❤️ Happy Reading ❤️
Citt
Brak
''S**t.'' umpat Langit.
📞''Apa kamu bilang? bisa-bisanya kamu mengumpat mamimu sendiri Langit...!'' teriak seseorang yang ada di sebrang telpon sehingga membuat Langit tersadar jika dirinya tadi kelepasan mengumpat saat sambungan telpon masih terhubung dengan maminya.
📞''Ma...maaf mam bukan maksud Langit mengumpat mami.'' kilah Langit. ''Langit tutup dulu mam.'' kata Langit yang langsung mematikan sambung telponnya secara sepihak dan tentu saja yang di sebrang sana sedang marah-marah di buatnya.
Langit memutuskan untuk turun dari mobil mewahnya dan melihat apa yang terjadi di belakang kendaraan pribadinya itu.
''Oh my...'' kata Langit dengan mengeram marah saat melihat bagian belakang mobilnya sudah tergores dan yang lebih parah lampu bagian belakangnya yang bagian kanan telah pecah.
''Turun kamu.'' kata Langit menghampiri seseorang yang sedang duduk di atas kendaraan roda dua miliknya.
Langit yakin orang tersebut adalah pelakunya mengingat posisi kendaraan mereka yang hanya berjarak sangat mepet.
Orang yang di minta Langit turun pun mau tak mau menurutinya.
Di bukanya helm miliknya sehingga membuat rambut hitam panjang sang pemilik mau tak mau jatuh terurai dengan gerakan slow motion bak model iklan shampo yang ada di televisi.
Jika pria yang di depannya saat ini bukan Langit, maka sudah dapat di pastikan mata pria itu takkan bisa berkedip karena terpana akan kecantikannya.
Dialah si Bintang Salsabila...gadis cantik yang lebih suka mengendarai motor sport miliknya di bandingkan mobil pribadi seperti kebanyakan para wanita dari kalangan menengah atas pada umumnya.
''Maaf pak...saya gak sengaja.'' kata Bintang setelah turun dari motornya.
''Maaf...maaf...apa kamu pikir dengan kata maafmu itu bisa mengembalikan ini semua, hah!'' bentak Langit. ''Saya gak mau tau pokoknya kamu harus perbaiki kendaraan saya menjadi mulus seperti semula.'' ketus Langit.
''Tapi pak...mobil bapak ini mobil mahal jadi pasti perbaikannya juga memakan uang yang...'' kata Bintang berusaha untuk bernegosiasi.
''Saya enggak mau tau.'' kata Langit. ''Atau kamu lebih memilih saya bawa hal ini ke jalur hukum?'' kata Langit lagi.
''Ja...jangan dong pak...tapi saya tak punya uang sebanyak itu untuk memperbaiki itu semua.'' sahut Bintang, sebenarnya Bintang bisa saja meminta uang dari sang ayah tapi mengingat kemungkinan yang akan terjadi membuat dirinya mengurungkan niatnya. ''Hem bisa mampus aku kalau sampai ketahuan ayah...bisa-bisa motor aku di sita dan aku gak di perbolehkan naik motor lagi.'' kata Bintang dalam hati.
''Dia lumayan juga...Hem...aku akan gunain dia untuk menolak perjodohan yang mami lakukan.'' kata Langit dalam hati sambil diam-diam mengamati Bintang.
''Khem..jadi bagaimana?'' tanya Langit lagi namun Bintang masih diam saja seraya berpikir. ''Mana tanda pengenal kamu.'' pinta Langit.
''Eh untuk apa pak?'' tanya Bintang.
''Sudah bawa sini.'' pinta Langit lagi dengan menjulurkan tangannya.
Mau tak mau Bintang pun menuruti untuk mengeluarkan tanda pengenal miliknya dan menyerahkan pada Langit.
Ckrek
''Nih.'' kata Langit mengembalikan tanda pengenal milik Bintang. ''Saya sudah punya photo tanda pengenal kamu, jadi nanti saat jam makan siang saya tunggu kamu di alamat ini dan jangan coba-coba kabur karena saya sama sekali tak akan melepaskanmu.'' kata Langit setengah mengancam sambil memberikan kartu nama miliknya.
Setelah itu Langit langsung berjalan dan masuk kembali ke dalam mobilnya, karena dia tak punya banyak waktu seluang itu untuk di buang-buang sebab dirinya ada meeting penting pagi ini.
💕
''Huft...'' Bintang menghela nafasnya dalam-dalam kemudian menghembuskannya perlahan dan hal itu dia lakukan beberapa kali hingga perasaannya lebih baik.
Dor
''Ya salam...kalian ini bisa gak kalau datang itu gak ngagetin.'' protes Bintang pada kedua sahabatnya.
Heni dan Resa...mereka berdua adalah sahabatnya dari dulu sewaktu masih awal masuk sekolah menengah atas.
''Bt amat buk tuh muka.'' celetuk Heni. ''Masih pagi nih...'' sambungannya lagi.
''Bt aja pakek banget.'' sahut Bintang.
''Kenapa memangnya?'' tanya Resa.
''Aku ceritain sambil jalan.'' kata Bintang.
Mereka pun mulai berjalan menelusuri lorong kampus untuk menuju ke kelas mereka dengan tak lupa Bintang pun menceritakan kejadian yang menimpanya tadi.
''Kamu sih kebiasaan kalau naik motor gak kira-kira...anak cewek kok hobi banget ngebut.'' kata Heni.
''Pelan Hen...aku gak ngebut.'' kilah Bintang.
''Halah kita berdua gak percaya.'' sahut Heni. ''Kamu pikir kita itu temenan baru kemarin apa sampek gak tau kebiasaan kamu.'' sambungnya lagi.
Pembicaraan mereka bertiga terus berlanjut hingga sampai masuk kedalam kelas.
💕
''Bos kenapa?'' tanya Tria pada Aris sesaat setelah Langit masuk kedalam ruangan.
''Entah.'' sahut Aris sambil mengangkat kedua bahunya dan kemudian meneruskan kembali langkahnya menuju ke ruangan sang bos.
''Pak Aris...hati-hati...awas kena sembur...hihihi.'' kata Tria agak pelan karena takut si bos dengar.
''Sip.'' sahut Aris sambil mengacungkan jari jempol tangan kirinya.
Tok
Tok
Tok
''Masuk.''
Cklek
''Permisi pak...saya mau mengantar berkas yang harus anda tanda tangani sekaligus mengingatkan kalau satu jam lagi meeting akan dia laksanakan.'' kata Aris memberitahu apa tujuannya datang ke dalam ruangan atasannya.
''Ris, kosongkan jadwalku siang ini...dari jam makan siang hingga satu jam kedepannya.'' perintah Langit.
''Baik pak.'' jawab Aris dengan patuh. ''Apa ada lagi pak?'' tanyanya.
''Gak ada, kamu bisa keluar dan kesini lagi nanti saat sudah tiba waktunya meeting.'' kata Langit.
''Baik, saya permisi.'' kata Aris sebelum keluar dari ruangan Langit.
Setelah Aris keluar, Langit memijit pelan keningnya yang terasa sedikit berdenyut memikirkan tuntutan kedua orangtuanya.
Di usianya yang memang sudah masuk kepala tiga membuat kedua orangtuanya terutama sang mami selalu heboh membahas pernikahan untuknya, bahkan ada beberapa dari rekan bisnis sang ayah yang banyak mengajukan putrinya untuk di jodohkan dengan dirinya juga.
Lagian juga siapa sih yang gak mau menikah dengan seorang Langit Cakrabuana...Sosok pria yang tampan dan berkarisma, anak laki-laki dari seorang Lazuardi Cakrabuana dan Selin Cakrabuana, pewaris dari perusahan Cakrabuana grup yang sekaligus berprofesi sebagai seorang dosen yang membuat banyak pengusaha ingin menjadikannya seorang menantu.
❤️ Happy Reading ❤️
''Bin, jalan yuk...dah lama nih gak ngemall bareng.'' ajak Resa.
Kebetulan hari ini memang mereka hanya kuliah hingga jam serangan dua belas siang saja.
''Aku setuju...ayo Bin.'' sahut Heni.
''Sorry gaes, bukannya aku menolak atau gimana tapi masalahnya aku sudah ada janji, jadi maaf banget...aku gak bisa.'' kata Bintang. ''Mungkin lain waktu.'' sambungnya lagi.
''Ah...ya udah deh kalau gitu kita berdua aja yang pergi, lagi suntuk soalnya aku...pengen jalan-jalan ke mall cuci mata sambil lihat yang bening-bening.''kata Resa. ''Kita duluan ya Bin.'' katanya lagi. ''Ayo Hen.'' ajak Resa.
Setelah kedua sahabatnya pergi, Bintang pun mulai menaiki motor kesayangannya dan pergi menuju ke perusahan Langit.
Bintang benar-benar tak mau kalau masalah ini terdengar hingga di telinga ayah dan ibunya, dia belum siap jika harus kehilangan motor kesayangannya itu.
💕
''Permisi.'' kata Bintang begitu sampai di depan meja resepsionis perusahaan CB grup.
''Selamat siang...ada yang bisa kami bantu?'' tanya sang resepsionis yang bertugas dengan ramah.
''Selamat siang.'' jawab Bintang. ''Em ini saya ingin bertemu dengan Langit.'' kata Bintang memberi tahu tujuannya datang ke perusahaan itu.
''Maaf apakah sudah membuat janji sebelumnya?'' tanya sang resepsionis lagi.
''Dia yang menyuruhku ke mari.'' jawab Bintang.
''Em baiklah tunggu sebentar, saya akan menghubungi sekretaris beliau terlebih dahulu.'' kata sang sekretaris melakukan prosedur yang berlaku di perusahan tempatnya bekerja.
Setalah mendapatkan konfirmasi, akhirnya Bintang bisa menemui Langit yang tentu saja di antaranya oleh salah satu pihak ke keamanan menuju ke ruangan si bos.
Ting
''Permisi bu' Tria.'' kata sang scurity begitu sampai di ruangan pemimpin perusahaan. ''Saya mengantarkan tamu untuk tuan Langit.'' paparnya.
''Oh iya, terimakasih pak.'' jawab Tria.
Tanpa banyak kata lagi, Bintang pun di giring ke depan pintu ruangan Langit.
Tok
Tok
Tok
''Masuk.'' seru Langit.
Cklek
''Maaf pak, mbak Bintangnya sudah sampai.'' kata Tria memberi tahu.
''Suruh masuk.'' titah Langit dengan masih sibuk memeriksa semua kertas yang ada di hadapannya tanpa sedikitpun menoleh ke arah sang sektretaris. ''O iya, pesankan makan siang untuk kami.'' kata Langit lagi.
''Baik pak...permisi.'' pamit Tria.
''Khem.'' dehem Bintang yang memang dia sengaja untuk menarik atensi dari laki-laki yang di temuinya ini.
Apa yang di lakukan Bintang ternyata tak sia-sia, terbukti dengan Langit yang langsung menoleh ke arahnya.
''Apa kamu akan terus saja berdiri di situ?'' kata Langit yang membuat Bintang menghentakkan sebelah kakinya sambil mendengus kesal sebelum berjalan menuju ke arah salah satu kursi yang ada di sana.
''To the poin saja kenapa anda meminta saya untuk datang ke sini.'' kata Bintang tanpa basa basi.
''Menarik.'' satu kata yang ada di dalam benak Langit saat ini.
Di saat banyak wanita yang ingin berlama-lama dengannya bahkan banyak yang menggodanya sampai ibarat kata mereka dengan suka rela melemparkan tubuhnya ke ranjang Langit...wanita di depannya itu justru langsung bertanya ke intinya seakan tak ingin berlama-lama dengannya.
''Tentu saja untuk membicarakan tentang biaya ganti rugi atas kejadian tadi pagi.'' sahut Langit. ''Saya rasa kamu masih sangat muda jadi tak mungkinkan kalau sudah pikun.'' cibirnya.
''Baik jadi berapa?'' tanya Bintang.
''Semuanya 200jta.'' jawab Langit dengan enteng.
''Hah...ini pemerasan.'' kata Bintang.
''Rincian ini saya dapatkan dari bengkel mobil dan saya rasa kamu bukan orang bodoh yang tak tau jenis mobil apa yang saya pakai.'' sahut Langit.
Ya mobil yang Langit kendarai hari ini memang bukan mobil keluaran terbaru tapi merupakan mobil yang bisa di bilang limited edition yang di produksi tak lebih dari lima buah saja.
''Tapi saya tak punya uang sebanyak itu.'' kata Bintang.
Tabungannya hanya sekitar seratus juta saja dan itu artinya dia masih membutuhkan seratus juta lagi.
''Saya bisa untuk tidak memintamu membayar semua itu...asal...'' kata Langit yang menjeda kata-katanya sehingga membuat Bintang menjadi sangat penasaran. ''Kamu menerima penawaran dari saya.'' sambungnya lagi.
''Apa?'' tanya Bintang.
''Kamu bersedia untuk menjadi pacar pura-pura saya.'' jawab Langit yang saat ini sudah menyenderkan tubuhnya di sandaran kursi kebesaran yang dia duduki.
''Pacar pura-pura?'' tanya Bintang yang langsung di angguki oleh Langit. ''Sampai kapan?'' tanya Bintang.
''Saya gak bisa memastikan sampai kapan, tapi yang jelas sampai kedua orangtua saya tak memaksa untuk melakukan perjodohan.'' jawab Langit.
Bintang terdiam sebentar, dia sedangan memikirkan semua ini dan menimbang-nimbang apa yang di tawarkan oleh Langit.
''Mungkin ini juga bisa aku gunain untuk menolak perjodohan yang telah di atur oleh ibu.'' kata Bintang dalam hati.
''Baiklah saya setuju.'' kata Bintang.
''Kalau begitu kamu baca surat perjanjian ini dan setelahnya bisa kamu tanda tangani.'' kata Langit menyodorkan map yang dia ambil dari laci meja kerjanya.
Map yang berisi surat perjanjian kontrak yang sudah bermaterai dan harus di tanda tangani oleh kedua belah pihak.
Tok
Tok
Tok
''Masuk.'' seru Langit.
Cklek
''Permisi pak, saya mengantarkan makan siang pesanan bapak.'' kata seorang OB yang datang dengan membawa nampan yang berisi makanan beserta peralatannya.
''Tata di meja sana.'' titah Langit.
OB pun menjalankan pekerjaan dan setelah itu dia keluar karena sudah tak memiliki kepentingan lagi di sana.
''Temani saya makan, saya lapar dan tak terima penolakan.'' kata Langit dengan tegas.
Mau tak mau Bintang pun ikut beranjak dari duduknya dan pindah ke sofa mengikuti Langit untuk menyantap makan siang mereka.
Hening...tak ada pembicaraan sama sekali, saat mereka makan.
''Sepertinya kita harus merubah cara bicara agar tidak terlalu formal.'' kata Langit seusai menyantap makannya. ''Biasakan dengan aku kamu mulai sekarang.'' sambungnya lagi.
''Hem.'' sahut Bintang.
''Dan ini ketik nomor ponsel kamu di ponselku.'' kata Langit menyodorkan ponselnya pada Bintang.
Bintang pun mengetikkan nomor ponselnya sesuai perintah Langit.
''Simpan juga nomorku.'' kata Langit setelah memiscall nomor Bintang.
''Kalau sudah tidak ada yang di bicarakan lagi sa...khem aku mau pulang.'' kata Bintang.
''Silahkan, tapi ingat jangan coba-coba kabur.'' kata Langit.
''Iya.'' ketus Bintang. ''Permisi.'' pamitnya.
''Jengah juga lama-lama mendengar kata-kata tuh orang yang selalu bilang 'jangan coba-coba kabur'.'' kata Bintang dalam hatinya sambil melangkah keluar.
💕
''Ibu...kakak pulang.'' seru Bintang saat baru saja tiba di rumahnya.
''Hust anak perawan kalau pulang kok selalu teriak-teriak gitu, kayak di hutan aja.'' tegur ibunya yang kelaut dari arah ruang makan.
''Hehehe maaf bu', sudah kebiasaan soalnya.'' kata Bintang sambil cengengesan.
''Kebiasaan yang harus di hilangkan.'' tegas sang ibu. ''Ibu gak mau kalau kamu tetap kayak gini nanti kalau di rumah mertua.'' sambungnya lagi.
''Mertua...mertua...mertua.'' kata Bintang.
''Ingat Bintang...minggu depan kamu akan bertemu dengan keluarga...'' kata sang ibu lagi.
''Keluarga dari laki-laki yang ibu dan ayah jodohkan sama Bintang.'' potong Bintang yang sampai hafal dengan kata-kata sang ibu yang akhir-akhir ini sering di ucapkan. ''Bintang ke kamar dulu bu'...ngantuk, pengen rebahan.'' pamit Bintang yang langsung berjalan menuju ke arah kamarnya tanpa mendengarkan jawaban sang ibu terlebih dahulu.
❤️ Happy Reading ❤️
''Selamat pagi ayah...ibu.'' sapa Bintang pada kedua orang tuannya di ruang makan.
''Pagi putri kesayangan ayah.'' sahut ayah Bintang.
''Adek mana bu'?'' tanya Bintang saat melihat sang ibu melangkah ke arahnya dengan membawa nampan yang berisi minuman hangat...susu hangat untuk semua anggota keluarga.
''Tuh...'' jawab sang ibu dengan dagu yang menunjuk ke arah anak laki-lakinya.
''Gimana kuliah kamu Bin?'' tanya sang ayah.
''Em...baik sih yah...sejauh ini lancar-lancar aja.'' jawab Bintang.
''Terus bagaimana sama sekolah kamu Bim?'' tanya sang ayah sama putranya.
''Ya gak gimana-gimana yah.'' sahut Bima sambil mendudukkan tubuhnya di kursi dekat samping sang kakak.
''Jangan kebanyakan main...ingat kamu ini sudah kelas tiga.'' peringat sang ayah.
''Iya yah...'' sahut Bima yang memang saat ini sudah duduk di kelas tiga sekolah menengah atas.
Jarak umur kedua kakak beradik itu memang tak terlalu jauh...hanya terpaut dua setengah tahun saja...saat ini usia Bima sudah mau menginjak tujuh belas tahun sedangkan Bintang beberapa bulan kedepan berusia dua puluh tahun.
''Nanti lagi ngobrolnya...sekarang lebih baik kita sarapan dulu.'' kata sang ibu. ''Ayahkan harus ke kantor dan kalian juga harus pergi ketempat menimba ilmu masing-masing.'' sambungnya lagi dengan tangan yang sudah mengambil piring sang suami untuk di isinya makanan.
Di rumah keluarga Bintang memang memiliki asisten rumah tangga tapi untuk urusan dapur selalu di handle oleh sang ibu.
Selesai sarapan mereka mulai berjalan keluar rumah untuk pergi ke tempat tujuan masing-masing.
''Kak, nebeng ya...'' kata Bima.
''Boleh, ambil helm sana.'' sahut Bintang.
Keluarga mereka memang cukup berada, hanya untuk membeli kendaraan roda dua bahakan roda empat untuk Bima pun sangat-sangat mampu, tapi orangtua mereka tak mau membelikan sebelum umur Bima memenuhi syarat untuk memiliki SIM yaitu umur tujuh belas tahun sama seperti Bintang dulu.
💕
''Woy...ngerumpi aja.'' kata Bintang begitu sampai dan melihat kedua sahabatnya sedang mengobrol tak jauh dari tempat parkir kampus.
Nampaknya kedua sahabatnya itu juga belum lama sampai.
''Ih ni anak bikin kaget aja.'' omel Resa...karena memang posisi berdiri mereka membelakangi Bintang.
''Sorry...sorry...'' ucap Bintang yang sudah menyempil di tengah-tengah antara Heni dan Resa.
''Eh Bin, sudah denger belum kalau hari ini akan ada dosen baru pengganti pak Tarigan?'' tanya Heni.
''Perasan pak Tarigan baru aja pamitan di jam kemarin...eh sudah ada penggantinya aja.'' keluh Bintang.
''Tapi nih ya katanya dosen penggantinya ini masih muda...ganteng lagi...'' kata Heni lagi.
''Bener tuh Bin...cogan...cogan...eh salah deng dogan alias dosen ganteng.'' sambung Resa.
''Urusan cowok ganteng aja cepet.'' cibir Bintang.
''Tapi nih ya katanya tuh calon dosen disiplin banget.'' kata Resa lagi.
''Emangnya kalau berdua tau dari mana?'' tanya Bintang.
''Tuh si Eka...ketua BEM sekaligus teman sekelas kita.'' jawab Heni. ''Kalau masalah dia tau dari siapa sih kita juga gak tau...yang pasti kabar ini sudah menyebar di seluruh area kampus.'' sambungnya.
''Kalau beneran ganteng dan masih muda...wah bisa menyaingi pamor pak Riki kalau gitu.'' sahut Bintang.
''Hem pastinya.'' jawab kedua sahabatnya.
💕
Saat ini semua mahasiswa jurusan manajemen bisnis telah masuk ke dalam kelas termasuk Bintang dan kedua sahabatnya.
Manajemen bisnis merupakan ilmu pengembangan strategi, rencana, prosedur, dan peraturan bisnis dalam konteks baik sehari-hari maupun jangka panjang.
Lulusan manajemen bisnis atau business management biasanya memiliki beberapa prospek kerja yaitu konsultan bisnis, dosen, entrepreneur, projects manager, risk manager.
Tap
Tap
Tap
Semua mahasiswa/i langsung terdiam dan dengan spontan menatap ke arah sumber suara.
Meraka melihat seorang pemuda tampan dengan pakaian yang semi formal...celana dasar plus kemeja dengan sepatu pantofel hitamnya sedang berjalan masuk.
Di tambah lagi dengan gayanya yang terlihat cool semakin membuatnya terlihat tampan dan gagah, sehingga terdengar bisik-bisik dari para mahasiswa terutama para kaum hawa.
''Khem.'' dehem sang dosen setalah meletakan buku di mejanya serta berdiri di depan dan menatap kearah para mahasiswa.
''Bin, lihat itu si dogan bener-bener ganteng banget.'' kata Heni menyenggol lengan Bintang yang sedari tadi sedang fokus pada buku yang dia baca.
''Hah.'' beo Bintang menengok ke arah sang sahabat.
''Itu lihat.'' bisik Heni.
Deg
''Dia...'' gumam Bintang yang terkejut melihat siapa yang ada di depan.
''Selamat pagi.'' sapa sang dosen. ''Perkenalkan nama saya Langit Cakrabuana...dosen mata kuliah akuntansi manajerial kalian yang baru mengantikan bapak Tarigan.'' sambungnya. ''Ada pertanyaan?'' tanyanya lagi.
Akuntansi manajerial mempelajari tentang bagaimana proses mempersiapkan laporan operasional bisnis yang bisa membantu manajer atau pimpinan membuat suatu keputusan jangka pendek dan juga jangka panjang.
''Bapak kelahiran tahun berapa?''
''Status pak...sudah menikah atau masih single?''
''Anak keberapa pak?''
''Punya saudara berapa?''
''Khem.'' dehem Langit lagi untuk menghentikan pertanyaan-pertanyaan yang terlontar bertubi-tubi dari para mahasiswa perempuan. ''Saya anak pertama dari tiga bersaudara.'' jawab Langit. ''Baik, kita mulai saja mata pelajaran kita.'' sambungnya.
Hampir dua jam Langit mengisi materi dan dirinya saat ini sedang melihat kertas absensi untuk membubuhkan tandatangannya di pojok bawah sebagai dosen.
Tanpa sengaja matanya melihat sebuah nama yang sangat familiar.
''Bintang Salsabila.'' gumam Langit.
Untuk memastikan nama yang di bacanya...Langit pun memanggilnya.
''Bintang Salsabila.'' seru Langit.
''Oh astaga...'' gumam Bintang saat namanya di sebut, padahal sedari tadi gadis itu sudah berharap serta berdoa dalam hatinya agar Langit tak mengetahuinya ada di sana.
''Bin, di panggil tuh sama Dogan.'' kata Heni sambil menyenggol lengan Bintang.
''Iya saya pak.'' sahut Bintang yang berdiri setelah sempat menghembuskan nafasnya dengan kasar.
''Gadis itu.'' gumam Langit dalam hati. ''Saya di beri tahu olah pak Tarigan kalau beliau kemarin memberikan tugas...jadi kamu Bintang Salsabila...nanti kumpulkan serta antar tugas teman kamu yang lain ke ruangan saya dan mulai hari ini, kamu menjadi asdos (asisten dosen) saya.'' kata Langit. ''Sekian mata kuliah saya pada hari ini...selamat siang.'' kata Langit lagi dan langsung melangkah keluar kelas.
''Ish kenapa harus aku sih.'' keluh Bintang.
''Kamu beruntung tau Bin, bisa sering ketemu tuh sama dogan.'' kata Resa.
''Untung apanya...'' kata Bintang lagi.
''Ya untunglah oneng...bisa cuci mata.'' timpal Heni yang di benarkan oleh Resa.
''Sudah sana cepat kumpulin tuh tugas lalu anter ke ruangan dogan.'' kata Resa. ''Kan gak lucu baru hari pertama jadi asisten dosen...sudah kena sembur aja.'' sambungnya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!