"Saya terima nikah dan kawinnya Mira Andira binti Hendra Pangestu dengan mas kawin tersebut dibayar tunai," ucap Indra dengan satu tarikan nafas saja.
"Bagaimana para saksi sah? sah?" tanya Pak Penghulu.
"Sah.." jawab para saksi dan tamu undangan yang menyaksikan secara serempak.
"Alhamdulillah," ucap Mira dan Indra secara berbarengan.
"Silahkan istri mencium punggung tangan suami dan suami mencium kening istri," ujar Pak penghulu lagi setelah menikahkan mereka berdua.
Indra segera mencium kening Mira, begitupun Mira yang langsung mencium punggung tangan kanan suaminya. Betapa ramai dan riuhnya saat sang mempelai mencium kening istrinya.
Selesai acara ijab qobul selesai acara pun di lanjutkan dengan penandatanganan berkas-berkas sebagai formalitas. Ada beberapa dokumen yang harus Mira dan Indra tanda tangani.
Kini Mira merasa sangat bahagia karena akhirnya dia bisa menikah dengan laki-laki pilihannya sendiri. Begitupun dengan Indra yang sama-sama merasa bahagia karena ia bisa menikah dengan wanita yang sangat ia cintai.
"Ciee, akhirnya kalian sudah sah," ujar salah seorang teman Indra yang berada di dekatnya.
Indra pun terlihat memerah saat mendengar temannya berkata seperti itu. Selepas itu acara di lanjutkan dengan sungkeman pengantin kepada orang tua mereka masing-masing. Setelah itu berulah bergantian.
Selesai sungkeman, acara di lanjutkan kembali pada acara prasmanan. Sebagian ada yang menyalami pengantin terlebih dahulu di atas pelaminan. Sebagian lagi ada yang langsung mengantri di meja prasmanan untuk makan terlebih dahulu.
"Selamat ya Mir, semoga menjadi keluarga yang sakinnah, mawwadah dan warrohmah," ujar Amel yang merupakan sahabat dari Mira.
"Makasih ya Mel udah nyempetin hadir," tukas Mira lagi.
Setelah bersalaman dan bercipika-cipiki alias cium pipi kanan dan cium pipi kiri, tak lupa mereka melakukan swafoto sebagai kenang-kenangan. Tak lupa mereka memajang foto mereka di status media sosial mereka.
Tak lupa seorang fotografer mengabadikan setiap momen dalam acara pernikahan tersebut. Mulai dari ijab qobul, hingga saat ini sedang di pelaminan pun tak lupa mereka abadikan.
Tak lupa setiap keluarga melakukan foto bersama sebagai kenang-kenangan bersama sang pengantin.
Hampir seharian penuh acara itu di laksanakan. Mira dan Indra yang sudah merasa lelah merasa lega karena akhirnya acara pernikahan ini sudah selesai di laksanakan.
Selepas menikah mereka segera bergegas menuju hotel yang sebelumnya sudah mereka pesan.
"Aku mau mandi dulu mas, gerah," ujar Mira yang segera bergegas menuju kamar mandi.
"Iya Mira, mas mau tiduran dulu sambil nunggu kamu," timpal Indra.
Untuk beberapa menit Mira berada di kamar mandi membersihkan diri. Seharian memakai baju pengantin membuat Mira merasa begitu lelah dan gerah. Rasanya sudah sesak dari tadi.
Tak lama akhirnya Mira keluar dari kamar mandi. Mira tersenyum saat melihat suaminya tertidur di atas ranjang. Mira masih tidak percaya jika pria yang berada di hadapannya kini sudah resmi menjadi suaminya.
"Pasti kamu kelelahan mas," gumam batin Mira sambil tersenyum.
Melihat waktu yang sudah menunjukan pukul 8 malam, membuat Mira harus membangunkan suaminya karena dia pasti belum melaksanakan shalat isya.
"Mas, bangun mas. Ke air dulu, terus shalat mas," ujar Mira yang memegang bahu suaminya.
"Kamu sudah selesai mandinya?" tanya Indra sambil mengucek matanya karena masih merasakan kantuk yang teramat.
"Sudah mas, aku baru selesai shalat," jawab Mira.
"Oke kalau gitu mas ke air dulu," pamit Indra yang kini bergantian menuju kamar mandi.
Sementara sambil menunggu suaminya yang sedang berada dikamar mandi. Mira memesan makanan untuk makan malam mereka berdua. Mira memesan 2 chicken steak beserta nasinya. Tak lupa ia pun memesan 2 jus jeruk kesukaan mereka berdua.
"Wah mas jadi lapar," ujar Indra.
"Udah selesai shalatnya mas? Sini kita makan dulu," ajak Mira yang sudah menyiapkan makanan yang tadi di pesannya.
"Sudah Mira, ayo kita makan aku sudah lapar."
"Iya mas, mari."
Mereka berdua segera bergegas makan karena sudah merasa lapar sejak tadi. Seharian menyambut tamu membuat mereka merasa kelelahan. Jangan untuk makan, untuk minum saja rasanya tidak mau saat acara sedang berlangsung.
Tak berapa lama makanan yang mereka makan pun habis tak tersisa. Selesai makan, mereka segera menuju kamar untuk beristirahat. Mira berbaring di sebelah Indra. Kini mereka merasa canggung.
"Aku masih ga nyangka, sekarang kita sudah resmi menjadi pasangan suami istri," ujar Mira membuka pembicaraan.
"Iya mas juga masih ga nyangka ternyata kita bisa dipersatukan," timpal Indra.
"Oiya apa mas boleh memegang tangan kamu," ucap Indra sebelum mendekati Mira.
"Boleh mas," jawab Mira malu.
Meski kini mereka sudah resmi menjadi pasangan suami istri, akan tetapi Indra masih belum berani mendekati Mira. Namun perlahan tapi pasti Indra segera mendekati Mira.
Di tengah perbincangan mereka ternyata terdengar suara petir yang menggelegar. Spontan Mira langsung memeluk suami yang berada di dekatnya.
"Maaf mas, aku kaget," ujar Mira yang merasa tidak enak karena tiba-tiba dia memeluknya.
"Kenapa harus minta maaf segala, kita kan sudah sah," timpal Indra.
"Lama juga ga apa-apa," tambahnya lagi sambil menggoda Mira.
"Tapi aku beneran kaget mas," ucap Mira.
"Ga kaget juga ga apa-apa kali, hehe."
Indra tak henti-hentinya menggoda Mira. Di luar mulai terdengar suara hujan yang begitu derasnya. Perlahan tapi pasti Indra mulai memegang tangan Mira dan mulai menyentuh Mira.
"Mira bolehkah aku melakukan kewajibanku? karena sekarang kita sudah resmi menjadi pasangan suami istri," ujar Indra sesaat sebelum benar-benar mendekati istrinya.
"Iya mas," jawab Mira sambil menundukkan kepalanya karena malu.
Indra mulai mendekati Mira dan mencoba mengecup pucuk kepala istrinya. Mulai dari pucuk kepala, Indra mencoba meraba bibir ranum Mira dan mulai mengecupnya. Rasanya begitu hangat.
Tak lupa Indra pun mencumbu setiap jenjang leher istrinya. Mira yang mulai merasakan kenikmatan sentuhan suaminya pun mulai terbawa suasana. Semakin derasnya hujan semakin Indra melakukan aksinya.
Setelah cukup lama melakukan pemanasan, mereka segera melakukan penyatuan cinta yang biasanya di lakukan oleh pengantin baru. Hanya beberapa menit saja akhirnya mereka merasakan kenikmatan yang tiada tara.
"Terima kasih karena kamu sudah mengizinkan aku memenuhi kewajibanku," ucap Indra setelah mereka selesai.
"Sama-sama mas, ini juga sudah menjadi kewajibanku untuk melayanimu," timpal Mira yang kini berada dipelukan suaminya.
Selesai menghabiskan malam pengantin mereka. Kini mereka tertidur sambil berpelukan. Rasanya begitu melelahkan setelah acara pernikahan seharian tadi. Karena kelelahan akhirnya mereka pun tertidur dengan begitu pulasnya.
Suasana yang dingin karena guyuran hujan, semakin menambah kemesraan bagi mereka berdua untuk berada dalam satu selimut.
Beberapa bulan berlalu, tak terasa pernikahan Mira dan Indra sudah berjalan hampir 10 bulan lamanya. Mira dan Indra merasa sangat bahagia atas pernikahan mereka. Mira selalu bersyukur karena dia mendapatkan suami yang baik dan sangat menyayanginya.
Namun sayang, Indra yang belum memiliki rumah terpaksa harus tinggal bersama ibunya, Mona. Mau tidak mau, Mira terpaksa harus tinggal bersama ibu mertuanya. Tak ada pilihan lain bagi Mira selain mengikuti perintah suaminya.
Sebagai seorang istri, Mira harus mengikuti kemanapun suaminya pergi. Rumah yang cukup megah namun entah akan betah atau tidak jika Mira tinggal bersama mertuanya. Karena sering kali kita mendengar jika menantu dan mertua terkadang selalu bertengkar.
"Mas sudah siang," ujar Mira saat membangunkan suaminya yang masih tertidur.
"Iya Mira, mas bangun," tukas Indra dengan suara yang parau karena masih mengantuk. Tak lama kemudian Indra segera bergegas menuju kamar mandi untuk segera membersihkan diri dan segera melaksanakan shalat subuh.
Sementara itu selesai membangunkan suaminya, Mira segera bergegas menuju dapur untuk menyiapkan sarapan. Meski di rumah ada seorang asisten rumah tangga tapi Mira harus tetap melaksanakan tugasnya.
Sesampainya di dapur, Mira segera membuka kulkas dan melihat stok makanan yang tersedia. Beruntung masih ada sedikit bahan makanan yang bisa di masak. Meski sederhana tapi ini sudah cukup bagi Mira.
Mira segera memasak masakan sesuai dengan bahan yang tersedia yaitu sayur sop, ikan tongkol bumbu hijau, tempe goreng serta tidak lupa kerupuk ia masak juga.
Hampir satu jam berkutat di dapur akhirnya Mira menyelesaikan masakannya.
"Wah wangi sekali," ujar Indra saat duduk di meja makan.
"Makan dulu mas," tawar Mira yang segera memberikan piring di hadapan suaminya.
"Iya, kamu juga ikut makan ya!" ajak Indra.
Mira sengaja tidak memberikan nasi agar suaminya bisa mengambil sendiri porsi nasi yang dia inginkan. Indra segera mengambil nasi dengan lauknya sendiri. Tak berapa lama, Mona datang segera duduk di kursi.
"Makan dulu mah," tawar Mira.
"Iya," jawab Mona yang segera membalikan piring yang ada di hadapannya.
Mereka bertiga makan bersama karena memang hanya ada 3 orang berada di rumah itu. Sementara ayah dari Indra sudah meninggal beberapa tahun lalu karena struk.
Beberapa menit kemudian, Indra sudah selesai makan dan segera bersiap untuk pergi ke kantor.
"Aku pergi dulu Mira," pamit Indra yang sebelumnya mencium kening Mira terlebih dahulu.
"Iya mas hati-hati di jalan," tukas Indra.
Indra sendiri bekerja di perusahaan milik ayahnya. Perusahaan Indra bergerak dalam bidang ekspor impor barang interior. Sejak ayahnya meninggal, Indra lah yang mengurus semua perusahaannya.
Sementara setelah kepergian suaminya, Mira segera membereskan meja makan bekas makan tadi. Meski ibu mertuanya tidak menyuruhnya secara langsung tapi Mira harus tahu diri saat tinggal di rumah mertuanya.
Memiliki seorang asisten rumah tangga tidak membuat Mira bermalas-malasan. Dia justru mengerjakan semua pekerjaan rumah seperti rumahnya sendiri. Sedangkan ibu mertuanya hanya duduk manis saat menyaksikan menantunya melakukan pekerjaan rumah.
"Tolong buatkan teh Mira," titah Mona.
"Baik bu," jawab Mira yang segera bergegas menuju dapur.
Sejak saat pertama kali bertemu, Mira sudah merasa jika ibu mertuanya kurang menyukai Mira. Namun walau bagaimanapun ia harus tetap menghormati ibu mertuanya. Beberapa menit kemudian, Mira segera membawakan segelas teh hangat lengkap beserta kuenya.
"Ini bu silahkan," ujar Mira sambil meletakan teh tersebut di atas meja. Sementara Mona sibuk menonton televisi kesukaannya.
"Oiya Mira, apa sudah ada tanda-tanda kehamilan?" tanya Mona.
"Belum mah, sekarang justru saya sedang haid," jawab Mira canggung.
"Apa sudah 10 bulan tapi belum ada tanda-tanda kehamilan?" pekik Mona sinis.
"Soal anak hanya kehendak Tuhan mah, kita tidak pernah tahu kapan rezeki itu akan datang," timpal Mira.
"Maksud kamu bicara seperti itu apa? Kamu sedang menggurui saya!" tukas Mona yang merasa tersinggung karena Mira berkata seperti itu.
"Maaf mah, bukan maksud saya menggurui mamah. Tapi saya juga tidak pernah kapan saya akan diberikan kepercayaan untuk segera hamil," ujar Mira lagi.
"Sudahlah saya malas berdebat dengan kamu, pergi sana saya tidak mau melihat wajah kamu," pekik Mona yang merasa begitu kesal.
"Baik bu," ujar Mira yang menundukkan kepalanya sebelum ia pergi.
Mira pun segera bergegas ke dalam kamarnya. Di dalam kamar Mira merenungi kata-kata ibu mertuanya tadi. Meski Mira berusaha untuk tidak memikirkannya tapi kata-kata itu begitu menusuk.
Mendengar kata-kata ibu mertuanya membuat Mira merasa sakit hati. Sebagai seorang manusia biasa, kita tidak pernah tahu kapan Tuhan akan memberikan keturunan kepada kita.
Namun sebagai manusia kita di wajibkan untuk senantiasa berusaha dan berdoa. Menyerahkan seluruh hidup dan mati kepada Sang Maha Pencipta. Meski mulai berkaca-kaca tapi Mira berusaha untuk tidak memikirkan kata-kata ibu mertuanya.
Tak terasa karena terus memikirkan perkataan ibunya akhirnya Mira tertidur dikamar.
Tok.. tok..
"Mira kamu sedang apa? Apa kamu sedang tidur hah!" pekik Mona dari luar kamar.
"Astaga aku ketiduran," gumam batin Mira yang terperanjat saat mendengar ketukan pintu dari luar.
"Iya mah maaf saya tadi ketiduran," ujar Mira saat membukakan pintu kamarnya.
"Kamu ini mau jadi nyonya di rumah ini, cepat sana siapkan makan malam!" pekik Mona.
"Tapi mah, sudah tidak ada stok makanan untuk di masak di dalam kulkas," timpal Mira.
"Kenapa ga beli dulu ke pasar atau ke supermarket kek! Makanya kalau punya otak itu di pake!" pekik Mona sambil bergegas meninggalkan Mira yang masih diam mematung.
Mira yang merasa bingung akhirnya bergegas pergi ke sebuah supermarket yang tidak begitu jauh dari rumahnya. Beruntung dia masih memegang uang pemberian dari Indra kemarin.
Mira pergi menggunakan angkot yang ada di depan rumahnya. Meski bingung harus belanja apa, tapi setidaknya Mira bisa memilih beberapa bahan makanan yang ada disana.
Beberapa menit kemudian akhirnya Mira sampai di supermarket. Dia memilih beberapa bahan makanan yang bisa di masak. Tidak lupa dia juga sekalian membeli bahan makanan untuk di masak besok pagi.
Setelah dirasa cukup, Mira segera membayar dan segera bergegas pulang ke rumah. Sesampainya di rumah Mira segera pergi ke dapur untuk menyiapkan makan malam.
"Kamu pergi kemana aja kok lama banget!" pekik Mona saat Mira sedang membereskan belanjaannya.
"Maaf mah saya tadi pergi ke supermarket dan memilih beberapa jenis makanan untuk di masak. Terus di jalan juga sedikit macet makanya saya telat sampai rumah," jawab Mira yang mencoba menjelaskan.
"Ah sudah, sudah saya tidak mau mendengar penjelasan kamu! Cepat masak sebentar lagi anak saya pasti pulang," pekik Mona.
Tanpa berkata apa-apa, Mira hanya bisa mengusap dada dan membuang nafasnya secara kasar.
Pagi-pagi sekali Mira sudah bangun dan segera pergi menuju dapur untuk melaksanakan tugasnya. Beruntung kemarin Mira sudah membeli beberapa stok makanan.
Meski bingung harus membeli apa, tapi Mira mencoba membeli makanan yang umum di sukai banyak orang seperti daging ayam. Mira membuat ayam goreng beserta sayur lodeh serta tidak lupa kerupuknya.
Hari ini merupakan hari Minggu. Itu artinya hari ini Indra berada di rumah. Seperti biasa Indra dan mamah nya berkumpul untuk sarapan pagi.
"Silahkan di makan mas, mah," tawar Mira.
"Sayur apa ini? Saya ga suka makan beginian,"pekik Mona sambil memuntahkan makanannya.
"Maaf kalau mamah ga suka, habisnya saya kurang tau makanan kesukaan mamah," lirih Mira yang merasa bersalah.
"Sudahlah mamah jadi ga nafsu makan!" pekik Mona sambil melangkahkan kakinya meninggalkan meja makan.
"Tapi mah," ujar Mira yang mencoba menghentikan langkah kaki ibunya.
"Sudahlah biarkan saja, sekarang kamu ikut makan ya. Mas suka kok dengan masakan ini," timpal Indra yang mencoba menenangkan istrinya.
Sebagai suami yang baik seharusnya Indra bisa mendamaikan ibunya dan juga Mira. Meski mereka tidak bermusuhan namun seharusnya Indra berusaha untuk tidak mengecewakan salah satu diantara mereka.
"Tapi mas mamah belum makan, aku jadi ga enak," lirih Mira.
"Sekarang kamu makan aja dulu, soal mamah biar nanti mas yang bujuk mamah biar mau makan," ucap Indra.
Mendengar kata-kata Indra membuat Mira merasa lebih tenang. Akhirnya Mira makan berdua bersama suaminya. Meski sedikit tidak tenang tapi Mira berusaha untuk menuruti suaminya.
Entah mengapa rasanya mulai tidak betah berada disini. Tapi Mira tidak berani mengatakan tentang perasaannya kepada Indra. Rasanya bibir Mira terlalu berat untuk mengatakan semua yang di rasakannya.
Padahal sebenarnya Mira ingin sekali berbagi perasaan dengan suaminya. Tapi rasanya begitu berat dan sulit bagi Mira untuk mengatakan segalanya.
"Ada apa Mira?" tanya Indra yang sejak tadi memperhatikan istrinya terdiam.
"Ti, tidak mas," jawab Mira gagap.
"Tapi sepertinya ada sesuatu yang sedang kamu pikirkan," timpal Indra lagi.
"Ah itu cuma perasaan mas saja," tukas Mira yang lagi-lagi berbohong tentang perasaannya.
"Ya sudah kalah begitu, mas mau ke kamar mamah dulu ya," pamit Indra.
"Iya mas, tolong sampaikan maafku," lirih Mira.
"Iya Mira," jawab Indra yang segera bergegas menuju kamar ibunya.
Tok.. tok.. tok..
"Mah, buka pintu nya mah ini aku," ujar Indra sambil mengetuk pintu.
"Mamah sedang tidak ingin di ganggu, mamah sedang ingin sendiri," teriak Mona dari dalam kamar.
"Tapi mah, mamah harus makan dulu. Aku pesankan makanan ya," tawar Indra.
"Ya sudah kalau begitu mamah sedang ingin makan pizza, pesankan itu saja," jawab Mona yang segera bergegas keluar dari kamarnya.
"Baik mah akan aku pesankan khusus buat mamah," timpal Indra.
Indra segera memesan 2 porsi pizza di aplikasi khusus pesan makanan. Dan tak berapa lama akhirnya makanan yang di pesan Indra datang juga. Indra segera membuka makanan itu di atas piring dan segera membawanya ke kamar ibunya.
"Mah," panggil Indra.
"Masuklah," jawab Mona yang sudah duduk di tepi ranjangnya.
"Ini makan dulu mah," tawar Indra yang segera memberikan piring berisi pizza pesanan mamahnya.
Dengan lahap Mira segera memakan makanan yang dipesannya. Setelah selesai makan barulah Indra berbicara kepada ibunya tentang masakan Mira tadi.
"Mah, Mira minta maaf soal masakan tadi. Dia memang tidak tahu makanan kesukaan mamah apa," ujar Indra membuka pembicaraan.
"Tapi kan seharusnya dia tanya dulu," timpal Mona sinis.
"Indra tau mah, tapi tolong maafkan Mira karena dia tidak tahu."
"Sudahlah mamah tidak mau membahas ini lagi," tegas Mona.
Setelah pembicaraan itu selesai akhirnya Indra pergi keluar kamar. Mira yang sejak tadi menunggu suaminya dari kamar ibunya pun merasa sudah tidak sabar ingin mengetahui keadaan ibunya yang sebenarnya.
"Jadi gimana mas? Apa mamah sudah makan?" tanya Mira.
"Sudah, mamah tadi makan pizza. Katanya dia sedang ingin makan pizza. Oiya mas belikan juga buat kamu, itu pizzanya ada di dapur," ujar Indra.
"Wah seharusnya tidak usah repot-repot segala mas," timpal Mira.
"Ah tidak apa-apa sekalian mas pesan juga," ujar Indra.
"Lalu mamah gimana mas? Apa mamah sudah memaafkan aku?" tanya Mira.
"Sudah, mamah sudah memaafkan kamu," jawab Indra yang terpaksa harus berbohong.
"Syukurlah," ujar Mira.
Merasa lega karena ibu mertuanya sudah memaafkannya akhirnya kini Mira memakan pizza yang di pesan suaminya. Mereka memakan pizza itu bersama.
"Gimana enak ga?" tanya Indra.
"Enak mas," jawab Mira sambil mengunyah pizza yang sudah dilahapnya.
"Oiya mas mau tanya, apa kamu betah tinggal di sini?" tanya Indra disela-sela makannya.
Mira yang mendengar pertanyaan itu seketika tersedak.
uhuk.. uhuk..
"Kamu kenapa? ini cepat minum dulu," ujar Indra sambil memberikan segelas air putih kepada Mira.
"Makasih mas, aku udah ga apa-apa," timpal Mira yang kini sudah merasa lebih baik.
"Kamu kenapa? Apa ada yang salah dengan pertanyaan mas?" tanya Indra balik. Dia merasa heran karena pertanyaannya tiba-tiba Mira tersedak.
"Mmh, gimana ya mas. Sebenarnya aku sudah tidak betah berada disini. Aku ingin kita cari kontrakan saja," lirih Mira.
"Tapi kenapa kamu ga betah disini?" tanya Indra yang menautkan kedua halisnya.
"Kalau kalian mau pergi meninggalkan mamah ya pergi aja. Ga usah mikirin mamah disini. Biar mamah hidup sendiri aja," timpal Mona yang tak sengaja melewati mereka dan mendengar pembicaraan mereka.
Terkejut dengan suara yang di dengarnya, Mira pun enggan menceritakan masalah yang sebenarnya. Mira kira ibunya tidak akan keluar kamar, padahal tadinya Mira ingin berbagi perasaan kepada suaminya.
Tapi setelah kedatangan ibu mertuanya membuat Mira enggan menceritakan masalahnya.
"Engga mah bukan seperti itu, aku hanya ngobrol biasa saja dengan Mira," ujar Indra sambil mengedipkan sebelah matanya ke arah Mira.
"I, iya mah kita hanya ngobrol biasa saja," jawab Mira yang seolah mengerti dengan tanda yang diberikan Indra.
"Syukurlah kalau begitu, mamah kira kalian mau pindah dari sini," tukas Mona lagi.
"Engga mah, kita akan tetap tinggal disini. Iya kan Mira?" tanya Indra kepada istrinya.
"I, iya mas," jawab Mira dengan terpaksa.
Meski sebenarnya Mira sudah tidak betah berada di rumah mertuanya, tapi ia tidak bisa menolak keinginan suaminya untuk tetap tinggal bersama ibunya. Padahal selama ini Mira selalu sakit hati dengan perkataan ibunya.
Namun Mira juga tidak bisa berbuat apa-apa selain taat pada perintah suaminya untuk tetap tinggal berada dirumah ibunya.
"Baguslah kalau begitu!" ujar Mona sinis.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!