Pagi menjelang siang, para karyawan berdiri mematung juga memberi tanda hormat anggukan kepada CEO baru mereka. Seorang pria muda berusia sekitar dua puluh lima tahun telah diangakat oleh management perusahaan untuk menjadi pemimpin perusahaan. Adalah Aldo Juanda putra dari pendiri perusahaan Felixio grub perusahaan lampu terbesar juga paling terbaik se Asia tenggara, Aldo panggilan akrab di keluarganya berwajah tampan, memiliki tubuh atletis juga sedikit berewok yang membuat perempuan tidak tahan ingin menjadikannya cinta dalam kehidupannya. Namun Aldo mempunyai sifat dingin membuat takut juga segan para karyawan yang bekerja di perusahaannya.
Aldo berjalan di tengah office room, semua pekerja memberinya senyum ramah juga tanda hormat dengan menganggukan kepala kecil. Tampak para karyawati melirik wajah tampan CEO barunya.
"Pagi pak," sapa Alya
Pria tampan itu tidak meresponnya, namun para karyawati lain berbisik membicarakan Aldo.
"Astaga, gantengnya kaya artis Turkey," puji Dewi berbisik pada lusi teman di sebelahnya.
"Iya, berewoknya buat ngak tahan," sahut Lusi.
"Ganteng sih, tapi judes," tukas Lista pelan.
"Diem Lis, dia ngak selera sama loe." ketus Ana seraya menyibakkan rambut pendek di kepalanya.
"Gue ngak naksir, loe ambil aja sono." tukas Lista pada Ana.
Aldo berjalan melintasi para karyawati yang sedang menggunjingkan dirinya, pria itu menoleh ke arah Lista dan berhenti di hadapan gadis itu.
"Heh!kalian ngrumpi? disini tempat kerja." bentak Aldo matanya menatap tajam Lista.
"Ma-maaf pak, kami kerja kok ngak ngrumpi," ucap Lista terbata.
"Kalau kerja ya jangan ngrumpi!" tekan Aldo wajah datarnya menatap Lista dan kawan - kawannya tadi.
"Saya baru pertama masuk departement ini, tolong untuk kalian semua kerja yang sungguh - sungguh, menggunjing itu ada tempatnya. Hari ini juga saya ingin semua laporan pekerjaan selesai dalam satu jam!" tegas Aldo, kedua tangganya ia masukan ke dalam saku celana setelan jas hitam yang ia kenakan.
Semua karyawan tercengang mendengar ucapan pemimpin baru mereka, dulu CEO yang lama slow tidak seperti sekarang. Aldo baru saja masuk membuat para pekerja kewalahan, bagaimana tidak jika laporan semua pekerjaan harus terselesaikan dalam waktu satu jam lamanya.
Aldo masih berdiri di tengah ruang office, rahang keras sedikit ada runcingan itu menatap semua karyawan yang ada di dalam ruangan.
"Ayo kerja! malah ngliatin saya," perintah Aldo.
"Dan kamu, baju biru muda. Mari ikut keruangan saya." tunjuk Aldo memerintah Lista.
"Ha.... sa-saya pak," jawab Lista gugup. Ia masih duduk di depan komputernya.
"Iya kamu!" hentak Aldo.
Pria itu berjalan ke arah ruang kerjanya, sementara Lista bangkit dari kursi kerja yang ia duduki, dia heran mengapa sang bos baru itu menyuruhnya ke ruangan. Semua mata karyawan tertuju pada Lista, ada juga yang berbisik menggunjing Lista tetapi gadis itu cuek saja walaupun dia gugup pada Aldo sang bos.
"Permisi pak," sapa Lista saat berada di ambang pintu.
"Masuk," perintah Aldo.
Lista menutup pintu ruang kerja bos barunya tanpa perintah dari Aldo. Lalu dia berjalan perlahan mendekati meja sang CEO, sebenarnya dalam diri Lista tidak percaya diri di depan CEO barunya, dulu bekas CEO lama jarang sekali memanggil keruang kerja pribadinya.
Namun Aldo sangat terkejut melihat hewal reptil berada di samping kursi VIP, sontak ia langsung berdiri dan entah sengaja atau tidak, tangan kekarnya memeluk tubuh Lista.
"Paaaak Aldo," rintih Lista, diapun terkejut matanya membulat.
Keduanya saling berpelukan, Lista merasakan kehangatan sesaat di tubuhnya. Aldo melepas sentuhan itu perlahan, mata elang milik Aldo menatap wajah Lista yang begitu dekat di dadanya dia sedikit menunduk. Sedangkan Lista juga menatap wajah tampan Aldo dia wajahnya sedikit mengadah keatas, mata mereka saling bertemu jantung Lista berdetak kencang darahnya mengalir deras membanjiri seluruh tubuhnya. Begitu juga Aldo karena sudah lama tidak merasakan hal aneh ini terjadi langsung saja, Aldo melepaskan Lista dengan kasar.
"Dasar, cari kesempatan ganjen!" sergah Aldo.
"Bukan saya, tapi bapak yang peluk saya," lirih Lista dia menahan sakit di sikunya karena tersentuh pinggiran meja.
"Lagian, jorok banget sih masak ada cicak di dalam ruangan sebersih ini." keluh Aldo, dia geli melihat hewan reptil itu.
"Maaf pak, saya suruh cleaner untuk bersihkan ruangan ini kembali." kata Lista pada sang CEO.
"Saya juga bisa dengan menelfon," ujar Aldo menatap wajah Lista dengan tatapan dingin.
"Dan saya, perintahkan kamu jadi asisten pribadi." kata Aldo tegas pada Lista.
Lista bengong sendiri, entah ini suatu keanugrahan menjadi asisten CEO atau sebuah keruntuhan di dunia kerjanya jika menjadi asisten Aldo.
"Sa-saya pak, jadi asisten bapak," ulang Lista masih tergagap.
"Iya, apa kamu tuna rungu, kelihatannya kamu gagap juga bicaranya kenapa dulu lolos interview? ada orang dalam ya bawa kamu kerja kemari?" kelit Aldo, dalam hatinya terkekeh melihat ekspresi Lista.
"Anu ngak gagap pak, saya juga alami lolos tanpa bantuan orang dalam." papar Lista, dia memenyorkan sedikit bibir indahnya.
Membuat Aldo yang melirik wajah Lista ada gejolak aneh menerpa jantungnya, entah tiba - tiba Aldo memiliki penyakit itu atau karena yang lain.
"Sialan nih cewek, buat dag dig dug hati gue aja. Atau jangan - jangan emang sakit jangtung beneran nih," ujar Aldo dalam hati.
"Kurang meyakinkan," celetuk Aldo menutupi jantungnya yang bergetar kuat.
"Eh,hmmm....." dehem Lista pelan.
"Siapa nama kamu?" tanya Aldo.
"Evangeliata Pramesti, pak." jawab Lista.
"Cakep namanya, kek orangnya." batin Aldo.
"Kamu, saya angkat sebagai asisten. Sekarang pekerjaan kamu itu tergantung perintah saya." jelas Aldo.
"Iyaa pak," angguk Lista faham.
"Tolong, bersihkan ruangan ini sekarang. Karena saya tidak suka ada hewan merayap atau nyamuk sekalipun." tegas Aldo memerintah Lista.
"Sekarang pak?" kilah Lista.
"Tahun depan, iya lah pakek nanya. Cepat!" bentak Aldo suara baritonya memenuhi ruangan.
Lista menuruti perintah sang CEO baru itu, wanita berparas cantik juga berbody indah itu langsung saja mulai menata dokumen di rak, juga mengelap setiap sudut dengan kemoceng yang sudah tersedia di ruangan tersebut. Aldo duduk di depan laptop sesekali dia melirik ke arah Lista, berdesir jantung pria tampan itu melihat body gadis cantik yang berada di dalam ruang kerjanya.
Pertama kali Aldo meninginjakan kaki di tempat kerjanya, malah dapat pemandangan indah dia sangat bersyukur karena menjadikan Lista sebagai asisten pribadinya sekilat itu. Dalam hati Adlo tersenyum puas karena Lista mengerjakan apa yang ia perintahkan,
"Kena loe, dasar cewek cupu." batin Aldo terkekeh, dia melirik ke arah Lista.
"Sialan, gue jadi clinic service CEO Jaim ini huh," keluh Lista dalam hati.
Setelah Lista selesai membersihkan ruangan CEO barunya wanita cantik itu keluar dari ruangan kerja Aldo, wajah Lista tampak kusut langkah kakinya pun ia hentak - hentakan seperti anak kecil yang sedang merajuk meminta jajanan. Beberapa pagawai kantor melihat tingkah Lista tersenyum meledek wanita itu ada juga yang menegur Lista.
"Napa loe Lis? kaya lagi kesurupan setan orok aja," ledek Ana terkekeh.
"His, CEO baru itu resek banget. Masak gue di jadiin asistennya terus suruh bersih - bersih ruang kerja dia, capek tau!" keluh Lista, bibirnya manyun dan mendarat di kursi kerjanya.
"Hahaha, ya ngak papa dong jadi asisten CEO ganteng," sahut Dewi.
"Loe aja yang gantiin gue Dew," ucap Lista.
"Eit, mending eyke ajah." sahut Ana.
"Ya udah sana kalau kalian mau," serah Lista, lalu melanjutkan pekerjaan yang terbengkalai sesaat pada monitor komputernya.
Tangan jemari Lista mengetik di atas keyboard komputer, baru saja dua menit ia menyentuh benda yang ada di atas meja kerjanya Dewi, Ana, dan Alya mengajak makan siang ke kantin kantornya.
"Udah jam makan siang nih, ayok turun laper," ajak Alya seraya memegangi perut datarnya.
"Oke," jawab Dewi, ia bangkit dari kursi kerja miliknya.
"Ayok, cacing di perut gue pada nangis nih." alih Ana.
"Lis, tinggal dulu tuh kerjaan makan dulu nanti sakit lho," ujar Alya yang sudah berdiri di belakang Lista.
"Udahlah, kalian duluan aja. Gue ngak mood buat makan, kerjaan terbengkalai gara - gara si monyet brewok itu," ketus Lista.
Mata ketiga teman Lista membulat, wajah mereka ketakutan ternyata Aldo sudah berdiri di depan meja kerja Lista ketiga gadis itu segera pergi dengan langkah pelan dan mengganguk hormat pada Aldo.
"Apa? kamu tadi bilang tolong ulangi sekali lagi!" desak Aldo menatap dingin Lista, kedua tangan kekar pria itu di lipat ke dadanya.
"Eh, anu pak Aldo, permisi mau break lunch dulu." kelit Lista, ia tersenyum kuda pada bosnya karena menahan malu juga ketakutan.
"Mau kemana?" tanya Aldo.
"Break pak, kan tadi saya udah ngomong." ucap Lista.
"Teruskan pekerjaan kamu! tidak ada jam istirahat untuk karyawan lambat mengerjakan tugas." sentak Aldo melarang Lista pergi.
Lista kembali ke kursi kerjanya, dia medengus kesal pada CEO baru yang membuat dirinya kelelahan di hari pertama Aldo bekerja. Pria berjas hitam itu melangkah pergi meninggalkan ruang office yang sudah tampak sepi, disana hanya Lista seorang dia harus sibuk kembali dengan komputernya.
"Sialan, padahal perut gue laper banget." keluh Lista sendirian.
Sementara Aldo terkekeh kemenagan, tetapi di dalam hati pria itu seperti tidak tega melihat karyawatinya dia sia - siakan tak manusiawi. Aldo meraih ponsel yang tersimpan di saku jasnya lalu mencari menu applikasi pemesan makanan, setelah keluar dari dalam lift ia menekan pesanan makan siang. Di sudut bibirnya terbesit senyuman aneh tidak kecut juga sadis seperti biasanya. Aldo berjalan ke kantin, beberapa karyawan yang berpapasan dengannya menyapa dengan hormat, namun pria itu tetap cuek tidak mau menyapa kembali para bawahannya.
Orang - orang di kantor heran dengan sikap CEO yang baru saja masuk kerja hari ini, terutama kaum adam, mereka sedikit resah pada sikap aneh Aldo atau mungkin memang dia seperti itu cuma di kantor saja atau sebaliknya.
Di meja kantin, petinggi pekerja kantor duduk dengan geng mereka sedangkan Aldo memilih untuk duduk seorang diri di kursi yang bermeja bulat, para bawahan CEO muda itu mencibirnya.
" Liat tuh, belagak banget ngak kaya pak Rustam CEO kemarin, dia ngak mau gaul sama kita." sela salah seorang CO kantor yang duduk bergerombolan di tengah kantin.
"Dia muda bro, mana mau temenan ama kita yang hampir setengah baya." ujar yang lainnya.
"Songong tuh CEO, baru aja jadi pemimpin sikapnya sok jaim." dengus pria yang satunya.
"Siap - siap kita bakal kerja rodi, kemarin sempat dengar kalau jam kerja di tambah satu jam sebelum pulang." papar pria tambun berkulit gelap, logat Indonesia timurnya sangat kental.
"What? jangan buat gosip." tekan pria sebelahnya.
"Iya, gue denger dari HRD emang seperti Mathew bilang," bela pria yang pertama bersuara tadi.
Geng para bawahan CEO itu tercengang setelah mendengar berita samar itu, karena pemimpin mereka sebelumnya lebih relax dan juga ramah kepada semua bawahannya walaupun yang terbawah sekali.
Tampak Alya, Ana dan Dewi duduk bersamaan di kursi kantin memanjang. Kantin kantor cukup mewah dengan desgn interior terbaru, menu makan menggugah selera para pekerja, karena itu karyawan tidak di izinkan untuk makan diluar gedung kantor.
Ketiga gadis teman kerja Lista sibuk membicarkan temanya yang tidak juga pergi istirahat siang.
"Kasihan ya Lista, di kerjain sama pak Aldo." ucap Alya bersimpati pada rekan kerjanya.
"Iya ganas CEO baru itu, ganteng sih boleh juga tapi sikapnya dingin." imbuh Ana.
" Nih, gue tebak pak Aldo bakal cinlok sama Lista." ujar Dewi, jemarinya telunjuk mengetuk kening.
"Kaya di sinetron atau novel - novel itu ya," tebak Alya.
"Ih, gue ngak yakin pak Aldo itu seleranya tinggi. Masak dia mau sama Lista, mana dandananya ngak modis cuma gitu - gitu aja." celetuk Ana.
"Syirik banget sih loe Na, Lista itu cewek paling cantik lho di department kita. Dan gue lihat belum ada tandingannya terutama kita - kita," bela Dewi.
"Bener, walaupun Lista karyawan dia berhak kok disanding sama siapapun termasuk pak CEO berewok itu." kekeh Alya sependapat dengan Dewi.
Ana terdiam, ia menyedot air es yang ada di gelas depan wajahnya gadis itu cemberut lantaran tidak ada yang sependat dengannya. Ana bangkit dari tempat duduk sambil membawa piring juga gelas lalu melangkah hendak meletakan peratalan makan itu ke tempat cucian khusus di kantin. Alya dan Dewi heran dengan sikap Ana, dia berubah jadi aneh semenjak ada sosok Aldo, mungkin Ana berangan - angan menjadi simpanan CEO baru itu. Dewi dan Alya tekekeh saling bertatapan membayangkan Ana menyatakan cinta pada Aldo bos barunya.
"Hahaha, Ana emang aneh." kekeh Dewi tangannya membungakam mulut.
"Mimpinya terlalu ketinggian," sahut Alya juga terkekeh.
•••••••••••••••••••
Di dalam office room, Lista masih saja setia pada layar monitor komputer dia tampak lelah karena siang itu perutnya keroncongan. Seorang clinic service datang kepadanya dan membawa kantong plastik warna putih, pria berambut kribo itu berdiri di depan meja kerja Lista. Beno nama pria tersebut ia menyerahkan kantong plastik bawaannya.
"Permisi bu Lista, ini pesanan anda," ucap Beno mengulurkan kantong plastik di tangannya.
"Bang Beno, aku ngak pesen makanan lho. Abang salah orang kali," ujar Lista hendak menolak pemberian Beno.
"Di terima aja bu. Rezeki tidak boleh di tolak," tangakas Beno, ia tersenyum ramah pada Lista.
"Tapi, siapa yang beliin ini Beno?" tekan Lista.
"Sssttt, ibu jangan ngomong ya saya kasih tau. Tapi please katanya beliau ngak boleh di kasih tau pengirim makanan ini." jelas Beno setengah berbisik.
"Siapa? kalau ngak jelas bawa pergi aja," tukas Lista kesal pada Beno.
"Anu, itu eeee, pak Aldo." jawab Beno bengang.
Lista membelalakan kedua matanya, ternyata Aldo baik dari sikap dinginnya selama setangah harian ini. Setelah Beno meletakan bungkusan kantong plastik itu lalu dia pergi tanpa berpamitan dengan Lista, langkah Beno pelan karena Lista sempat bengong sendiri menatap kantong plastik itu.
Seketika Ana datang, dia sempat melihat Beno memberikan makana pesanan pada Lista, sudut bibir Ana tersenyum miring karena dia mempunyai suatu rencana.
"Terimakasih pak, pesanan makanannya." ucap Lista pada Aldo, saat mereka berpapasan pulang kerja.
"Hah, pesanan makanan?" kelit Aldo pura - pura tidak tahu apa - apa.
"Bukannya bapak yang ngirim box makan siang untuk saya kemarin?" tanya balik Lista.
"Ngak - ngak," jawab Aldo, ia berlalu dengan cepat ke mobil yang sudah menjemput dirinya.
Untuk sesaat Lista bengong melihat punggung big bosnya,
"Kata Beno kemarin yang ngasih dia," ucap Lista pelan seraya menunjuk Aldo yang sudah pergi.
Lalu wanita itu melangkah pergi meninggalkan kantor tempat dia menggais rezeki setiap hari, Lista menaiki mobil yang ia beli dari hasil keringatnya selama bekerja, dia sangat puas dengan kerja kerasnya selama ini.
•••••
Mobil melaju melintasi kepadatan jalanan ibukota, tampak Lista mengemudikan mobil dengan telaten juga sempurna dia tidak pernah mengeluh karena kemacetan. Untuk mencegah rasa bosan di perjalanan Lista menyetel radio hal demikian dia lakukan karena menuju rumah kontrakannya kurang lebih menempuh waktu sekitar satu jam perjalanan. Evangelista Pramesti adalah anak rantau, kedua orang tuanya tinggal di kampung halaman Lista anak ke dua dari tiga bersaudara, orangtua Lista mempunyai perkebunan yang cukup luas sehingga dapat mencukupi kebutuhan hidup mereka hingga kedua saudaranya dan dia juga dapat sekolah ke perguruan tinggi.
Kembali lagi ke kehidupan Lista yang ada di kota.
Lista sudah sampai di rumah sewanya, ia turun dari mobil seharian bekerja membuat dirinya sedikit keletihan. Langsung saja Lista menyahut handuk yang ada di dalam kamarnya dia mandi dengan air shower hangat ia membasuh seluruh tubuh indahnya. Setelah selesai membersihkan diri Lista mendengar dering telfon miliknya langsung saja ia menyahut benda persegi panjang tipis itu, di dalam layar handphone tertulis nama panggilan dari CEO jaim.
Lista tersenyum tipis, lalu ia mengangkat telfon dari big bos baru itu.
"Iya hallo, selamat malam pak Aldo ada yang bisa saya bantu?" tanya Lista memulai percakapan.
"Lista, tolong besok kamu susun jadwal baru. Tolong buat grup chat kantor kita," langsung saja Aldo memberi perintah.
"Eeh, se_sekarang pak?" tanya balik Lista, dia kebingungan keningnya ia kerutkan.
"Bukan! nanti bulan purnama tiba, ya sekarang lah emang kapan lagi." tukas Aldo di dalam telfon.
"Aaahhhmmm, baik pak." jawab Lista mulutnya menguap.
"Anjiiirrrrr, ngantuk - ngantuk di kasih kerja. Udah pulang juga ada aja kerjaan, si cicak brewok!" dengus Lista, ia lupa mematikan handphonnya yang masih tersambung oleh panggilan telfon dari Aldo.
"Apa kamu bilang? jam segini mau tidur ya, jangan kalau kerjaan kamu belum finish, saya tunggu setengah jam lagi." bentak Aldo yang masih menempelkan handhpne di telinganya.
"Baaaikkk pak, ma-maf keceplosan," kata Lista pelan juga terbata.
Aldo mematikan telfonnya tanpa mengucap kata sepatah lagi, sedangkan Lista meremas rambut di kepalanya yang tidak merasa gatal atau sakit.
••••••••
Dalam kamar desain ruangan yang cukup mewah, Aldo tersenyum sendiri tubuh kekar itu ia jatuhkan ke atas ranjang empuk di dalam ruangan kamarnya. Tangan Aldo masih memegangi handphone, ia membuka galeri foto dia sengaja saat Lista membersihkan ruangan kerjanya take foto gadis itu. Jemari Aldo mengusap gambar Lista yang sedang menunging.
"Cantik juga nih cewek, bodynya buat ngak aku ngak tahan." bisiknya pelan.
Dalam dada bidang Aldo berdenyut kuat saat memandangi foto Lista. Dia juga tidak sadar apa yang sedang ia rasakan saat ini, baru tiga hari ia menggantikan posisi ayahnya dan memimpin perusaahan juga bertemu dan bersama Lista. Jantung yang kadang berdesir kuat itu ketika berada di dekat wanita cupu menurut Aldo dia telah membuat dadanya bergetar.
"Ck, ngak - ngak. Gue mau fokus kerja aja, ngapain sih mikirin cewek cupu itu." dengus Aldo kesal sendiri.
Aldo meletakan handphonenya ke nakas samping ranjang, ia lupa setelah memberi perintah kepada Lista barusan. Mata pria tampan itu terpejam sesaat ia terlena kedunia mimpi, sang bunda yang baru saja masuk ke dalam kamar Aldo tersenyum melihat putranya yang kini sudah dewasa.
"Anak bunda, udah dewasa semoga cepat menemukan tamatan hati." ucap bu Marlina seraya membelai kepala putra sematawayangnya.
Lalu beliau meraih handphone Aldo yang terletak di nakas, Marlina memeriksa berkas yang baru saja di pencet Aldo sebelum tertidur tadi, Marlina menemukan foto Lista yang sedang menunging beliau sangat terkejut dan kawatir dengan sang putra, fikirannya melayang ke hal - hal yang membuat sang putra berniat jelek pada gadis yang ada di foto galerinya. Marlina segera menghapus foto itu, dia lebih tahu jika anak laki - kali telah dewasa akan tertarik pada lawan jenisnya namun bukan hal negatif yang Marlina inginkan.
"ck, ganjen banget. Pasti ini sekertaris atau karyawan Aldo, awas ganguin anakku!" decak Marlina lalu memerikasa semua galeri handphone sang putra.
"Bunda ngak sudi ya, kalau punya calon menantu bawahan kamu." tuntut Marlina bersuara pelan menatap Aldo yang sudah tertidur.
Wanita setengah baya itu keluar dari kamar sang putra, dia tampak tidak terima setelah melihat foto - foto seorang gadis di handphone barusan.
Sementara Lista yang ada di kamarnya, matanya sudah memgantuk dia menunggu panggilan telfon dari Aldo tidak juga menelfon dirinya karena pekerjaan sudah selesai Lista mengirimnya ke senuah pesan aplikasi di handphonenya. Lalu ia merenahkan tubuh ke ranjang dan menutupi tibuhnya dengan selimut tebal karena hawa begitu dingin.
Lista tidur begitu pulas karena keletihan sampai gadis itu terbuai di alam lain. Lista merasa ada di atas awan putih bersih dia menggunkan gaun mewah berwarna putih bersama dengan seorang pangeran tampan, tampaknya si pangeran pria tampan itu menggunakan jas putih senada dan membawa buket bunga indah di berikan kepada Lista. Wajah pangeran yang ada di dalam mimpi Lista itu mirip dengan Aldo CEO baru di kantor Lista.
"Will you marry me, dear." ucap sang pangeran yang wajahnya sama dengan Aldo itu kepada Lista. Dia menekuk lutut di hadapan Lista.
"Yes, i will, " jawab Lista serta memberikan senyuman indah pada sang panggeran.
Panggeran itu lalu mencium mesra punggung tangan kanan Lista, lalu dia berdiri pelan dan tangannya memegangi pundak Lista wajah pangeran tampan yang sama itu menunduk.
Cup!
Ciuman mesra menempel di bibir Lista.
Terang saja Lista langsung teebangun dari tidur panjangnya, lalu merapa bibir manis miliknya.
"Astaga, mimpi sama cicak brewok." keluh Lista, sudut bibirnya terukir senyuman indah di pagi hari yang sudah tampak cerah.
"Hah, jam delapan!" mata Lista terbelalak melihat jam di dinding kamarnya.
Gadis itu langsung menuju ke kamar mandi, dia melakukan semua aktivitas bangun paginya dengan cepat seperti pembalap yang sedang melakukan aksinya. Setalah ssmua selesai Lista langsung masuk ke dalam mobil pribadinya, lalu melajukan mobil mungil itu ke arah kantor yang lumayan jauh.
"Resekkk! gara - gara si cicak brewok." pekik Lista saat mengemudikan mobil, mulutnya mengunyah roti yang selalu tersedia di dalam mobilnya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!