NovelToon NovelToon

Cinta Untuk Om Korea

Prolog

Di sebuah daerah pesisir selatan yang terkenal dengan keindahan pantainya, langit biru, pasir putih dan ombak yang tidak terlalu besar menjadikan sebuah pantai sebagai tempat favorit untuk menghabiskan waktu bersama keluarga. Tak ayal banyak juga wisatawan baik dalam negeri maupun luar negeri yang suka dan senang menghabiskan waktu liburan mereka di pantai yang ada di pesisir selatan. Keramahan warga sekitar juga menambah daya tarik dari pantai di pesisir selatan, walaupun belum dapat di sandingkan dengan pantai di pulau dewata, tapi bila yang dicari adalah ketenangan maka pantai di pesisir selatan adalah tempat yang cocok untuk melepas penat dan mencari ketenangan.

Begitu pula seorang pria berwajah oriental yang merupakan keturunan Korea dan Jepang berusia 20 tahun yang sedang mencari ketenangan hati. Duduk ditepi pantai sendirian mendengarkan deru ombak dan menikmati angin pantai yang sepoi-sepoi membuatnya lupa sejenak dengan segala amarah dan kegelisahan hati.

(dalam bahasa Korea)

"Apa semuanya harus menjadi seperti ini?"

"Tidak bisakah waktu dapat diputar kembali?"

"Apa aku masih berhak untuk bahagia Haewona? Setelah apa yang telah terjadi kepadamu."

"Aku harus bagaimana Haewona?"

Kesedihan datang kembali dikala teringat dengan kenangan yang menyakitkan beberapa bulan yang lalu. Amarah dan kesakitan terlihat jelas di raut wajahnya, tak banyak orang tahu dibalik wajah tampan oriental terlihat jelas dimatanya rasa sakit, amarah dan kekecewaan yang besar kepada dunia. Duduk termenung dengan pikiran melayang, tanpa disadarinya 3 gadis kecil mendekat kepadanya.

"Eh masnya ganteng ya, kaya itu yang main drama lumba-lumba apa judulnya lupa aku."

"Iya yang tiap sore itu to acaranya di s*tv itu to, aku suka banget nonton itu."

Obrolan 2 anak kecil yang bila dilihat mereka seperti seumuran, dan anak ke 3 yang paling kecil dari yang lain diam saja dan terus memperhatikan pria oriental tersebut.

"Coba kamu duduk sana terus ajak ngomong kamu suka drama itu to?"

"Iya tapi dramanya kan bahasa indonesia, mana aku tahu bahasa asli drama itu.'

"Aku tahu mbak."

Tiba-tiba anak terkecil menyahut obrolan kedua kakaknya.

"Wa ha ha ha..."

"Rara kamu jangan jadi tukang ngibul dong, mana mungkin kamu bisa bahasa masnya."

"Bisa mbak, Rara pernah nonton film yang pemainnya mirip sama Om itu sama bapak terus suaranya gak pakai bahasa indonesia."

"Kalau gitu coba ajak ngomong mas ganteng itu kalau kamu bisa."

"Oke, lihat Rara ya."

Anak terkecil itu dengan percaya diri menghampiri pria oriental itu. Sang pria dibuat bingung karena tiba-tiba saja ada gadis kecil berdiri tepat dihadapannya. Dan alangkah terkejutnya sang pria saat dengan lantangnya sang gadis kecil berbicara.

"Wacingcong wacingcong wacingcong."

Sontak sang Pria tidak dapat menahan tawanya hingga dia tertawa terbahak-bahak. Ini adalah tawa lepas pertamanya sejak kejadian menyakitkan yang membuatnya lupa akan tertawa. Sontak sang gadis kecil menjadi malu karena ditertawakan dengan keras oleh sang pria, dia berniat untuk segera pergi dari hadapan yang pria.

"Tunggu, maaf karena aku menertawakan mu."

"Lho Omnya bisa bahasa indonesia kayak aku?"

"Bisa".

"Oalah tau gitu aku tadi ngomong normal aja."

"Emang tadi kamu ngomong gak normal?"

"He he he, aku juga gak tau tadi ngomong apa Om."

"Kamu lucu sekali. Namamu siapa?"

"Kinara tapi dipanggil Rara om."

"Rara, umur berapa?"

"7 tahun om".

"Kok kamu panggil aku om bukanya kakak-kakakmu tadi manggil aku mas ganteng?"

"Kata ibu kita ndak boleh salah manggil orang dewasa katanya itu ndak sopan. Karena Omnya jauh lebih tua dari mas Panji jadi gak boleh dong dipanggil mas, gak sopan nanti."

"Mas Panji?"

"Iya mas Panji kakak laki-laki aku itu orangnya."

Terlihat di kejauhan seorang anak laki-laki yang sedang bermain sepak bola tepi pantai. Anak laki-laki yang bila dilihat-lihat masih berkisar usia sepuluh tahun.

"Kalau boleh tahu Om namanya siapa?"

"Nama aku Tanaka Lee, kamu bisa memanggilku Om Tan."

"Om Tan?"

"Iya kenapa? Kok kamu ketawa?"

"Ndak apa-apa Om, cuma nama Om kayak acara di tv yang isinya hewan-hewan."

"Memang apa nama acaranya?"

"Ot*n om singkatan dari orang hutan he he he..."

"Maksud kamu saya kayak orang hutan gitu?"

"Enggak Om Rara ndak bilang gitu, masak iya orang seganteng Om mirip orang hutan. Nama panggilannya saja Om yang mirip."

"Wa habha kamu tu lucu banget tau gak Rara. Om dah lama gak ketawa lho jadi karena Rara Om bisa ketawa lagi."

"O ya kenapa Om ndak ketawa, ketawa itu baik lho Om terus bikin sehat Rara aja suka banget ketawa."

"Oya kenapa Rara suka ketawa?"

"Karena Rara suka lihat orang bahagia, kata bapak kalau kita bisa membuat orang lain ketawa sama saja kita membuat mereka bahagia dan kalau mereka bahagia kita juga bisa bahagia. Terus ditambah lagi kata Bulek Tari ketawa bisa bikin sehat dan awet muda Om."

"Apa Om boleh bahagia juga?"

"Boleh dong kata ibu seluruh manusia di dunia itu boleh bahagia siapapun mereka, di manapun mereka tinggal, bagaimanapun bahasa mereka semua manusia boleh bahagia."

"Om juga pingin bahagia, tapi apa om bisa?"

"Bisa, Om ketawa saja nanti pasti bahagia. Kalau Om susah ketawa ingat yang Rara lakukan tadi, pasti Om pasti bakalan ketawa hehehe."

Pertemuan yang kebetulan ataukah takdir yang sedang berjalan kita tidak akan ada yang tahu. Tapi yang pasti ini adalah awal kisah mereka, akankah menjadi kisah bahagia atau sebaliknya kita nantikan saja nanti.

Bersambung..

1

"Rara bangun sudah siang katanya kamu jam 10 ada acara yudisium di kampus. Ayo bangun ini sudah jam 9."

"…"

"KINARA AYU PRATIWI BANGUN."

"Siap Prof, revisi saya sudah siap."

"Kamu ngomong apa sih nduk, ayo bangun dah jam 9 ini."

"Eh ibu, Rara kira profesor Rara. Maaf ibu Rara masih kebawa waktu skripsi."

"Oalah nduk kamu dah selesai skripsinya to, hari ini buktinya kamu ikut acara yudisium."

"Iya ibu Rara cuma masih kebawa mimpi, hari ini Rara kan yudisium. YUDISIUM! Ibu jam berapa sekarang? Rara gak mau telat acara yudisium ibu."

"Jam 9 nduk, makanya kalau bangun nyawa dikumpulin dulu diajak ngomong gak konek jadinya."

"O jam 9 aman, hehehe Rara kan semalem telepon-teleponan sama mas Panji jadi tidur kemalaman."

"Sudah sana siap-siap, kalau kamu gak segera siap-siap ibu pastikan kamu bakalan telat acara yudisium."

"Siap ibuku tersayang, Rara mandi dulu kalau gitu."

"Sarapan kamu sudah di bawa tapi dingin karena kamu bangunnya kesiangan. Kalau mau panas sayurnya kamu panasin sendiri ya, ibu mau ke tukang sayur depan kompleks."

"Iya ibu siap."

Kinara Ayu Pratiwi atau biasa dipanggil dengan Rara gadis manis yang berumur 22 tahun, anak bungsu dari 3 bersaudara memiliki 1 kakak laki-laki dan 1 kakak perempuan. Gadis yang baru saja menyelesaikan pendidikan sarjananya, setelah berkutat dengan segala urusan revisi merevisi tepat sebulan yang lalu dirinya dapat menyelesaikan skripsinya dan hari ini adalah acara kelulusan atau biasa disebut yudisium sebelum acara puncak wisuda nantinya. Setelah selama 4 tahun dirinya menempuh pendidikan ekonomi bisnis akhirnya sebentar lagi dia akan menyandang gelar sarjana ekonomi. Sama seperti 2 kakaknya, Kinara juga lebih memilih jurusan bisnis seperti kedua kakaknya. Bukan karena dia menyukai jurusan bisnis tapi lebih ke alasan lebih mudah mencari referensi belajar jikalau dia memilih jurusan yang sama dengan sang kakak ditambah segala buku yang dia butuhkan akan tersedia tanpa repot-repot dia mencarinya saat kuliah. Begitulah sosok Kinara yang lebih suka segala sesuatu simpel karena moto Kinara adalah bila ada yang mudah kenapa harus memilih susah.

Jam tepat menunjukan pukul 9.30 Kinara telah selesai menyiapkan keperluannya saat yudisium nanti. Kemeja putih, rok hitam span dan jas Almamater adalah dress code untuk acara yudisium dan tidak lupa rambut yang wajib untuk di ikat rapi. Acara yudisium adalah acara resmi dari setiap fakultas, jadi acara ini termasuk acara formal yang wajib menggunakan pakaian yang telah ditentukan.

"Kamu sudah siap kok belum berangkat nduk?"

"Rara menunggu Hanif ibu, dia mau jemput Rara katanya."

"O ya sudah kalau kamu ada yang jemput, setidaknya lamu gak akan telat kalau dijemput."

"Iya ibu, rumah kita kenapa nanggung ya bu."

"Nanggung gimana nduk?"

"Nanggung aja jaraknya sama kampus Rara, ibu. Sebenarnya rumah kita kan deket kampus Rara, cuman kalau naik angkutan umum jadi jauh muter-muter dulu. Makannya Rara bilang nanggung habis kalau jalan juga rasanya jadi jauh hehehe.."

"Bilang saja kalau kamu yang sebenarnya malas jalan. Padahal kalau kamu jalan palingan gak setengah jam udah sampai kampus kamu.

"Iya ibu tapi kan panas terus jalannya nanjak lagi."

"Alah kamu kebanyakan alasan. Sudah sana berangkat ibu dah dengar klakson mobil Hanif."

"Hehehe ibu tahu aja. Rara berangkat dulu ya bu."

"Iya hati-hati kamu, nanti pulang dijemput bapak sama ibu kan? Ingat nanti malam ada acara makan malam kelulusan kamu jangan lupa mengerti!"

"Iya ibu Rara gak lupa, nanti sore langsung jemput Rara di kampus saja kalau sudah sampai kampus telepon Rara."

"Iya nanti ibu telepon kamu pas sudah sampai kampus kamu."

"Rara berangkat dulu ya ibu."

"Iya nduk hati-hati."

Rara berlari keluar rumahnya, terlihat sebuah city car berwarna hitam terparkir rapi di depan pintu gerbang rumah Rara. Segera Rara pun berlari menuju mobil tersebut.

"Lama bener kamu Nif."

"Sorry my prend, ibu Gue minta foto-foto dulu sebelum Gue berangkat katanya buat dipamerin ke temen-temen ibu Gue sama keluarga besar Gue. Sumpah asli sebenernya Gue malu abis tau."

"Wa ha ha gak papa Nif Gue mah paham secara Lo kan anak satu-satunya bonyok lho wajarlah mereka pamerin wa ha ha."

"Ga usah ketawa deh Lo. O ya Lo dah tau mau ngelamar kerja dimana Ra?"

"Belum sih wisuda aja belum Hanif."

"Justru karena belum wisuda Ra kita harus segera cari kerja, setelah yudisium ini kitakan dah dapat surat keterangan lulus dan itu dah bisa buat ngelamar kerja katanya. Kita harus gerak cepat Ra keburu banyak yang juga cari kerja saingannya banyak."

"Iya juga ya, Gue sih kemarin ditawarin coba ikut management trainee kantor mbak Ajeng. Tapi Gue belum yakin gitu nerima tawaran dari mbak Ajeng."

"Kenapa Ra lumayan buat pengalaman."

"Iya cuman gimana ya gak suka aja tar di sana dikenalnya adeknya mbak Ajeng doang, secara kakak Gue kan prefecto, Gue males dibanding-bandingin tar."

"Iya juga ya Lo sama mbak Ajeng kan kayak langit dan bumi beda banget nget."

"Nah Lo tau kan."

"Tapi kata om Gue, buat orang-orang yang baru lulus kayak kita mending cari perusahan yang gede sekalian, selain kita dapat pengalaman yang bagus juga bisa jadi prospek di resume kita nanti sebagai pengalaman kerja. Secara kebanyakan perusahaan itu cuma nerima pegawai kontrak kan, ya kalau kontrak kita diperpanjang kalau gak kan kita cari kerja lagi."

"Lo punya gambaran perusahaan-perusahaan gede di Indonesia gak Nif?"

"Ada beberapa, Gue lagi pilah-pilah juga beberapa perusahaan luar yang juga nerima fresh graduate kayak kita."

"Wah Lo dah prepare semuanya ya Nif, keren Lo. Gue belum kepikiran malah hehehe."

"Lo tu kebiasaan Ra."

"Kalau boleh tau Lo mau daftar kemana aja emang?"

"Gue mau ngelamar di perusahaan rokok dan perusahaan waralaba dua itu target utama Gue. Tapi Gue juga mau coba di perusahan ekspor-impor juga dan yang Gue hindari adalah perusahaan keuangan dan perusahaan IT."

"Kenapa emang dengan perusahaan keuangan sama IT?"

"Karena setau Gue perputaran pekerja di dua perusahaan itu cepet banget alias kontrak kerjanya cuma sebentar dan rata-rata lebih suka para fresh graduate biasa bibit-bibit baru."

"Jujur sebenernya Gue pengen kerja di hotel, Lo tau kan Gue bener-bener tertarik sama management hotel. Cuman masalahnya yang Gue tau perusahaan hotel terbaik rata-rata bukan perusahaan Indonesia kan, Gue jadi minder buat daftar."

"Ngapain Lo minder Rara, coba aja itung-itung pengalaman dan sapa tau rejeki di Lo jadi diterima. Mang Lo mau ngelamar dimana?"

"Hotel Senja."

"Hotel Senja salah satu hotel dari perusahan korea Hwanggu Grup?"

"Iya Nif, entah kenapa Gue pengen kerja di sana lho tau Gue paling suka sunset dan sunset cuma ada di seja bukan. Dan Gue pernah nginep di hotel itu sekali waktu nikahan mbak Ajeng sumpah tu hotel top banget. Gue jadi pengen jadi bagian dari hotel Seja itu, kalau Gue diterima di sana itu sudah sebuah kehormatan buat Gue."

"Ya Lo coba aja Ra, gak usah ragu PD aja gue yakin dengan kemampuan Lo, Lo bakalan keterima."

"Makasih Nif Lo, sahabat terbaik gue pokoknya."

"Iya Gue tau, kalau bukan Gue mang sapa yang betah sahabat sama Lo dari TK ampek sekarang ha. Dah ayo turun kita dah sampai jangan sampai telat di acara kelulusan kita sendiri kan gak lucu Ra."

"Iya ayo dah jam 10 cepetan jalannya kalau gak ayo lari aja Nif."

"Ogah acara yudisium kita dilantai 4 Lo aja yang lari Gue mah mau naik lift."

"Ih bukan lari pas naiknya, tapi lari sekarang sampai ke lift Hanif."

"O gitu ya udah ayo lari sekarang."

Merekapun berlari menuju gedung fakultas mereka, rasa kegembiraan terlihat jelas di wajah mereka. Perjuangan 4 tahun menempuh pendidikan menjadi kenangan yang tak terlupakan dari setiap mahasiswa karena setelah mereka lulus dapat dipastikan akan merindukan masa-masa kuliah dulu. Jadi bila kalian masih berkuliah dan menyandang status mahasiswa nikmatilah saat itu karena sungguh itu sangat menyenangkan untuk dikenang dikemudian hari.

Bersambung...

2

"Happy graduation Gaes."

"Happy graduation Beb, happy graduation Bro."

"Akhirnya selesai juga semua cobaan ini terimakasih Tuhan."

"Lo napa jadi melankolis gitu Nif."

"Lo tahu setelah Gue nerima surat keterangan lulus ini entah kenapa tiba-tiba Gue keinget jaman skripsi dulu."

"Iya Gue juga jadi keinget perjuangan kita bimbingan dulu, kita gak kenal yang namanya panas, hujan, badai bahkan banjir pun kita terjang tak kenal rada takut."

"Ya iya lah Fa, dulu kita lebih takut dosen minta revisi ulang dari pada hujan badai."

"Betul sekali Beb, itu adalah momok yang paling menakutkan 1 tahun terakhir Gue. And now kita bebas dari momok menyeramkan jiwa kita. Oya eh tar malem party yuk, ke kafe Gani aja tar Gue yang bokingin."

"Sorry Fa, Gue ada acara makan malam keluarga kalau tar malem, lho tau kan acara itu selalu jadi ritual buat anak emak bapak Gue lulusan."

"Oya Gue lupa, malam yudisium Lo punya ritual keluarga hehehe."

"Sorry Beb, gimana kalau besok aja di kafe Gani aja, Lo yang boking tar sekalian ajak anak-anak yang laen ya gak Nif."

"Yo i hari ini Gue juga gak bisa nyokap dah pesen selesai yudisium Gue disuruh balik rumah."

"Gue tebak pasti nyokap Lo lanjut foto-foto tar, terus surat keterangan lulus Lo juga pasti bakalan jadi timeline di status wa nyokap Lo wa ha ha ha."

"Diem Lo Ra gak usah ngeledek Gue napa, Lo paham posisi Gue kan."

"Iya-iya Hanif Putra Danata."

"Napa emang Lo Nif?"

"Biasa Beb resiko anak tunggal, sedari pagi dah jadi fotomodel emaknya dia wa ha ha."

"Ya elah biasa aja Nif, itu tandanya ortu Lo bangga sama Lo nikmatin aja oke."

"Emang Gue punya pilihan laen selain dengan terpaksa menikmati. Dah ah gue mau balik sekarang liat nyokap Gue dah telepon aja dari tadi. Gue duluan ya. Iya Mah, Hanif otw pulang sabar."

"Wa ha ha liat si Hanif lucu kalau dah nyangkut ortunya."

"Maklumi aja Fa dia anak tunggal, harapan satu-satunya bapak sama ibunya. Ditambah Lo kan tau seberapa sayang tante Ratri sama Hanif bagi tante Ratri Hanif adalah number one, bahkan om Juan kalah telak sama anaknya wa ha ha ha"

"Eh Lo gak pulang bareng Hanif Ra?"

"Gak Fa, Gue dijemput ortu tar di depan kampus, biar bisa langsung ke restauran buat makan malam keluarga."

"Lo dijemput jam berapa emang?"

"Ini Gue dah chat nyokap kalau Gue dah kelar, katanya mereka lagi siap-siap buat jemput ke kampus."

"Kalau gitu kanti dulu masih sempat kan Ra? Temenin Gue beli batagor dah lama Gue gak makan batagor kantin, kan kita dah lama gak ngampus."

"Oke no problem, ayo ke kantin."

Rara dan Rifa pergi ke kantin bersama. Sama dengan Hanif, Rifa adalah sahabat baik Rara kalau Hanif adalah sahabat Rara sedari kecil beda dengan Rifa. Rifa adalah orang pertama yang dikenal Rara selain Hanif sejak pertama masuk saat MOS, dimana mereka berada dalam satu kelompok. Dari sanalah awal mula mereka berteman dan akhirnya menjadi sahabat.

"Lo dah ada gambaran buat ngelamar kerja dimana aja Ra?"

"Gue belum menentukan pilihan Fa, masih bingung Hanif no yang sudah bikin planning kerja."

"Emang Hanif gak mau coba jadi pegawai negeri kayak Papahnya Ra? Setahuku tahun ini cpns dibuka besar-besaran."

"Kamu mau ikutan cpns Fa?"

"Kayaknya Ra, beberapa lowongan instasi pemerintahan dah mulai di publish ada banyak lowongan lulusan jurusan kita juga. Ditambah kalau gue ikut cpns pengalaman kerja gak jadi prioritaskan."

"Iya juga ya. Si Hanif tadi sih bilangnya mau coba beberapa perusahaan ekspor-impor juga, dia kayaknya gak minat kerja kayak bapaknya. Tau gak Fa tadi planning dia banyak banget target dia semua perusahaan gede."

"Kalau kamu dah ada beberapa pilihan bukan, mau ngelamar mana aja Ra?"

"Lo tau kan Gue amat sangat berminat sama management perhotelan jujur Gue pengen bisa kerja di hotel. Cuman Lo tau kan kerja di hotel buat fresh graduate susah mereka rata-rata menerima tenaga profesional. Gue jadi ragu buat ngelamar."

"Coba aja Ra, itung-itung pengalaman cari kerja. Dan lebih baik lagi Lo juga ngelamar dibeberapa perusahaan yang mau nerima fresh graduate kaya kita juga, buat cadangan."

"Gue juga ditawarin buat ikut management trainee di perusahaan tempat mbak Ajeng kerja, tapi kalau dipikir-pikir lagi mending Gue skip pilihan yang ini."

"Lho kenapa Ra, lumayan lho bisa buat pengalaman kerja lagian kontrak management trainee rata-rata pendek."

"Rifa Lo tahu orang kayak apa Kakak Sulung Gue itukan, dia miss perfeksionis. Ditambah kepribadian Gue sama mbak Ajeng bagai langit dan bumi. Gue gak siap kalau dibanding-bandingkan sama mbak Ajeng tar. And jujur kadang Gue aja masih susah menghadapi kebiasaan mbak Ajeng. Yang penting Gue gak mau dibilang KKN kalau Gue masuk kantornya mbak Ajeng."

"Iya juga Lo kan paling gak bisa lama-lama sama mbak Ajeng. Ya udah Lo mantepin aja ngelamar di perusahaan perhotelan, Lo pilah-pilah aja dulu terus Lo coba deh satu-satu. Perusahan perhotelan setau Gue kan lumayan banyak."

"Iya Gue dah ada beberapa target, salah satunya hotel Senja."

"Lo masih terobsesi sama to hotel Ra?"

"Lo tau kan Fa seberapa Gue ngefans sama tu hotel."

"Ya udah coba aja Ra sapa tau rejeki."

"Amin."

Terdengar suara Hp berdering.

(Percakapan dalam telepon)

"Halo, iya ibu Rara keluar sekarang."

"…"

"Gak kok ni cuma lagi nemenin Rifa beli batagor."

"…"

"Bentar Rara tanya Rifa dulu ya bu."

Rara bertanya ke Rifa.

"Lo mau ikut keluarga Gue makan malam gak?"

"Gak usah, itu acara makan malam keluarga Lo Ra, Gue gak mau ganggu."

"Ya elah gak papa ini ibu Gue yang ngajakin. Lo kan sahabat Gue Fa, ayo ikut aja."

"Gak mau Rara, dah sana Lo cepetan ke depan bapak sama ibu pasti dah nunggu. Gue juga dah ada janji tar malem jadi Gue bener-bener gak bisa ikut Ra."

"Lo ada janji sama siapa Fa, ortu Lo kan masih bulan depan dateng kesini. Atau jangan-jangan Lo punya pacar ya?"

"Aduh Lo tu ya, Gue ada janji sama anak-anak kosan buat BBQ an buat selamatan anak-anak kos yang lulusan."

"O gue pikir Lo mau dinner sama pacar Lo."

"Kalau gue punya pacar bukannya Lo yang bakalan tau pertama secara kemana-mana Gue cuma sama Lo ma Hanif kan Ra."

"Iya juga ya."

"Dah sana ke depan setelah batagor Gue jadi Gue juga mau ke minimarket depan kampus buat belanja."

"Ya udah Gue pergi dulu ya, dan sampai juga besok sore di kafe Gani."

"Siap Beb."

"By by."

Terlihat Rara berlari meninggalkan Rifa yang masih menunggu batagornya. Rara bergegas ke depan mencari dimana orang tuannya parkir. Setelah melihat berkeliling akhirnya Rara melihat mobil MPV hitam milik ayahnya yang terparkir diseberang gerbang kampus Rara, dan diapun segera menghampiri mobil kedua orang tuanya.

Bersambung..

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!