Nihao Readers 👋🏻🤍
...WELCOME TO MY NEW STORY (~ ̄³ ̄)~♡...
...And...
... Happy Reading ^_^...
...━━━━━━━⊰❖⊱━━━━━━━ ...
Seorang gadis tengah fokus ke layar laptop yang ada di depannya. Matanya menunjukan kalau ia merasa lelah, namun ia harus segera menyelesaikannya. Nama nya Irina gadis cantik dengan mata sipit, pipi chubby, dengan tinggi badan 163cm, dia adalah salah satu anak yang berbakat di panti tempatnya tinggal. Saat ini Irina sedang menyelesaikan naskah Novel yang harus segera di selesaikan lalu di berikan ke-penerbit dalam kurun waktu tiga hari.
Tok tok tok
"Irina, makan dulu yuk. Menulisnya lanjutkan nanti saja setelah makan." Ujar seorang wanita paruh baya dari balik pintu, dia adalah Mirna, pemilik sekaligus salah satu pengasuh di panti ini.
Irina dari dalam kamar menyahut "Iya bu sebentar,"
"Sudah sayang jangan bekerja terus, itu bisa di selesaikan setelah kamu makan nak." Ujar Mirna khawatir. Pasalnya Irina dari pagi tidak keluar dari kamarnya dan belum makan apapun.
"Sebentar bu sebentar," mendengar nada khawatir dari ibu nya Iri a segera membereskan semuanya. Baiklah aku akan akan melanjutkannya nanti, pikirnya.
Ckelk
(Anggap aja suara pintu)
Setelah keluar kamar, Irina masih melihat ibunya berdiri tak jauh dari pintu, menunggu nya.
"Kok ibu belum turun?" Tanya An Xi.
"Ibu khawatir sama kamu, dari pagi kamu belum makan apapun." Benar, Marni khawatir pada anak asuh nya yang satu ini. Irina selalu saja telat makan kalau sedang menyelesaikan naskah Novel nya itu.
"Hehe, maafya bu. Irina jadi buat ibu khawatir." Ujar Irina di sertai cengiran, tangannya menggaruk tengkuk lehernya yang tak gatal.
"Ya udah, yuk turun." Lanjutnya.
Irina dan Marni turun ke lantai bawah untuk bergabung bersama yang lain, untuk makan. Di meja, anak-anak yang melihat Irina dan Mirna pun bersorak senang.
"Yey makan. ayok bu, kak, kita makan." Ujar Xu Wan, salah satu anak asuh Mirna yang masih ber-umur 10 tahun. Gadis kecil berwajah imut itu adalah satu-satunya orang berdarah cina di panti ini.
"Maaf ya, Kakak buat kalian nunggu." Ujar Irina pada keluarganya.
"Gak papa kok Kak/dek." Ujar semua anak panti.
Irina tersenyum manis lalu duduk di kursi kosong. Selanjutnya tidak ada lagi yang membuka suara, hanya ada suara dentingan sendok yang beradu dengan piring, Mereka semua makan dengan tenang.
Setelah menyelesaikan makannya, Irina langsung berkutat kembali di depan laptop. Ia benar-benar harus segera menyelesaikan naskahnya. Irina berencana Akan memberikan naskahnya esok hari. Tangan nya terus menari di atas keyboard laptop, tak terasa jam sudah menunjukan pukul 01:35.
"Ugh, akhirnya selesai." Irina meregangkan bdannya yang terasa pegal. Lalu merapikan buku-buku yang berserakan di mejanya.
"Tinggal di print deh."
"Gak kerasa udah jam segini. Tidur dulu deh."
> > > ✧✧✧ < < <
Pagi ini setelai selesai menge-print naskahnya, Irina segera berganti baju. Ia akan menemui penerbit hari ini. Hatinya sangat bersemangat tapi juga entah kenapa hatinya agak gelisah.
Tok tok tok
"Kak Irina ayok sarapan." Terdengar suara anak kecil dari luar kamar Irina. Ia tersenyum ketika mendengar suara itu.
"Bentar dek."
Raisa atau kerap di sapa Caca adalah anak kandung dari Mirna, gadis yang baru memasuki umur 7 tahun itu menggembungkan pipinya kesal. Kakaknya yang satu ini sangat menyebalkan.
"Kak, Kakak pasti sengaja lama-lamakan di dalem." Teriaknya lagi.
Ckelk
"Gak kok, ini langsung keluar." Sahut Irina dengan senyum, gemas dengan pipi Caca yang bulat. Tangan nya terulur menggapit pipi Caca yang tembam itu.
"Adek nya Kakak yang satu ini gemesin banget..." Ucap Irina dengan tangan yang masih sibuk memainkan pipi Caca.
"Ih... Kak Irina mah kebiasaan. Sakit tau pipi Caca."
"Hehe, iya iya maaf. Yuk kita turun, yang lain pasti udah pada nunggu."
Mereka berdua turun menuju meja makan, di sana semuanya sudah menunggu Irina dan Caca.
"Kak duduk di sini." Ucap Xu Wan menepuk kursi yang ada di sampingnya.
"Irina bagaimana naskah kamu?" Tanya Angel, anak tertua di panti ini.
"Udah selesai Kak, rencananya hari ini bakal aku kasik ke penerbitnyanya." Jawab Irina dengan mengangkat totebag bergambar dino.
"Kalau begitu makan yang banyak, supaya nantinya kamu gak gugup banget." Ucap Bagas.
"Siap kak."
Selesai sarapan ia di antar Bagas ke cafe yang di maksud sang penerbit, tapi sesampainya di sana mereka berdua tidak dapat tempat parkir yang dekat dengan cafe tersebut.
Jadilah Bagas memarkirkan mobilnya di tempat parkir yang ada di sebrang jalan dari cafe.
Setelah turun dari mobil Irina pun berkata "Kak, kakak gak perlu tunggu aku. Nanti aku pulang naik bus aja."
"Yakin nih? Gak mau Kakak jemput aja?"
"Gak perlu, Kakak juga kan harus pergi kerja." Ucap Irina dengan senyum kecil.
"Ya udah, kalo gitu Kakak pergi dulu yah bye."
"Bye kak hati-hati, jangan kebut-kebutan." Peringatnya.
"Iya, adek juga hati-hati."
Setelah mobil Bagas menjauh dari pandangannya. Ia mulai menyebrang, namun kala beberapa langkah lagi sampai ia menyebrang ada sebuah motor yang melaju dengan kecepatan tinggi dan motor tersebut melawan arus kendaraan.
Tin Tin
Suara klakson dari beberapa kendaraan yang merasa terganggu dengan pengendara motor tersebut begitu nyaring, Irina refleks menutup telinganya yang terasa berdengun.
Tapi ketika seseorang meneriakinya ia langsung membuka matanya, dan mata Irina langsung membola. Motor itu melaju cepat ke arah Irina yang tengah mematung di tempat. Dan...
Bruk Ciiit
Motor tersebut menabrak Irina, dan terjatuh. Irina terhempas sangat kuat, kepalanya membentur trotoar dengan sangat keras.
Darah mengalir dari kepala Irina, tangan nya pun terasa patah, Irini mengernyitkan keningnya. Seluruh badannya terasa remuk, kepalanya sangat sakit. Hidungnya mencium bau anyir darah yang sangat menyengat. Telinganya kembali berdengung, lalu matanya perlahan memburam. Penglihatan terakhirnya adalah banyaknya orang yang mengerumuninya. Dan setelah itu menghitam.
...🔹To Be Continued🔹...
...Happy Reading ^_^...
...━━━━━━━⊰❖⊱━━━━━━━...
Kekaisaran Wu kini tengah di hebohkan dengan istri pangeran ketiga yang tengah melahirkan. Sedari tadi Paviliun Pyoni sanat ramai dengan aktivitas para pelayan yang keluar masuk paviliun dengan membawa baskom berisi air.
Di depan pintu ada pangeran ke tiga Wu An Ke, sang kaisar Wu Fang Ju, Permaisuri Bai Liu Shan, dan yang lainnya.
Sedari tadi pangeran An Ke tidak berhenti mondar-mandir dekat pintu, Kaisar yang melihat itu merasa jengkel.
"An Ke, tenanglah. Dan berhenti berjalan kesana kemari seperti itu. Zhen¹ merasa pusing melihatmu seperti itu." Ucap Kaisar.
"Bagaimana aku bisa tenang Ayahanda. Di dalam istriku tengah berjuang melahirkan anakku dan ini sudah lewat dari satu Sichen²." Ucap An Ke.
"An Ke. Apa yang di katakan Ayah mu benar. Kau harus tenang, jangn berpikir yang tidak-tidak. Pikirkan saja sesuatu yang baik. Contoh nya istrimu ternyata melahirkan bayi kembar. Bukankah tabib juga pernah memperkirakan bahwa istrimu mungkin mengandung bayi kembar." Permaisuri Bai mencoba menenangkan anaknya dengan beberapa patah kata.
"Tapi Muhuo³ ini sangat lama, danedari tadi aku belum mendengar tangisan bayi."
Ketika permaisuri akan membuka mulutnya, ia kembali bungkam kala tabib wanita sudah keluar dari kamar.
"Salam kepada Bixia⁴, permaisuri.."
Belum sempat sang tabib menyelesaikan perkataan nya, pangeran An Ke segera memotongnya.
"Nanti saja memberi salamnya, sekarang katakan bagaimana istri dan anakku?" Tanya An Ke.
"Menjawab Wangye⁵, keadaan Wangfei⁶ dan para putri baik-baik saja."
"Para putri? Apa maksudmu tabib?" Tanya Kaisar.
"Kembali menjawab Bixia. Wangfei melahirkan tiga bayi kembar yang berjenis kelamin perempuan." Jelas tabib itu.
"Tiga putri?!!" Saking kagetnya hampir semua orang yang di sana memekik bersamaan.
"Ti-tiga? Tiga putri? Kau tidak sedang berbohongkan?" Tanya Pangeran An Ke tidak percaya.
"Saya tidak berbohong Wangye, Wangfei memang melahirkan tiga putri, kembar." Ucap sang tabib.
Setelah mendengar ucapan sang tabib pangeran An Ke segera berlari masuk menghampiri sang istri yang kini tengah berbaring bersampingan dengan tiga bayi kembar.
"Benar-benar tiga." Gumam pangeran An Ke.
"Yin'er." Panggilnya pada Jun Suyin, sang istri.
Jun Suyin mengadah, menatap sang suami yang tengah terbengong tak percaya menatap ke arah anak-anak nya.
"An Ke, kemari dan lihat. Tiga putri kita sangat cantik dan menggemaskan." Ucap Suyin.
An Ke berjalan pelan menuju istri dan ketiga anaknya, lalu mendudukkan dirinya di tepi ranjang.
"Kau benar-benar melahirkan tiga bayi sekaligus Yin'er." Ucap An Ke sembari mengusap satu persatu kepala anaknya tersebut.
"Kau senang?" Tanya Suyin pada sang suami.
"Tentu, aku senang. Tapi aku masih terkejut."
"Ya itu hal yang wajar. Karna di benua ini belum ada perempuan yang bisa mengandung bahkan melahirkan tiga bayi sekaligus." Ucap Suyin memaklumi.
"Oh ya, bagaimana dengan Xiao⁷ Tian?" Tanya Suyin.
"Xiao Tian masih dalam perjalanan bersama Fùqīn⁹ dan Mǔqīn¹⁰." Jawab An Ke.
"Suyin yang mana kakaknya dan yang mana adik kecilnya?" Tanya An Ke.
"Tabib berkata yang lahir terakhir adalah kakaknya, dan yang kedua adalah yang lahir pertama dan yang ketiga adalah yang lahir ke dua. Jadi yang di dekat dengan mu adalah sang kakak, lalu yang tengah ke dua dan yang di samping ku adalah yang ke tiga." Jelas Suyin dengan pelan agar An Ke paham.
Setelah mendengar itu An Ke sama sekali tidak mengalihkan pandangannya dari ke tiga anaknya. Ia masih fokus pada ke tiga putrinya mereka bertiga benar-benar sangat mirip, wajahnya perpaduan antara dirinya dan Suyin. Yang membedakan mereka bertiga adalah matanya.
Jika sang kaka bermaa sipit, lalu yang di tengah memiliki tahi lalat di bawah mata kirinya, sedangkan si adik kecil memiliki mata yang bulat lucu.
"Aku hampir tidak bisa membedakan mereka bertiga, tapi aku lihat-lihat mereka ternyata mudah di bedakan." Ujar An Ke, memangku sang kakak dengan hati-hati.
"Benar. Mereka bertiga hanya bisa di bedakan dengan melihat matanya saja." Sahut Suyin menanggapi ucapan An Ke.
Pov Irina
Mata mungil itu perlahan terbuka, memperlihatkan sepasang mata coklat yang indah.
Irina mengernyitkan alisnya bingung, di mana ia saat ini mengapa atap bangunan ini dibuat dengan kayu. Tidak mungkin kalau ini rumah sakit.
Matanya menatap ke sekeliling, bangunan ini di buat dengan kayu lalu banyak tirai-tirai berukiran bunga pyoni dan naga di setiap kainnya.
Irina memcoba bangkit dari tidurnya, tapi tidak bisa. 'kenapa ini?' batin Irina.
Tapi tunggu dulu, sejak kapan tangannya begitu kecil. Irina kembali melihat tangannya. Ini benar-benar sangat kecil. Ia ingin berteriak, namun yang ia dengar hanya tangisan bayi.
Tunggu, tangisan bayi?!
Lagi-lagi Irina mengamati tangannya. Tidak mungkin, pikir Irina.
'apakah aku menjadi bayi kembali?!' batinnya berteriak.
"Halo putri-putri kecil ibu."
Irina secara otomatis memutar kepalanya mengarah ke suara itu. Ia bisa melihat wanita cantik yang tengah tersenyum ke arahnya.
Tapi tunggu sejak kapan ia di apit oleh dua bayi sekaligus?
Irina menggeliat kala sebuah tangan mengapit hidungnya pelan.
"Kau sangat cantik." Ucap wanita tersebut.
"Yin'er." Kini Irina kembali memutar kepalanya ke arah suara yang sepertinya itu suara laki-laki.
Di sana berdiri seorang pria yang mengenakan Zaosan⁸ berwarna hijau toska yang tengah menatap ke arahnya dan dua bayi di sampingnya dengan tatapan tidak percaya.
Pov end
Sedangkan di sisi lain seorang anak laki-laki berumur 5 tahun. Kini tenah menatap keluar jendela dengan mata berbinar.
"Nenek, kapan kita akan sampai di kekaisaran?" Tanyanya dengan suara lucu pada wanita paruh baya yang duduk di sebrangnya.
"Mungkin kita akan sampai sebelum makan malam cucuku." Bukan sang Nenek yang menjawab melainkan laki-laki yang berumur sekitar tujuh puluh tahunan yang duduk di samping Nenek itu.
"Aku bertanya pada Nenek bukan Kepada Kakek." Jawabnya, cemberut.
"Sudah-sudah, kalian ini. Selalu saja bertengkar." Ucap Bai Lingya.
"Siapa yang bertengkar." Sangkal Bai Luogu.
"Kakek yang memulainya, Nek." Tunjuk Wu Jun Tian, pada Luogu.
"Enak saja menyalahkan orang seperti itu." Ucap Luogu tak terima.
"Aku bilang sudah. Apa kalian tidak lelah bertengkar sepanjang jalan." Lingya memijat keningnya pelan, ia merasa pusing mendengar pertengkaran mereka berusa seharian ini.
Akhirnya mereka tiba di kekaisaran Wu tepat pada sore hari. Jun Tian segera berlari ke Paviliun Pyoni untuk menemui adiknya. Tiba di depan pintu kamar kedua orang tuanya, dengan tanpa mengetuk pintu Jun Tian masuk dengan tergesa-gesa.
Di sana sudah ada Ayah dan Ibunya yang tengah bermain bersama tiga bayi kecil.
"Tiga adik?" Gumam Jun Tian.
"Xiao Tian." Panggil Suyin.
"Iya Niang." Jawab Jun Tian ceria.
"Kemari dan lihat ke-tiga adikmu." Suyin melambaikan tangannya kepada Jun Tian. Ia hampir tertawa melihat reaksi Jun Tian melihat adik-adiknya.
Jun Tian menghampiri kedua orang tuanya, dia berdiri di samping ranjang mengamati ketiga adiknya yang tengah menayapnya.
"Niang¹¹, aku benar-benar punya tiga adik sekarang?" Tanya Jun Tian, masih kaget.
Suyin tertawa kecil, reaksi anak pertamanya ini tidak jauh beda dengan reaksi sang suami.
"Benar, sekarang Xiao Tian punya tiga adik. Dan nanti akan ada yang memanggilmu Gēgē¹²." Ucap Suyin.
"Lalu siapa nama mereka Niang?" Tanya Jun Tian, antusias.
"Ayah, masih belum menemukan nama yang tepat untuk tiga bayi kembar. Jadi untuk sementara kamu bisa memanggil mereka Mèimèi¹³ atau Xiao Mèi¹⁴ terlebih dulu." Jelas An Ke yang akhirnya angkat bicara.
"Baik Ayah."
...━━━━━━━⊰❖⊱━━━━━━━...
Akhirnya tiba waktunya makan malam, seluruh anggota keluarga sekarang sudah berkumpul di ruang makan.
"Suyin, apa kamu sudah merasa lebih baik?" Tanya permaisuri, memecahkan keheningan di ruang makan ini.
"Ya Muhuo. Chenqie¹⁵ sudah merasa lebih baik." Jawab Suyin, sedikit membungkukkan kepalanya, bersikap sopan.
"Baguslah kalau begitu. Ben Gong¹⁶ senang mendengarnya." Ucap Permaisuri.
"Lalu di mana Xiao Tian?" Kini Kaisar Wu yang giliran bertanya pada menantunya itu.
"Xiao Tian berkata, ingin makan sambil menemani adik-adiknya, Bixia." Jawab Suyin kembali membungkukan kepalanya.
"Sepertinya Xiao Tian sangat senang mendapatkan adik." Ucap Huang Guafei¹⁷, Liu Mou.
"Benar, Xiao Tian sangat senang mendapatkan adik." Kini bukan Suyin yang menjawab tepapi Pangeran An Ke.
"Lalu, kau sudah menemukan nama yang tepat untuk ketiga putri mu?" Tanya Kaisar Wen, tertuju pada Pangeran An Ke.
"Sudah Ayahanda."
"Lalu apa saja namanya?" Tanya Kaisar, lagi.
"Untuk sang Kakak aku menamainya Wu Yun Li, lalu yang ke dua Wu Yun Ling, dan yang paling kecil Wu Yun Lian." Jelas Pangeran An Ke.
"Nama yang bagus." Ucap kaisar.
"Terimakasih Ayahanda."
Setelah menyelesaikan makan malam, An Ke membawa istrinya kembali ke Paviliun Pyoni. Ketika Pangeran An Ke ingin membaringkan sang istri, ia mengurungkan niatnya kala melihat Jun Tian yang berbaring di kasur bersama ketiga putrinya.
"Yin'er, lihatlah Xiao Tian kita." Ujar An Ke pada Suyin.
"Sepertinya Xiao Tian benar-benar sangat bahagia, dan sepertinya dia ingin cepat-cepat di panggil Gēgē." Sahut Suyin.
"Benar, entah kenapa aku seperti melihat sebuah perisai kecil yang mengelilingi mereka ber-empat." Suyin kembali melihat ke arah anak-anaknya, ia memfokuskan matanya dan benar saja seperti ada prisai transparan yang mengelilingi mereka.
"Apakah Xiao Tian yang menciptakannya?"
"Mana mungki. Xiao Tian masih kecil, Dan dia juga belum di ajari tentang membuat perisai." Sanggah An Ke, merasa tidak percaya.
"Tapi mungkin saja bukan, Xiao Tian sudah terbiasa melihat orang-orang di sekitarnya menciptakan perisai, Dan mungkin dia menirunya. Seperti saat dulu ketika kau mengajaknya bermain lalu menciptakan burung kecil dari Qi sepiritual¹⁸-mu, dan saat itu juga Xiao Tian menirunya." Jelas Suyin.
"Ucapanmu ada benarnya juga. Itu mungkin saja. Kalau itu benar, aku sangat bangga pada Xiao Tian. Anak kita benar-benar hebat."
Lalu Pangeran An Ke dan Suyin segera keluar dari kamar ini. Mereka berdua berjalan ke arah samping menuju ke kamar lain yang jarang di gunakan.
"Untuk sementara kita akan tidur di sini terlebih dahulu." Ucap Pangeran An Ke.
"Besok aku akan merenovasi kamar ini supaya lebih bagus." Lanjutnya.
"Tidur di mana pun asal ada kamu, aku tidak keberatan."
...🔹To Be Continued🔹...
Note 📝 :
Zhen \=Sebutan 'aku' bagi kaisar/raja pada dirinya sendiri.
Satu Sichen \= 2 jam; ½ sichen \=1 jam
Muhuo \= cara memanggil ibu (permaisuri) bagi pangeran/putri
Bixia \= yang mulia kaisar.
Wangye \= panggilan kepada pangeran / berdarah kerajaan
Wangfei \= istri sah(menantu kerajaan)
Xiao \= xiao di sini bukan nama ya, tapi xiao di sini memiliki arti kecil jadi jika di tulis 'Xiao tian' maka berarti seperti 'tian kecil'
Zaosan \=hanfu yang di kenakan laki-laki.
Fùqīn \= ayah
Mǔqīn \= ibu
Niang \= ibu
Gēgē \= kakak laki-laki
Mèimèi \= adik perempuan
Xiao Mèi \= adik kecil (perempuan)
Chenqie \= panggilan 'saya' untuk perempuan ketika bertemu dengan orang yang lebih tinggi status nya.
Ben Gong \= aku(bagi wanita kerajaan)
Huang Guafei \= gelar selir tertinggi, di bawah Permaisuri, di atas empat selir utama.
Qi sepiritual \= aura/kekuatan dari dantian yang di keluarkan melalui sel darah.
-Sumber : Google dan beberapa novel cina bergenre fantasi.
-Hanfu\=pakaian tradisional cina.
...Happy Reading ♡...
...━━━━━━━⊰❖⊱━━━━━━━...
Tidak terasa kini usia ketiga bayi itu sudah berumur tujuh tahun, selama tujuh tahun ini banyak hal yang terjadi. Ketika umur mereka tiga tahun mereka bertiga langsung tahu bahwa jiwa mereka bertiga sama-sama dari Zaman modern.
Jika Wu Yun Ling dulunya adalah Irina, seorang penulis novel yang berusia 20 tahun. Maka Wu Yun Li dulunya adalah Azriel, seorang anggota mafia berusia 22 tahun. Serta Wu Yun Lian dulunya adalah seorang mahasiswi perancang busana berusia 18 tahun.
"Lian, ayok pergi ke perpustakaan." Ajak Yun Ling pada sang adik.
"Nanti dulu JiěJiě¹, kita tunggu Li Jiě dulu. Dia masih di dalam." Tahan Yun Lian, kala Yun Ling menarik tangannya.
"Baiklah, baiklah. Mari kita tunggu Li Jiě."
Beberapa saat kemudian keluarlah gadis kecil dengan menggunakan hanfu berwarna hitam bercorak bunga Lily.
"Maaf membuat kalian menunggu lama." Yun Li berucap dengan wajah bersalah dengan tangan mengusap kepala adik-adiknya.
"Tidak apa-apa JiěJiě, kami menunggu baru beberapa saat." Ucap Yun Lian dengan menampilkan senyum manisnya.
"Sekarang sudah ada Li Jiě, jadi ayok kita segera pergi ke perpustakaan." Ajak Yun Ling untuk ke dua kalinya.
"Sepertinya Ling Mèi sudah tidak sabar membaca buku 'Apoteker' yang kau temukan kemarin." Ucap Yun Li.
"Benar, aku sudah tidak sabar. Kemarin aku baru membaca halaman awal, tapi karena Niang memanggil kita, aku jadi tidak jadi membaca." Kemarin Yun Ling baru saja menemukan buku Apoteker, yang menurutnya sangat menarik dan asik untuk di baca. Akan tetapi Suyin memanggil mereka bertiga karena waktu makan malam sudah tiba.
"Kalau begitu mari pergi ke perpustakaan." Lanjutnya.
"Maaf Ling'er JiěJiě tidak bisa menemanimu." Perkataan Yun Li berhasil menghentikan langkah Yun Ling.
"Kenapa Jiě?" Tanya Yun Lian.
"Aku ingin belajar berkultivasi bersama Gēgē²." Ucap Yun Li.
"Tak apa kan?" Tanya-nya.
Yun Ling menggeleng pelan "Kalau begitu JiěJiě harus segera pergi keruang latihan."
"Benar, Tian Gē pasti sudah menunggu." Ucap Yun Lian.
"Baiklah kalau begitu aku pergi ya. Sampai nanti." Yun Li melangkah sambil melambaikan tangan pada kedua adiknya.
"Bye-bye JiěJiě. Semangat!!" Ujar Yun Ling dan Yun Lian seacara bersamaan.
Mereka berdua saling pandang lalu tertawa pelan.
"Kok bisa barengan gitu ya." Ujar Yun Lian di sela-sela tawanya.
"Benar, kok bisa serempak ya?"
...━━━━━━━⊰❖⊱━━━━━━━...
Yun Li berhenti berlari kala dirinya sudah sampai di depan pintu ruang latihan.
Dia memegang lututnya, lelah karena berlari cukup jauh.
Yun Li membuka pintu besar itu, dia pun melangkah menghampiri sang Kakak yang tengah duduk bersila di tengah ruangan.
"Gēgē maaf aku terlambat." Ucap Yun Li tepat di samping Jun Tian.
Jun Tian menoleh lalu berucap "Tak apa, Gēgē-pun belum lama sampai."
"Hah... Syukurlah." Yun Li terduduk di samping Kakak laki-lakinya itu.
"Apa kamu berlari saat kemari?" Jun Tian bertanya, agak heran melihat Yun Li yang sepertinya sangat kelelahan.
"Benar, aku berlari. Aku takut Gēgē bosan karena menungguku."
"Tunggu dulu." Jun Tian bangkit dari duduknya, dia mengambil air yang di sediakan di sudut ruangan.
"Minumlah ini." Yun Li menerima gelas itu, lalu segera menegaknya hingga tandas.
"Huah, segarnya."
"Lain kali kamu tidak perlu berlari, orang yang akan mengajari kita pun belum datang." Jun Tian memberi nasehat.
Baru saja di bicarakan, Du Shi, guru yang akan mengajari mereka pun datang.
"Apakah hanya kalian yang akan belajar hari ini?" Tanya nya.
"Ya guru, ke dua adikku lebih ingin pergi ke perpustakaan. Sepertinya akan ikut latihan lain waktu." Sahut Yun Li.
Di Shi mengangguk, "kalau begitu mari kita mulai pelajarannya. Pertama-tama aku akan menjelaskan dasar bela diri."
"Standar bela diri di benua inia sangat tinggi, seni bela diri adalah penentu kemampuan fisik seseorang. orang yang ingin di sebut ahli bela diri harus meningkatkan bela dirinya sampai tahap master.
Seni bela diri terbagi sembilan yaitu:
Dasar
Menengah
Pondasi dasar.
Pondasi semesta
Master
Raja
Kaisar
Dewa
Ilahi
Yun Li tidak pernah mengalihkan pandangannya dari Du Shi, ia terus fokus dengan penjelasan Du Shi, begitupun dengan Jun Tian.
"Lalu selanjutnya adalah Kultivasi, tahap kultivasi di bagi menjadi beberapa Ranah, yaitu.
Pondasi Qi Orde 1-7
Petarung Orde 1-7
Prajurit bumi Orde 1-7
Raja Bumi Orde 1-7
Prajurit langit Orde 1-7
Raja Langit Orde 1-7
Kaisar Semesta Orde 1-7
Dewa Orde 1-7
Dewa dari Dewa Orde 1-7
Ilahi Orde 1-7
Namun, di katakan juga ada tahap suci, tapi sampai saat ini belum ada yang bisa naik ke Ranah Suci, jadi Ranah Suci di anggap hanya legenda." Jelas Du Shi, ia mengambil nafasnya.
"Lalu kali ini, kita aku akan mengajari Xiăo Jiě Yun Li untuk membuka Dantian³ nya. Caranya cukup mudah, tolon ikuti ucapan saya Xiăo Jiě." Tutur Du Shi. Yun Li menganggukkan kepalanya.
"Pertama-tama duduk bersila, lalu tegakkan punggungnya. Ambil nafas dalam-dalam lalu hembuskan, buat diri anda tenang. Kalau sudah selesai pejamkanlah mata anda, rasakan hembusan angin yang ada di ruangan ini."
Yun Li terus mengikuti instruksi Du Shi, matanya memejam, merasakan hembusan kecil yang ada di ruangan ini.
"Jika anda sudah merasakan hembusan angin itu, cobalah cari hembusan angin yang cukup hangat, lalu dalam hitungan ke sepuluh anda boleh membuka mata anda. Lalu lihat warna apa yang anda lihat."
Setelah hitungan ke sepuluh, Yun Li membuka matanya. Dia melihat empat warna berbeda.
"Xiăo Jiě, warna apa saja yang kau lihat?" Tanya Du Shi.
"Ada warna merah, ungu dan hitam." Mendengar perkataan Yun Li yang terakhir, mata Du Shi membulat.
"Elemen kegelapan." Gumam Du Shi.
"Apakah anda mengatakan sesuatu guru?" Anya Yun Li.
"Begini warna elemen dasar ada yaitu
• Biru untuk air
•Abu muda untuk angin
•Hijau untuk tumbuhan
•Merah untuk api
•Ungu untuk petir
•Putih untuk cahaya
•Hitam Untuk kegelapan.
Kalau elemen lainnya itu bukanlah elemen dasar, itu hanyalah elemen tambahan, seperti elemen pasir milikku." Jelas Du Shi.
"Itu berarti aku memiliki tiga elemen, api, petir dan kegelapan." Monolog Yun Li.
Jun Tian menghampiri adiknya, "Aku juga mempunyai Elemen kegelapan, lihatlah." Jun Tian menciptakan burung gaak menggunakan Qi spiritual nya.
"Wuah."
...🔹To Be Continued🔹...
Note📝 :
1) JiěJiě \=Kakak perempuan.
2) Gēgē \= Kakak laki-laki.
3) Dantian \= Pusat aliran Qi spiritual di dalam tubuh manusia.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!