Pagi hari ini disebuah desa yang terletak di antara perbukitan yang menjulang. Di Jendela kayu nan usang sebuah kamar yang menghadap kearah kebun. Seorang Wanita muda berdiri dengan wajah yang terlihat pucat mata yang di penuhi kekalutan. Ia terus memandang lurus kedepan mencari sesuatu pada kehampaan dengan napas yang terasa berat di tenggorokan. Dia merasa tragedi di desa sebelah tengah mengintai dirinya.
''Mas, ayo kita pindah dari sini! kemarin aku dengar ada perampokan sadis yang menyerang pendatang baru di desa itu, aku takut hal itu terjadi kepada kita, Mas tau sediri kalau kita juga merupakan pendatang baru disini,'' kata Bu Ira bercerita ke suaminya.
''Kita mau pindah kemana Bu? Ibu kan tau kita sudah menjual semua tanah kita yang di Jawa di pindahkan kesini, tanah kita yang dibeli disini tidak laku dijual, mana ada yang berani membeli tanah orang pendatang, mereka takut dibantai komplotan itu kalau mereka nekat membeli tanah kita, karena itu mereka tidak merani membeli tanah orang pendatang, mau modal apa kita pindah." kata Pak Sarno menjawab perkataan istrinya, agar istri mengerti.
"Kita pindah tidak perlu pakai modal, yang penting kita tidak mati dibunuh disini, kalau tau seperti ini jadinya, lebih baik kita tidak pindah ke sini." ujar Bu Ira. Ia menyesal pindah ketempat mereka sekarang.
"Ajal Allah yang menentukan Bu, kemanapun kita pergi kalau sudah sampai ajal kita, kita pasti meninggal, begitu pula sebaliknya, kalau ajal kita belum sampai, Allah akan melindungi kita,'' jawab Pak Sarno, ia berusaha menenangkan istrinya, padahal ia juga sebenarnya gelisah dan cemas takut kalau komplotan menyerang keluarganya
''Tapi aku takut Mas." ucap Bu Ira, menyampaikan apa yang sedang ia rasakan saat ini.
"Sudahlah Bu, serahkan saja kepada Allah! banyak-banyak berdoa! mohon perlindungannya! agar keluarga kita selamat dari mara bahaya," tutur Pak Sarno.
Pak Sarno dan Bu Ira adalah pasangan suami istri, mereka sudah menikah selama 6 tahun, asal mereka dari Jawa, mereka pindah ke Provinsi A, mereka tinggal di desa B. Memang di desa mereka saat ini tidak aman, ada sekelompok masyarakat disitu membuat kegaduhan, mereka membantai orang-orang pendatang, alasan mereka mereka mau merdeka dan ingin berpisah dari negara ini, mereka tidak suka melihat orang-orang pendatang maju di wilayah mereka, itulah alasan mereka membantai orang-orang pendatang, dulu sewaktu Pak Sarno dan bu Ira pindah Provinsi A masih aman tidak ada komplotan seperti saat ini, karena itu mereka pindah dari Jawa ke provinsi A, tapi sekarang Provinsi A sedang kacau karena komplotan itu.
Pak Sarno dan Bu Ira mempunyai satu orang anak perempuan yang bernama Ayunda Sari, biasa dipanggil Ayu, wajah Ayu cantik seperti namanya, Ayu juga sangat dimanja oleh kedua orang duanya, karena Ayu anak satu satunya.
Tibalah malam seperti biasa semua orang di desa itu beristirahat, ada yang berkumpul bersama keluarga mereka, begitu juga dengan keluarga pak Sarno dan Bu Ira, saat ini bu Ira menidurkan Ayu dikamar Ayu sendiri, sedangkan pak sarno di kamarnya beristirahat, setelah Ayu tidur Bu Ira keluar dari kamar Ayu.
Lalu Bu Ira pergi ke kamarnya, saat Bu Ira masuk kekamarnya ia melihat Pak Sarno sudah tidur, lalu Bu Ira merebahkan badannya disamping Pak Sarno, ia berusaha memejamkan matanya, namun ia tidak bisa tidur, hatinya gelisah tapi ia tak tahu apa sebabnya ia membolak-balik badanya mencari tempat yang nyaman tetap saja tidak bisa tidur.
"Apa karena aku memikirkan komplotan itu ya." kata Bu Ira dalam hati. Karena sudah mengantuk berat Bu Ira akhirnya tertidur.
Baru saja Bu Ira tertidur, komplotan itu mengepung rumah pak Sarno, enam orang masuk kedalam rumah, yang lain menunggu diluar menjaga kalau ada orang lain datang.
''Ada dua kamar disini,'' kata Seno Bos komplotan itu.
Seno memerintahkan satu anak buahnya menjaga pintu dapur, yang satu lagi menjaga pintu depan, satu lagi menjaga pintu kamar yang di tempati anak Pak Sarno, yang di perintah langsung pergi, tersisa tinggal tiga orang lagi, lalu tiga orang yang tersisa pergi ke kamar paling depan, ya itu kamar Pak Sarno.
Pintu kamar anak Pak Sarno tertutup kain tirai, penjaga kamar anak Pak Sarno tidak sengaja melihat Ayu tertidur pulas, karena kain penutup pintu anak Pak Sarno tertiup angin, ada rasa tidak tega melihat kepolosan Ayu, ia tau anak itu pasti nanti akan dibunuh kalau bosnya tau, lalu ia masuk ke kamar Ayu tanpa sepengetahuan temannya, ia mengangkat Ayu dengan hati-hati dari tempat tidur, lalu ia meletakkan Ayu ke bawah tempat tidur, setelah ia meletakkan Ayu dilantai kolong tempat tidur, ia merapikan tempat tidur kembali seperti tidak bekas ditiduri, setelah selesai ia keluar dari kamar Ayu, ia berdoa agar Ayu tidak bangun sampai mereka pergi.
Sementara itu dikamar depan yaitu kamar Pak Sarno dan Bu Ira, tiga orang itu menembak pasangan suami istri itu secara serentak, setelah memastikan Pak Sarno dan Bu Ira meninggal, mereka bertiga menggeledah kamar itu, mereka mencari uang atau barang berharga, setah mereka mendapatkan apa yang dicari, mereka keluar dari kamar depan.
''Kau sudah memeriksa kamar itu?" kata Seno kepada Alif.
''Sudah Bos. tapi tidak ada siapa-siapa di dalam," jawab Alif penjaga kamar Ayu. Lalu mereka semua melihat kedalam kamar Ayu, memang tidak ada siapa-siapa di dalam.
''Tapi itu ada foto anak-anak, apa itu tidak anak mereka?" tanya salah satu dari komplotan itu, karena melihat ada foto anak-anak didinding rumah Pak Sarno.
''Mungkin itu saudara mereka, atau anak mereka, tapi anak mereka lagi berkunjung ke rumah saudaranya." jawab Alif meyakinkan temannya.
''Mungkin juga, ya sudah, kita pergi! sebelum orang-orang datang."kata Seno.
Arif bisa bernapas lega setelah mendengar perkataan Seno, karena dari tadi ia gelisah takut ke tahuan ia menyembunyikan Ayu. Mereka pun pergi membawa barang berharga keluarga Pak Sarno, Arif masih kepikiran bagai mana nanti kalau Ayu bangun, ia takut kalau Ayu bangun ketakutan. Seandainya Arif tidak membutuhkan uang, ia sudah berhenti tidak lagi ikut komplotan itu, ia tau betul membunuh adalah dosa besar, Arif berdoa agar ia mendapat pekerjaan lain agar ia bisa keluar dari komplotan itu dan bekerja tanpa diliputi rasa bersalah.
💟💟💟💟💟💟💟💟💟💟
Hai pembaca setia AYU YG MALANG.ikuti terus cerita nya, dan juga dukung dengan
cara beri like dan komen dibawah ini.👇👇👃👃
Setelah berapa saat komplotan itu pergi, Ayu terbangun, ia ketakutan melihat tempat tidurnya gelap, ia mengingat sebelum ia tidur kamarnya terang tapi sekarang menjadi gelap gulita. Ayu menangis sambil memanggil ibunya, tapi ibunya tidak datang, ia terus memanggil ibunya namun tak ada jawaban, Ayu heran mengapa ibunya tidak menjawab, padahal selama ini kalau ia terbangun ia memanggil ibunya, ibunya akan segera datang.
Ayu memperhatikan tempatnya saat ini, setelah ia memperhatikan ia baru tahu bahwa ia bukan di tempat tidurnya, melainkan di tempat asing. Ketakutan Ayu pun bertambah setelah tahu tempatnya saat ini sangat menyeramkan tangis Ayu semakin kencang, di sela tangisnya Ayu melirik kesamping ia melihat cahaya remang tidak jauh darinya. Ayu berusaha keluar dari kolong tempat tidur mendapati cahaya itu.
Setelah Ayu bisa keluar dari bawah tempat tidur Ayu menangis lagi, Ayu menangis sambil mencari orang tuanya. Ia keluar dari kamarnya mendapati kamar orang tuanya, sesampainya ia di kamar orang tuanya, ia mendapati orang tuanya sudah berlumur darah, tangis Ayu semakin kencang ia berusaha membangunkan orang tuanya.
"Ayah, ibu, bangun! Ayu takut, hiks,, hiks,, hiks!" kata Ayu sambil menarik tangan Ayahnya dan ibunya bergantian. Tapi tidak ada respon dari kedua orang tuanya. Ayu menjerit menangis sekencang-kencangnya agar orang tuanya bangunan. Tetap saja orang tuanya tidak bangun.
Salah satu tetangga mendengar tangisan Ayu mereka heran tidak biasanya Ayu menangis seperti itu tapi ia mencoba berpikir positif mungkin Ayu demam pikirnya. Tapi suara tangis Ayu semangkin kencang, ia pun merasa tangis Ayu sudah tidak wajar lalu ia bergegas pergi kerumah Pak Sarno. Sesampainya Pak Maksum didepan pintu rumah Pak Sarno ia segera masuk kebetulan pintu sudah terbuka setelah ia masuk alangkah terkejut ia melihat apa yang terjadi, Pak Maksum tidak tau harus berbuat apa. Kesadaran Pak Maksum kembali setelah mendengar suara tangis Ayu.
Pak Maksum buru-buru kembali kerumahnya, ia membangunkan istrinya, setelah Bu Salma bangun, Pak Maksum menceritakan kejadian yang menimpa keluarga Pak Sarno, kemudian mereka kembali ke rumah Pak Sarno, setiba mereka di sana pak Maksum dan bu Salma sangat prihatin melihat tangisan Ayu, Bu Salma segera menggendong Ayu ia berusaha mendiamkan Ayu.
''Bu, Ayah membangunkan tetangga yang lain, ibu disini saja menjaga Ayu!" kata Pak Maksum.
''Iya, tapi jangan lama-lama yah! Ibu takut." kata Bu Salma.
"Iya." jawab Pak Maksum. Lalu Pak Maksum pergi membangunkan warga sekitar.
Seketika rumah Pak Sarno ramai, para tetangga sangat sedih melihat kejadian itu, keluarga Pak Sarno sangat berjasa dikampung mereka sebab itu mereka merasa sangat kehilangan setelah tau Pak Sarno dan istrinya meninggal.
Warga juga kasihan melihat Ayu masih kecil sudah ditinggal mati oleh orang tuanya.
**
Setalah pemakaman selesai, sebagian warga mulai berpegangan kerumah masing-masing, tinggallah pengurus desa dan tetangga terdekat yang masih disitu, mereka membahas bagaimana kelangsungan hidup Ayu kedepan, dari hasil musyawarah mereka, Ayu akan diangkat oleh saudara Pak Maksum yang berada lain kota dengan mereka, kebetulan saudara Pak Maksum itu tidak punya anak, bukan tanpa alasan mereka mengeluarkan Ayu dari desa tempat mereka tinggal, mereka takut kalau komplotan itu kembali datang mencari Ayu sebab Ayu bukan asli orang sana.
Sedangkan harta mendiang Pak Sarno tidak laku di jual karena tetangga takut membelinya. Saudara Pak Sarno dan istrinya mereka tidak tau tau di mana keberadaannya, yang mereka tau almarhum Pak Sarno dan istrinya Bu Ira berasal dari Jawa.
Setelah beberapa hari kejadian itu Ayu pun dibawa keluarga barunya. Ayu sangat sedih meninggalkan desa tempat tinggalnya, selama ini ia berada disana bersama orang tuanya. Sepanjang perjalanan Ayu tidak hentinya mengeluarkan air matanya sangking sedihnya.
Dan disinilah Ayu sekarang, di rumah keluarga baru dia, Ayu di adopsi secara sah oleh keluarga Pak Pajar dan istrinya Bu Lia, Pak Pajar dan bu Lia sudah menikah selama 10 tahun namun mereka belum diberi momongan, Dokter mengatakan Bu Lia mandul. Walau Bu Lia tidak bisa punya anak Pak Pajar tetap setia dan menerima kekurangan Bu Lia apa adanya, sebab itulah mereka mengadopsi Ayu, sebenarnya mertua Bu Lia ya itu Bu Farida menentang keputusan mereka, tapi mereka tetap mengadopsi Ayu. Bu Farida sangat kecewa dengan keputusan mereka yang mengadopsi Ayu, karena ia ingin memiliki cucu kandung, ia tau kalau anaknya sehat, Bu Lia yang bermasalah sebab itulah ia selalu menyuruh Pak Pajar menikah lagi tapi Pak Pajar tidak mau menuruti permintaan Mamanya. Bu Farida jadi membenci menantunya, yaitu bu Lia.
Pak Pajar dan bu Lia sangat menyayangi Ayu, mereka sudah menganggap Ayu seperti anak kandung mereka.
Saat ini Ayu sudah berlahan melupakan kematian orang tuanya karena ia mendapat kasih sayang yang penuh dari orang tua angkatnya.
Hari ini Pak Pajar mengantar Ayu sekolah, Ayu sudah sekolah SD.
''Pa,'' Ayu memanggil pak Pajar.
''Apa sayang." jawab Pak Pajar dengan lembut.
''Besok Ayu menerima raport, kata Bu Guru orang tua yang mengambil raport Ayu." kata Ayu, ia menyampaikan pesan gurunya.
''Kenapa Ayu baru bilang sekarang? tanya Pak Pajar.
''Lupa Pa, baru ingat sekarang." jawab Ayu sambil tertawa.
''Ya sudah, nanti pulang sekolah Ayu beritahu Mama!kata Pak Pajar.
''Iya kalau ingat." jawab Ayu.
''Harus ingat dong! masa anak Papa masih kecil sudah pikun." kata Pak Pajar bercanda, Ayu tertawa mendengar perkataan Papanya, melihat Ayu tertawa Pak Pajar ikut tertawa akhirnya mereka tertawa bersama.
Esok harinya Ayu didampingi kedua orang tua angkatnya datang ke sekolah menerima raport Ayu, Pak Pajar dan bu Lia sangat senang dan bangga dengan pencapaian Ayu, nilai Ayu yang paling tinggi di antara temannya.
Mereka merayakan keberhasilan Ayu dengan berlibur ke pantai, mereka berlibur hanya bertiga saja, mereka sangat gembira menikmati liburan kali ini, selama perjalanan mereka bertiga bernyanyi bersama, Bu Lia mengabadikan momen itu dengan kamera ponselnya.
Tidak terasa mereka pun sudah sampai di lokasi pantai, dengan hati gembira Ayu berlari ke sana sini, Bu Lia tertawa melihat tingkah Ayu seperti itu, lalu ia mengajak suaminya mendekati Ayu, Bu Lia mengajak mereka berfoto merekapun foto bertiga entah berapa banyak foto mereka, foto itu di abadikan di ponsel Bu Lia.
Ayu mengajak kedua orang tuanya bermain di pasir membuat istana. Pak Pajar dan Bu Lia menurut mereka bermain bertiga.
💟💟💟💟💟💟💟💟💟
Hai pembaca setia AYU YG MALANG ikuti terus ceritanya, dan jangan lupa beri dukungan dengan cara like dan komen dibawah ini.👇👇👃👃
Saat ini mereka perjalanan pulang.
''Ma, kita cari makan ya! Papa sudah lapar,'' kata pak Pajar sambil mengelus perutnya yang sudah berbunyi minta disini.
''Ya Pa, Mama juga sudah lapar." jawab Bu Lia setuju dengan permintaan suaminya.
Pak Pajar membelokkan mobilnya ke salah satu rumah makan di pinggir jalan yang mereka lalui, setelah Pak Pajar memarkirkan mobil, mereka pun masuk ke dalam rumah makan itu, setelah mereka duduk, mereka memesan makanan masing-masing sesuai selera mereka, setelah makanan datang mereka menyantap hidangan yang ada dihadapan mereka, setelah selesai makan mereka keluar dari rumah makan itu. Sesampainya mereka diluar Bu Lia melihat penjual buah Durian di sebrang jalan, ia sangat menyukai buah Durian, ia ingin membeli buah durian itu.
''Itu penjual buah Durian Pa,'' kata Bu Lia sambil menunjuk buah Durian yang ada di seberang jalan.
''Iya, Ma." ujar Pak Pajar sambil ikut melihat penjual buah Durian di sebrang jalan.
''Kita beli Yok!" kata Bu Lia bersemangat,
''Ayok." jawab Pak Paja.Tiba-tiba Ayu kebelet pipis.
''Ma, Ayu mau pipis." kata Ayu sambil menarik-narik baju mamanya, ia sudah gelisah menahan agar tidak pipis di celana.
''Papa saja yang temani Ayu ya! Mama yang membeli Duriannya, Papakan tidak tau milih buah Durian mana yang enak." ujar Bu Lia.
''Ya sudah, Papa yang temani Ayu kekamar mandi." jawab Pak Pajar mengalah.
Pak Pajar membawa Ayu ke kamar mandi. Setelah Ayu selesai dari kamar mandi Pak Pajar dan Ayu bergegas menyusul Bu Lia kedepan, sesampainya mereka di tempat penjual buah Durian, mereka tidak menemukan Bu Lia.
Mereka berdua mencari Bu Lia disekitar penjual buah Durian itu, saat mereka mencari Bu Lia Pak Pajar melihat banyak orang-orang berkerumun di pinggir jalan, Pak Pajar penasaran mengapa orang-orang berkerumunan, lalu Pak Pajar bertanya ke salah satu orang yang berkerumun itu, untuk menghilangkan rasa penasarannya.
''Permisi, ada apa ya kenapa rame?'' kata Pak Pajar ke salah satu orang yang ikut berkerumun disitu.
''Ada tabrak lari Pak." jawab Hadi.
''Korbannya mana Pak?'' kata Pak Pajar, karena ia tidak melihat ada orang yang cedera.
''Sudah dibawa ke rumah sakit terdekat Pak." jawab Hadi.
"oh, seperti itu ya, terimakasih sudah meluangkan waktu menjawab pertanyaan saya, saya permisi dulu." tutur Pak Pajar.
"iya, Pak." jawab Hadi.
Pak Pajar kembali mencari Bu Lia, entah kenapa pikirannya jadi cemas, ia takut istri dialah yang ke kecelakaan itu, lalu ia kembali ke mobil sambil menggendong Ayu, sesampainya ia di mobil, ia tidak menemukan Bu Lia, lalu ia mengambil ponselnya, ia menghubungi nomor istrinya. Ia mendengar suara ponsel Bu Lia berbunyi didekatnya, lalu ia mencari asal suara ponsel istrinya, ia melihat ponsel Bu Lia tergeletak di kursi penumpang, ia mengambil ponsel Bu Lia.
''Ayu sini dulu ya! Papa mau nanya mana tau mereka melihat Mama." kata Pak Pajar sambil menunjuk ke arah orang yang masih berkerumunan disebrang jalan.
"Iya, tapi jangan lama-lama Pa." jawab Ayu.
"Iya." jawab Pak Pajar.
Lalu Pak Pajar pergi mendatangi orang-orang yang masih berkerumunan ditepi jalan. Lalu ia mendekati Hadi.
''Maaf, saya menggangu bapak lagi, saya ingin tanya korban tabrak lari tadi laki-laki atau perempuan ya?'' kata Pak Pajar memberanikan diri.
''Perempuan Pak, umurnya sekitar tiga puluhan lebih gitu deh."' jawab Hadi menjelaskan.
Deg
Dada Pak Pajar beredar kencang mendengar jawaban Hadi.
''kalau boleh tau, orang yang kecelakaan itu pakai baju warna apa?'' tanya Pak Pajar kembali karena ia semakin penasaran.
''Warna putih celana hitam, memang kenapa bapak nanya-nanya terus? apa yang kecelakaan itu keluarga Bapak?" tanya Hadi heran.
''Istri saya tadi saya tinggal disini, tapi sekarang tidak ada lagi, entah kemana dia." jawab Pak Pajar.
''Coba di telepon Pak!" kata Hadi menyarankan.
''Ponselnya tinggal di mobil." jawab Pak Pajar dengan nada lesu.
''Kalau begitu, Bapak datangi saja ke rumah sakit tempat orang kecelakaan itu dibawa! untuk memastikan apakah itu istri Bapak atau bukan." kembali Hadi memberi saran.
''Ya sudah kalau begitu, saya permisi," kata Pak Pajar merasa tidak enak hati sudah merepotkan Hadi.
''Ya Pak." jawan Hadi sambil tersenyum ramah. Lalu Pak Pajar melangkahkan kakinya meninggalkan Hadi. Pikiran Pak Pajar saat ini datang kacau, sesat kemudian ia teringat sesuatu, ia kembali mendatangi Hadi.
''Maaf mengganggu lagi, saya mau tanya orang yang kecelakaan tadi di bawa ke rumah sakit mana ya?'' Pak Pajar baru ingat kalau ia belum bertanya alamat rumah sakitnya.
''Kerumah sakit Flora Pak." jawab Hadi.
''Terimakasih, sudah mau memberitahu saya." ujar Pak Pajar. Hadi menganggukkan kepalanya.
Pak Pajar bergegas kembali ke mobil, lalu ia pergi ke rumah sakit tempat orang yang kecelakaan itu.
Setelah ia sampai rumah sakit, ia bertanya ke salah satu perawat, setelah tau dimana organ yang kecelakaan itu Pak Pajar pergi kesana. Sesampainya ia di depan pintu ruangan itu, ia melihat ada beberapa polisi dengan pintu ruangan itu. Ia terus berdoa orang yang kecelakaan itu bukan istrinya, walau dari ciri-ciri yang ia dengar dari Hadi percis ciri-ciri istrinya.
Pak Pajar tidak memperdulikan polisi, ia langsung menerobos masuk kedalam.
Setibanya didalam, ia melihat Bu Lia terbujur kaku, ia melihat Dokter dan perawat membersihkan darah ditubuh Bu Lia.
"Pa, itu Mama." kata Ayu sambil menunjuk Bu Lia.
Pak Pajar tersadar dari lamunannya, setelah mendengar Ayu bicara. Pak Pajar hanya menganggukkan kepalanya.
''Bagai mana keadaan Istri saya Dok?'' tanya Pak Pajar.
"Apa ini istri anda?" tanya Dokter ingin tau.
"iya, Dok." jawab Pak Pajar.
"Maaf, dia sudah meninggal." kata Dokter memberitahu.
Duuaaarrr!
Dunia Pak Pajar seakan runtuh mendengar apa yang di sampaikan Dokter.
Pak Pajar mendekati Bu Lia, ia mendudukkan Ayu disamping istrinya, lalu ia mengambil tangan istrinya dan cium tangan istrinya sambil menangis, ia tidak hanya mencium tangan istrinya saja, ia juga mencium kening pipi kiri pipi kanan mata hidung hidung bibir ia mencium seluruh wajar istrinya, lalu ia mendekatkan dirinya ke telinga Istrinya.
''Selamat jalan Ma, Papa ikhlas melepas Mama pergi lebih dulu, tunggu Papa di surga!" kata Pak Pajar sambil memeluk Bu Lia, ia menumpahkan kesedihan nya.
''Pa, Mama jangan diganggu! Mama lagi tidur nyenyak, kasihan Mama, nanti Mama bangun." kata Ayu. Ayu belum mengerti kalau Mamanya sudah meninggal, mendengar perkataan Ayu Pak Pajar semakin sedih, lalu ia memeluk Ayu sambil menangis.
''Pak, maaf, jenazah Istri bapak kami bersihkan lebih dulu! biar bisa cepat di bawa pulang." kata perawat.
Dengan terpaksa pak Pajar menyingkir dari tempat istrinya, lalu ia duduk di kursi yang ada di ruangan itu, selama menunggu ia banyak melamun, ia merasa bermimpi dengan kejadian ini, tiba-tiba ada yang menghapus air mata dia, lalu ia menoleh ke samping dilihat dia Ayu yang menghapus air matanya, Ayu juga ikut nangis, melihat sikap Ayu, ia menghentikan tangisnya.
''Aku tidak boleh sedih lagi, aku harus iklas kasihan anak ku,'' kata pak Pajar dalam hati.
💟💟💟💟💟💟💟💟💟💟
Hai para pembaca setia AYU YG MALANG.
ikuti terus cerita nya, dan jangan lupa dukung juga dengan cara beri like dan komen dibawah ini👇👇👃👃
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!