Neli Puspita adalah sosok gadis sederhana yang lahir dari keluaraga sederhana pula. Ia hidup berdua dengan ibunya setelah kepergian ayahnya kepangkuan pemilik takdir beberapa tahun yang lalu.
Kaisar Samudra pria tampan yang selalu menjadi pusat hidup bagi Neli. Entah mengapa gadis itu begitu menyukai Kaisar sejak bertahun-tahun lamanya.
"Kau tak pantas untuk menyukai." Kaisar selalu berkata pedas pada Neli, tapi sungguh Neli tidak terpengaruh sama sekali.
"Ah, Kai aku hanya mencintaimu dan tengah memperjuangkan cintaku, pantas atau tidak aku mencintaimu aku tidak peduli." Ya sekeras kepala itu Neli tidak peduli.
"Dasar sinting tidak tau malu. Jangankan dari status dan kasta, dari nama saja kita sudah berlawanan. Namaku Kaisar, selalu identik dengan pria sukses dan berjaya seperti sekarang. Sedangkan kau hanya mempunyai nama srperti seorang pelayan, ck memuakan." Kaisar bahkan meludah ke samping ia berdiri.
"Kau ingin mengubah namaku agar pantas menjadi istrimu? Atau kau akan memberikan nama belakanmu untukku?" tanya Neli semangat.
"Tidak sama sekali, nama Neli sudah cocok untukmu yang pas-pasan. Kau tak memiliki kesempatan untuk menjadi istriku."
"Jangan berbicara seperti itu, Kai. Firaun saja mendapatkan istri shaliha seperti Asyiah. Kau tentu berkesempatan untuk menjadikan aku istrimu." Neli tetap kekeh dengan pendapatnya, baginya tak peduli jutaan kali Kaisar menolaknya selama Kaisar belum bergelar suami Neli masih wajib berjuang.
Neli adalah sekertaris dari Kaisar sendiri, entah bagai mana ceritanya gadis gila itu seakan di takdirkan untuk menghancurkan keseharian Kaisar. Padahal gadis itu memiliki usaha online shop yang cukup terkenal, tapi mau-maunya menjadi bawahan Kaisar, Yup, semua Neli lakukan hanya agar ia bisa dekat dengan Kaisar.
Jika sedang di jam kerja Neli akan profesional dalam pekerjaannya, tapi jika istirat tiba. Beuh jangan di tanya gilanya akan kembali kumat, seperti pasien rumah sakit jiwa baru.
"Ka, yang sabar ya. Om Kai memang seperti itu." Una asisten sekaligus keponakan Kaisar menjadi tidak enak atas perlakuan om nya pada Neli, padahal Neli hanya membuat kesalahan kecil tapi Kaisar terlalu berlebihan saat memarahi Neli.
" Aku baik-baik saja Una." Neli tersenyum pada gadis dua puluh tahun itu.
"Neli. Neli!" Kaisar sudah berteriak dari ruangannya.
"Ada apa Pak?" jawab Neli sopan.
"Dasar Bodoh." Kaisar menoyor kepala Neli sampai rambutnya ikut tergoncang. "Kau lihat!" Kaisar memperlihatkan satu kesalahan Neli lagi. Hanya karna Neli salah menulis nama Kaisar tidak menggunakan hurup kafital pada hurup awalnya pria itu memarahi Neli sedemikian rupa.
"Maaf pak, akan saya perbaiki secepatnya." Neli selalu bertingkah seperti orang normal saat waktu bekerja, seperti bawahan yang tunduk dan patuh. Tapi saat istirahat lain lagi ceritanya.
"Kai. Kita makan siang bersama ya?" Setelah dua jam berlalu dari Kai memarahi Neli gadis itu akan kembali seperti tidak terjadi apapun.
"Ogah."
"Kai, berapa kali lagi kau akan menolakku Terus?" tanya Neli lirih.
Kaisar menghembuskan nafas lelah, pria itu sampai mengurut pangkal hidungnya. "Berapa lama lagi kau akan mengejarku Neli? Sudah sebelas tahun tiga bulan lebih emam hari kau mengejarku. Kau tak lelah?" Kaisar juga heran dengan ke gigihan mantan teman kecilnya.
Ya mantan teman kecil, karna setelah Neli mengatakan perasaannya di hadapan teman-temannya saat sekolah menengah pertama Kaisar tidak menganggap Neli temannya lagi.
Kaisar sudah terlanjur di permalukan oleh Neli sejak dulu hingga kini. Bukan hal aneh jika Neli selalu mengatakan cinta di kantor miliknya.
"Aku akan berhenti mengejarmu saat kau menikah Kai."
"Jika ia maka aku akan menikah secepatnya." ujar Kaisar datar.
"Ayo, kapan? Aku siap."
"Apanya?"
"Menikah, jika kau tak ingin di kejar kau harus menikah denganku secepatnya." Neli tersenyum penuh maksud.
"Dasar Sinting."
"Benturkan kepalamu agar sakitmu sembuh Neli." Kai meninggalkan Neli diruangannya ia perlu makan siang agar bisa menghadapi tingkah gila gadis itu.
"Kaisar. Tunggu, kita akan makan bersama." Neli mengejar langkah kekasih bayangannya.
Seorang wanita cantik memasuki ruangan Kaisar, Kaisar, Una dan Neli tengah mengadakan diskusi mengenai rapat nanti siang.
"Kaisar." wanita dengan baju kekurangan bahan itu menhampiri meja Kaisar.
Neli akui wanita itu cantik dengan tubuhnya yang ramping dan seksi, berbanding terbalik dengan tubuh Neli yang hanya berbalut pakaian kerjanya membungkus tubuhnya yang tidak seberapa.
"Ku lihat tanganmu masih sehat, sangat bisa untuk sekedar mengetuk pintu." Sindir Neli pada wanita cantik yan kini, menyampirkan tangannya di bahu Kaisar, membuat mata Neli membulat penuh.
"Aku di suruh calon mertuaku. Untuk menemui calon suamiku."
Apa-apaan wanita itu seenaknya menyentuh miliknya, ingin sekali Neli menghempas atau mematahkan tangan tangan ramping nan putih itu, tapi tunggu duli siapa yang di makdud oleh wanita itu dengan kata calon suami.
Brakk
Neli menggebrak meja membuat Una dan Kaisar ikut terkejut.
"Siapa yang kau maksud calon suami?" Neli sudah mendekat dan menghempas tangan wanita itu dari bahu Kaisar.
"Tentu saja Kaisar." ujar Shifani.
"Kai apa maksud wanita ini?" Neli bertanya pada Kaisar, serta tatapan memohon agar Kaisar menyangkal jika wanita itu calon istrinya. Tapi sepertinya itu hanya tinggal harapan saja saat Kaisar berdiri dan meraih pinggang wanita itu untuk merapat ke arahnya.
"Ya, dia adalah calon istriku namanya Shifani. " Kaisar tersenyum mengejek netra Neli yang kini mulai mengembun.
"Aku tidak percaya." Meski mengatakan demikian hidung Neli kembang kempis menahan amarah.
"Terserah aku tidak memakasamu untuk mempercayaiku." ucap Kaisar dingin tangannya masih melingkar di pinggang ramping wanita itu.
Una yang merasa kondisi ruangan tak terkontrol segera mengundurkan diri tanpa pamit.
"Terserah." Neli keluar dengan membanting pintu dengan keras.
Blamm.
"Lepas." Kaisar menghempas tangan Shifa dari lengannya, Kaisar juga mendorong tubuh wanita di hadapannya.
"Ingat perjanjian kita." Tegas Kaisar.
Ruangan Neli terletak di luar ruangan Kaisar.
Sampai di mejanya Neli mengepalkan kedua telapak tanganannya dan memukul mejanya beberapa kali.
Neli meraih dua botol dan meneguk sebotol air putih hingga tandas. Melempar secara asal botolnya, seakan tak puas Neli kembali membuka tutup botolnya dan menyiramkan seluruh isinya keatas kepalanya hingga membasahi wajah dan dadanya. Setidaknya air itu sedikit membantu mendinginkan otak Neli yang terasa mendidih.
"Terserah kau Kaisar, mau seberapa banyak betinamu aku tidak akan menyerah sebelum kau memiliki akta nikah." Neli tidak main-main dalam ucapannya.
"Kenapa kau?" Kaisar muncul di hadapannya, bertanya ringan tanpa dosa sama sekali.
"Tidak aku tidak papa." Jawab Neli datar, sebisa mungkin ia menetralkan perasaannya dengan cara mengambil nafas pelan-pelan.
"Kenapa kau basah?" Kaisar melihat Neli bacah terutama di bagian wajah dan dadanya, membuat Kaisar sedikit kegerahan.
"Kena air. Ada apa? Jika tak ada urusan pergilah dulu aku sedang menata emosiku." Neli lebih memilih mengambil botol yang ia lempar tadi dan memasukannya pada tong sampah.
"Hey, di sini aku bosmu."
"Ya aku tau. Lalu kau ingin apa? Kemana calon istrimu?" Neli masih kesal karna pengakuan Kaisar beberapa menit lalu.
"Ada dia sedang tidur di ranjangku." Kaisar berbohong ia membuat Neli semakin cemburu dan menyerah untuk mengejarnya.
"Oh, begitu." ujar Neli datar, sebisa mungkin ia tidak terpengaruh, meskipun nafasnya sudah memburu.
"Hm. Jangan lupa copy datanya sesuai jumlah orang yang ikut rapat. Ketuk pintuku jika masuk ke ruanganku, jangan lancang di dalam ada calon istriku." Tekan Kenan.
"Hm." Neli terlihat mengetatkan rahangnya, dan Kaisar menyadari itu. Pria itu menipiskan bibirnya tanpa Neli sadari.
"Tunggu." Neli menghentikan langkah Kaisar membuat Kaisar mengernyitkan keningnya dalam.
"Ada apa?"
Neli membuka lacinya, dan meraih sebungkus balon ajaib berasa stawberry ya sebuah pengaman. Kaisar membulatkan matanya terkejut dari mana gadis di hadapannya mendapatkan benda itu.
Neli melangkah mendekat, meraih tangan Kaisar dan menaruh benda itu ke telapak tangan Kaisar.
"Bermain aman! Jangan sampai ada tuyul haram karna kau melupakan ini." Neli ingin kembali ke tempatnya. Tapi tangannya di cekal oleh Kaisar.
"Darimana kau mendapatkan benda sialan ini Neli?" Respon Kaisar, Neli rasa berlebihan untuk seorang pria dewasa seperti Kaisar.
"Bukan urusanmu. Benda itu di jual bebas di pasaran sangat mudah untuk mendapatkannya." Neli berusaha melepas cekalan Kaisar.
"Jawab aku Neli, dari mana kau mendapatkannya." Semakin kencang bentakan Kaisar, sampai Una mendekat ke arah mereka.
"Ada apa Om?"
"Lihatlah Una. Wanita yang selalu mengaku mencintaiku memberikan benda itu padaku." Kaisar melempar pengaman itu keatas meja.
"Ish. Jika tidak mau tidak apa, biar kusimpan untuk ku pakai nanti." Neli meraih benda itu dan memasukannya ke saku blezernya, dengan tangan kirinya karna tangannya masih di cekal oleh Kaisar.
Kaisar semakin mencengkram lengan Neli dengan kasar.
"Dengan siapa kau akan menggunakan benda sialan itu?"
"Tentu saja dengan seorang pria, mana mungkin dengan Una, apa lagi dengan dirimu." Neli menepis tangan Kaisar dan mengusap tangannya sendiri yang memerah.
"Jangan coba-coba Neli!" Kaisar berteriak. Sampai Neli dan Una repleks menutup telinga.
"Kenapa kau berlebihan seperti itu? Kau cemburu? Katakan jika kau cemburu Kaisar?" Neli sudah berbinar cerah.
"Cih, dalam mimpimu saja."
"Ada apa?" Shifa keluar dari ruangan Kaisar.
"Kau tanyakan saja pada calon suamimu." Neli berlalu dari sana.
"Kak Neli kau mau kemana?" Una berteriak.
"Aku akan mengeringkan bajuku, kau tak lihat payu dara ku basah?" Ucap Neli santai. Sampai Kaisar melihat kearah da da Neli yang basah kuyup mencetak nyata bentuknya. Kaisar menelan salivanya susah payah, saat pikirannya berkelana.
"Jangan sampai kau telat meeting Neli, atau aku akan memecatmu."
Neli tak menyaut.
Kaisar beberapa kali melihat jam tangan mewah yang melingkar di lengannya, lima menit lagi rapat akan di mulai tapi Neli belum terlihat batang hidungnya.
"Una di mana wanita jadi-jadian itu?"
"Di jalan Om, sebentar lagi juga sampai."
Semua orang yang terlibat untuk rapat sudah hadir berdatangan.
"Kemana dia."
Kaisar melotot dan langsung berdiri dari duduknya melihat Neli hanya mengenakan pakaian kerja tanpa lengan rambut wanita itu di danggul memamerkan leher jenjangnya. Tapi sebisa mungkin ia tidak berkomentar. Meskipun mulutnya komat-kamit memaki Neli. "Dasar sok cantik. Tampang pas-pasan saja belagu." Kaisar menatap Neli tak suka.
"Kau terlihat ingin menjual diri dari pada ingin bekerja." Desisan pedas Kaisar terdengar di telinga Neli.
"Salahkan saja calon istrimu sudah mengotori blezerku."
"Alasan." Kaisar melemparkan jasnya pada Neli dan langsung di kenakan oleh Neli sangat besar, bahkan tubuh Neli tenggelam dalam jas itu, sepertinya muat untuk satu orang lagi.
Kaisar diam kembali, ia adalah pria kaku yang dingin, sulit sekali untuk membuat pria itu berbicara jika tak memiliki kepentingan.
Seperti biasa rapat berjalan dengan baik tentu dengan hasil memuaskan.
Neli langsung memasuki ruangan tanpa mengetuk pintu ia lupa jika Kaisar sudah memperingatkannya. Ia hanya ingin memberikan Kaisar buah potong dan setelah itu ia akan pergi kembali. Tapi Kaisar kembali memarahinya.
"Kau tuli? bukankah sudah aku katakan jika memasuki ruanganku harus mengetuk pintu. Dasar tidak sopan. Bagaimana jika aku sedang berciuman atau lebih parahnya sedang bercinta dengan kekasihku." Bentak Kaisar.
Bercinta apanya bahkan jarak keduanya duduk lebih dari lima meter, dasar pembual ulung, Neli memaki dalam hati.
"Maaf." lirih Neli.
Kaisar sendiri kesal kenapa Neli tidak mengetuk pintunya lebih dulu, jika gadis aneh itu mengetuk pintu lebih dulu Kaisar bisa membuat Neli kesal dengan berpura-pura tengah mencium wanita yang di jodohkan ibunya.
"Ulangi."
Neli menganga di ambang pintu di tempatnya berdiri, tak percaya dengan perintah atasannya juga dengan buah potong yang ia bawa di wadah strefom.
Tak ingin terlalu merasa di permalukan akhirnya Neli kembali keluar membawa buah dalam tangannya.
"Dari pada aku di buat malu oleh Kaisar dengan membuang buah ini di hadapan si Shifa itu, lebih baik aku makan saja buah ini dengan Una." Akhirnya Neli memakan bermacam-macam buah itu dengan Una juga dengan satu orang teman kerjanya.
"Kemana perginya wanita pejuang itu." Kaisar bertanya dalam hati.
Shifa yang jenuh memilih untuk pulang dari pada harus berada di ruangan itu berdua dengan orang bisu calon suaminya.
"Neli keruanganku."
Neli langsung nyelonong masuk keruangan Kaisar saat mendapat panggilan.
"Ada apa Ayang?" Neli sudah kembali kemode sekte pemuja Kaisar.
Kaisar memijat keningnya.
"Mati saja kau!"
"Ih, Ayang ko ngomongnya gitu sih, kan Shifa sudah tak ada."
"Lalu jika tidak ada Shifa kau mau apa?"
"Yakin Ayang Kai bertanya srperti itu?" Neli sudah mendekat dan duduk di meja Kaisar.
"Neli, kurasa kau memang sudah gila, kau sudah tak tertolong lagi." Kaisar masih menuding Neli.
Hujaman sakit yang bertubi-tubi yang di lakukan Kaisar selalu menusuk hatinya, tapi entahlah ia masih menyukai Kaisar semakin besar sejak dua belas tahun lalu.
"Aku memang tergila-gila padamu sejak dua belas tahun laku Kai." Lirih Neli.
"Selama kau masuh jomblo aku akan tetap mencintaimu."
"Aku tidak jomblo Neli, aku memiliki kekasih. Kau tadi bertemu dengan kekasihku bahkan Shifa calon istriku." Kaisar sudah kehabisan kesabaran untuk menyadarkan Neli.
"Selama kau belum menikah, aku masih menganggapmu Jomblo."
"Dasar gila, keras kepala."
"Ya aku memang keras kepala. Tapi kau tenang saja jika kau besoknya akan menikah maka aku akan berhenti mengajarmu." ada kegetiran di akhir kalimatnya. "Karna aku pejuang bukan pelakor."
"Terserah, tapi aku sarankan agar kau menyerah aku sama sekali tak penyukaimu. Kau bukan wanita idamanku. Kau bodoh, memalukan, memuakan tubuh dan wajahmu jelek, dekil, kumal. Hih aku malu jika harus memiliki pendamping sepertimu." Entah kenapa jiwa pendiam Kaisar selalu hilang saat berhadapan dengan Neli.
"Ya, aku memang seburuk itu. Hehe." Neli terenyum pahit.
"Dasar dunguu aku menghinamu kau malah tersenyum." Tak habis pikir Kaisar dengan dengan wanita pejuang cinta itu.
"Ya aku tau. Hanya kau yang mampu memuji kata-kata yang sangat indah itu padaku. Jika kau sudah selesai aku permisi." Neli undur diri. Hatinya menyemangati dirinya sendiri.
Tenang Neli, Kaisar hanya belum menyukaimu bukan tidak menyukaimu. Setidaknya dia tidak menghinamu di hadapan orang lain. Meski sudah menyemangati dirinya sendiri tapi Neli tetap saja menangis karna berbisanya mulut pria itu sudah meracuni hatinya yang rapuh.
Ya hati Neli memang serapuh itu meskipun selalu ia tutupi dengan keceriaannya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!