Kevin masih duduk di samping ranjang sang ibu yang masih terbaring tak sadarkan diri. Pikirannya terbagi dua, antara kesehatan sang ibu juga wanita yang ditemuinya di bandara tadi. Wanita yang dengan lantangnya memintanya melupakan kejadian yang terjadi diantara mereka.
Kejadian yang tak pernah diharapkan oleh Kevin, namun tak juga bisa dilupakannya begitu saja. Apalagi saat melihat wanita itu, untuk pertama kalinya Kevin merasakan jatuh cinta pada pandangan pertama.
Kevin mengurut pangkal hidungnya. Seandainya saja, sang ibu tidak menurun kondisi kesehatannya, maka ia akan segera pergi mengejar wanita itu.
" Minum dulu, Kev " sang ayah menyerahkan 1 cup minuman kopi panas kepada Kevin.
Kevin mengambilnya dari tangan sang ayah lantas menyeruputnya.
" Kamu sedang ada masalah ? " tanya sang ayah yang sedari tadi memperhatikan anaknya itu.
Kevin menggelengkan kepalanya.
" Kalau ada masalah, kamu bisa menceritakannya pada papi " ucap sang ayah.
Kevin hanya menghembuskan nafasnya. Ia ingin menceritakan semuanya pada sang ayah, hanya saja ia rasa ini bukanlah waktu yang tepat. Lagipula, ia tidak ingin menambah beban pikiran sang ayah. Cukuplah sang ayah memikirkan kesehatan sang ibu saja. Biarlah urusan ini, ia yang menanganinya sendiri.
" Hanya masalah pekerjaan saja, Pi " jawab Kevin menyembunyikan yang sebenarnya.
Sang ayah menepuk pundak Kevin.
" Jangan terlalu memikirkan pekerjaan, Kevin. Kamu juga harus memikirkan masa depanmu. Ingat, kamu itu seharusnya sudah memiliki istri dan anak. Memangnya ngurusin pekerjaan terus bisa ngasih kamu keturunan " ucap sang ayah yang tentu saja membuat Kevin merasa tersindir.
Keturunan ? Anak ? Apa dia akan mengandung anakku ?
Ya Tuhan... Bagaimana caranya agar aku bisa menemukannya ?
Kevin memejamkan matanya sambil memijat pelipisnya. Hingga kemudian sang ayah kembali menepuk pundaknya.
" Sudah kamu istirahat dulu sana ! Tiduran di sofa ! " seru sang ayah menunjuk ke arah sofa yang ada di sudut ruangan.
Kevin menuruti ucapan sang ayah, lalu beranjak menuju sofa. Kevin merebahkan tubuhnya disana, berusaha untuk memejamkan mata dan menenangkan pikirannya.
Akan tetapi, bayangan dirinya menghabiskan malam panas bersama wanita itu selalu saja datang menghampirinya. Kevin tidak munafik, meskipun ia dalam pengaruh obat dan dalam keadaan setengah sadar namun ia menikmati penyatuannya. Bahkan berkali-kali dirinya menyemburkan benihnya di rahim wanita itu. Oleh karena itu, Kevin khawatir jika wanita itu akan mengandung anaknya.
Kevin meraup wajahnya dengan kasar. Ia kembali bangkit dan duduk di sofa. Menyandarkan kepalanya pada bantalan sofa. Dan tentu saja, hal itu tak luput dari perhatian sang ayah.
Sang ayah kini berjalan menuju ke arahnya, lantas duduk di sebelahnya.
" Sebenarnya kamu ada masalah apa, Kev ? Tingkahmu seperti orang patah hati saja " celetuk sang ayah sambil melirik putra semata wayangnya itu.
Mendengar ucapan sang ayah, Kevin langsung menegakkan tubuhnya dan menatap sang ayah.
" Memangnya kalau patah hati bisa begini Pi ? " tanya Kevin dengan raut wajah polos.
Sang ayah sontak terkekeh melihat raut wajah Kevin yang terlihat begitu frustasi.
" Perempuan mana yang bisa buat kamu patah hati ? Rasa-rasanya Papi harus bertemu dengannya karena sudah membuat anak Papi yang anti wanita ini frustasi " ucap Papi Tommy terkesan meledek sang anak.
" Ck... Papi ini, malah ketawa ! " decak Kevin lantas membuang mukanya.
" Tapi ini betulan kamu kan, Vin ? Kamu kesambet apa di Lombok kemarin ? " tanya sang ayah yang terus menerus terkekeh.
" Iya...Iya... Terus aja ketawa, Pi... Kalau itu buat Papi bahagia, Kevin ikhlas Papi ketawain terus " gerundel Kevin lantas meninggalkan sang ayah menuju ke kamar mandi.
Kevin membasuh wajahnya, berusaha untuk menyegarkan diri. Apa yang dikatakan sang ayah benar adanya. Lalu apakah mungkin jika ia jatuh cinta dan patah hati disaat yang bersamaan ?
Kevin keluar dari dalam kamar mandi, lalu kembali duduk di samping ranjang sang ibu. Ia menatapi wajah wanita yang sudah berusia lebih dari setengah abad itu. Ia menggenggam tangan sang ibu lalu mengecupi punggung tangannya.
Mi... Kalau saja Mami tahu, Kevin sudah menemukan wanita yang Kevin inginkan dan mungkin saja Mami juga akan segera memiliki cucu dari Kevin
Batin Kevin.
Entah mengapa ia sangat yakin jika wanita itu akan mengandung benihnya.
Jari tangan sang ibu bergerak perlahan, membuat Kevin terhenyak lalu kemudian memanggil sang ayah.
" Pi... Sepertinya Mami sudah sadar " pekik Kevin yang dengan segera dihampiri oleh sang ayah.
Melihat jemari tangan sang istri yang bergerak, serta kelopak mata yang mengerjap membuat sang ayah segera memanggil dokter.
Tak lama kemudian dokter datang dan memeriksa sang ibu. Sang ibu kini telah sadar, Kevin dan ayahnya sangat bersyukur dengan hal itu.
" Mi... Apa yang Mami inginkan akan Kevin lakukan asalkan Mami sembuh. Kevin mau lihat Mami sehat lagi " ucap Kevin lalu mengecup kening sang ibu dengan penuh kasih sayang.
Sang ibu hanya menganggukkan kepalanya saja, ia masih belum bisa banyak bicara.
Beberapa hari kemudian, kondisi sang ibu berangsur membaik. Mami Sita bahkan sudah bisa duduk dan bicara.
" Aku senang Mami sudah lebih baik. Apa yang Mami inginkan ? Sebisa mungkin Kevin akan mengabulkan keinginan Mami " ucap Kevin sambil memijat kaki sang ibu.
" Kamu serius mau kabulkan permintaan Mami ?Apapun itu ? " tanya sang ibu.
" Tentu, selama Kevin bisa pasti Kevin akan lakukan " jawab Kevin dengan pasti.
" Kalau begitu, Mami mau kamu segera menikah. Selagi Mami masih bernafas, Mami mau melihat kamu mempunyai keluarga " ucap sang ibu.
Jika biasanya Kevin akan mengalihkan pembicaraan saat orang tuanya memintanya untuk menikah, kali ini ia tidak melakukannya.
" Baiklah, tapi beri Kevin waktu untuk membawa calon istri Kevin ke hadapan Mami dan Papi. Setelah Mami sembuh dan kita kembali ke Jakarta, Kevin akan membawa calon istri Kevin " ucap Kevin.
" Apa yang kamu katakan itu benar, Kev ? " tanya sang ibu seolah tak percaya jika sang anak akhirnya akan membawa calon istrinya.
" Kevin janji, Mi. Setelah Mami sehat dan pulang ke rumah, Kevin akan mempertemukannya dengan Mami " jawab Kevin dengan yakin.
Mata sang ibu berbinar. Akhirnya setelah menunggu lama, Kevin akan membawa calon istri ke hadapannya.
" Pi... Papi tahu... Nanti setelah Mami sembuh dan kembali ke Jakarta. Kevin akan membawa calon istrinya kepada kita. Mami senang sekali " ucap Mami Sita saat Papi Tommy baru saja masuk ke ruang perawatan.
Papi Tommy mengernyit, ia menatap Kevin dengan tatapan heran. Mungkin ia merasa ada yang salah dengan anaknya itu. Bukankah tempo hari ia seperti orang patah hati ? Lalu mengapa sekarang begitu yakin bisa membawa calon istri ke depan sang ibu.
" Kenapa diam, Pi ? Papi tidak percaya sama Kevin ? " tanya Mami Sita kepada sang suami yang tak mengatakan sepatah kata pun.
" Papi senang, Mi... Semoga saja yang Kevin katakan itu benar adanya " ucap Papi Tommy sedikit ragu.
Semoga aku bisa membawa wanita itu ke hadapan Mami dan Papi
Setelah sang ibu lebih baik, Kevin kembali ke Jakarta lebih dulu. Ia berencana untuk mencari wanita yang menghabiskan waktu bersamanya.
Kevin memulai dengan meminta orang suruhannya untuk mencari rekaman CCTV di hotel saat ia berada di Lombok. Sayangnya, pada saat kejadian rekaman CCTVnya telah dihapus. Sepertinya sudah ada orang yang mendahului Kevin untuk menghapus rekaman CCTV.
Bahkan mencari di data tamu pun yang didapatkan hanyalah pemesan dengan identitas palsu dan pembayaran dilakukan dengan tunai.
" Sial... Lalu bagaimana aku bisa mencari siapa wanita itu ? " gumam Kevin saat menerima laporan dari orang suruhannya.
Satu-satunya petunjuk adalah destinasi yang dituju saat itu adalah Jakarta. Tapi masalahnya darimana Kevin mulai mencari ? Jakarta kota besar. Apalagi Kevin tidak tahu identitas wanita itu.
Kevin menggebrak meja kerjanya, pasalnya sudah hampir satu bulan ini usaha pencariannya belum membuahkan hasil. Jangankan mendapat hasil menggembirakan, titik terangnya saja masih belum ada tanda.
Ponsel Kevin berdering, ia menatap layar ponselnya namun tak segera menjawab panggilan yang ada. Sampai akhirnya panggilan itu berhenti sendiri.
Dan kemudian kembali ponselnya berbunyi masih dengan penelpon yang sama. Kevin mengambil nafas panjang dan menghembusnya sebelum akhirnya menjawab panggilan.
" Iya, Mi... " ucap Kevin saat mengangkat panggilan.
" Kamu sedang sibuk ? " tanya Mami Sita.
" Iya, Mi. Kevin lagi banyak pekerjaan " bohong Kevin. Padahal sedari tadi kerjanya hanya melamun saja.
" Minggu depan Mami pulang ke Jakarta " ucap sang ibu yang tentunya membuat Kevin begitu kaget.
" Apa ? Mami mau pulang minggu depan ? Memangnya Mami sudah sembuh ? " reflek Kevin.
" Sudah, Mami sudah jauh lebih baik. Lagipula dokter sudah membolehkan Mami pulang. Mami hanya perlu kontrol satu bulan sekali kesini " jawab sang ibu.
" Mami sama Papi sudah tidak sabar bertemu calon menantu kami " tambah sang ibu begitu bersemangat.
Kerongkongan Kevin begitu kering, ia menelan salivanya susah payah.
" Nanti kalau Mami pulang, Mami mau kamu sama calon menantu Mami yang jemput di bandara ! " seru sang ibu lagi.
Kevin tak menjawab apapun. Ia bingung bagaimana caranya menjelaskan pada sang ibu. Tak mendengar jawaban dari sang anak membuat Mami Sita mengernyit heran.
" Kev, Kevin... Kamu dengar apa yang Mami bilang barusan kan ? " tanya Mami Sita kemudian.
" I, iya Mi. Kevin dengar semuanya " jawab Kevin.
" Ya sudah, Mami cuma mau ngomong itu saja. Ingat, nanti kalau Mami pulang kamu harus jemput Mami sama calon menantu Mami ! " tegas Mami Sita lagi lalu menutup panggilan telepon.
Astaga... ! Ya Tuhan... Aku harus bagaimana ?
Batin Kevin sambil mengusap wajahnya.
Awalnya, Kevin begitu yakin akan mendapatkan identitas wanita itu. Namun, setelah pencariannya selama ini tak membuahkan hasil ia sepertinya tahu jika wanita itu sendiri yang menghilangkan jejaknya agar tak bisa ditemukan. Tapi untuk apa ? Mengapa ia harus meninggalkan jejaknya ? Siapa wanita itu sebenarnya ?
Pikiran Kevin terus bertanya-tanya tanpa ada sebuah jawaban logis yang bisa memberi titik terang permasalahan yang dihadapinya. Hingga Kevin mengingat ucapan yang disampaikan oleh wanita itu saat bertemu di bandara. Wanita itu menyatakan jika ia tak membutuhkan tanggung jawab apapun darinya bahkan jika dia hamil sekalipun.
Mengapa dia tak menginginkan pertanggungjawaban dariku ? Apa dia sudah menikah ? Astaga, berarti aku sudah merusak pernikahan orang lain jika dia ternyata memang sudah menikah.
Kevin mengurut pangkal hidungnya sambil memejamkan matanya. Hingga kemudian terdengar suara ketukan pintu.
Tok Tok Tok...
" Ya, masuk ! " seru Kevin.
Tak lama kemudian asistennya masuk dan berjalan ke arahnya.
" Ada apa ? " tanya Kevin melihat pria muda yang berdiri di depannya.
" Maaf Kak... Hari ini ada meeting dengan PT Newest untuk membicarakan proyek kita yang ada di Lombok " jawab Ryan, asisten yang juga merupakan sepupunya.
" Jam berapa ? " tanya Kevin.
" Nanti malam jam 8 di Club X " jawab Ryan lagi.
Alis Kevin saling bertaut,
" Kenapa harus di Club ? " tanya Kevin heran.
" Ownernya memang menyukai hiburan malam. Kalau Kak Kevin tidak suka, biar aku reschedule jadwal meetingnya " jawab Ryan lagi.
Kevin menghela nafasnya,
" Tidak perlu. Kita pergi saja, nanti kau pergi denganku ! " sahut Kevin
" Siap Kak " ucap Ryan.
Ryan tak segera pergi, ia memperhatikan wajah kakak sepupunya yang terlihat kusut dan banyak masalah.
" Kakak sedang ada masalah ? " tanya Ryan sembari menatap Kevin.
" Hem... " jawab Kevin singkat tanpa melihat Ryan.
" Mungkin aku bisa membantu kakak ? Ceritakan saja ada masalah apa " ucap Ryan lagi yang membuat Kevin menatap adim sepupunya itu.
" Masalah biasa, Mami memintaku membawa calon istriku saat menjemputnya minggu depan " ucap Kevin.
Ryan manggut-manggut.
" Kalau begitu kakak bawa saja wanita yang sedang kakak cari itu " jawab Ryan yang sudah mengetahui masalah yang menimpa kakak sepupunya itu.
" Masalahnya, sampai sekarang aku belum bisa menemukannya " ucap Kevin menghembus kasar nafasnya.
" Hah ? Jadi masih belum ketemu ya ? " tanya Ryan lagi.
" Kalau begitu, wanita itu mungkin bukan jodoh Kak Kevin. Anggap saja itu bonus untuk Kakak karena sampai sekarang belum pernah menyentuh wanita " ucap Ryan lagi sambil tergelak.
Kevin langsung memelototkan matanya membuat Ryan seketika menghentikan tawa dan menutup mulutnya.
" Maaf Kak... " ucap Ryan sambil mengusap tengkuknya.
Merasakan hawa membunuh dari Kevin membuat, Ryan segera undur diri.
" Ah, aku baru ingat ada yang harus aku kerjakan. Aku pergi kembali ke ruanganku ya, Kak " ucap Ryan berusaha menyelamatkan dirinya dari amukan Kevin.
" Ryan... " teriak Kevin dengan geram.
Namun Ryan sudah menutup pintu.
" Hah, selamat... " ucap Ryan saat sudah berada di luar. Tangannya mengelus dadanya saat berhasil lari dari amukan Kevin.
Ryan pun segera menuju ruangannya.
Sementara itu Kevin masih uring-uringan, apalagi saat mendengar ucapan dari Ryan tadi. Bisa-bisanya adik sepupunya itu dengan mudahnya mengatakan jika apa yang menimpanya adalah bonus, walaupun harus ia akui jika memang ia seharusnya menganggapnya bonus karena itu bukan keinginannya sendiri bahkan ia pun sebenarnya telah dibebaskan dari tanggung jawab oleh wanita itu.
Tetapi Kevin bukanlah pria yang tak bertanggung jawab. Ia akan berusaha terus mencari wanita itu untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya apapun yang terjadi nanti. Bahkan jika ia ternyata memiliki anak dari hubungan satu malamnya, maka ia akan mengakui keberadaan anaknya.
Kevin sudah bersiap untuk pulang saat Ryan datang ke ruangannya.
" Kak, kita pulang sekarang ! " ucap Ryan saat melihat Kevin sudah berdiri dari kursinya.
Tak menjawab apapun, Kevin hanya melirik sinis adik sepupunya itu. Ryan menghela nafasnya, jika ia tidak melakukan sesuatu dapat dipastikan akan berbuntut panjang.
" Kak, aku minta maaf " ucap Ryan.
" Untuk ? " tanya Kevin datar.
" Untuk ucapanku tadi. Maaf, tapi sepertinya ucapanku tadi tidak sepenuhnya salah... " jawab Ryan membela diri.
Kevin menaikkan sebelah alisnya dengan ekspresi dingin.
Astaga... Aku pasti salah bicara lagi ! Dasar kebiasaan lémés. Ryan bodoh !!
Rutuk Ryan dalam hatinya, bahkan tangannya sampai menepuk mulutnya.
Kevin menghela nafasnya, lagipula ucapan Ryan tidaklah salah.
" Sudahlah, aku memaafkanmu ! Sekarang kita pulang, kita harus bersiap untuk bertemu klien nanti malam " seru Kevin.
" Baiklah, Kak. Siapa tahu nanti Kakak akan menemukan calon istri Kakak di Club " seloroh Ryan yang langsung membuat Kevin menoyor jidatnya.
Astaga... Lagi-lagi salah bicara !!
Waktu sudah menunjukkan pukul 8 malam kurang 5 menit saat Kevin dan Ryan tiba di Club X. Mereka segera masuk ke private room yang sengaja dipesan untuk pertemuan mereka.
Akhirnya kesepakatan kerja sama mereka terjalin. Klien mereka meminta kepada Kevin dan Ryan untuk bersenang-senang terlebih dahulu. Kevin yang pada dasarnya tidak menyukai tempat hiburan malam bermaksud menolak, namun karena menghargai kliennya tersebut ia memilih untuk tinggal sedikit lebih lama.
Ryan yang nota bene jauh lebih muda dibandingkan Kevin, tentu saja menikmatinya. Walaupun begitu, mereka berdua tidak menyukai minuman beralkohol. Kevin memilih untuk duduk saja sembari memperhatikan Ryan yang sudah turun ke lantai dansa bersama kliennya itu.
Tiba-tiba, ada seorang wanita penghibur duduk di samping Kevin. Wanita itu mencoba merayu Kevin, tapi Kevin tidak tertarik dan memintanya untuk pergi. Sayangnya wanita itu, justru semakin mendekatkan dirinya kepada Kevin.
Merasa tak suka, Kevin mendorong wanita itu kemudian memilih untuk angkat kaki dari sana. Kevin menuju lantai dansa, tapi bukan untuk berjingkrak bersama Ryan melainkan untuk meminta Ryan agar segera pergi bersamanya.
Ryan segera mengikuti atasan yang juga kakak sepupunya itu walaupun ia masih ingin menikmati hiburannya.
Kevin dan Ryan berjalan menuju pintu keluar sampai kemudian di lorong yang menuju pintu keluar ia melihat seorang gadis yang dipapah oleh seorang pria menuju private room di lantai 2.
Awalnya Kevin tak peduli, namun saat melewatinya selintas Kevin melihat jika gadis itu tak sadarkan diri. Kevin kemudian berjalan mengikuti pria tersebut.
" Kak, kau mau kemana ? " tanya Ryan saat melihat Kevin yang justru menuju tangga ke lantai 2.
" Aku... sepertinya ada yang tertinggal tadi. Kau tunggu saja di mobil. Aku akan segera kembali ! " seru Kevin.
Ryan hanya mengangguk, ia mengikuti apa yang Kevin perintahkan.
Sementara itu, Kevin berjalan mengikuti pria tadi yang masuk ke dalam sebuah kamar.
Untuk apa aku mengikuti mereka, mungkin saja gadis itu bukan wanita baik-baik. Mengapa aku peduli ?
Gumam Kevin dalam hatinya.
Kevin pun segera membalik badannya untuk meninggalkan tempat itu. Padahal tadi ia sangat ingin menolong gadis tersebut. Ia teringat kejadian yang menimpanya dulu. Dan mungkin saja gadis itu pun mengalami hal yang sama sepertinya. Tapi sepertinya dugaannya salah.
Baru beberapa langkah menjauh, Kevin mendengar pintu kamar itu terbuka dan pria yang tadi membawa gadis itu keluar dari dalam kamar bersama dengan seorang wanita paruh baya.
Kevin bersembunyi di balik tembok lalu mengintipnya. Sebagai langkah antisipasi, ia juga menyalakan perekam video untuk merekam perbincangan mereka.
" Mana bayarannya ? Aku sudah bekerja keras membuatnya sampai disini " ucap wanita itu.
" Kau yakin dia masih perawan ? " tanya pria itu menatap wanita di hadapannya.
" Tentu saja, aku pastikan dia masih perawan ting ting. Belum ada satu lelakipun yang menjamah tubuhnya " jawab wanita itu lagi.
Pria itu kemudian menyeringai penuh kemenangan. Ia lalu mengambil uang dari saku celananya.
" Ini uangnya, setengahnya cash seperti yang kau minta. Dan aku harap kau tidak berbohong padaku. Jika aku sudah berhasil, kau akan menerima sisanya setengahnya lagi dan akan ku transfer langsung ke rekeningmu " ucap pria itu sambil menyerahkan amplop coklat berisi uang.
Wanita itu mengambil amplop berwarna coklat itu lalu menghitung isi di dalamnya. Ia mencium aroma uang yang ada di dalamnya.
" Kau nikmati saja gadis itu. Aku jamin kau pasti akan puas dengannya " ucap wanita itu sembari terkekeh.
" Kau memang gila, karena uang kau bahkan menjual anakmu sendiri " sahut pria itu sambil menggelengkan kepalanya.
" Dia hanya anak tiriku. Lagi pula, sudah sepantasnya dia memberiku upah setelah aku merawatnya selama bertahun-tahun. Sudahlah, sekarang kau nikmati saja dia sebelum dia sadar dan melarikan diri " timpalnya kemudian segera pergi dari tempat itu.
Kevin segera mematikan kameranya, saat pria itu masuk ke dalam kamar. Kevin sempat ragu akan tindakannya, namun ia tidak ingin sesuatu yang buruk terjadi pada gadis itu. Kevin lantas mengetuk pintu kamar tersebut, namun tidak ada reaksi dari dalam kamar.
Sementara itu di dalam kamar pria tersebut telah melepaskan pakaiannya sendiri, lalu ia bergerak mendekati gadis itu dan membuka kancing kemeja yang membungkus tubuhnya hingga ia bisa melihat bagian dalam tubuh gadis itu yang begitu menggoda kendati belum terlihat seluruh bagian tubuhnya. Hanya melihat bagian dadanya saja sudah membuat jakun pria itu turun naik bahkan senjatanya langsung tegak membuat celananya sesak.
Tok... Tok...Tok... Tok...
Terdengar pintu diketuk kembali.
Sial ! Mengganggu saja.
Gerutu pria tersebut. Ia menghentikan kegiatannya, lalu menuju pintu dengan tubuh bertelanjang dada dan celananya dengan gesper yang sudah terbuka.
" Ada apa ? Mengganggu saja " sentaknya saat membuka pintu.
Kevin langsung menerobos masuk dan memabrak pria di depannya itu.
" Sialan ! Siapa kau hah ? Berani-beraninya menggangguku !" gertaknya sambil mendorong Kevin keluar
Kevin melihat keadaan gadis itu yang terbaring di tempat tidur dengan keadaan belum sadar dan pakaian yang sudah terbuka.
" Aku kekasihnya ! Lepaskan dia ! " seru Kevin sambil menatap pria tersebut dengan tajam.
" Hah kau mimpi !! " sahut pria itu tak terima.
" Lepaskan dia dan akan ku pastikan kau tidak akan terluka " ucap Kevin dingin.
Pria itu menyeringai menatap Kevin.
" Diam ! Jangan harap aku melepaskannya " ucap pria itu kemudian menyerang Kevin dengan melesakkan tinju ke arah wajah Kevin.
Kevin secepatnya menghindar sehingga pria tersebut hanya memukul angin. Pria itu mencoba memukul Kevin kembali, namun dengan mudah Kevin kembali menghindar.
" Dasar pecundang, jangan hanya menghindariku. Ayo lawan aku ! " ucapnya dengan kesal karena serangannya tak juga mengenai Kevin.
" Cih, aku tidak suka kekerasan " sahut Kevin dengan datar. Ia kini berjalan menuju gadis yang sedang terbaring tersebut.
Dengan liciknya, pria itu menendang punggung Kevin saat ia lengah dan membuat Kevin jatuh tersungkur di tempat tidur. Kevin mengepalkan tangannya, lalu berbalik. Ia menggerakkan jemarinya serta menggerakkan lehernya ke kanan dan ke kiri seolah sedang melakukan pemanasan.
" Baiklah, rupanya kau lebih suka jika bertindak kasar. Jadi jangan salahkan aku jika aku tak lagi menahan diri " ucap Kevin.
" Alah, jangan banyak cincong... Aargh... " pria itu terjengkang ke belakang saat Kevin menendangkan kaki ke perutnya dan tak lama kemudian dia pun ambruk.
" Ck... Baru sekali gerakan sudah pingsan " ucap Kevin melihat pria itu sudah tak sadarkan diri.
Kevin membuka jasnya, lalu menutupkannya pada tubuh gadis itu. Ia juga menggendong gadis itu dan segera membawanya pergi.
" Kemana sih Kak Kevin ? Kenapa lama sekali ? " ucap Ryan yang tengah menunggu di depan kap mobil sambil menatap sekeliling.
Tak lama Ryan melihat Kevin menuju ke arahnya dengan membawa seorang gadis yang digendongnya ala bridal style.
Jadi barang yang ketinggalan itu seorang gadis ?
Sebelah alis Ryan terangkat.
" Kenapa kau diam saja ? Cepat bukakan pintu ! " seru Kevin membuyarkan pikiran Ryan.
Dengan sigap Ryan membuka pintu belakang mobil dan Kevin segera membaringkan gadis itu di kursi belakang. Kevin lantas menutup pintu dan ia duduk di jok depan. Ryan pun segera menyusul Kevin. Ia masuk dan duduk di belakang kemudi.
" Sebenarnya siapa gadis ini, Kak ? "
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!