NovelToon NovelToon

Remember Me Husband

Prologue

Hai teman-teman apa kabar? Semoga selalu dalam lindungan Tuhan Yang Maha Esa.

Ketemu lagi nih sama aku dengan cerita yang baru, semoga nggak bosen ya hahaha. Habis nyelesain kisah Lara dan Vander di novel sebelumnya, sekarang saatnya naik kapal baru. Semoga sih suka ya...

Desclaimer : Seperti biasa sebelum baca mau ingetin kalian semua kalau cerita ini semuanya mulai dari latar tempat, nama tokoh, karakter semua murni karangan Author. Jadi jika ada kesamaan Karakter, Latar, tempat, setting cerita, budaya itu semua faktor ketidak sengajaan karena ketidak tahuan. Jadi jangan baper dan dikait-kaitin ke budaya atau dunia kita yagesya...

⚠️ Hanya untuk 18+ HARAP BIJAK MEMILIH BACAAN.

Yaudahlah daripada lama-lama langsung aja baca BLURB-nya aja deh...

BLURB :

Aran memutuskan menikah di usianya yang masih 19 tahun dengan Yuka/Ruka pemuda yang ia selamatkan saat terdampar sekarat di pesisir pantai dekat tempat tinggalnya.

Saat tahu ternyata pemuda itu mengalami amnesia akhirnya Aran memberikan pria itu tempat tinggal. Seiring berjalannya waktu cinta tumbuh diantara Aran dan pria itu, hingga akhirnya mereka menikah dan dikaruniai seorang anak laki-laki.

Dua tahun lebih menjalani mahligai rumah tangga dengan bahagia bersama suaminya, tiba-tiba saja pernikahan itu terpaksa kandas saat nyonya Lusi ibu tiri suaminya datang menghampiri Aran dan mengancamnya agar berpisah dan melupakan putranya.

Aran memohon sambil menyentuh tangan Lusi. Namun tangannya langsung ditepis oleh Lusi dengan tatapan jijik.

"Beraninya tangan kotormu menyentuhku!"

"Aku tidak mau uang anda nyonya, aku hanya ingin suamiku," ucap Aran memohon sambil menangis.

Namun bagi orang seperti Lusi yang tak memiliki hati nurani, sama sekali tak akan tersentuh. Ia justru semakin menekan Aran dengan mengancam akan membakar rumahnya sekaligus kapal-kapal nelayan milik warga sekitar jika tidak mau menuruti keinginannya.

"Nyonya kenapa anda setega itu?"

"Aku tidak peduli, dan jangan kau pikir aku main-main dengan ucapanku. Aku bisa lakukan apapun, apalagi hanya menyingkirkan warga dusun sepertimu dan tetanggamu disini aku bisa lakukan tidak sampai satu hari!"

Aran gemetar, ia tahu ancaman Lusi tidak main-main. Dimanapun orang kaya pasti bisa melakukan apapun demi tujuannya, dan Aran tak bisa egois dengan hal itu.

Dengan berlinangan air mata serta hati yang terasa begitu amat pedih menerima segalanya. Aran pun mengiyakan keinginan Lusi untuk meninggalkan dan melupakan Yuka/Ruka suami dan ayah dari anak-anaknya.

Tiga tahun lebih berlalu, Aran akhirnya memutuskan pindah ke kota Renstone bersama kedua anaknya Theo dan Jia.

Dan takdir pun bekerja dengan sangat luar biasa. Di kota itu Aran akhirnya malah bertemu lagi dengan ayah dari kedua anaknya. Sayang semuanya kini telah berbeda, Yuka/Ruka sang mantan suami malah sama sekali tak ingat Aran dan anaknya. Jangankan ingat, ia bahkan benar-benar seperti orang asing yang tak kenal Aran sama sekali.

Kehidupan pun berlanjut Aran yang meski harus dibayangi oleh Ruka yang kini sudah tak lagi jadi suaminya masih harus kembali menerima banyak cobaan. Mulai dari rekan kerjanya yang tak suka padanya, sampai nyonya Lusi yang lagi-lagi mengusiknya dan mengancam akan memberinya pelajaran jika ia berani mencoba membuat Ruka medapat kembali ingatannya bersama Aran dulu.

Mampukah Aran mengahadapi cobaan yang terus datang bertubi-tubi? Akankah Ruka mendapatkan kembali ingatan yang sudah sengaja dihapus oleh ibu tirinya yang kejam?

Ikuti kisahnya di Novel "REMEMBER ME HUSBAND"

Happy Reading...

BONUS VISUAL CHARACTER

RUKA ARSHAVIN & ARANA HAURIN

...🌸🌸🌸...

Pindah ke Ibukota

Arana Haurin, wanita berusia dua puluh lima tahun ini bersama kedua buah hatinya Theo (5 tahun) dan Jia (3 tahun) akhirnya memutuskan pindah dari kampun halamannya ke ibu kota Renstone. Tadinya Aran tidak ingin pergi dari kampung halaman tempat ia dibesarkan, namun melihat kedua anaknya semakin tumbuh besar dan membutuhkan pendidikan yang bagus, dirinya jadi memutuskan untuk pindah ke kota besar yang lebih moderen agar kedua anaknya bisa mendapatkan pendidikan yang lebih baik. Mengingat pendidikan di kota Kelvari belumlah sebaik, dan semaju pendidikan di kota besar seperti Renstone.

Setelah perjalanan panjang menaiki pesawat dari kota kecil tempatnya berasal, akhirnya Arana dan kedua anaknya tiba di kota Renstone, kota metropolitan termegah sekaligus jantung kota negara X.

Setelah mendarat di bandara kota Renstone, mereka bertiga langsung menunggu dijemput oleh Risa, teman masa kecil Aran yang dulu sempat tinggal di Kelvari namun sudah lama pindah karena harus ikut orang tuanya yang dipindah tugaskan.

Tapi sudah setengah jam lebih menunggu, Risa belum juga datang atau menghubungi Aran. Kenapa Risa belum datang juga? Apa dia terjebak macet?

Tiba-tiba seorang gadis kecil dengan rambut diikat dua yang duduk di pangkuan Aran mendongak keatas dan bertanya, "Ma, kenapa teman mama yang mau menjemput kita lama sekali datangnya?"

Gadis kecil bermata bulat itu tampak cantik menatap mamanya.

"Jia sudah lelah menunggu ya? Apa Jia lapar?" Tanya sang mama.

Ia menggeleng, "Jia tidak lapar, hanya saja Jia tidak terlalu suka tempat ini."

"Kenapa memangnya?"

"Soalnya di tempat ini paman dan bibinya sejak tadi selalu terlihat seperti sedang marah. Mereka semua menatap dengan tatapan yang seram. Berbeda sekali dengan orang di Kelvari, hampir semua orang disana ramah."

Aran menatap lembut putrinya tersebut lalu menjelaskan jika, paman dan bibi disini kemungkinan sedang lelah makanya jadi terlihat berwajah galak.

"Benarkah Ma?"

"Tentu saja anak cantik," ucap Aran sambil mencubit hidung putrinya dan mereka berdua pun tertawa.

Tak lama kemudian muncul seorang anak laki-laki dengan sweater abu-abu dan celana denim bersepatu biru, datang berlari menghampiri Aran dan putrinya sambil membawa sekantung belanjaan berisi beberapa jus kaleng.

"Mama aku sudah belikan minuman untuk kita," ucap anak laki-laki itu kelelahan.

"Theo pasti lelah ya berlari mencari minuman, maafkan mama ya. Karena harusnya mama saja yang belikan minuman untukmu dan Jia." Aran seketika tak enak hati dengan putranya itu.

"Tidak usah, aku kan seorang pria sejati jadi sudah seharusnya aku lakukan itu untuk mama dan Jia."

"Theo memang anak yang baik," puji Aran sambil mengusap kepala putranya itu.

"Kakakku kan memang paling keren!" Sahut Jia yang ikut bangga pada kakaknya, dan semuanya pun tertawa.

Sambil menunggu Risa datang, mereka bertiga pun akhirnya meminum jus yang sudah dibeli oleh Theo untuk menghilangkan dahaga.

Tak lama ponsel Aran pun berdering, ternyata panggilan dari Risa temannya itu.

Aran : Halo Risa kau dimana? Aku sudah disini hampir satu jam tapi kau belum juga datang.

Risa : Aku sudah di bandara, kau ini pakai baju apa dan dimana?

Aran seketika langsung celingak celinguk mencari keberadaan Risa.

"Risa aku disini!" Aran melambaikan tangannya memanggil wanita berpakaian rapi ala wanita kantoran yang ia tahu itu adalah Risa.

"Aran!" Risa yang sudah melihat Aran pun langsung mematikan ponselnya dan berlari menghampiri teman masa kecilnya itu.

"Aran, aku rindu sekali padamu..." Ungkap Risa sambil memeluk Aran.

"Aku juga rindu padamu Risa."

"Aran, lihat kau benar-benar tambah cantik. Terakhir kali kita bertemu kan waktu itu saat kita masih sama-sama di sekolah menengah atas dan saat itu kau jadi primadona sekolah, kau apa kabar?"

"Aku baik, kau sendiri?"

"Kau bisa lihat kan, aku tentu saja sangat baik."

Aran tertawa senang, melihat Risa yang sama sekali tak berubah secara kepribadian. Ia tetap Risa yang ia kenal sepuluh tahun lalu, menyenangkan dan selalu baik padanya.

"Oh iya kau kesini dengan siapa?" Tanya Risa yang kemudian agak kaget melihat disisi kanan dan kiri Aran ada pria kecil dan gadis kecil.

"Um— Aran, dua anak kecil disebelahmu itu siapa?" bisik Risa.

Lara tersenyum lalu mengenalkan kepada Risa kedua anaknya itu.

"Apa?!Anak? Aran ka- kau jangan bercanda ya? Anak darimana!" Risa syok tak menyangka.

"Halo bibi yang cantik, namaku Jia. Senang melihat bibi."

"Halo bibi Risa, aku Theo senang bertemu denganmu."

"Halo, aku Risa teman mama kalian. Kalian berdua sungguh menawan dan menggemaskan sekali," ujar Risa yang langsung gemas melihat kedua buah hati Aran.

Melihat Theo dan Jia yang begitu manis dan menawan. Risa pun langsung seolah tak peduli lagi dengan asal usul mereka dan eketika langsung menyukai Theo dan Jia.

"Baiklah, daripada lama-lama disini bagaimana kalau sekarang segera kubawa kalian ke apartemen kalian!" Ajak Risa

Namun saat ingin keluar dari bandara tiba-tiba saja ada keramaian. Entah apa yang terjadi, tapi dari salah satu gate VIP tiba-tiba saja muncul banyak wartawan yang berkerumun.

"Itu ramai-ramai ada apa?" Tanya Theo.

"Entahlah, apa kau tahu Risa ada apa?" Tandas Aran.

"Oh itu, kalau tidak salah CEO Skyper Group baru saja pulang dari perjalanan bisnis setelah berhasil mengakuisisi salah satu perusahaan besar di Australia."

"Kenapa hanya orang seperti itu saja bisa buat kemaraian. Dia kan bukan artis atau sejenisnya," sanggah Theo agak sinis.

"Dia memang bukan artis atau sejenisnya, tapi asal kau tahu. Dia dan perusahaan miliknya adalah salah satu penyumbang pajak terbesar di negara ini," jelas Risa.

"Dia pasti orang yang sangat hebat," ungkap Aran.

"Bukan saja hebat, tapi tuan Ruka juga sangat keren! Dia adalah pria idaman banyak wanita." Tiba-tiba saja raut wajah Risa jadi seperti orang yang tengah membayangakan seseorang yang disukainya itu.

Tidak ingin melihat Risa semakin berkhayal berlebihan, Theo pun langsung menyadarkannya. "Bibi Risa sudah jangan berkhayal terus, ayo kita segera pergi dari sini!"

"Baiklah iya-iya..."

🌸🌸🌸

Diperjalanan menuju ke apartemen, Jia terus melihat ke arah luar jendela mobil. Disana Gadis kecil itu tampak kagum melihat gedung-gedung pencakar langit nan modern yang terlihat di sepanjang jalan. Maklum saja, di Kelvari memang tak banyak gedung-gedung tinggi seperti di Renstone.

"Jia, apa kau suka melihat gedung-gedung itu?"

"Iya mama, Jia suka sekali melihatnya. Pasti di dalam gedung itu sangat luas. Iya kan bibi Risa?"

"Iya, kau benar Jia sayang."

Namun dari semua gedung-gedung pencakar langit yang dilihat Jia, ada satu gedung yang paling mencolok karena bangunannya paling tinggi dan terlihat megah.

"Bibi Risa, diantara semua gedung yang Jia lihat, gedung itu paling bagus. Itu gedung apa?" Tunjuk Jia ke arah gedung termrgah yang dimaksud.

"Oh itu menara Galaxy milik Skyper grup. Menara itu juga dinobatkan sebagai gedung pencakar langit tertinggi di negeri ini, bahkan jadi salah satu dari sepuluh gedung termegah di dunia," jelas Risa.

"Woah...!" Jia tampak kagum mendengarnya.

"Keren kan?"

"Apanya yang keren, hanya gedung biasa semua orang kalau punya uang juga bisa membangun gedung seperti itu," sahut Theo dengan ketus.

"Theo kau tidak boleh bicara begitu sayang..."

"Tapi yang aku katakan itu memang benar Ma, gedung-gedung itu seolah dijadikan simbol kedigdayaan oleh mereka yang memiliki kekuasaan di negeri ini."

"Theo kau ini sangat tampan dan manis, tapi kenapa bicaramu nyelekit sekali? Tapi yang kau katakan benar juga sih," ucap Risa diikuti gelak tawa agar suasana tak terlalu tegang.

"Risa, maafkan perkataan Theo ya, dia memang kadang suka begitu."

"Hahaha santai saja, lagipula aku tak terlalu memikirkannya. Hanya saja aku heran, kenapa putramu sifatnya lumayan jauh beda darimu ya?"

"Mama ya mama, aku ya aku, mana bisa sama," balas Theo.

"Iya iya aku mengerti." Theo ini, sifatnya apa lebih mirip ayahnya ya? Aku jadi penasaran dengan suaminya Aran.

Sebenarnya Aran paham kenapa putranya itu begitu sinis ketika membicarakan tentang kekuasaan, strata sosial dan sejenisnya. Putranya itu pasti masih ingat dengan pengalaman buruk saat di Kelvari dulu, dimana ada seorang saudagar kaya raya yang seenaknya menghinanya dan menginjak-injak harga dirinya. Bagi Aran sendiri dihina dan diremehkan orang kaya sudah sering ia rasakan.

Theo, maafkan mama karena tidak bisa memberikan kehidupan yang layak buatmu dan Jia. Tapi  mama janji, di kota ini mama akan kerja keras agar bisa memberikan dirimu dan Jia kehidupan yang lebih layak.

...🌸🌸🌸...

Di menara Galaxy tepatnya di lantai paling atas tepatnya ruangan CEO Skyper grup, tampak dari belakang seorang pria berjas hitam panjang yang baru saja memasuki ruangan tersebut.

Dari gesturnya pria itu sepertinya terlihat lelah sampai-sampai melepas jasnya dengan kesal. Pria itu kini hanya mengenakan kemeja berwarna gelap, pundaknya yang lebar dan kokoh membuatnya tampak gagah dan berkarisma meski hanya dilihat dari belakangnya saja. Ia berjalan menuju meja tempat CEO biasa bekerja dan langsung menduduki kursi executive yang ada dibalik meja kerja tersebut. Pria itu menyatukan kedua tangannya dan meletakannya diatas meja, matanya yang tajam dan mengintimidasi, menatap kearah seorang di depannya seolah tak berkedip.

"Jadi mana proposal yang kuminta kemarin Rowen?" Tanya pria yang tidak lain adalah Ruka Arshavin sang CEO Skyper group.

Pria tampan berusia 33 tahun yang sedang bicara dengan asistennya saat ini dalah CEO sekaligus pewaris utama Skyper group. Ruka memiliki 41 % saham Skyper, dan sang kakek Jura Arshavin pendiri sekaligus chairman Skyper group menunjuk langsung sang cucu untuk menggantikannya di kursi kepemimpinan perusahaan. Sifatnya yang perfectionist dalam berbisnis menurun langsung dari sang kakek membuat dirinya disegani oleh banyak orang-orang penting. Selain itu, Ruka dikenal dengan tempramennya yang tak terlalu baik, ia juga cenderung agak arogan dan kadang susah ditebak, hingga seringkali sifat tuannya itu membuat Rowen sang tangan kanan jadi susah sendiri.

"Tapi tuan, tadi kan anda bilang akan memeriksanya besok pagi, kenapa tiba-tiba sekarang malah memintanya?" Balas Rowen yang dibuat agak bingung oleh bosnya itu.

"Itu kan tadi, sekarang aku mau kau bawakan aku proposalnya."

"Ta- tapi tuan..."

"Sekarang!"

"Baik tuan!"

Ruka menghela nafas dengan kesal. "Kenapa setiap kali aku pulang dari luar negeri selalu saja orang-orang tua itu menanyakan hal-hal soal pernikahan. Padahal sudah kubilang aku tidak tertarik untuk menikah, apa perlu aku bakar kantor ini agar mereka behenti memaksaku!"

"Tu- tuan permisi, ini proposal yang anda minta," tandas Rowen yang dengan secepat kilat mengambil proposal itu untuk diberikan kepada bosnya.

"Sudah kau simpan saja lagi, aku tiba-tiba tidak selera membacanya."

Lagi? Lalu untuk apa anda menyuruhku ambil proposalnya tuan Ruka!

"Kenapa ekspresimu begitu Rowen, kau tidak senang kusuruh?"

"Eh- ti- tidak tuan, aku hanya lelah saja kok." Huft! Tuanku anda terlalu cerdas hingga membuatku yang IQnya rendah ini pusing.

"Oh iya Rowen, apa tadi kakekku meneleponmu?"

"Tuan Jura? Tidak kok."

"Baguslah, aku pikir dia akan menerormu karena aku sengaja mereject panggilannya tadi."

"Tu- tuan kenapa anda menolak panggilan tuan besar?"

"Menurutmu apa? Kau tahu sendiri kan kekek tua sialan itu dua tahun terkhir ini hobinya menyuruh aku cari istri. Sungguh tidak punya kerjaan si tua itu!"

"Tapi aku rasa tuan besar melakukan itu semata-mata karena ingin yang terbaik untuk anda."

"Terbaik untuku? Cih! Lebih tepatnya terbaik untuk reputasinya sebagai yang mulia Jura Arshavin."

"Tuan, tapi kalau boleh tahu kenapa anda tak juga kian mau menikah? Bukankah anda tahun lalu sempat berpacaran dengan nona Brenda, dan bulan lalu anda kan juga sempat dekat dengan seorang model papan atas. Kenapa anda tidak nikahi saja salah satunya, aku rasa untuk pria seperti anda mencari wanita itu hanya perkara mudah."

"Kau sendiri kenapa tidak menikah? Jangankan menikah, kau bahkan punya pacar saja tidak," balas Ruka.

"Oh kalau itu—" kalau itu kan karena waktuku habis untuk mengabdi pada anda tuan...

"Sudahlah Rowen kita tidak usah bicarakan hal tidak penting itu. Lebih baik kita senang-senang di luar." Ruka bangkit dari kursi lalu mengambil jasnya dan berjalan pergi.

"Tuan anda mau kemana?"

"Mencari secercah kebahagiaan dunia malam di kota yang indah ini."

...🌸🌸🌸...

Gimana? Kalo suka jangan lupa LIKE, COMMENT, LIKE, VOTE, dan SHARE oke.... 🙂

Yang Terlupakan

Di apartemen sederhana tempatnya sekarang tinggal, Arana beserta kedua anaknya terlihat baru saja selesai membokar barang bawaan mereka. Untungnya bawaannya tak terlalu banyak jadinya tidak membutuhkan waktu lama untuk memindahkan barang-barang itu dari koper ke lemari.

"Fiuh capeknya...!" Ucap Aran sambil mengkretakan sela-sela jemarinya.

Tak lama kemudian datang Risa yang kebetulan juga tetangga Aran, membawakan jus dingin untuk Aran dan kedua anaknya.

"Asyik bibi bawa jus!" Seru Jia tampak senang sekali.

"Aku tahu kalian pasti masih kelelahan setelah pindah dan belum sempat punya apapun di kulkas, jadi kubawakan jus ini."

"Kau baik sekali Risa, terima kasih ya... Anak-anak ayo ucapkan terima kasih pada bibi Risa."

"Terima kasih bibi Risa..." Ungkap kedua anak lalu menengguk jus tersebut dengan nikmatnya.

"Hemmm enak! Jia suka jus apel!"

"Risa sekali lagi terima kasih ya sudah membantuku mencarikan tempat tinggal, maaf aku jadi banyak merepotkanmu."

"Oh ayolah Aran, kita ini kan teman jadi santai saja. Lagipula aku senang kok bisa membantumu dan kedua anakmu yang lucu-lucu ini."

Aran benar-benar merasa bersyukur bisa punya teman sebaik Risa. Terlebih dirinya yang sama sekali belum pernah tinggal dikota ini merasa sangat terbantu dengan adanya Risa.

"Oh iya kalian sudah makan malam atau belum, kalau belum bagaimana kalau aku pesankan pizza?"

"Jia suka pizza!"

"Theo kau suka pizza kan?"

"Aku suka."

"Aran kau juga mau kan?"

Aran mengangguk..

"Baiklah kita makan pizza malam ini!"

Pizza pesanan pun akhirnya datang, setelah puas makan pizza. Theo dan Jia pun diminta mamanya untuk segera bersih-bersih dan bersiap tidur. Setelah memastikan kedua anaknya tidur pulas, Aran kembali ke ruang tengah dan mengobrol dengan Risa sambil minum. Keduanya tertawa mengingat kenangan masa muda mereka dulu saat masih di Kelvari.

"Jadi sampai usia segini kau belum juga punya pacar Risa?"

"Jangan meledek! Tipeku itu tuan Ruka, jadi laki-laki biasa tidak masuk kriteriaku hiks," ucap Risa setengah becanda.

"Kau ini, dari tadi tuan Ruka terus, memang dia sekeren apa sih?"

"Dia itu pria paling tampan, paling keren, paling segalanya di negeri ini. Lagipula memang kau tidak tahu sama sekali soal tuan Ruka?"

Aran menggeleng.

"Ah, memang di Kelvari tidak ada internet atau  TV?"

"Tentu saja ada, tapi khusus buatku yang jarang sekali nonton TV atau update berita media sosial, mana aku tahu soal tuan Ruka idolamu itu."

"Huft payah! Sudahlah lupakan itu, sekarang tolong jelaskan padaku kenapa kau menikah sampai punya anak tidak beritahu aku, kenapa?!"

"Soal itu..." Aran mendadak tidak bisa bicara banyak. Bukan maksud dirinya menutupinya dari Risa, namun bagi Aran mengingat kenangannya bersama sang suami dan perpisahan itu hanya akan membuat lukanya yang belum sembuh semakin parah.

"Aran, hei kenapa kau malah bengong dengan mata berkaca-kaca begitu? Katakan, apa suamimu itu sudah meninggal, atau jangan-jangan suamimu itu selingkuh dengan wanita lain. Katakan saja Aran..."

"Um— sebenarnya aku dan suami— maksudku mantan suamiku, kami sudah berpisah beberapa tahun yang lalu."

"Apa?! Lalu pria itu sekarang dimana?"

Arana menggelengkan kepalanya.

"Kurang ajar! Pria macam apa dia itu, sudah meninggalkan istrinya masih menelantarkan dua anak yang masih kecil pula. Dasar pria sinting! Tenang saja Aran, aku disini akan membantumu kok, aku yakin kau tetap bisa bertahan membesarkan kedua anakmu yang manis itu seorang diri."

Aran tersenyum kecil, "Ya aku pikir juga begitu— hoam...! Risa maaf, sepertinya aku sudah mengantuk, maaf tapi seperti aku harus istirahat, kebetulan besok aku masih harus pergi ke supermarket untuk membeli bahan-bahan keperluan rumah tangga."

"Yasudahlah kalau begitu aku pulang dulu."

Risa menepuk pundak Aran. "Ingat ya, aku akan selalu ada buatmu jadi jangan sungkan ceritakan apapun, padaku okey?"

"Okey!"

"Bye Aran!"

"Bye!"

Senyum palsu Arana seketika menghilang saat Risa pergi. Sejujurnya tiba-tiba luka dihatinya kembali perih setelah menceritakan tentang suaminya kepada Risa. "Sudah tiga tahun berlalu, tapi aku tetap saja tidak bisa lupa semua kenangan itu. Pria itu dia cinta pertamaku, orang yang dengan lantang melamarku, ayah dari anak-anakku, tapi aku tidak bisa memilikinya. Entah sedang apa dan bagaimana kabarnya saat ini. Yuka... apa kau masih ingat aku? Atau sebaliknya kau sudah lupa denganku? Kau bahkan belum tahu kalau kau punya anak perempuan yang sangat cantik dan menggemaskan."

Aran hanya bisa tersenyum getir mengingat itu. "Kalau saja waktu itu ibumu tidak datang dan mengancamku agar aku berpisah darimu, mungkin saat ini kita akan tetap jadi keluarga yang bahagia."

Aran tersenyum pilu. "Dasar bodoh, untuk apa kau melukis diatas air Aran? Itu sama saja kau mengharapkan sesuatu yang mustahil."

...🌸🌸🌸...

Keesokannya, Aran dan kedua anaknya pergi ke supermarket untuk berbelanja kebutuhan sehari-hari.

"Maaf ya aku tidak bisa menemanimu belanja soalnya aku tidak boleh ambil cuti dadakan lagi," pungkas Risa setelah sampai mengantar Aran sampai kedepan supermarket.

"Tidak masalah, lagipula kemarin kau sudah izin kerja juga kan untuk membantuku pindahan ke apartemen."

"Oke kalau begitu aku pergi dulu bye Theo, bye Jia..."

"Bye bibi..."

"Bye bibi Risa...," Balas Jia sambil melambaikan tangannya.

...----------------...

Aran dan kedua anaknya pun mulai berbelanja kebutuhan sehari-hari mereka, dari mulai membeli tisu sampai ke bumbu masak dan lain-lainnya. Aran yang tengah berada di area tempat buah dan sayur pun terlihat sedang membandingkan harga. Sebagai ibu tunggal yang belum punya pekerjaan tetap, tentunya ia harus bisa mengelola uang dengan sehemat mungkin. Apalagi Theo sudah harus masuk sekolah minggu depan, jadi mau tidak mau pengeluaran Aran harus jelas agar tidak buang-buang uang.

"Ternyata harga sayur dan buah di kota ini memang lebih mahal." Wortel yang dulu biasa Aran beli seharga 5 dolar disini harga persatuannya hampir 10 dolar. Tak hanya wortel, bahkan brokoli yang biasa didapatkan dengan harga 15 dolar disini bisa sampai 25 dolar.

"Apa aku bisa bertahan ya dengan keuanganku saat ini?"

Tiba-tiba Theo dan Jia datang menghampiri Aran dan berkata ingin makan kari daging. Akhirnya Aran pun dari tempat sayuran menuju ke area tempat jual daging dan ikan. Aran langsung dibuat takjub melihat  semua daging segar terpampang disana. Tapi tetap saja fokus utama Aran adalah banderol harganya. Disana tertulis danging kualitas medium harganya yang termurah 200 dolar/500gr. Sementara daging grade A harganya yang termurah harganya 450 dolar/500 gr.

Harga daging termurah saja bagi Aran lumayan mahal. Tapi melihat anaknya yang ingin sekali makan daging akhirnya ia pun membeli daging medium termurah.

Setelah selesai membeli daging, Theo dan Jia minta izin kepada Aran diperbolehkan beli snack.

"Tentu saja, pergilah ambil beberap snack yang kalian suka."

Sementara kedua anaknya mengambil snack. Aran iseng melihat-lihat ikan segar yang dijual disana. Melihat ikan entah kenapa Aran jadi langsung teringat dengan mantan suaminya yang dulu suka sekali makan olahan ikan buatannya. Karena dulunya suaminya di Kelvari suka ikut berlayar mencari ikan di laut, jadi suka bawa hasil tangkapannya dan minta Aran memasaknya.

"Saat itu benar-benar indah sekali rasanya..."

"Um— nona maaf," seorang pria tiba-tiba mengacaukan lamunan Aran. Dan pria itu adalah Rowen Davis asisten CEO Skyper group.

"Iya ada apa tuan?"

"Aku mau mengambil ikan dibelakangmu."

"Oh iya silakan," ucap Aran sambil menyingkir.

Rowen terlihat ingin membeli ikan, namun ia tampak bingung ingin ambil yang mana. Melihat hal itu Aran pun berinisiatif membantunya memilihkan ikan dengan kualitas terbaik.

"Terima kasih nona, anda baik sekali sudah mau membantuku."

"Sama-sama, memang ingin buat olahan apa tuan?"

"Begini— bosku tiba-tiba minta aku buatkan olahan ikan, tapi masalahnya aku sama sekali tidak pernah mengolah ikan sebelumnya. Jadi apa kau tahu olahan ikan yang enak dan mudah?"

"Ya aku tahu beberapa." Akhirnya Aran memberitahukan salah satu resep mudah mengolah ikan.

"Sekali lagi terima kasih ya nona, anda baik sekali."

"Sama-sama, sudah ya tuan kalau begitu aku duluan, permisi."

"Iya..." Rowen sepertinya berhasil dibuat terpukau oleh Aran. "Dia gadis yang sangat cantik. Dasar bodoh, kenapa aku tak tanya nomor ponselnya? Rowen kau ini bodoh!"

"Mama aku dan Jia sudah memilih snacknya," ucap kedua buah hati Aran.

"Baiklah, kalau begitu mari kita segera bayar belanjaan kita ke kasir."

...🌸🌸🌸...

Setelah selesai berbelanja Rowen pun kembali ke apartemen miliknya, yang mana didalam sana ada bosnya yang kini sedang sibuk memeriksa indeks harga saham.

"Aku pulang..." Rowen langung membawa belanjaannya ke dapur.

"Bos, apa kau mau makan sekarang?" Tanya Rowen.

"Boleh!" Jawab Ruka.

Kenapa Ruka bisa ada di apartemen Rowen? Padahal ia punya kediaman yang megah serta apartemen mewah pribadi, kenapa malah mengungsi ke apartemen asistennya yang biasa-biasa saja?

Ternyata sejak semalam Ruka sengaja menginap disana karena menghindari keluarganya yang terus saja mendesaknya bertunangan dengan Bianca, anak dari salah satu pemilik maskapai penerbangan di negara ini, sekaligus teman kecil Ruka. Padahal Ruka sama sekali sudah tak menaruh hati pada Bianca.

Tak lama kemudian, Rowen yang sudah selesai mengolah ikan tersebut langsung menghidangkan masakannya pada sang bos.

"Tuan ini ikan pedas manis dengan daun parsley, cobalah... Aku yakin rasanya enak."

Karena kebetulan sejak pagi tadi Ruka hanya minum kopi dan tidak makan apa-apa, ia jadi merasa lapar melihat hidangan yang ada di depannya saat in.. Ia pun langsung mencicipi ikan tersebut.

"Bagaimana tuanku, apa masakan asisten terbaikmu ini enak?"

"Ya lumayan," ungkap Ruka yang entah kenapa tiba-tiba saja lidahnya merasa agak familiar dengan rasa olahan ikan seperti ini. Aku seperti merasa tidak asing dengan hidangan ini, tapi setahuku ini pertama kalinya aku makan olahan ikan begini? Sebenarnya ada apa denganku, kenapa rasanya ada sesuatu hal yang aku lupakan?

"Tuan, kenapa kau diam dan tidak makan lagi? Apa tidak kau tidak suka?"

"Bukan, hanya saja... apa sebelumnya aku pernah makan hidangan seperti ini?"

Rowen mengangkat kedua bahunya. "Entahlah tuan, tapi setahuku anda itu kalau perjalanan bisnis jarang makan ikan. Atau mungkin di kediaman Arshavin, nyonya Lusi atau nyonya besar pernah membuatkannya untuk anda?"

"Ibu tiriku tidak pandai masak jadi tidak mungkin. Sedangkan nenek, seingatku tak pernah membuat olahan ikan seperti ini."

"Mungkin anda pernah makan di sebuah restoran saat kecil?"

Apa iya? Tapi seingatku saat kecil aku tidak pernah makan ikan ini.

"Tuan, kenapa malah diam lagi?"

"Tidak apa-apa, oh iya memang masakan ini kau belajar membuatnya dari siapa?"

"Oh, aku tadi diberitahu secara cuma-cuma resepnya oleh seorang nona muda cantik yang baik hati saat di supermarket."

Ruka mengernyitkan keningnya seraya heran. "Memangnya ada wanita seperti itu dikota ini?"

"Ada, contohnya nona tadi. Kau tahu tuan, dia sungguh sangat cantik. Maksudku— dia agak beda dengan wanita-wanita yang sering aku lihat kebanyakan di kota ini, dia seperti punya aura khas yang sulit dijelaskan"

"Kau jatuh cinta padanya?"

"Cinta sih belum, tapi aku sudah jatuh hati padanya. Dia benar-benar spesial, sayang aku tidak tahu nomornya huhu.."

"Oh..."

"Tuan bantu aku cari nona itu."

"Kau menyuruhku?" Ruka melirik tajam kearah Rowen.

"Eh tt— ti- tidak kok, sudah tuan makan saja aku mau bersihkan dapur dulu." Rowen lalu pergi, sementara Ruka kembali makan.

...🌸🌸🌸...

Di kediamannya Aran baru saja selesai memasak makan malam. Hari ini ia masak kari daging spesial dengan sayuran. Di meja makan pun kedua anaknya sudah siap menyantap menu makan malam buatan Aran yang dari baunya saja sudah terasa lezat.

"Anak-anak apa kalian sudah cuci tangan?"

"Jia sudah Ma."

"Aku juga sudah cuci tangan."

"Baiklah mari kita makan...," Aran kemudian duduk dan mengambilkan nasi untuk kedua anaknya, setelah itu untuknya. Namun saat dirinya baru saja mau menyuap tiba-tiba saja ada yang memencet bel. Dan ternyata itu Risa yang datang sambil membawakan beberapa potong buah semangka.

"Risa ada apa?"

"Um— aku mau numpang makan disini boleh kan, sebagai gantinya semangka ini buatmu."

Aran malah tertawa.

"Kenapa malah tertawa?"

"Tidak kau ini lucu, padahal kalau mau minta makan tidak perlu bawa buah juga tak masalah. Sudah ayo masuk kebetulan kami baru mau mulai makan."

Akhirnya Risa makan malam bersama Aran dan kedua anaknya. Di meja makan Theo dan Jia bercerita tentang pengalamannya pertama kali pergi ke supermarket di kota Renstone. Jia bilang supermarket di kota ini sangat besar, dan snack yang dijualnya pun jauh lebih banyak dan lengkap. Theo juga bercerita kalau kota Renstone sangat keren karena ada banyak mobil-mobil sport yang sebelumnya hanya ia bisa lihat lewat TV dan majalah.

"Pokoknya kota ini keren!" Seru Jia.

"Tentu saja kota ini sangat keren, julukan kota ini kan kota impian. Meskipun ya biaya hidupnya juga mahal hahaha..."

"Oh iya tadi aku baru lihat langsung saat perjalanan pulang, ternyata baru sadar kalau hotel-hotel mewah kelas dunia disini sangat banyak," imbuh Theo.

"Bicara soal hotel, bukankah kau juga bekerja di salah satu hotel berbintang ya Risa?"

"Benar, aku bekerja di royal palace hotel."

"Royal palace hotel? Bukankah itu hotel yang baru dinobatkan sebagai hotel paling mewah didunia?"

"Tepat sekali Theo, disana aku jadi salah satu supervisornya."

"Wah, pasti bibi Risa sering lihat orang-orang hebat menginap disana ya?"

"Iya Jia sayang, hotel itu sering jadi tempat menginap para utusan penting dari berbagai negara. Hotel itu juga sering didatangi para artis dan supermodel papan atas."

"Jia jadi ingin kesana. Mama bisakah kita menginap di hotel itu?"

"Ya, kalau mama punya uang lebih kita kesana okey?"

"Em!" Angguk gadis kecil itu.

Selesai makan malam dan mencuci piring, berhubung sudah mau jam sembilan malam, Aran langsung menyuruh anak-anaknya untuk masuk kamar dan berganti pakaian tidur. Setelah menemani Jia tidur dan memastikan anak-anaknya sudah tertidur lelap, Aran langsung menemui Risa di ruang tengah dan mengajaknya ngobrol membicarakan soal pekerjaan.

"Jadi kau mau cari kerja seperti apa Aran?"

"Apa saja yang penting jelas. Lagipula aku hanya lulusan SMA mana bisa aku terlalu pilih-pilih kerjaan, apalagi dikota ini. Disini rata-rata wanita yang seusiaku pasti setidaknya lulusan sarjana."

"Kenapa kau merendah begitu, setahuku kau ini pintar. Kau juga cukup pandai berbahasa asing jadi tidak usah berkecil hati, lagipula sekarang banyak yang lulusan universitas bagus tapi tak punya semangat kerja. Kebanyakan dari mereka hanya bermodalkan nama keluarga dan koneksi orang dalam bisa dapat pekerjaan dengan mudah. Nyatanya orang biasa seperti kita yang tak punya kenalan orang penting memang hanya bisa berjuang."

"Ya kau benar. Oh iya apa kau sudah temukan lowongan kerja buatku Risa? Hari ini aku sudah menghubungi beberapa perusahaan dan disana semua rata-rata minta lulusan perguruan tinggi. Kalaupun ada posisi office girl sedang tidak buka lowongan," ungkap Aran tampak kecewa.

Risa menyemangati temannya itu. "Kau tenang saja, tadi aku baru dapat info kalau di menara Galaxy alias kantor pusat Skyper sedang butuh beberapa pekerja tambahan untuk bagian rumah tangga. Walau cuma posisi bawah tapi gajinya lumayan."

"Oh ya, memang berapa gajinya?"

"Setahuku sekitar lima puluh ribu dolar."

"Benarkah sebesar itu?"

"Iya."

Sudah bukan rahasia umum lagi kalau gaji di perusahaan Skyper pasti besar, makanya orang-orang diseluruh negara ini berlomba-lomba untuk bisa diterima di semua perusahaan yang berada dibawah naungan Skyper group, termasuk Risa sendiri yang kini bekerja di Royal Palace hotel. Royal palace hotel adalah hotel milik Skyper group, dan gaji Risa disana sebagai supervisor junior hampir 200 ribu dolar.

"Itu baru gaji pekerja bawah, apa kabar kalau kau berada di divisi atas, gajimu bisa sampai satu juta dolar perbulannya."

Mata Aran langsung berbunga-bunga membayangkan seberapa banyak uang yang disebut Risa.

"Jadi kau mau melamar di kantor pusat Skyper group?"

"Tentu saja aku mau!"

"Oke, besok akan kuberitahu alamatnya dan kau tinggal siapakan berkas untuk melamar saja."

"Terima kasih Risa..."

...🌸🌸🌸...

AYO YANG SUKA MOHON DI LIKE, COMMENT, SHARE, DAN KASIH VOTE + GIFT OKEY....

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!