempat yang sangat jauh...". Jawab Hans kemudian.
"Sejauh mana?". Celoteh Celsi kembali.
Hans tampak bingung untuk menjawab pertanyaan polos Celsi, ia kemudian langsung memiliki ide cemerlang.
"Sejauh ini.....". Ucap Hans sambil merenggangkan kedua tangannya.
Celsi melihatnya dengan menganga saat Hans merentangkan kedua tangannya, lalu kemudian ia tertawa saat Hans tiba-tiba menggelitiknya.
"Kakak hentikan". Pekik Celsi saat Hans terus menggelitiknya.
Hans kemudian langsung mengehentikan kegiatannya, karena ia melihat Celsi sudah kewalahan.
"Kak Hans, kenapa kakak sangat tampan ?". Tanya Celsi dengan polosnya.
"Hemmmm, kakak tidak tau ?" Jawab Hans.
"Kalau kakak tampan nanti banyak yang naksir". Celoteh Celsi tanpa henti.
Hans menatap Celsi dengan bingung.
"Di sekolah Celsi, ada orang tampan, lalu banyak cewek-cewek langsung mendekatinya". Jelas Celsi kembali.
Sesekali Hans hanya terkekeh mendengar celotehan Celsi.
"Lalu apa hubungannya dengan kakak ?". Tanya Hans sambil menahan senyumnya melihat Celsi yang terus mengoceh panjang lebar.
"Kakak tidak boleh suka sama cewek lain". Jawab Celsi polos.
"Kenapa?" Tanya Hans bingung.
"Karena kakak milik Celsi". Jawab Celsi dengan tegas.
Hans terkesiap mendengar jawaban Celsi yang seperti mengatakan kau ia suka Hans.
"Hey, dari mana kau belajar semua itu?". Tanya Hans kemudian.
"Tidak ada, Celsi hanya tidak ingin kakak dekat-dekat dengan orang. Yang boleh dekat kakak hanya Celsi". Jawab Celsi.
Hans kemudian menatap mata Celsi yang indah, ia langsung berjongkok di bawah Celsi karena Celsi duduk di kursi.
"Kakak hanya akan milik Celsi seorang". Ucap Hans kemudian.
"Benarkah?". Ucap Celsi kegirangan.
"Tapi bagaimana Celsi bisa tau?". Ucap Celsi polos.
Hans berpikir sejenak memikirkan kata-kata apa yang cocok untuk anak usia lima tahun agar percaya dengan ucapannya.
"Apa Celsi bisa melihat itu?". Tanya Hans kemudian.
Hans langsung menunjuk bayangan celsi
Celsi langsung Meliah ke arah yang ditunjuk oleh Hans.
"Itu namanya bayang, jika Celsi melangkah maka bayangan Celsi akan mengikuti Celsi kemanapun". Jelas Hans.
"Jadi kakak akan selalu ada di dalam bayangan Celsi dan tidak akan ada yang bisa mengambil kakak dari Celsi". Lanjutnya kembali.
Celsi hanya mendengarkan perkataan Hans, setelah itu ia langsung berjalan dan melihat bayangannya sendiri.
"Apa kakak akan ada disitu?". Tanya Celsi polos. Sambil menunjuk bayangannya sendiri.
Hans mengangguk menjawab pertanyaan Celsi.
"Yeeee..., Kak Hans akan mengikuti Celsi kemampuan". Ucapannya kegirangan sambil berlari-lari dan sesekali melihat bayangannya.
"Kak Hans, apa kakak akan ada setiap Celsi panggil?". Tanya Celsi kembali.
"Tentu saja kakak akan selalu datang setiap Celsi memanggil kakak, Celsi hanya cukup melihat bayangan Celsi saja dan pada saat itu kakak akan hadir". Ucap Hans kemudian.
Celsi sangat senang mendengar ucapan Hans, ia langsung tertawa dan tersenyum senang.
Melihat Celsi Yang sangat bahagia membuat Hans juga ikut bahagia.
......
Genap satu Minggu Hans tinggal di kediaman Celsi, dan hari ini ia sudah di jemput oleh seseorang untuk kembali ke negaranya new York.
Sementara Celsi menangis dengan histeris karena tidak rela jika hans pergi.
Celsi tidak rela kalau Hans jauh darinya, ia sudah sangat dekat dengan Hans walau hanya dalam tujuh hari, karena setiap malam ia selalu tidur di samping Hans, Hans juga memperlakukan Celsi dengan sangat baik sehingga membuat hubungan mereka juga menjadi sangat baik.
"Sayang kak Hans harus pulang". Ucap Wira memberi pengertian pada putrinya.
Wira terus berusaha memberi pengertian pada putrinya agar bisa membiarkan Hans untuk pergi, karena bagaimanapun juga Hans bukan orang Indonesia dan pada suatu saat nanti dia juga akan meninggalkan mereka
"Tidak, kak Hans tidak boleh pergi, kak Hans........hiks...hiks.....". Tangis Celsi membuat orang yang mendengarnya juga ikut sedih.
Dini juga mencoba membujuk putrinya agar bisa tenang, sebenarnya mereka juga sudah sangat dekat dengan mereka walau Hans tidak banyak bicara tapi pada putri mereka Hans selalu hangat, kerena itu dini juga sangat senang menerima kehadiran Hans di rumah mereka.
Sementara Hans menatap Celsi dengan iba, ia juga sudah sangat dekat dengan Celsi, karena itu dia juga sangat berat berpisah dengan Celsi.
"Celsi, kakak harus pergi. maafkan kakak". batin hans
Namun dengan sangat berat Hans harus tetap pergi karena itu bukan negaranya, ia harus pulang ke tempat asalnya.
"Kakak......". Teriak Celsi dengan kencang saat hans berjalan menjauhinya.
Hiks...hiks..
"Kakak jangan tinggalin Celsi". Isak nya dengan kencang.
Hans semakin tidak tega melihat Celsi, yang menangis sampai membuat mata indahnya menjadi sangat merah karena menangis.
Namun kemudian Hans langsung mempercepat langkahnya sampai ke mobil yang sudah menunggunya sejak tadi.
Melihat Hans yang sudah masuk mobil dini dan juga Wira segera membawa Celsi masuk kedalam rumah.
"Kak Hans....., Kakak tidak boleh pergi...., Kakak harus sama Celsi..., Hiks...hiks...". Isak Celsi saat sudah sampai di dalam rumah.
Selama seminggu Celsi selalu murung, ia bahkan sangat jarang makan, dini dan Wira sangat cemas Melihat keadaan putri semata wayang mereka.
"Jika Celsi tidak makan nanti kak Hans nya tidak datang". Ucap dini membujuk putrinya agar mau makan.
Mendengar perkataan dini Celsi langsung membuka mulutnya untuk makan, dini sangat senang karena sekarang Celsi sudah mau makan, walau ia harus berbohong.
Setiap hari Celsi akan selalu pergi ke taman belakang dan memandangi bayangannya sendiri.
Wira yang setiap hari melihat putrinya terus berbicara pada bayangannya sendiri merasa kwartir, namun karena istrinya yang mengatakan kalau Celsi baik-baik saja membuatnya sedikit tenang.
"Kakak Hans harus datang, sekarang Celsi panggil kakak". Celoteh Celsi pada bayangannya sendiri.
"Kakak tau, tadi di sekolah Celsi di ganggu,". Celotehnya kembali.
Setiap hari Celsi tidak pernah absen untuk selalu mengajak bayangannya sendiri untuk berbicara.
Jakarta...
15 tahun kemudian.
Seorang gadis cantik sedang terburu-buru memaki bajunya, ia memilih mengenakan celana jins dan baju kaos tidak lupa dengan tas selempang yang selalu ia bawa, ia menatap dirinya di pantulan cermin yang sudah retak dan terlihat usang karena sudah dimakan usia.
"sekarang penampilanku sudah sempurna". Ucapannya pada bayangan dirinya sendiri yang terlihat di cermin.
Setelah ia merasa penampilannya sudah cukup, ia segera meraih sepatu dan berlari keluar sambil memakai sepatunya.
saat pintu tertutup seorang ibuk- Ibuk sudah meneriakinya.
"mana janjimu....". Teriak wanita yang bertubuh gendut padanya.
Mendengar teriakkan itu wanita cantik itu bergegas kabur, ia langsung berlari meninggalkan rumahnya, ia yakin Ibuk itu tidak akan bisa mengejarnya karena tubuhnya yang gendut membuat ia tidak bisa berlari, jangankan berlari untuk berjalan saja ia susah, itu adalah pikir wanita cantik itu.
Wanita cantik itu segera menyetop sebuah angkot yang melintasinya, melihat angkot yang berhenti wanita itu segera naik dan duduk diantara para penumpang yang lain.
Wanita itu mendesah kasar saat angkot bergerak, bagaimana tidak tumbuhnya diapit oleh dua orang ibu-ibu yang membawa banyak belanjaan sayur, bau sayur dan ikat yang menyengat membuat orang ingin muntah, tapi wanita itu harus bisa menahannya.
Sebenarnya bisa saja wanita itu menggunakan ojek tau yang lainnya, tapi mengingat ongkos angkot yang lebih murah membuat ia harus bisa menahan pengap serta bau di dalam angkot, tidak jarang ia juga harus berebut tempat duduk dengan orang lain.
Setelah sampai tujuan wanita itu bergegas keluar, ia kembali terburu-buru menemui salah seorang temannya yang sudah menunggunya sejak tadi.
Saat sudah sampai ia langsung duduk di hadapan teman-temannya sembari mengatur nafasnya yang ngos-ngosan akibat berlari.
Setelah ia merasa lebih baik barulah ia berbicara.
"Katakan padaku apa yang harus aku lakukan sekarang?". Tanya seorang wanita cantik pada temannya.
"Ya ampun Celsi, apa semua harus aku katakan?". Kesal ana temannya Celsi.
wanita cantik itu tidak lain adalah Celsi sendiri.
"Kau ini, bukannya memberi solusi tapi malah membuatku pusing". Jawab Celsi dengan kesal pula.
Ana mendesah kasar saat melihat Celsi yang mulai cemberut akibat ulahnya.
"Baiklah, lebih baik kau ikut bekerja denganku saja". Ucap ana.
Celsi memang pusing, pasalnya ia sudah tamat SMA dan ia ingin bekerja, sebenarnya ia ingin melanjutkan pendidikannya, namun apalah daya. Keadaan menuntutnya untuk bekerja agar bisa makan.
"Sepertinya memang tidak ada pilihan, aku juga harus bekerja, lagian untuk seorang wanita yang hanya tamatan SMA bisa apa". Keluh Celsi.
Ana ikut sedih mendengar ucapan Celsi, dulu sewaktu Mereka masih SPM, hidup Celsi baik-baik saja bahkan Celsi memiliki semua yang ia inginkan tapi sekarang keadaan Celsi benar-benar berbanding terbalik.
Celsi membuang nafasnya dengan kasar, ia menatap ana dan tersenyum padanya.
"Aku akan bekerja keras sekarang". Ucap Celsi memberi semangat untuk dirinya sendiri.
Ana menatap Celsi dengan ekspektasi yang tidak bisa diartikan. Walau begitu Celsi terlihat biasa-biasa saja.
"Sekarang katakan, kapan aku mulai bisa bekerja?". Tanya Celsi kemudian.
"Besok kau datanglah, aku akan mengatakan pada bos ku tentangmu nanti". Jelas ana.
Celsi langsung mengangguk menanggapi perkataan temannya. Ia kemudian langsung mengirup aroma lemon tea yang ada di atas mejanya.
Celsi dan ana memang berada pada sebuah kafe yang berada di pinggiran kota.
Saat sedang asik menikmati minuman masing-masing tiba-tiba saja mereka difokuskan dengan obrolan salah seorang pengunjung.
"Aku dengar seorang Milyarder akan datang ke Indonesia". Celoteh salah seorang pengunjung pada temannya.
"Apa benar?". Tanya temannya tak yakin.
"Iya, dari yang aku dengar dia adalah orang terkaya nomor satu di dunia, dan dia masih muda dan masih lajang". Jelasnya kembali.
"Benarkah, kalau saja aku punya kesempatan bertemu dengannya, aku akan menculik dan menjadikan dia milikku". Jawabannya kemudian.
Celsi dan ana yang mendengar celotehan mereka merasa merinding sendiri, mereka berdua langsung saling tatap lalu kemudian langsung tertawa bersama.
Semua pengunjung langsung menatap Celsi dan ana yang tertawa termasuk dua pengunjung tadi.
"Upsss". Ucap kedua barengan dengan menutup mulut keduanya.
Melihat tatapan tidak suka dari pengunjung lain, Celsi dan ana langsung meraih tasnya dan bergegas meninggalkan cafe itu.
Saat sudah sampai diluar tawa keduanya langsung pecah, bahkan mereka memegang perut mereka sendiri karena sakit akibat tertawa terbahak-bahak.
"Apa kau dengar tadi, dia bilang akan menculiknya". Ucap ana di sela-sela tawanya.
Hahahaha.
"Dan kau ingat, saat wanita itu bilang, dia kan menjadikannya miliknya". Timpal Celsi kemudian.
Mereka kembali tertawa sepuasnya.
"Aku rasa dia tidak sadar, jangankan menculiknya, menatapnya saja dia pasti tidak akan bisa". Ucap ana.
"Kau benar, orang kaya pasti akan dijaga ketat agar tidak ada parasit yang menempel". Timpal Celsi.
"Sudah, sudah, perutku sudah sangat sakit". Sela ana.
Celsi dan ana menarik nafasnya dengan pelan agar tidak tertawa lagi.
"Oh tidak, aku sudah terlambat". Panik ana saat melihat jam yang melingkar di pergelangan tangannya.
"Pergilah cepat". Ucap celsi
Ana segera pergi menaiki taksi agar cepat sampai di supermarket tempat ia bekerja.
Sementara Celsi menelusuri jalanan karena bingung harus kemana.
"Cek, sekarang aku harus kemana". Pikir Celsi.
"Jika aku kembali ke kontrakan, aku akan di hadang oleh gentong yang selalu minta di isi tiap bulan". Gumamnya kemudian.
Gentong yang Celsi maksud tidak lain adalah ibu kontrakan yang tubuhnya sangat gendut, dan yang ia maksud menghadang karena Celsi sendiri belum membayar uang sewa kontrakan, jadi ibu kontrakan itu selalu menangih saat melihat Celsi.
Celsi menendang kaleng yang ada didepannya dengan frustasi, ia benar-benar bingung harus kemana.
Saat Celsi melihat taman tidak jauh dari tempatnya berjalan ia segera menghampiri taman tersebut, ia memilih duduk di salah satu kursi kosong yang ada di sana.
Celsi menatap bayangan yang ada di depannya, jika ia sedang frustasi ia selalu menatap bayangannya sendiri karena itu akan membuatnya tenang.
Celsi terfokus pada bayangannya tanpa memperdulikan sekelilingnya, saat ia menatap nalar bayangannya sendiri ia dikejutkan dengan bayang seseorang yang menutupi bayangannya.
Wajahnya langsung merah saat bayangannya tertutupi, ia tidak suka jika seseorang menutupi bayangannya.
Celsi langsung berdiri dan menatap punggung seorang pria bertubuh tinggi dengan setelah jas.
"Beraninya kau....". Geram Celsi dengan mengepalkan tangannya.
Celsi kemudian langsung berteriak pada pria itu.
"Hey....". Teriak Celsi dengan kencang.
Pria yang mendengar teriakan Celsi segera menoleh, ia langsung menatap Celsi dengan tajam.
Celsi yang melihat wajah pria itu menjadi sangat terkejut, mulutnya bahkan terbuka matanya membesar saat menatap pria itu.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!