ASMARALOKA
Tentang wanita
Sore itu, di sebuah taman kota, kami sedang menikmati indahnya warna jingga yang langit sore sajikan, hingga akhirnya untuk beberapa saat kami hanya terdiam tanpa sepatah kata apa pun dan aku tahu, sebagai lelaki aku harus memulai
Kulin
Ceritakan saja, sebenarnya kamu kenapa?
Kuni
Kamu perhatian atau basa basi?
Kulin
Batinku "aku keduanya, karena aku tidak bisa begitu saja mengungkapkan 'aku sayang kamu'"
Kuni
Lalu untuk apa kau bertanya? Pergilah!!
Kulin
(menggeleng pelan) aku tahu wanita bukan tentang apa yang ia ucapkan, melainkan tentang apa yang ia pikirkan
Ia menangis dalam dekapanku, dan tentu saja terus memaki aku yang hanya bisa tersenyum sambil mengelus rambutnya
Sambil terisak dalam hatinya berkata
Kuni
Terima kasih, terima kasih untuk tetap disini, karenamu aku tahu; laki-laki adalah tentang pembuktian, bukan tentang apa yang ia katakan
Ya begitulah wanita, kita sebagai lelaki harus mengerti apa yang tidak kita mengerti, wanita butuh pembuktian, bukan hanya sekedar ucapan, karena selalu ada misteri dan teka teki di balik ucapan wanita "aku tidak apa-apa"
Buku Yang Takkan Kau Baca
Kulin
"Fuuhh... Fuuhh... Fuuhh" aku selalu bertanya-tanya, apa mungkin kenangan akan hancur? Layaknya dahan terlahap api dan melebur, Layaknya karang dikikis ombak yang berdebur
Di sampul depan : - terhias mawar dibibirmu
Aku kecup perlahan sebelum diriku dihempas kenangan
Kubuka laman demi laman yang terampas dan yang hilang
"K-i-t-a" kata pertama yang ku eja
Laman 1
//laman 1//
Kala senja di taman kota
Anak-anak bermain gembira
Seorang berjaga yang lainnya bersembunyi
Sebagian masih belum sembunyi
--- semuanya ikut mencari
Hingga gelap ; - mereka pergi
Kasih, kenapa mereka tak menemukan kita?
Laman 2
//laman 2//
Adakalanya aku bertanya
Apakah selalu ada a-k-u disetiap k-a-u?
--- seperti halnya selalu ada k-a-u disetiap a-k-u
Laman 3
//laman 3//
Malam itu bangku penuh cinta
Cinta-kasih, cinta-cinta, kasih-kasih
Menghadap layar aku bertanya "kasih, kita itu apa.?"
Di sampul akhir : - tergenang darah garam matamu
Aku usap perlahan sebelum aku tersayat kenangan
Kubuka laman-laman yang lama terampas dan yang hilang
"K-i-t-a" kata terakhir yang ku eja
Renjana Tuhan
Aku melihatmu pada tiap titik doaku.
Hembuskan syukur pada tiap waktuku bersamamu.
Merengak, meranggas nggragas tumpas rindu sepi lalu.
Tiba-tiba dingin menyeruak merambat dinding-dinding harap mendekap sarat erat.
Tak kuasa menahan derita semesta yang berputar dibawah titik nadir senada takdir.
Belum pernah tersajak dalam bait Rendra, tak pernah terukir dalam novel Shakespeare.
Aku seorang hamba yang memuja mata, menutup logika.
Meraba-raba pada pundi-pundi dunia.
Aku adalah ironi mengukir tragedi, hingga ketidakmampuan ku membuatku berpaling darimu.
Maka acuhkan saja aku, karena ketidakpedulianmu akan menjadi kepedulianku untukmu.
Semua beban perlahan menghilang, hangus terbakar tersapu mengabu.
Aku tak mampu.
Bagaimana kau tega membiarkan ku menemuimu saat gagak-gagak menyeru kepadaku bagai menggenggam pasir kemudian terusir.
Jangan tinggalkan aku, beri aku waktu untuk membuktikan diriku padamu, maka anggaplah ini sebagai arogansiku yang tak pernah sandar akan intari yang telah ku genggam.
Setidaknya beri aku waktu untuk mengucapkan kata cinta yang tulus padamu sebelum para manusia-manusia itu membawaku pada pusaran waktu yang membeku.
Jika sempat aku mengucap, maka terimalah aku dan biarkan aku dekat denganmu, namun jika kata tak tersyarat, maka jangan buang aku atas penyesalanku.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!